Anda di halaman 1dari 25

ASKEP PSIKOSOSIAL "KECEMASAN" (KELOMPOK 1 TINGKAT 2

REGULER 2)
TUGAS KEPERAWATAN JIWA
ASUHAN KEPERAWATAN PSIKOSOSIAL
KECEMASAN

1. ADERIA DAMAYANTI

DISUSUN OLEH :
(13200041)

2. AHMAD SONI SAPUTRA

(13200042)

3. AMZEIN MEGIAN

(13200043)

4. ANESIA PUTRI

(13200044)

5. ANNISA MURYADEWI

(13200045)

6. ARIF SYAEPUDIN

(13200046)

7. AWAL LUDIIN

(13200047)

8. DANU PRIAMBODO

(13200048)

KELOMPOK 1 TINGKAT 2 REGULER 2


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
2014/2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari
kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Etika Keperawatan dengan
membahas Asuhan Keperawatan Psikososial Kecemasan
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya
pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.
Bandar Lampung, Oktober 2014
Penyusun

Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kecemasan
2.2. Rentang ResponKecemasan
2.3 Etiologi Kecemasan
2.4 Tanda dan Gejala
2.5 Penatalaksanaan Kecemasan
2.6 Asuhan Keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
Asuhan Keperawatan
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses keperawatan adalah metoda ilmiah yang digunakan dalam
memberikan asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan
kesehatan. Kecemasan atau anxiety adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan
tindakan untuk mengatasi ancaman.
Kecemasan akan membuat seseorang tidak merasa nyaman, karena dapat
mengganggu aktivitas individu itu sendiri. Adapun jenis dapat teratasi dengan sendirinya,
contohnya cemas ringan, sedang cemas yang berkepanjangan yang bahkan tidak jelas lagi
kaitannya dengan suatu faktor penyebab atau pencetus tertentu dapat menjadi pertanda
gangguan kejiwaan yang dapat menyebabkan hambatan dalam berbagai segi dan kemampuan
fungsi sosial penderitanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu kecemasan/kecemasan ?
2. Apa saja etiologi kecemasan/kecemasan ?
3. Apa saja manifestasi kecemasan/kecemasan ?
4. Bagaimana rentang respon kecemasan/kecemasan ?
5. Apa saja tingkat kecemasan/kecemasan ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum :
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui :
1. Pengertian kecemasan/kecemasan
2. Etiologi kecemasan/kecemasan
3. Manifestasi kecemasan/kecemasan
4. Rentang respon kecemasan/kecemasan
5. Tingkat kecemasan/kecemasan
6. Asuhan keperawatan pada klien kecemasan/kecemasan
1.3.2 Tujuan khusus :
Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa dan mendapatkan nilai
yang maksimal dan memuaskan untuk matakuliah keperawatan jiwa ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Menurut Lynn S.Bickley (2009) kecemasan merupakan reaksi yang sering
terjadi pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri,
bagi sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi
mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang
dideritanya.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya
sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat
patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan
pengobatan: ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien
cemas di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala,
ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik
seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering,
sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal
di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah
efek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja
sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah:
1.
konsentrasi dan perhatian berkurang;
2.
harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
3.
gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
4.
pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
5.
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
6.
tidur terganggu;
7.
nafsu makan berkurang.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk
diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala,
penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada
gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak
dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi
biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan,

gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stres
kehidupan.
Tingkat kecemasan sebagai berikut:
1. Kecemasan ringan.
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya.
Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreatifitas.
2. Kecemasan sedang.
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
3. Kecemasan berat.
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
4. Tingkat panik dari kecemasan.
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak
sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama,
dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu
sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi
walaupun sudah diberi pengarahan.
2.2.

RENTANG RESPON KECEMASAN

Gambar 1. Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1990).

2.3 ETIOLOGI / PENYEBAB


Menurut Sylvia D.Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut :
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan , antara lain faktor
organ biologi, faktor psikoedukatif. Faktor organbiologi adalah ketidakseimbangan
zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena
kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor faktor psikologi yang

berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang


menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
A. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
1. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik
antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan
kecemasan pada individu.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara
realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu
dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.B. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik yang
meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu
tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik
juga dapat mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

