Disusun Oleh :
ERIKA RAHMAWATI
Nim : P2002087
BAB I
PENDAHULUA
N
A. Latar Belakang
Kebutuhan rasa nyaman “nyeri” diperlukan untuk proses kehidupan. Nyeri adalah
suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbul bilamana jaringan sedang dirusak
dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri.
Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan
transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan
rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi bagi seseorang yang memiliki banyak
perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak, dan
lain-lain. Keadaan ini mempengaruhi beberapa faktor seperti : usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, lingkungan dan pengalaman, dan toleransi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan manajemen
keperawatan.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pengkajian terhadap diharapkan mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian data
b. Intervensi data dasar
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon
terhadap suatu rangsangan yang berbahaya adalah hal yang disebut dengan perubahan
kenyamanan (Carpenito, Linda Jual, 2000). Dalam NANDA 2015-2017, kenyamanan berada
dalam Domain 12 dengan 3 kelas: Kelas 1 (Kenyamanan Fisik), Kelas 2 (Kenyamanan
Lingkungan), dan Kelas 3 (Kenyamanan Sosial).
Masing-masing kelas mempunyai diagnosis-diagnosis yang berkolerasi satu sama
lain, diantaranya:
Kelas Diagnosis
Kelas 1: Kenyamanan Fisik Nyeri akut
Nyeri kronis
Mual
Kesiapan untuk meningkatkan kenyamanan
Gangguan kenyamanan
Kelas 2: Kenyamanan Lingkungan Kesiapan untuk meningkatkan kenyamanan
Gangguan kenyamanan
Kelas 3: Kenyamanan Sosial Isolasi sosial
Resiko kesepian
Nyeri adalah keadaan suatu mekanisme protektif tubuh yang timbul apabila jaringan
mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan tersebut.
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah suatu keadaan ketika seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Awitan nyeri akut biasanya mendadak, durasinya singkat
kurang dari 6 bulan. Dalam NANDA 2015-2017, nyeri akut adalah pengalaman sensori
dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa; awitan
yang
tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diprediksi.
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami nyeri yang
berlangsung terus menerus, akibat kausa keganasan dan non keganasan atau intermiten
selama 6 bulan atau lebih. Dalam NANDA 2015-2017, nyeri kronis adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa;
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
tidak dapat diantisipasi atau dapat diprediksi dan berlangsung > 3 bulan.
3. Mual
Mual adalah keadaan ketika individu mengalami sesuatu ketidaknyamanan, sensasi
seperti gelombang dibelakang tenggorokan, epigastrium, atau seluruh abdomen yang
mungkin atau mungkin tidak menimbulkan muntah. Dalam NANDA 2015-2017, mual
adalah sensasi seperti gelombang dibelakang tenggorokan, epigastrium, atau abdomen
yang menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah.
B. KLASIFIKASI NYERI
1. Nyeri berdasarkan kualitasnya
- Nyeri yang menyayat
- Nyeri yang menusuk
2. Nyeri berdasarkan tempatnya
- Nyeri superfisial/nyeri permukaan tubuh
- Nyeri dalam/nyeri tusuk bagian dalam
- Nyeri ulseral/nyeri dari tusuk jaringan ulseral
- Nyeri neurologis/nyeri dari kerusakan saraf perifer
- Nyeri menjalar/nyeri akibat kerusakan jaringan ditempat lain
- Nyeri sindrom/nyeri akibat kehilangan sesuatu bagian tubuh karena pengalaman
masa lalu
- Nyeri patogenik/nyeri tanpa adanya stimulus
3. Nyeri berdasarkan serangannya
- Nyeri akut: nyeri yang timbul tiba-tiba, waktu kurang dari 6 bulan
- Nyeri kronis: nyeri yang timbul terus-menerus, waktu lebih atau sama 6 bulan
4. Nyeri menurut sifatnya
- Nyeri timbul sewaktu-waktu
- Nyeri yang menetap
- Nyeri yang kumat-kumatan
5. Nyeri menurut rasa
- Nyeri yang cepat: nyeri yang menusuk
- Nyeri difus: nyeri normal yang bisa dirasakan
