Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI

Disusun Oleh :

ERIKA RAHMAWATI
Nim : P2002087

INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN & SAINS


WIYATA HUSADA SAMARINDA
PROGRAM PROFESI NERS
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA AMAN NYAMAN NYERI

BAB I
PENDAHULUA
N

A. Latar Belakang
Kebutuhan rasa nyaman “nyeri” diperlukan untuk proses kehidupan. Nyeri adalah
suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbul bilamana jaringan sedang dirusak
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi bagi seseorang yang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan
lain-lain. Keadaan ini mempengaruhi beberapa faktor seperti : usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, lingkungan dan pengalaman, dan toleransi.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan.

2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap diharapkan mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian data
b. Intervensi data dasar
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon
terhadap suatu rangsangan yang berbahaya adalah hal yang disebut dengan perubahan
kenyamanan (Carpenito, Linda Jual, 2000). Dalam NANDA 2015-2017, kenyamanan berada
dalam Domain 12 dengan 3 kelas: Kelas 1 (Kenyamanan Fisik), Kelas 2 (Kenyamanan
Lingkungan), dan Kelas 3 (Kenyamanan Sosial).
Masing-masing kelas mempunyai diagnosis-diagnosis yang berkolerasi satu sama
lain, diantaranya:
Kelas Diagnosis
Kelas 1: Kenyamanan Fisik Nyeri akut
Nyeri kronis
Mual
Kesiapan untuk meningkatkan kenyamanan
Gangguan kenyamanan
Kelas 2: Kenyamanan Lingkungan Kesiapan untuk meningkatkan kenyamanan
Gangguan kenyamanan
Kelas 3: Kenyamanan Sosial Isolasi sosial
Resiko kesepian

Nyeri adalah keadaan suatu mekanisme protektif tubuh yang timbul apabila jaringan
mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan tersebut.

1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan ketika seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat
kurang dari 6 bulan. Dalam NANDA 2015-2017, nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan
yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diprediksi.

2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten
selama 6 bulan atau lebih. Dalam NANDA 2015-2017, nyeri kronis adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa;
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
tidak dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung > 3 bulan.

3. Mual
Mual adalah keadaan ketika individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi
seperti gelombang dibelakang tenggorokan, epigastrium, atau seluruh abdomen yang
mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah. Dalam NANDA 2015-2017, mual
adalah sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan, epigastrium, atau abdomen
yang menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah.

B. KLASIFIKASI NYERI
1. Nyeri berdasarkan kualitasnya
- Nyeri yang menyayat
- Nyeri yang menusuk
2. Nyeri berdasarkan tempatnya
- Nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
- Nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
- Nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
- Nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
- Nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
- Nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena pengalaman
masa lalu
- Nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. Nyeri berdasarkan serangannya
- Nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
- Nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
4. Nyeri menurut sifatnya
- Nyeri timbul sewaktu-waktu
- Nyeri yang menetap
- Nyeri yang kumat-kumatan
5. Nyeri menurut rasa
- Nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
- Nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
6. Nyeri menurut kegawatan
- Nyeri ringan
- Nyeri sedang
- Nyeri berat
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang behubungan dengan perubahan kenyamanan secara umum maupun
terkait nyeri akut/kronis :
1. Biopatofisiologis
a. Berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
b. Berhubungan dengan trauma pada perineum selama persalinan dan kelahiran
c. Berhubungan dengan involusi uterus dan pembengkakan payudara
d. Berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot refleks akibat :
Gangguan Muskuluskletal :
1) fraktur
2) kontraktur
3) spasme
4) arthritis
5) gangguan medula spinalis
Gangguan Viseral :
1) jantung
2) ginjal
3) hepatik
4) usus
5) pulmoner
Gangguan Vaskular :
1) vasospasme
2) oklusi
3) kanker
4) flebitis
5) vasodilatasi(sakit kepala)
e. Berhubungan dengan Inflamasi pada:
1) saraf
2) tendon
3) sendi
4) otot
5) bursa
6) struktur jukstoartikular
f. Berhubungan dengan keletihan, malaise dan/atau pruritus akibat penyakit menular :
1) rubella
2) cacar air
3) hepatitis
4) mononukleosis
5) pankreatitis
g. Berhubungan dengan pengaruh kanker pada (sebutkan spesifik)
h. Berhubungan dengan kram abdomen, diare, dan muntah akibat gastroentritis,
influenza, tukak lambung
i. Berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos akibat batu ginjal atau infeksi
gastrointestinal
2. Terkait penanganan
a. Berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot refleks akibat :
1) Operasi
2) Kecelakaan
3) Luka bakar
4) Pemeriksaan diagnostic
a) Fungsi vena
b) Pencitraan invasive
c) Biopsy
b. Berhubungan dengan mual muntah sekunder akibat kemoterapi, anesthesia, atau efek
samping (sebutkan)
3. Situasional (Personal, Lingkungan)
a. Berhubungan dengan demam
b. Berhubungan dengan imoilitas/posisi yang tidak tepat
c. Berhubungan dengan aktivitas yang berlebihan
d. Berhubungan dengan titik tekanan (gips yang ketat, perban elastic)
e. Berhubungan dengan respon alergi
f. Berhubungan dengan iritan kimia
g. Berhubungan dengan kebutuhan akan kemandirian yang tidak terpenuhi
h. Berhubungan dengan ansietas yang ditekan
4. Maturasional
Berhubungan dengan trauma jaringan, sekunder akibat :
a. Masa bayi : kolik
b. Masa bayi dan kanak-kanak awal : tumbuh gigi,nyeri telinga
c. Masa kanak-kanak menengah : nyeri abdomen berulang, nyeri tumbuh kembang
(growing pains)
d. Remaja : sakit kepala, nyeri dada, dismenorea