ovaskular
fasan

omuskular

ointestinal
ur urinarius

2.4 TANDA DAN GEJALA KECEMASAN

Respons fisik :
: palpitasi, jantung bedebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat
: napas cepat, napas pendek, tekanan pada dadanapas dangkal, pembengkakan
pada tenggorokan, terengah-engah
: refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
kaki goyah, gerakan yang janggal
: anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pd abdomen
: sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
: wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit
Respons Kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiannya
Respons Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidakaman
Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin
2.5 PENATALAKSANAAN KECEMASAN
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahaan
dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkpanya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c.
Olahraga yang teratur
d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic),
yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain
a. Psikoterapi suportif

b. Psikoterapi re-edukatif
c. Psikoterapi re-konstruktif
d. Psikoterapi kognitif
e. Psikoterapi psikodinamik
f. Psikoterapi keluarga
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
2.6. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN.
1.
Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma
seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang
berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai
predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik
dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

2.
Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3.
Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensietas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan.
Sistem Tubuh
Kardiovaskuler

Pernafasan

Neuromuskular

Gastrointestinal

Respons

Palpitasi.

Jantung berdebar.

Tekanan darah meningkat dan denyut nadi


menurun.

Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.

Napas epat.

Pernapasan dangkal.

Rasa tertekan pada dada.

Pembengkakan pada tenggorokan.

Rasa tercekik.

Terengah-engah.

Peningkatan reflek.

Reaksi kejutan.

Insomnia.

Ketakutan.

Gelisah.

Wajah tegang.

Kelemahan secara umum.

Gerakan lambat.

Gerakan yang janggal.

Kehilangan nafsu makan.

Menolak makan.

Perasaan dangkal.

Rasa tidak nyaman pada abdominal.

Rasa terbakar pada jantung.

Nausea.

Perkemihan
Kulit

Diare.
Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.

Tabel 1. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.


Sistem
Perilaku

Kognitif

Afektif

Respons

Gelisah.
Ketegangan fisik.
Tremor.
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Gangguan perhatian.
Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
Mudah terganggu.
Tidak sabar.
Gelisah.
Tegang.
Nerveus.
Ketakutan.
Alarm.
Tremor.
Gugup.
Gelisah.

Tabel 2. Respon Perilaku Kognitif.


4. Sumber Koping.
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.
Ansietas tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.
Sebuah sumber menjelaskan bahwa Ada dua mekanisme koping yang
dikategorikan untuk mengatasi ansietas :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas (Task Oriented Reaction).
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk menanggulangi
ancaman stressor yang ada secara realistis, yaitu :
1) Perilaku menyerang (agresif).
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan agar memenuhi kebutuhan.
2) Perilaku menarik diri.
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara
psikologis.
3) Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan dilakukan atau
mmengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
b. Mekanisme pertahanan ego (Ego Oriented Reaction).
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas ringan maupun sedang
yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk
mempertahankan ketidakseimbangan.
Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :
1) Kompensasi.
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara
tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
2) Penyangkalan (Denial).
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut.
Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan primitif.
3) Pemindahan (Displacemen).
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada seseorang/benda tertentu yang
biasanya netral atau kurang mengancam terhadap dirinya.

4) Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari kesadaran atau identitasnya.
5) Identifikasi (Identification).
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia kagumi dengan
mengambil/menirukan pikiran-pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
Intelektualisasi (Intelektualization).
6) Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk memghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya.
7) Introjeksi (Intrijection).
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi terganggu oleh ancaman
dari luar (pembentukan superego)
8) Fiksasi.
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau tingkah
laku atau pikiran)s ehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
9) Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain terutama
keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi.
10) Rasionalisasi.
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan yang seolah-olah
rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
11) Reaksi formasi.
Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan dengan keinginankeinginan,perasaan yang sebenarnya.
12) Regressi.
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang primitif), contoh; bila
keinginan terhambat menjadi marah, merusak, melempar barang, meraung, dsb.
13) Represi.
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
14) Acting Out.
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
15) Sublimasi.
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata masyarakat untuk
suatu dorongan yang mengalami halangan dalam penyalurannya secara normal.
16) Supresi.
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya
merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat mengarah pada
represif berikutnya.
17) Undoing.
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan
primitif.

B. DIAGNOSA.
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1.
Penyelesaian kerusakan.
2.
Kecemasan.
3.
Pola napas tidak efektif.
4.
Koping individu tidak efektif.
5.
Diam.
6.
Gangguan pembagian bidang energi.
7.
Ketakutan.
8.
Inkontinensial.
9.
Stres.
10. Cedera resiko terhadap......
11. Perubahan nutrisi.
12. Respon pasca trauma.
13. Ketidakberdayaan.
14. Gangguan harga diri.
15. Gangguan pola tidur.
16. Isolasi sosial.
17. Perubahan proses berfikir.
18. Gangguan eliminasi urine.
C. INTERVENSI.
Tujuan umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga
panik.
Tujuan khusus :
Klien mampu untuk ;

Membina hubungan saling percaya.