6. Nyeri menurut kegawatan
- Nyeri ringan
- Nyeri sedang
- Nyeri berat
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang behubungan dengan perubahan kenyamanan secara umum maupun
terkait nyeri akut/kronis :
1. Biopatofisiologis
a. Berhubungan dengan kontraksi uterus selama persalinan
b. Berhubungan dengan trauma pada perineum selama persalinan dan kelahiran
c. Berhubungan dengan involusi uterus dan pembengkakan payudara
d. Berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot refleks akibat :
Gangguan Muskuluskletal :
1) fraktur
2) kontraktur
3) spasme
4) arthritis
5) gangguan medula spinalis
Gangguan Viseral :
1) jantung
2) ginjal
3) hepatik
4) usus
5) pulmoner
Gangguan Vaskular :
1) vasospasme
2) oklusi
3) kanker
4) flebitis
5) vasodilatasi(sakit kepala)
e. Berhubungan dengan Inflamasi pada:
1) saraf
2) tendon
3) sendi
4) otot
5) bursa
6) struktur jukstoartikular
f. Berhubungan dengan keletihan, malaise dan/atau pruritus akibat penyakit menular :
1) rubella
2) cacar air
3) hepatitis
4) mononukleosis
5) pankreatitis
g. Berhubungan dengan pengaruh kanker pada (sebutkan spesifik)
h. Berhubungan dengan kram abdomen, diare, dan muntah akibat gastroentritis,
influenza, tukak lambung
i. Berhubungan dengan inflamasi dan spasme otot polos akibat batu ginjal atau infeksi
gastrointestinal
2. Terkait penanganan
a. Berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot refleks akibat :
1) Operasi
2) Kecelakaan
3) Luka bakar
4) Pemeriksaan diagnostic
a) Fungsi vena
b) Pencitraan invasive
c) Biopsy
b. Berhubungan dengan mual muntah sekunder akibat kemoterapi, anesthesia, atau efek
samping (sebutkan)
3. Situasional (Personal, Lingkungan)
a. Berhubungan dengan demam
b. Berhubungan dengan imoilitas/posisi yang tidak tepat
c. Berhubungan dengan aktivitas yang berlebihan
d. Berhubungan dengan titik tekanan (gips yang ketat, perban elastic)
e. Berhubungan dengan respon alergi
f. Berhubungan dengan iritan kimia
g. Berhubungan dengan kebutuhan akan kemandirian yang tidak terpenuhi
h. Berhubungan dengan ansietas yang ditekan
4. Maturasional
Berhubungan dengan trauma jaringan, sekunder akibat :
a. Masa bayi : kolik
b. Masa bayi dan kanak-kanak awal : tumbuh gigi,nyeri telinga
c. Masa kanak-kanak menengah : nyeri abdomen berulang, nyeri tumbuh kembang
(growing pains)
d. Remaja : sakit kepala, nyeri dada, dismenorea
1. Trauma
a. Mekanik (tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk)
b. Thermis (panas dan dingin)
c. Chemis (zat kimia bersifat asam dan baja serta iritasi dan korosif lainnya)
d. Elektris (listrik)
e. Peradangan (inflamasi)
2. Nyeri disebabkan oleh pembengkakan meregang syaraf dan pelepasan
mediator kimia.
- Trauma Psikologis
3. Keluhan yang berhubungan dengan psikologis
- Gangguan sirkulasi
4. Terjadi penyempitan / penyumbatan pada saluran tubuh
- Neuplasma
5. Jinak nyeri tidak ada ujung reseptor
Misalnya : tumor
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri
yaitu resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui
serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu di medula
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks
serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya
mempersiapkan nyeri.
a. Resepsi
Pemaparan terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia
menyebabkan pelepasan substansi, seperti histamin, bradikinin dan kalium, yang
bergabung dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap
stimulus yang membahayakan) untuk memulai transmisi neural, yang dikaitkan
dengan nyeri. Beberapa reseptor hanya berespon pada satu jenis nyeri, sedangkan
reseptor yang lain juga sensitif terhadap temperatur dan tekanan. Apabila kombinasi
dengan reseptor nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum
yang dibutuhkan untuk membangkitkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah
aktivasi neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk dan ukuran tubuh, maka
distribusi reseptor nyeri disetiap bagian tubuh bervariasi.
Impuls saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang
serabut saraf perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengkonduksi
stimulus nyeri: Serabut A-Delta yang bermielinasi dengan cepat dan serabut C yang
tidak bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim
sensasi tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan mendeteksi
intensitas nyeri. Serabut C menghantarkan impuls yang terlokalisasi buruk, viseral,
dan terus menerus. Ketika serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari
serabut saraf perifer, maka akan melepaskan mediator biokimia yang
mengaktifkan dan membuat peka
respons nyeri. Misalnya, kalium, prostaglandin dilepaskan ketika sel-sel lokal
mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut sampai transmisi tersebut
berakhir dibagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis,
neurotransmiter, seperti substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu
transmisi spinalis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam sisitem saraf pusat.
b. Neuroregulator
Neuroregulator memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman
nyeri. Sustansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor. Neuroregulator dibagi menjadi dua
kelompok, yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti
substansi P mengirim impuls listrik melewati celah sinap diantara dua serabut saraf
(eksitator dan inhibitor). Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan
menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung
menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinap. Endorfin merupakan salah satu
contoh neuromodulator.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan menghindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
F. WOC (What of Caution)
Impuls Nyeri
Reseptor
Nyeri(Nosiseptor)
Kerusakan jaringan
Medula Spinalis
Traktus neospinotalamus
Medulla spinalis
Otak
(korteks sensori somatik)
Nyeri
Intervensi:
Observasi
Identifikasi lokasi karakteristik, durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Hipnosis, akupresur,terapi music, biofeddback, terapi pijat, aromaterapi, Teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah ada
perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
a. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik
b. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
c. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
d. Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.
Pengkajian selama episode nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat klien
dalam keadaan waspada (perhatian penuh pada nyeri), sebaiknya perawat berusaha
untuk mengurangi kecemasan klien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji
kuantitas persepsi klien terhadap nyeri. Sedangkan untuk pasien dengan nyeri kronis
maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada
dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; McGuire, 1992).
b. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi,iskemia,neoplasma
2. Nyeri Akut b/d Agen pencedera Kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Nyeri Akut b/d Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat,prosedur operasi,trauma,latihan fisik berlebihan)
4. Nyeri Kronis b/d Kondisi musculoskeletal kronis
5. Nyeri Kronis b/d Kerusakan system saraf
6. Nyeri Kronis b/d Penekanan saraf
7. Nyeri Kronis b/d Infiltrasi tumor
8. Nyeri Kronis b/d ketidakseimbangan neurotransmitter, neuromodulator, dan
reseptor
9. Nyeri Kronis b/d Gangguan Imunitas (mis.neuropati terkait HIV,virus varicella-
zooster)
10. Nyeri Kronis b/d Gangguan fungsi metabolic
11. Nyeri Kronis b/d Riwayat posisi kerja statis
12. Nyeri Kronis b/d Peningkatan indeks massa tubuh
13. Nyeri Kronis b/d Kondisi pasca trauma
14. Nyeri Kronis b/d Tekanan emosional
15. Nyeri Kronis b/d Riwayat penganiyaan (mis.fisik,psikologis,seksual)
16. Nyeri Kronis b/d Riwayat penyalahgunaan obat/zat
c. Intervensi
1. Observasi
Identifikasi lokasi karakteristik, durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
Hipnosis, akupresur,terapi music, biofeddback, terapi pijat, aromaterapi,
Teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi Istirahat dan tidur
Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Delaune, Sue C dan Ladner, P.K. 2011. Fundamentalas of Nursing Standards and Practice.
Edisi 4. USA : Delmar.
Dochterman, JM., Butcher, H.K., &Bullechek, GM. (Eds.). 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Morhead, S., Jhonson, M., Maas. ML., Swanson, E (Eds.). 2008. Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi Kelima. St. Louis: Mosby.
Potter & Perry. 2006. Buku ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. EGC: Jakarta.
Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Edisi 4.
Salemba Medika : Jakarta