Faktor-faktor yang behubungan dengan perubahan kenyamanan terkait mual :


1. Biopatofisiologis
Berhubungan dengan iritasi gastrointestinal, sekunder akibat :
a. Gastroenteritis akut
b. Sindrom usus rengsa
c. Sakit kepala migren
d. Infeksi (mis. keracunan makanan)
e. Batu ginjal
f. Penyakit ulkus peptikum
g. Pancreatitis
h. Kehamilan
i. Overdosis obat
j. Motion sickness
2. Terkait
penanganan
a. Berhubungan dengan efek obat (mis. kemoterapi, teofilin, digitalis, atau antibiotic)
b. Berhubungan dengan efek anastesia

1. Trauma
a. Mekanik (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk)
b. Thermis (panas dan dingin)
c. Chemis (zat kimia bersifat asam dan baja serta iritasi dan korosif lainnya)
d. Elektris (listrik)
e. Peradangan (inflamasi)
2. Nyeri disebabkan oleh pembengkakan meregang syaraf dan pelepasan
mediator kimia.
- Trauma Psikologis
3. Keluhan yang berhubungan dengan psikologis
- Gangguan sirkulasi
4. Terjadi penyempitan / penyumbatan pada saluran tubuh
- Neuplasma
5. Jinak nyeri tidak ada ujung reseptor
Misalnya : tumor

D. PATOFISIOLOGI
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri
yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui
serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks
serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersiapkan nyeri.
a. Resepsi
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, bradikinin dan kalium, yang
bergabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap
stimulus yang membahayakan) untuk memulai transmisi neural, yang dikaitkan
dengan nyeri. Beberapa reseptor hanya berespon pada satu jenis nyeri, sedangkan
reseptor yang lain juga sensitif terhadap temperatur dan tekanan. Apabila kombinasi
dengan reseptor nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum
yang dibutuhkan untuk membangkitkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah
aktivasi neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk dan ukuran tubuh, maka
distribusi reseptor nyeri disetiap bagian tubuh bervariasi.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengkonduksi
stimulus nyeri: Serabut A-Delta yang bermielinasi dengan cepat dan serabut C yang
tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim
sensasi tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut C menghantarkan impuls yang terlokalisasi buruk, viseral,
dan terus menerus. Ketika serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari
serabut saraf perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang
mengaktifkan dan membuat peka
respons nyeri. Misalnya, kalium, prostaglandin dilepaskan ketika sel-sel lokal
mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut sampai transmisi tersebut
berakhir dibagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis,
neurotransmiter, seperti substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu
transmisi spinalis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam sisitem saraf pusat.

b. Neuroregulator
Neuroregulator memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman
nyeri. Sustansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor. Neuroregulator dibagi menjadi dua
kelompok, yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti
substansi P mengirim impuls listrik melewati celah sinap diantara dua serabut saraf
(eksitator dan inhibitor). Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan
menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung
menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinap. Endorfin merupakan salah satu
contoh neuromodulator.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
F. WOC (What of Caution)

Gangguan Rasa Nyaman


Merupakan perasaan kurang senang,lega
dan sempurna dalam dimensi
fisik,psikospiritual,lingkungan dan sosial

Agen cedera fisik


Agen cedera (abses,amputasi,luka
biologi bakar,terpotong dan
(infeksi,iskemia,dan trauma)
neoplasma
Agens cedera
kimiawi(kapsaisin,metile
n klorida, agen mustard

Impuls Nyeri

Reseptor
Nyeri(Nosiseptor)

Kerusakan jaringan

Merangsang sel-sel mast menghasilkan


histamine,bradikinin dan prostaglandin

Nyeri cepat dari serat A Nyeri lambat dari serat C

Medula Spinalis
Traktus neospinotalamus
Medulla spinalis

dihantarkan oleh paleospinotalamikus


Area grisea
periakueduktus
Sistem aktivasi retikular

Talamus Hipotalamus dan system limbik


Talamus

Otak
(korteks sensori somatik)

