Anda di halaman 1dari 29

Bagian Keperawatan Jiwa

Program Profesi Ners

LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN (ANSIETAS) RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

DISUSUN OLEH :
ARHAM, S.Kep
17 04 055

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PANAKKUKANG MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2017/2018
A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
a. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal
maupun wujudnya. (Sutardjo, 2012)
Kecemasan adalah sesuatu yang menimpa hampir setiap orang pada
waktu tertentu dalam kehidupannya. Kecemasan merupakan reaksi normal
terhadap siatuasi yang sangat menekan kehidupan seseorang. Kecemasan
bisa muncul atau bergabung dengan gejala-gejala lain dari berbagai
gangguan emosi. (Savitri, 2010)
Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan
mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak
menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan
menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Kholil,
2010).
Jadi, kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang
sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang
buruk akan terjadi.

b. Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
yang berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami
ketakutan emosioanl yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.
2. Penyebab atau Etiologi
Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan
menghadapi situasi, masalah, dan tujuan hidup.
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
1) Teori Biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang
kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa
kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan menjadi
abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami abnormalitas
elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya berespons
terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2009).
a) Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena
kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan
ansietas memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas
dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria.
Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam
hubungan genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti
sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid,
prolaps katup mitral.

b) Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter
asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas.
GABA, suatu neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens
antiansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel
sehingga megurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia
pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem limbik dan
lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,
yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas
dan noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa
masalah pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan
ansietas.
2) Teori Psikologis:
a) Teori Perilaku
Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman
individu. Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang
bertindak dengan cara berbeda. Misalnya, jika sejak kecil
seringkali diterapkan perilaku main sendiri atau jarang
bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga dewasa
yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan
dengan orang lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya

b) Psikodinamik (Pandangan Psikoanalitik)


Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya. Teori psikodinamik berpendapat bahwa beberapa
ketakutan berakar dari trauma atau kekerasan di masa kecil seperti
pernah diejek atau dipermalukan. Ketakutan ini bisa dilupakan tapi
dapat muncul kembali di kemudian hari.
c) Pandangan Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
3) Sosial budaya
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas
dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan
berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
1) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas , harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

2. Etiologi Panik:
a. Teori biologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik dapat
muncul ketika girus parahipokampus diaktifkan oleh jalur norepinefrin.
Gejala serangan panik, misalnya peningkatan frekuensi jantung yang
terlihat pada peningkatan kadar noreepinefrin yang dilepaskan. Obat-
obatan seperti yohimbin menyekat reseptor pengikat norepinefrin sehingga
ansietas meningkat.
b. Psikoanalitis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam
sadar. Informasi ini menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari
empat sumber: ansietas superego, rasa bersalah yang dirasakan oleh
individu yang secara sosial dan personal memiliku impuls yang tidak
tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi ini diketahui,
ansietas separasi, tentang potensi kehiangan orang terdekat, dan ansietas id
atau destruksi individu. Tujuan psikoanalitis adalah menghadapi konflik
untuk mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya kemudian melakukan
intervensi.
Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi:
(TirtoJiwo, 2012)
1) Penyakit jantung
2) Diabetes
3) Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)
4) Asma
5) Penyalahgunaan obat
6) Penarikan diri (withdrawal) alkohol
7) Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan (benzodiazepin)
8) Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang
menyebabkan badan dalam posisi siaga “hadapi atau lari”
9) Otot atau kejang atau kram.
10) Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak memiliki
sebab yang jelas

Hal-hal yang dapat meningkatkan resiko terkena gangguan kecemasan


meliputi: (TirtoJiwo, 2012)
1) Menjadi perempuan. Wanita lebih mungkin dibandingkan pria untuk
didiagnosis dengan gangguan kecemasan.
2) Trauma ketika anak anak. Anak-anak yang mengalami pelecehan atau
trauma atau menyaksikan peristiwa traumatis beresiko lebih tinggi
mengalami gangguan kecemasan di beberapa titik dalam hidup.
3) Stres karena sakit. Memiliki kondisi kesehatan kronis atau penyakit
serius seperti kanker dapat menyebabkan kekhawatiran yang
signifikan tentang masa depan, perawatan Anda dan mungkin
keuangan Anda.
4) Penumpukan stres. Sebuah peristiwa besar atau penumpukan yang
lebih kecil dalam situasi kehidupan yang penuh stres dapat memicu
kecemasan yang berlebihan – misalnya, kekhawatiran yang sedang
berlangsung tentang keuangan atau kematian anggota keluarga.
5) Kepribadian. Orang dengan beberapa tipe kepribadian lebih rentan
terhadap gangguan kecemasan dari orang lain. Selain itu, beberapa
gangguan kepribadian, seperti gangguan kepribadian borderline,
mungkin berhubungan dengan gangguan kecemasan.
6) Memiliki hubungan darah dengan penderita gangguan kecemasan.
Gangguan kecemasan dapat diwariskan dalam keluarga.
7) Penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan narkotik atau alkohol dapat
menyebabkan atau memperburuk kecemasan.

3. Tanda dan Gejala


Awitan gangguan ansietas sangat bervariasi. Awitanldi secara akut atau
bertahap. Awitan dapat timbul tanpa peristiwa pencetus atau terjadi karena
peritiwa akut yang menimbulkn stress atau bahkan stressor kronis seperti
masalah kesehatan, pekerjaan, nutrisi, medikasi atau keluarga. Gangguan
ansietas ditandai dengan tingkat ansietas yang tinggi, yang terlihat pada
perilaku yang tidak lazim, misalnya khawatir, panik, pikiran dan tindakan
obsesif-kompulsif atau takut terhadap objek atau peristiwa yang tidak sesuai
dengan realitas situasi.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan psikologis (Sheila,2008)
a. Respon fisiologis
1) Kardiovaskuler : tekanan arteri meingkat, denyut jantung meningkat,
konstruksi pembuluh darah perifer, tekanan darah meningkat, tekanan
darah menurun, denyut nadi menurun
2) Pernafasan : nafas cepat dan pendek, nafas dangkal dan terengah-
engah
3) Gastrointestinal : nafsu makan menuru, tidak nyaman pada perut, mual
dan diare
4) Neuromuskular : tremor, gugup, gelisah, insomnia dan pusing
5) Traktus urinarius : sering berkemih
6) Kulit : keringat dingin, gatal dan wajah kemerahan
b. Respon perilaku
Respon perilaku yang sering muncul adalah gelisah, tremor, ketegangan
fisik, reaksi terkejut, gugup, bicara cepat, menghindar, kurang koordinasi,
menarik diri dari hubungan interpersonal dan melarikan diri dari masalah.

c. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya
lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut
pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
d. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan
malu.

B. AKIBAT ATAU DAMPAK


Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang
betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini tumbuh berlebihan
dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi ini menjadi tidak adaptif.
Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada
pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit-penyakit fisik (Cutler,
2012)
Menurut Yustinus (2009) membagi beberapa dampak kecemasan ke dalam
beberapa simtom, yaitu:
1. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak
diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak dapat tidur, sehingga
dapat menyebabkan sifat mudah marah.
2. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu
mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu
tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga
individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan akhirnya dia akan
menjadi lebih merasa cemas.
3. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup,
kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki
mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-
tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang tinggi
pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja
yang dirasanya mengancam.

C. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Masalah keperawatan (Stuart & Sunden ,2010)
a. Koping individu tidak efektif
b. Anxietas
c. Isolasi sosial : menarik diri
d. Tidak efektifnya koping keluarga
e. Harga diri rendah : Gangguan konsep diri
f. Perilaku kekerasan
g. Tidak efektifnya pelaksanaana regimen terapeutik
2. Data yang perlu dikaji :
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Kaji faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan


dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan
b. Kaji stressor presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
1) Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
a) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil).
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancanm harga diri
b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya
c. Kaji perilaku
Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon
fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui
pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan
kecemasan.
1) Respon fisiologis: Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis
dan parasimpatis)
2) Respon psikologologis: Kecemasan dapat mempengaruhi aspek
intrapersonal maupun personal.
3) Respon kognitif: Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan
berpikir baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah
tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa,
menurunya lapangan persepsi, bingung.
4) Respon afektif : Klien akan mengekspresikan dalam bentuk
kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap
kecemasan

d. Kaji penilaian terhadap stressor


1) Kognitif (kerusakan perhatian, kurang konsentrasi, pelupa,
kesalahan dalam menilai, preokupasi, bloking, penurunan lapangan
pandang, berkurangnya kreativitas, produktivitas menurun,
bingung, sangat waspadai, berkurangnya objektivitas, takut
kehilangan kontrol, takut bayangan visual, takut akan terluka atau
kematian, kesadaran diri meningkat, mimpi buruk).
2) Afektif (mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervous,
takut, alarm, frustasi, teror, gugup, gelisah, merasa bersalah,
pemalu, frustasi).
3) Fisiologik
a) Kardiovaskular (palpitasi, jantung berdebar, td meningkat, rasa
mau pingsan, pingsan, TD menurun, denyut nadi menurun).
b) Pernafasan (nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada,
nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi
tercekik, terengah-engah).
c) Neuromuskular (refleks meningkat, reaksi kejutan, mata
berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah
tegang).
d) Gastrointestinal (kehilangan nafsu makan, menolak makanan,
rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar di perut,
diare, perut melilit).
e) Traktus urinarius (tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih).
f) Reproduksi (tidak datang bulan/amenore, darah haid
berlebihan, darah haid amat sedikit, masa haid berkepanjangan,
masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam sebulan,
menjadi dingin, ejakulasi dini).
g) Integumen (wajah kemerahan, berkeringat setempat/telapak
tangan, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh).
4) Behavioral (gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat,
kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari
hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah,
menghindar, hiperventilasi).
5) Respon sosial (kadang kadang menghindari kontak sosial/ aktivitas
sosial menurun, kadang-kadang menunjukkan sikap bermusuhan).
e. Kaji sumber dan mekanisme koping
1) Sumber koping
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan
menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik
dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber koping
diantaranya adalah aset ekonomi, kemampuan memecahkan
masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi
sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi
koping yang efektif .
2) Mekanisme koping
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis
atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba
menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan
mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme
koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan,
tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi
kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain .
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan
panik membutuhkan banyak energi. mekanisme koping yang dapat
dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a) Task oriented reaction atau reaksi yang berorientasi pada tugas.
Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk
menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis,
yaitu:
- Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya digunakan individu untuk mengatasi rintangan
agar memenuhi kebutuhan.
- Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik
secara fisik maupun secara psikologis.
- Perilaku kompromi.
Digunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan
dilakukan atau mmengorbankan kebutuhan personal untuk
mencapai tujuan.
b) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego.
Mekanisme pertahanan Ego membantu mengatasi ansietas
ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri
dan dilakukan secara tidak sadar untuk mempertahankan
ketidakseimbangan. Adapun mekanisme pertahanan Ego
adalah:
- Kompensasi
Adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan
citra diri dengan secara tegas menonjolkan
keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
- Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini
paling sederhana dan primitif.
- Pemindahan (Displacemen)
Pengalihan emosi yag semula ditujukan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang
mengancam terhadap dirinya.
- Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari
kesadaran atau identitasnya.
- Identifikasi (Identification)
Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang ia
kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran-
pikiran,prilaku dan selera orang tersebut.
- Intelektualisasi (Intelektualization)
Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk
memghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
- Introjeksi (Intrijection)
Mengikuti norma-norma dari luar sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).
- Fiksasi
Berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek
tertentu (emosi atau tingkah laku atau pikiran) sehingga
perkembangan selanjutnya terhalang.
- Proyeksi.
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan. Perasaan emosional
dan motivasi tidak dapat ditoleransi.

- Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut
alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak
menjatuhkan harga diri.
- Reaksi formasi
- Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung
bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang
sebenarnya.
- Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi
marah, merusak, melempar barang, meraung, dan
sebagainya.
- Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan
pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
- Acting Out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang.
- Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
halangan dalam penyalurannya secara normal.
- Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi
yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
- Undoing
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi
sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Pada Kecemasan:
1. Ansietas Berhubungan Dengan Adanya Ancaman Pada Lingkungan
2. Panik Berhubungan Dengan Penolakan Keluarga

E. RENCANA TINDAKAN
Tujuan Umum:
Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres dan
mampu mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan Khusus:
1. Klien mampu mengenal ansietas.
2. Klien mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang ansietasnya.
3. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
4. Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
5. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
6. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
7. Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
8. Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
9. Klien terlindung dari bahaya.

F. TINDAKAN KEPERAWATAN:
1. Bina hubungan saling percaya
a. Pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
b. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
meliputi:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
atau klien.
2. Bantu pasien mengenal ansietas
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
d. Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri.
a. Pengalihan situasi
b. Latihan relaksasi:
1) Tarik nafas dalam
2) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
c. Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
4. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Membantu pasien mengenal ansietas.
3. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
4. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2
a. Mengevaluasi latihan teknik pengalihan situasi.
b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi nafas dalam.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3

a. Mengevaluasi latihan teknik tarik nafas dalam


b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi progresif: mengerutkan dan
mengendurkan otot.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.

TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4

a. Mengevaluasi latihan tehnik relaksasi progresif mengerutkan dan


mengendurkan otot.
b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi lima jari.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
Teknik relaksasi progresif:
a. Otot yang dapat dilatih mulai dari otot muka sampai otot kaki.
b. Kerutkan otot muka, kendurkan, 3-10 kali.
c. Otot punggung
d. Otot perut
e. Otot tangan
f. Otot kaki.

Teknik relaksasi lima jari:


a. Membayangkan, distraksi.
b. Sentuhkan ibu jari dengan telunjuk, sambil melakukannya, kenang saat
merasa sehat, menikmati kegiatan fisik yang menyenangkan, misalkan
membayangkan ketika baru saja selesai mengikuti pertandingan bulu tangkis
dan bapak menjadi pemenangnya.
c. Kedua, sentuhkan ibu jari dengan jari tengah, sambil melakukannya, kenang
saat pertama kali jatuh cinta, saat pertama kali bertemu dengan istri dan
kenangan indah yang lain.
d. Ketiga, sentuhkan ibu jari dengan jari manis dan bayangkan ketika saat
pertama menerima pujian yang paling berkesan.
e. Terakhir, sentuhkan ibu jari dengan kelingking dan bayangkan berada di satu
tempat yang paling disukai, misalnya pantai, bayangkan berjalan di sekeliling
pantai, kembangkan imajinasi.
Rencana Keperawatan berdasarkan tingkat ansietas:
1. Ansietas Ringan

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Ansietas ringan adalah a. Tidak nyaman. a. Gerakan tidak tenang.
ansietas normal dimana b. Gelisah. b. Perhatikan tanda peningkatan ansietas.
motivasi individu pada c. Insomnia ringan. c. Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif.
keseharian dalam batas d. Perubahan nafsu makan ringan. d. Gunakan obat bila perlu.
kemampuan untuk e. Peka. e. Dorong pemecahan masalah.
melakukan dan f. Pengulangan pertanyaan. f. Berikan informasi akurat dan fuktual.
memecahkan masalah g. Perilaku mencari perhatian. g. Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.
meningkat. h. Peningkatan kewaspadaan. h. Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping
i. Peningkatan persepsi pemecahan yang berhasil.
masalah. i. Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.
j. Mudah marah. j. Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi.

2. Ansietas Sedang
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a. Perkembangan dari ansietas ringan. a. Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila
cemas yang b. Perhatian terpilih dari lingkungan. berurusan dengan pasien.
mempengaruhi c. Konsentrasi hanya pada tugas-tugasb. Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
pengetahuan baru individu. c. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
dengan penyempitan d. Suara bergetar. d. Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
lapangan persepsi e. Ketidaknyamanan jumlah waktu yange. Dengarkan pasien.
sehngga individu digunakan. f. Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan
kehilangan pegangan f. Takipnea. tangan pasien.
tetapi dapat mengikuti g. Takikardia. g. Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
pengarahan orang lain. h. Perubahan dalam nada suara. h. Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
i. Gemetaran. b. Bantu pasien mengenali dan menamai ansietasnya.
j. Peningkatan ketegangan otot.
k. Menggigit kuku, memukul-mukulkan
jari, menggoyangkan kaki dan
mengetukkan jari kaki.

3. Ansietas Berat

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Pada ansietas berat lapangan a. Perasaan terancam. a. Isolasi pasien dalam lingkungan yang aman dan
persepsi menjadi sangat b. Ketegangan otot yang berlebihan. tenang.
menurun. Individu cenderung c. Diaforesis. b. Biarkan perawatan dan kontak sering sampai
memikirkan hal yang sangat d. Perubahan pernapasan. konstan.
kecil saja dan mengabaikan e. Napas panjang. c. Berikan obat-obatan pasien melakukan hal untuk
hal yang lain. Individu tidak f. Hiperventilasi. dirinya sendiri.
mampu berfikir realistis dan g. Dispnea. d. Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.
membutuhkan banyak h. Pusing. e. Jangan mennyentuh pasien tanpa permisi.
pengarahan, untuk dapat i. Perubahan gastrointestinalis. f. Yakinkan pasien bahwa dia aman.
memusatkan pada daerah j. Mual muntah. g. Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya.
lain. k. Rasa terbakar pada ulu hati.
l. Sendawa.
m. Anoreksia.
n. Diare atau konstipasi.
o. Perubahan kardivaskuler.
p. Takikardia.
q. Palpitasi.

4. Panik

Deskripsi Batasan Karakter Intervensi


Adalah tingkat dimana a. Hiperaktif / imobilitasi berat. a. Tetap bersama pasien ; minta bantuan.
individu berada pada b. Rasa terisolasi yang ekstrim. b. Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan
bahaya terhadap diri c. Kehilangan desintegrasi kepribadian. psikologisdari lingkungan.
sendiri dan orang lain serta d. Sangat goncang dan otot-otot tegang c. Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan,
dapat menjadi diam atau e. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi menggunakan nada suara yang rendah.
menyerang dengan cara dengan kalimat yang lengkap. d. Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan
kacau. f. Distori persepsi dan penilaian yang tidak membahayakan dirinya sendiri atau orang lain.
realistis terhadap lingkungan dane. Isolasikan pasien pada daerah yang aman dan
ancaman. nyaman.
g. Perilaku kacau dalam usaha melarikanf. Lanjut dengan perawatan ansietas berat.
diri.
h. Menyerang.

Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu sebagai berikut:
Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat sangat berat

Tujuan Khusus Intervensi Rasional


Klien dapat terlindung dari 1. Dukung dan terima mekanisme pertahanAnsietas berat dan panik dapat dikurangi dengan
bahaya. diri klien. mengijinkan klien untuk menentukan besarnya stress
yang dapat ditangani.
2. Kenalkan klien pada kriteria kesediahan
yang berhubungan dengan mekanismeJika klien tidak mampu menghilangkan ansietas,
kopingnya saat ini ketegangan dapat mencapai
3. Berikan umpan balik kepada klien tentang
perilaku, stressor dan sumber koping.

4. Hindari perhatian pada fobia, ritual atau


keluhan fisik.

5. Kuatkan ide bahwa kesehatan fisik


berhubungan dengan kesehatan emosional

6. Batasi perilaku maladaptif klien dengan


cara yang mendukung
Klien akan mengalami situasi 1. Bersikap tenang terhadap klien Perilaku dapat dimodifikasi dengan mengubah
yang lebih sedikit lingkungan dan interkasi klien dengan lingkungan
menimbulkan ansietas 2. Kurangi stimulus lingkungan

3. Batasi interaksi klien dengan klien lain


untuk meminimalkan aspek menularnya
ansietas

4. Identifikasi dan modifikasi situasi yang


dapat menimbulkan ansietas bagi klien

5. Berikan tindakan fisik seperti mandi air


hangat dan massage
Klien dapat terlibat dalam 1. Ikutlah terlibat dengan aktivitas klienDengan mendorong aktivitas ke luar rumah, perawat
aktivitas yang dijadwalkan untuk memberikan dukungan padamembatasi waktu klien yang tersedia untuk mekanisme
sehari-hari penguatan perilaku produktif secara sosial koping destruktif sambil meningkatkan partisipasi dan
meninkmati aspek kehidupan lainnya
2. Berikan beberapa jenis latihan fisik

3. Rencanakan jadwal atau daftar aktivitas


yang dapat dilakukan setiap hari

4. Libatkan anggota keluarga dan sistem


pendukung lainnya
Klien akan mengalami 1. Berikan medikasi yang dapat membantuEfek hubungan yang terapeutik dapat ditingkatkan jika
penyembuhan dan gejala- mengurangi rasa tidak nyaman klien kendali kimiawi terhadap gejala kemungkinan klien
gejala ansietas berat untuk mengarahkan perhatian pada konflik yang
2. Amati efek samping medikasi danmendasari
lakukan penyuluhan kesehatan yang
relevan

Rencana keperawatan: respon ansietas pada tingkat berat


Tujuan Khusus Intervensi Rasional
Klien akan 1. Bantu klien mengindentifikasi danUntuk mengadopsi respon koping yang baru, klien
mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan yang mendasaripertama kali harus menyadari perasaan dan mengatasi
menggambarkan perasaan kecemasan penyakangkalan dan resistens yang disadari atau tidak
tentang ansietasnya disadri
2. Kaitkan perilaku klien dengan perasaan
tersebut

3. Validasikan semua perubahan dan asumsi


kepada klien

4. Gunakan pertanyaan terbuka untuk beralih


dari topic yang tidak mengancam ke isu-isu
konflik

5. Variasikan besarnya ansietas untuk


meningkatkan motivasi klien

6. Gunakan konfrontasi supportif dengan


bijaksana
Klien akan 1. Bantu klien manggambarkan situasi danSetelah perasaan ansietas dikenali, klien harus mengerti
mengidentifikasi penyebab interaksi yang mendahului ansietas perkembangannya termasuk stressor pencetus, penilaian
ansietas stressor dan sumber yang tersedia
2. Tinjau penilaian klien terhadap stressor,
nilai-nilai yang terancam dan cara konflik
berkembang

3. Hubungkan pengalaman klien dengan


pengalaman yang relevan pada masa lalu

Klien akan menguraikan 1. Kaji bagaimana klien menurunkanRespons koping adaptif dapat dipelajri melalui analisa
respons koping adaptif dan ansietasnya dimasa lalu dan tindakan yangmekanisme koping yang digunakan dimasa lalu,
maladaptif dilakukan untuk menurunkakannya penilaian ulang stressor, menggunakan sumber koping
yang tersedia dan menerima tanggung jawab untuk
2. Tunjukkan efek maladaptif dan destruktifberubah.
dari respons koping saat ini

3. Dorong klien menggunakan koping adaptif


yang efektif dimasa lalu

4. Fokuskan klien pada tanggung jawab untuk


berubah

5. Bantu klien untuk mengevaluasi nilai, sifat


dan arti stressor pada saat yang tepat

6. Bantu klien secara aktif mengkaitkan

7. hubungan sebab akibat


Klien akan 1. Bantu klien mengidentifikasi cara untukIndividu dapat mengatasi stress dengan mengatur distress
mengimplementasi kan membangun kembali pikiran, memodifikasiemosional yang menyertainya melalui teknik
dua respons adaptif untuk perilaku, menggunakan su,mber dan mengujipenatalaksanaan stres
mengatasi ansietas respons koping yang baru
2. Dorong klien melakukan aktivitas fisik
untuk menyalurkan energi
3. Libatkan orang terdekat sebagai sumber
koping dan dukungan sosial

4. Ajarkan teknik relaksasi untuk meningkatkan


percaya diri
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2014. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,
Jakarta : EGC

Ramaiah, Savitri. 2010. Kecemasan Bagaimana Mengatasi Penyebabnya. Jakarta:


Pustaka Populer Obor

Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press

Struart, G.W., Sundeen, S.J., 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.Jakarta:
EGC

Suliswati.2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Townsend, M. C., 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


Psikiatri. Edisi 3. Alih Bahas Novi Helena. Editor Monica Ester, Jakarta : EGC.

Tirtojiwo. 2012. Anxiey (Kecemasan).http://tirtojiwo.org/wpcontent/uploads/2012/06/


kuliah-anxiety.pdf diakses pada 10 Juli 2018.

Yustinus, Semium. 2009. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius

Wiramihardja, Sutardjo. 2012. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika


Aditama

Anda mungkin juga menyukai