LAPORAN PENDAHULUAN
KECEMASAN (ANSIETAS) RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR
DISUSUN OLEH :
ARHAM, S.Kep
17 04 055
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
b. Gangguan panik
Merupakan suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat,
yang berlangsung 15 sampai 30 menit, ketika individu mengalami
ketakutan emosioanl yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis.
2. Penyebab atau Etiologi
Secara umum, ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan
menghadapi situasi, masalah, dan tujuan hidup.
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart dan Laraia, terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
1) Teori Biologis
Setiap orang mempunyai potensi mengalami kecemasan yang
kemungkinan besar dipengaruhi oleh ketidakseimbangan senyawa
kimia di dalam otak yang membuat kecemasan atau ketakutan menjadi
abnormal. Hal ini terjadi karena seseorang mengalami abnormalitas
elektroensefalografik pada lobus temporal yang biasanya berespons
terhadap karbamazepin (suatu antikonvulsan) atau obat-obatan lain.
(Sullivan & Coplan, 2009).
a) Teori Genetik
Ansietas dapat memiliki komponen yang diwariskan karena
kerabat tingkat pertama individu yang mengalami peningkatan
ansietas memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami ansietas
dengan wanita berisiko dua kali lipat lebih besar daripada pria.
Horwath dan Weissman (2000) menjelaskan bahwa suatu
kemungkinan “sindrom kromosom 13 yang dapat terlibat dalam
hubungan genetika yang mungkin pada gangguan panik, seperti
sakit kepala hebat, masalah ginjal, kandung kemih, atau tiroid,
prolaps katup mitral.
b) Teori neurokimia
Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan neurotransmiter
asam amino yang diyakini tidak berfungsi pada gangguan ansietas.
GABA, suatu neurotransmiter inhibitor, berfungsi sebagai agens
antiansietas alami tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel
sehingga megurangi frekuensi bangkitan neuron. GABA tersedia
pada sepertiga sinaps saraf, terutama sinaps di sistem limbik dan
lokus seruleus, tempat neurotransmitter norepinefrin diproduksi,
yang menstimulasi fungsi sel. Karena GABA mengurangi ansietas
dan noreepinefrin meningkatkan ansietas, diperkirakan bahwa
masalah pengaturan neurotransmitter ini menimbulkan gangguan
ansietas.
2) Teori Psikologis:
a) Teori Perilaku
Ansietas merupakan sesuatu yang diperlajari melalui pengalaman
individu. Pola-pola perilaku tertentu mengajarkan seseorang
bertindak dengan cara berbeda. Misalnya, jika sejak kecil
seringkali diterapkan perilaku main sendiri atau jarang
bersosialisasi, maka kondisi tersebut bisa terbawa hingga dewasa
yang membuatnya menjadi takut atau cemas untuk berhadapan
dengan orang lain. Ansietas merupakan segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya
2. Etiologi Panik:
a. Teori biologi
Gangguan panik dapat diwariskan secara genetik. Serangan panik dapat
muncul ketika girus parahipokampus diaktifkan oleh jalur norepinefrin.
Gejala serangan panik, misalnya peningkatan frekuensi jantung yang
terlihat pada peningkatan kadar noreepinefrin yang dilepaskan. Obat-
obatan seperti yohimbin menyekat reseptor pengikat norepinefrin sehingga
ansietas meningkat.
b. Psikoanalitis
Informasi yang direpresi ke alam bawah sadar dapat muncul ke alam
sadar. Informasi ini menyebabkan konflik yang berasal dari salah satu dari
empat sumber: ansietas superego, rasa bersalah yang dirasakan oleh
individu yang secara sosial dan personal memiliku impuls yang tidak
tepat, dan tipe hukuman terhadap konflik jika informasi ini diketahui,
ansietas separasi, tentang potensi kehiangan orang terdekat, dan ansietas id
atau destruksi individu. Tujuan psikoanalitis adalah menghadapi konflik
untuk mengkaji sumber ansietas yang sebenarnya kemudian melakukan
intervensi.
Masalah fisik yang dapat dikaitkan dengan kecemasan meliputi:
(TirtoJiwo, 2012)
1) Penyakit jantung
2) Diabetes
3) Masalah tiroid (seperti hipotiroidisme atau hipertiroidisme)
4) Asma
5) Penyalahgunaan obat
6) Penarikan diri (withdrawal) alkohol
7) Penarikan diri (withdrawal) dari obat anti-kecemasan (benzodiazepin)
8) Tumor Langka yang memproduksi hormon tertentu yang
menyebabkan badan dalam posisi siaga “hadapi atau lari”
9) Otot atau kejang atau kram.
10) Rasa terbakar atau sensasi menusuk-nusuk sensasi yang tidak memiliki
sebab yang jelas
c. Respon kognitif
Respon kognitif yang muncul adalah perhatian terganggu, pelupa, salah
dalam memberikan penilaian, hambatan berpikir logis, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak mampu mengambil keputusan, menurunnya
lapangan persepsi dan kreatifitas, bingung, takut, kehilangan kontrol, takut
pada gambaran visual dan takut cedera atau kematian.
d. Respon afektif
Respon afektif yang sering muncul adalah mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, ketakutan, waspada, gugup, mati rasa, rasa bersalah dan
malu.
- Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut
alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak
menjatuhkan harga diri.
- Reaksi formasi
- Bertingkah laku yang berlebihan yang langsung
bertentangan dengan keinginan-keinginan,perasaan yang
sebenarnya.
- Regressi
Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku
yang primitif), contoh; bila keinginan terhambat menjadi
marah, merusak, melempar barang, meraung, dan
sebagainya.
- Represi
Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, atau
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan
pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme ego yang lainnya.
- Acting Out
Langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya
terhalang.
- Sublimasi
Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya
dimata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
halangan dalam penyalurannya secara normal.
- Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme
pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi
yang disadari;pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang;kadang-kadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
- Undoing
Tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan
sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi
sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitif.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Pada Kecemasan:
1. Ansietas Berhubungan Dengan Adanya Ancaman Pada Lingkungan
2. Panik Berhubungan Dengan Penolakan Keluarga
E. RENCANA TINDAKAN
Tujuan Umum:
Klien akan menunjukkan mekanisme koping adaptif dalam mengatasi stres dan
mampu mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
Tujuan Khusus:
1. Klien mampu mengenal ansietas.
2. Klien mampu mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang ansietasnya.
3. Klien mampu mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
4. Klien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
5. Klien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
6. Klien mampu membina hubungan saling percaya.
7. Klien mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
8. Klien mampu meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
9. Klien terlindung dari bahaya.
F. TINDAKAN KEPERAWATAN:
1. Bina hubungan saling percaya
a. Pertimbangkan agar pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
b. Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya
meliputi:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
atau klien.
2. Bantu pasien mengenal ansietas
a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
b. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
c. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
d. Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya
diri.
a. Pengalihan situasi
b. Latihan relaksasi:
1) Tarik nafas dalam
2) Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot.
c. Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari).
4. Motivasi klien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 1
1. Membina hubungan saling percaya.
2. Membantu pasien mengenal ansietas.
3. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan pengalihan situasi.
4. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan sehari-hari.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 2
a. Mengevaluasi latihan teknik pengalihan situasi.
b. Mengajarkan dan melatih tehnik relaksasi nafas dalam.
c. Memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian.
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 3
TINDAKAN KEPERAWATAN: SP 4
2. Ansietas Sedang
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang adalah a. Perkembangan dari ansietas ringan. a. Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila
cemas yang b. Perhatian terpilih dari lingkungan. berurusan dengan pasien.
mempengaruhi c. Konsentrasi hanya pada tugas-tugasb. Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.
pengetahuan baru individu. c. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
dengan penyempitan d. Suara bergetar. d. Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.
lapangan persepsi e. Ketidaknyamanan jumlah waktu yange. Dengarkan pasien.
sehngga individu digunakan. f. Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan
kehilangan pegangan f. Takipnea. tangan pasien.
tetapi dapat mengikuti g. Takikardia. g. Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.
pengarahan orang lain. h. Perubahan dalam nada suara. h. Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
i. Gemetaran. b. Bantu pasien mengenali dan menamai ansietasnya.
j. Peningkatan ketegangan otot.
k. Menggigit kuku, memukul-mukulkan
jari, menggoyangkan kaki dan
mengetukkan jari kaki.
3. Ansietas Berat
4. Panik
Sedangkan rencana keperawatan pada ansietas berat dan sedang, yaitu sebagai berikut:
Kriteria hasil: klien akan mengurangi ansietasnya sampai tingkat sedang atau ringan.
Klien akan menguraikan 1. Kaji bagaimana klien menurunkanRespons koping adaptif dapat dipelajri melalui analisa
respons koping adaptif dan ansietasnya dimasa lalu dan tindakan yangmekanisme koping yang digunakan dimasa lalu,
maladaptif dilakukan untuk menurunkakannya penilaian ulang stressor, menggunakan sumber koping
yang tersedia dan menerima tanggung jawab untuk
2. Tunjukkan efek maladaptif dan destruktifberubah.
dari respons koping saat ini
Keliat, Budi Anna. 2014. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Editor Yasmin Asih,
Jakarta : EGC
Rochman, Kholil Lur. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Press
Struart, G.W., Sundeen, S.J., 2010. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.Jakarta:
EGC