Melakukan aktifitas sehari-hari.

Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.

Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.

Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.

Klien terlindung dari bahaya.


1.

Ansietas Ringan.
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Ansietas ringan adalah

a) Tidak nyaman.

a) Gerakan tidak tenang

ansietas normal dimana

b) Gelisah.

b) Perhatikan tanda

motivasi individu pada

c)

peningkatan ansietas

keseharian dalam batas

d) Perubahan nafsu makan

c) Bantu klien menyalurkan

kemampuan untuk melakukan

ringan

energi secara konstruktif

dan memecahkan masalah

e) Peka

d) Gunakan obat bila perlu

meningkat.

f) Pengulangan pertanyaan

e) Dorong pemecahan

g) Perilaku mencari perhatian

masalah

h) Peningkatan kewaspadaan

f) Berikan informasi akurat dan

i)

fuktual

Insomnia ringan

Peningkatan persepsi

pemecahan masalah

g) Sadari penggunaan

j)

mekanisme pertahanan

Mudah marah.

h) Bantu dalam
mengidentifikasi keterampilan
koping yang berhasil
i)

Pertahankan cara yang

tenang dan tidak terburu


j)

Ajarkan latihan dan tehnik

relaksasi

2.

Ansietas Sedang.
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Ansietas sedang adalah cemas

a) Perkembangan dari ansietas

a) Pertahankan sikap tidak

yang mempengaruhi

ringan

tergesa-gesa, tenang bila

pengetahuan baru dengan

b) Perhatian terpilih dari

berurusan dengan klien

penyempitan lapangan

lingkungan

b) Bicara dengan sikap

persepsi sehngga individu

c) Konsentrasi hanya pada

tenang, tegas meyakinkan

kehilangan pegangan tetapi

tugas-tugas individu

c) Gunakan kalimat yang

dapat mengikuti pengarahan

d) Suara bergetar

pendek dan sederhana

orang lain.

e) Ketidaknyamanan jumlah

d) Hindari menjadi cemas,

waktu yang digunakan

marah, dan melawan

f) Takipnea

e) Dengarkan klien

g) Takikardia

f) Berikan kontak fisik dengan

h) Perubahan dalam nada

menyentuh lengan dan tangan

suara

klien

i)

Gemetaran

g) Anjurkan klien

j)

Peningkatan ketegangan otot

menggunakan tehnik relaksasi

k) Menggigit kuku, memukul-

h) Ajak klien untuk

mukulkan jari, menggoyangkan

mengungkapkan perasaannya

kaki dan mengetukkan jari kaki

i)

Bantu klien mengenali dan

menamai ansietasnya

3.

Ansietas Berat
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Pada ansietas berat lapangan

a) Perasaan terancam

a) Isolasi klien dalam

persepsi menjadi sangat

b) Ketegangan otot yang

lingkungan yang aman dan

menurun. Individu cenderung

berlebihan

tenang

memikirkan hal yang sangat

c) Diaforesis

b) Biarkan perawatan dan

kecil saja dan mengabaikan hal

d) Perubahan pernapasan

kontak sering sampai konstan

yang lain. Individu tidak mampu

e) Napas panjang

c) Berikan obat-obatan klien

berfikir realistis dan

f)

melakukan hal untuk dirinya

membutuhkan banyak

g) Dispnea

Hiperventilasi

sendiri

pengarahan, untuk dapat

h) Pusing

d) Observasi adanya tanda-

memusatkan pada daerah lain.

i)

Perubahan gastrointestinalis

tanda peningkatan agitasi.

j)

Mual muntah

e)

Jangan mennyentuh klien

k) Rasa terbakar pada ulu hati

tanpa permisi

l)

f) Yakinkan klien bahwa dia

Sendawa

m) Anoreksia

aman

n) Diare atau konstipasi

g) Kaji keamanan dalam

o) Perubahan kardivaskuler

lingkungan sekitarnya

p) Takikardia
q) Palpitasi
r)

Rasa tidak nyaman pada

prekokardia
s) Berkurangnya jarak persepsi
secara berat
t)

Ketidakmampuan untuk

berkonsentrasi
u) Rasa terbakar
v) Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan
w) Aktivitas yang tidak berguna
x) Bermusuhan

4.

Panik.
Deskripsi

Batasan Karakter

Intervensi

Adalah tingkat dimana individu

a) Hiperaktif / imobilitasi berat

a) Tetap bersama klien ; minta

berada pada bahaya terhadap

b) Rasa terisolasi yang ekstrim

bantuan

diri sendiri dan orang lain serta

c) Kehilangan desintegrasi

b) Jika mungkin hilangkan

dapat menjadi diam atau

kepribadian

beberapa stressor fisik dan

menyerang dengan cara

d) Sangat goncang dan otot-

psikologisdari lingkungan

kacau.

otot tegang

c) Bicara dengan tenang,

e) Ketidakmampuan untuk

sikap meyakinkan,

berkomunikasi dengan kalimat

menggunakan nada suara yang

yang lengkap

rendah

f) Distori persepsi dan penilaian

d) Katakan pada klien bahwa

yang tidak realistis terhadap

anda (staf) tidak akan

lingkungan dan ancaman

membahayakan dirinya sendiri

g) Perilaku kacau dalam usaha

atau orang lain

melarikan diri

e) Isolasikan klien pada

h) Menyerang

daerah yang aman dan nyaman


f) Lanjut dengan perawatan
ansietas berat

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN K


DENGAN GANGGUAN ALAM PERASAAN : KECEMASAN
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial
: K
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 55 tahun
Informan
: Tn. M
Tanggal Masuk RS : 7 Oktober 2014
Tanggal pengkajian : 8 Oktober 2014
Nomor registrasi
: 00 57 83

II. ALASAN MASUK


Klien datang dengan keluhan nyeri pada perutnya, tidak mau makan kurang lebih
selama 2 minggu. BAB warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK sedikit warna seperti
teh.
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan tidak
pernah menderita penyakit seperti yang dialaminya sekarang. Klien takut dengan
kondinya saat ini.
Masalah Keperawatan
: Gangguan alam perasaan : Kecemasan
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1) Faktor perkembangan
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama seperti ini
sebelumnya.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama istrinya.
3) Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga
walaupun sudah memasuki usia lanjut.
4) Faktor genetik

Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.
FAKTOR PRESIPITASI
1) Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2 Faktor biokimia
Adanya rasa kawatir karena penyakitnya sekarang karena belum pernah mengalami
sama sekali sebelumnya.
3) Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang. Dimana klien merasa cemas dengan
masalahnya
PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda Vital TD : 120 / 80 mmHg N : 80 x/mt S : 36,4o C
P:
22x/mt
2. Ukur
TB :168 cm BB: 59 kg (^) turun ( )naik
3. Keluhan Fisik
(^) ya
() tidak
Klien mengatakan nafsu makan menurun sejak 2 minggu yang lalu. Klien baru
merasakan mual dari kemarin. Mukosa bibir klien lembab. Bentuk bibir normal,
rongga mulut bersih. Klien mengatakan biasa gosok gigi 2x sehari. Klien merasa
tidak enak pada ulu hatinya,dan terasa berdebar-debar jantungnya. Klien
mengatakan BAB 1x sehari sedikit-sedikit dengan konsistensi lembek, berwarna
hitam, dan bau khas feses.
Masalah Keperawatan
: Gangguan rasa nyaman; mual
IV. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan:

Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 55 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan istrinya (namun
dalam bagan tidak dijelaskan). Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan
erat dan sangat baik. Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.

b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di sawahnya yang terletak di belakang rumahnya.
Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan
berbincang-bincang dengan anak dan istrinya.
c. Peran diri
Klien berperan sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Klien mengatakan
sudah menjadi kakek mengurusi cucu-cucunya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggitingginya. Keempat anaknya sudah tamat SLTA dan sudah bekerja.
e. Harga diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang
lain.
3. Hubungan sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu istrinya. Klien berkata
jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada istri dan anaknya pasti akan
membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien suka mengikuti kegiatan
gotong-royang di daerah rumahnya.
4. Spiritual
Klien beragama Hindu dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa. Klien rajin sembahyang setiap hari dan selalu mengikuti upacara
keagamaan dirumah. Klien tidak mempunyai keyakinan yang berlebih terhadap
agama yang dianutnya.

V. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan
tempatnya. Rambut klien tersisir rapi.
2. Pembicaraan
Klien berbicara dengan jelas dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan
tepat, selama proses wawancara klien berbicara mengenai satu topik dengan jelas.
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien nampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira.
Klien terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara

Selama proses wawancara, klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata
klien bagus dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Klien mengatakan tidak pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit, tidak diulang
berkali-kali, dan ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam
satu topik.
9. Isi pikir
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan isi pikir.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan
mengenal dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien
terhadap waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu
maupun ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah
makan
atau belum. Klien tidak pernah mengalami gangguan daya ingat baik
jangka
panjang maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang
ditanyakan. Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk
menjawab hitungan sederhana.
13. Kemampuan penilaian
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan
merapikan
tempat tidur atau menyapu. Klien memilih merapikan tempat tidur terlebih
dahulu
karena kata klien itu juga lebih mendesak.
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
VII. PERSIAPAN PULANG
1. Makan dan minum
Klien makan 3 kali sehari dengan porsi makan habis, jenis makanan nasi, sayur,
lauk-pauk, klien dapat makan tanpa bantuan.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
2. BAB/BAK
Klien dapat BAB dan BAK sendiri di kamar mandi tanpa bantuan
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah

3. Mandi
Klien mandi secara mandiri, mandi 2x sehari. Klien mandi menggunakan sabun,
shampoo, dan juga sikat gigi.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah
4. Berpakaian/Berhias
Klien dapat mengganti pakaian secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Klien
menggunakan baju dengan benar.
5. Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan tidur nyanyak , namun terkadang klien terbangun karena
diganggu pasien lain.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
6. Penggunaan Obat
Selama perawatan klien mendapat pengobatan secara teratur, obat diberikan oleh
perawat dan harus di tunggu untuk memastikan obatnya diminum oleh klien
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjut
: (^) ya
Perawatan pendukung
: (^) ya

( ) tidak
( ) tidak

8. Kegiatan di Dalam Rumah


Klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga di rumah
Masalah keperawatan : Tidak Ditemukan Masalah
9. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan bila sudah pulang ingin bekerja.
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
VIII. MEKANISME KOPING
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
Masalah keperawatan: Tidak ditemukan Masalah
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Klien mengatakan ingingin berkumpul dengan keluarga, ingin mengikuti kegiatankegiatan sosial di daerah rumahnya. Klien mengatakan lebih nyaman di rumah
daripada di RS. Klien mengatakan perawat di RS baik dan tidak ada masalah
Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG
Klien mengatakan sudah mengetahui obat yang diminum, baik bentuk, warna, dan
manfaat obat tersebut. Klien menyebutkan ada 9 macam jumlah obat yang diminum.

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan Masalah


XI. ASPEK MEDIS
Diagnosa medis klien adalah : CKD std IV + Dispepsia
Therapi obat:
-Baxima 21
-Letonal 21
-Ranitidine 31
-Hepamax 31
-Neurosanbe 11
-Tonar 21
-Zibac 21
-Opilac 31
-Sanmag 31

XII. ANALISA DATA


No

1.

DATA

MASALAH

DS :
-

Klien mengatakan merasa cemas dengan

keadaannya

Kecemasan

DO :

2.

Wajah klien tampak takut

Klien tampak gelisah

DS :
-

Klien mengatakan baru merasakan mual dari

kemarin
-

Klien mengeluh nyeri pada perutnya, tidak mau

Gangguan rasa nyaman

makan kurang lebih selama 2 minggu.


DO :
-

Klien tampak pucat

BAB klien warna hitam dan sedikit-sedikit, BAK

sedikit warna seperti teh.


-

Klien tampak hanya menghabiskan porsi

makannya

3.

DS :
-

Klien mengatakan takut akan kondisinya saat ini

DO :
-

Klien tampak gelisah dan berkeringat

Wajah klien tampak ketakutan

XIII. DAFTAR MASALAH


1. Kecemasan

Ketakutan

2. Ketakutan
3. Gangguan rasa nyaman
XIV. POHON MASALAH

XV. DAFTAR DIAGNOSA


a. Kecemasan
b. Ketakutan
c. Gangguan Rasa Nyaman
XVI. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Inisial Klien : K
Ruang
Hari/tgl/ No
jam
Dx
Rabu, 8
1
Oktober
1
2014
2
10.00
WIB

: Cendrawasih
Tujuan
TUM : Klien mampu
mengurangi dan
mengontrol
kecemasannya.

TUK :
1) Setelah diberikan
askep selama 2 kali
pertemuan (tiap
pertemuan 20 menit)
diharapkan klien membina
hubungan saling percaya dengan KH :
- Wajah klien cerah dan tersenyum
- Klien mau membalas
salam.
- Klien mau menyebutkan
nama sambil berjabat
tangan dan ada kontak
mata
- Klien bersedia
menceritakan perasaannya

Intervensi
Sp 1
Bina hubungan saling percaya
dengan :
Sapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal
Perkenalkan diri dengan
sopan.
Tanyakan nama lengkap klien
dan nama panggilan yang
disukai.
Jelaskan tujuan pertemuan.
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.

Rasional
Pembinaan
hubungan saling
percaya
merupakan
dasar terjalinnya
komunikasi
terbuka
sehingga
meningkatkan
rasa komunikasi
klien.

TUK :
2) Klien dapat
mengidentifikasi dan
menggambarkan perasaan
tentang kecemasannya
dengan KH :
- Klien dapat menyebutkan
waktu, isi, frekuensi
timbulnya kecemasan.
- Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya terhadap
kecemasannya.
TUK : 3) Klien dapat
mengidentifikasi penyebab
kecemasannya dengan
KE :
- Klien dapat menceritakan
penyebab kecemasan
- Klien dapat menyebutkan
tindakan yang biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
kecemasannya.
- Klien dapat memilih cara mengatasi kecemasannya.
-

Adakan kontak sering dan


singkat secara bertahap.
Bantu klien untuk
mengidentifikasi dan
menggambarkan perasaan
yang mendasari
kecemasannya.
Kaitkan perilaku klien dengan
perasaan tersebut
Gunakan pertanyaan terbuka
beralih dari topik yang tidak
mengancam ke isu konflik
Gunakan konfrontasi yang
suportif dengan bijaksana.
Bantu klien menggambarkan
situasi dan interaksi yang
mendahului kecemasan.
Tinjau penilaian terhadap
stresor, nilai-nilai yang
terancam dan cara konflik
berkembang
Hubungkan pengalaman
klien saat ini dengan
pengalaman yang relevan
dengan masa lalu.
Identifikasi bersama klien
cara / tindakan yang dilakukan
jika terjadi kecemasan.
Diskusikan cara baru untuk
memutus / mengontrol
timbulnya kecemasan
Bantu klien dalam menilai
kembali nilai, sifat, dan arti
stresor pada saat yang tepat.

Dapat
mengetahui
kapan klien
mengalami
kecemasan.
Untuk
mengadopsi
koping yang
baru, klien
pertama kali
harus
menyadari
perasaan dan
mengatasi
penyangkalan
yang disadari
atau tidak
disadari
Mengetahui
cara yang
terbaik untuk
mengontrol
kecemasan

XVII. TINDAKAN KEPERAWATAN


No.
1.

IMPLEMENTASI

paraf

EVALUASI

Kamis, 9 Oktober 2014 pukul 10.00


10.30

perawat
Anes

S: klien

9 Okt

2014

Saya sudah bisa mengontrol

kecemasan saya

Data klien:

O: Klien

-Klien mengatakan merasa cemas

dengan keadaannya

kecemasannya

-Saat berinteraksi klien merespon

Wajah klien berseri

perawar, ada kontak mata. Klien

kontak mata (+),

Mampu mengontrol

tampak gelisah dengan kondisinya


Diagnosis Keperawatan :
Gangguan Psikososial : Kecemasan

A: Klien mampu menyebutkan cara


mengontrol kecemasan
P: Klien melakukan cara berikutnya

Tindakan Keperawatan:
Klien :
Membina hubungan saling percaya

tgl

untuk mengontrol kecemasan (2


kali dalam sehari tiap 20 menit)

paraf
perawat
Anes

Membantu klien menggambarkan


situasi dan interaksi yang mendahului
kecemasan____________________
Diskusikan cara baru untuk memutus /
mengontrol timbulnya kecemasan

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa
gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber
aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap
individu, tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda
secara luas. Respon masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi
emosional yang memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau
kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat
patologis.
Kecemasan terdiri dari beberapa tingkat yaitu ansietas ringan, ansietas
sedang, ansietas berat, dan panik.
Saran
Keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sangat serius dan
diansangat penting. Masalah masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau
tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan
regional maupun global. Sikap yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang ,
aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri sangat diperlukan untuk dimiliki oleh setiap
individu.
Bagi pembaca pengontrolan emosi sangat harus diperhatikan, Karena dapat
memberikan dampak yang positif dan negatif. Jiwa dan diri anda sangatlah
berharga.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit
MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta :
EGC.
Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa

Anda mungkin juga menyukai