Nyeri

Nyeri Akut Nyeri Kronis

Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda mayor


 Mengeluh nyeri  Tampak meringis
 Tampak meringis  Gelisah
 Bersikap protektif (mis.  Tidak mampu menuntaskan
Waspada, posisi menghindari aktivitas
nyeri) Gejala dan tanda minor
 Gelisah  Bersikap protektif (mis. Posisi
 Frekuensi nadi meningkat menghindari nyeri)
 Sulit Tidur  Waspada
Gejala dan tanda minor  Pola Tidur berubah
 Tekanan darah meningkat  Anoreksia
 Pola nafas berubah  Fokus Menyempit
 Nafsu makan berubah  Berfokus pada diri sendiri
 Proses berpikir terganggu
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
Kriteria Hasil
Kriteria Hasil:
 Melaporkan nyeri terkontrol
 Mampu mengenali onset nyeri
 Mampu mengenali penyebab
nyeri
 Mampu menggunakan Teknik
non farmakologis

Intervensi:
Observasi
 Identifikasi lokasi karakteristik, durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Hipnosis, akupresur,terapi music, biofeddback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi Istirahat dan tidur
 Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
a. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik
b. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
c. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
d. Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Fokus Pengkajian
Pengkajian nyeri yang faktual (terkini), lengkap dan akurat akan memudahkan
perawat di dalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnose keperawatan yang
tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang di berikan.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri
akut adalah:
1. Mengkaji perasaan klien (respon psikologis yang muncul).
2. Menetapkan respon fisiologis klien terhadap nyeri dan lokasi nyeri.
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri.
Kaji nyeri yang berhubungan dengan:
1. P = Problem : pencetus nyeri
Faktor – faktor yang merangsang nyeri
1) Apa yang membuat nyeri bertambah buruk?
2) Apa yang mengurangi nyeri ?
2. Q = Quality : kualitas nyeri
1) Nyeri dirasakan seperti apa?
2) Apakah nyeri dirasakan tajam, tumpul, ditekan dengan berat, berdenyut
sperti diiris, atau tercekik?
3. R = Region : lokasi nyeri
1) Dimana nyeri tersebut?
2) Apakah nyeri menyebar atau menetap pada satu tempat?
4. S = Squerity = intensitas nyeri
1) Apakah nyeri ringan sedang atau berat?
2) Seberapa berat nyeri yang dirasakan?
5. T = Time : waktu
1) Berapa lama nyeri dirasakan?
2) Apakah nyeri terus menerus atau kadang – kadang?

 Perhitungan skala nyeri


 Skala numerik → digunakan untuk pasien dewasa
a. 0 : no pain / tidak nyeri.
b. 1 - 3 : mild = nyeri ringan → tidak mengganggu aktivitas.
c. 4 – 6 : moderate = nyeri sedang → mengganggu aktivitas.
d. 7 – 9 : severe = nyeri berat → tidak bisa melakukan aktivitas.
e. 10 : nyeri sangat berat
 Skala ekspresi wajah → digunakan untuk pasien anak – anak.

Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha
untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji
kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis
maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada
dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).

b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,iskemia,neoplasma
2. Nyeri Akut b/d Agen pencedera Kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat,prosedur operasi,trauma,latihan fisik berlebihan)
4. Nyeri Kronis b/d Kondisi musculoskeletal kronis
5. Nyeri Kronis b/d Kerusakan system saraf
6. Nyeri Kronis b/d Penekanan saraf
7. Nyeri Kronis b/d Infiltrasi tumor
8. Nyeri Kronis b/d ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan
reseptor
9. Nyeri Kronis b/d Gangguan Imunitas (mis.neuropati terkait HIV,virus varicella-
zooster)
10. Nyeri Kronis b/d Gangguan fungsi metabolic
11. Nyeri Kronis b/d Riwayat posisi kerja statis
12. Nyeri Kronis b/d Peningkatan indeks massa tubuh
13. Nyeri Kronis b/d Kondisi pasca trauma
14. Nyeri Kronis b/d Tekanan emosional
15. Nyeri Kronis b/d Riwayat penganiyaan (mis.fisik,psikologis,seksual)
16. Nyeri Kronis b/d Riwayat penyalahgunaan obat/zat

c. Intervensi

1. Observasi
 Identifikasi lokasi karakteristik, durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respons nyeri non verbal
 Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Hipnosis, akupresur,terapi music, biofeddback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi Istirahat dan tidur
 Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Ali mulhidayat, Aziz. 1997. Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta

Brunner&Suddarth, Suzanne C. Smeltzer, Brenola G. Bare. 2001. KeperawatanMedikal


Bedah. EGC: Jakarta

Delaune, Sue C dan Ladner, P.K. 2011. Fundamentalas of Nursing Standards and Practice.
Edisi 4. USA : Delmar.

Dochterman, JM., Butcher, H.K., &Bullechek, GM. (Eds.). 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.

Potter & Perry. 2006. Buku ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC: Jakarta.

. 2011. Basic Nursing Essentials For Practice. Edisi 6. Canada : Mosby


Elsevier.

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume I dan II. EGC: Jakarta

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai