Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN MASALAH ANSIETAS

Oleh :

Era Elfarina
211133008

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PROGRAM STUDI PRODESI NERS

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


A. Konsep Ansietas

1. Definisi Ansietas
Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir,atau tidak nyaman

seakan-akan akan terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman

Ansietas berbeda dengan rasa takut. Takut merupakan penilaian intelektual

terhadap ssuatu yang berbahaya, sedangkan ansietas adalah respon

emosional terhadap penilaian tersebut (Keliat, 2012). Ansietas merupakan

pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada objek yang spesifik sehingga

orang merasakan suatu perasaan was-was (khawatir) seolah-olah ada

sesuatu yang buruk akan terjadi dan pada umumnya disertai gejala-gejala

otonomik yang berlangsung beberapa waktu (Stuart dan Laraia,1998)

dalam buku (Pieter,dkk,2011)

Sedangkan menurut (Riyadi&Purwanto,2010) Ansietas adalah suatu

perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang

sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas

terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang

disebabkan oleh kecemasan tersebut. Kecemasan merupakan suatu

perasaan subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan

sebagai reaksi umum dari ketidak mampuan mengatasi suatu masalah atau

tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada

umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan menimbulkan atau

disertai perubahan fisiologis dan psikologis (Rochman, 2010)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ansietas adalah


respon seseorang berupa rasa khawatir , was-was dan tidak nyaman dalam

menghadapi suatu hal tanpa objek yang jelas.

2. Rentang Respon Kecemasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

3. Tingkatan Ansietas
a. Ansietas Ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Lapang persepsi melebar dan orang akan

bersikap hati-hati dan waspada. Orang yang mengalami ansietas ringan

akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respons- respons

fisiologis orang yang mengalami ansietas ringan adalah sesekali

mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka

berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respons

kognitif orang yang mengalami ansietas ringan adalah lapang persepsi

yang melebar, dapat menerima rangsangan yang kompleks,

konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secara

efektif. Adapun respons perilaku dan emosi dari orang yang

mengalami ansietas adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus

pada tangan, suara kadang- kadang meninggi.

b. Ansietas Sedang

Pada ansietas sedang tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun


dan memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan

menyampingkan hal-hal lain. Respons fisiologis dari orang yang

mengalami ansietas sedang adalah sering napas pendek, nadi dan tekanan

darah naik mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.

Respon kognitif orang yang mengalami ansietas sedang adalah lapang

persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit diterima, berfokus pada

apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah

gerakan yang tersentak-sentak, meremas tangan, sulit tidur, dan perasaan

tidak aman

c. Ansietas Berat

Pada ansietas berat lapang persepsi menjadi sangat sempit,

individu cenderung memikirkan hal-hal kecil dan mengabaikan hal-hal

lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak

pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain. Respons-

respons fisiologis ansietas berat adalah napas pendek, nadi dan

tekanan darah darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala,

penglihatan kabur, dan mengalami ketegangan. Respon kognitif pada

orang yang mengalami ansietas berat adalah lapang persepsi sangat

sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah. Adapun

respons perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman,

verbalisasi yang cepat, dan blocking.

d. Panik

Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat

sempit dan sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa

mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun walaupun dia


sudah diberikan pengarahan. Respons-respons fisiologis panik adalah

napas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi

motorik yang sangat rendah. Sementara respons-respons kognitif

penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat pendek sekali dan

tidak mampu berpikir logis. Adapun respons perilaku dan emosinya

terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah, ketakutan dan berteriak-

teriak, blocking, kehilangan kontrol diri dan memiliki persepsi yang

kacau (Herry Zan Pieter, 2011)

4. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang

yang dapat menimbulkan kecemasan (Suliswati,2005).

Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :

1) Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan yang menimbulkan kecemasan pada individu

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidak mampuan

individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

kecemasan

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk

mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan


ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi

konsep diri individu

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap

konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu

banyak dipelajari dalam keluarga

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan

mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik

dan mengatasi kecemasan

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodizepin

dapat menekan neurotransmiter gama amino butyric acid (GABA)

yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab

menghasilkan kecemasan.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi adalah ketegangan dalam kehidupan yang dapat

mencetuskan tibulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan

dikelompokkan menjadi 2 yaitu :

1) Ancaman terhadap intregitas fisik.Ketegangan yang mengancam

integritas fisik yang meliputi :

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis

normal (misalnya hamil).

b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi virus

dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan

nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal


2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan

internal

a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan

interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap

intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya . (Eko Prabowo, 2014)

3) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber eksternal dan

internal

a) Sumber internal, kesulitan dalam berhubungan

interpersonal dirumah dan tempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap

intergritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya . (Eko Prabowo, 2014)

5. Tanda dan Gejala

Gejala meliputi ( APA, 1994 )

a. Palpitasi, jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung

b. Berkeringat

c. Gemetar atau menggigil

d. Perasaan sesak napas dan tercekik


e. Perasaan tersedak

f. Nyeri atau ketidak nyamanan dada

g. Mual atau distres abdomen

h. Merasa pusing, limbung, vertigo, atau pingsan

i. Derealisasi (Perasaan tidak realistis) atau depersonalisasi (terpisah

dari diri sendiri)

j. Takut kehilangan kendali atau menjadi gila

k. Takut mati

l. Perestesia (kebas atau kesemutan)

m. Bergantian kedinginan atau kepanasan

Gejala lain gangguan ansietas meliputi :

a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit

berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur

(gangguan ansietas umum).

b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai

peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma

( episode kilas balik ), kesulitan merasakan emosi ( afek datar ),

insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak–ledak

( gangguan stres pasca trauma ).

c. Repetitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan

kekerasan, kontaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan

aktifitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan, menghitung,

memeriksa, menyentuh (gangguan obsesif- kompulsif)

d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu

( fobia spesifik ), situasi performa atau sosial (fobia sosial), atau


berada dalam satu situasi yang membuat individu terjebak

( agorafobia) (Eko Prabowo, 2014)

6. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan

Mcfarlan dan Wasli (1997 dalam Shives,1998) mengatakan bahwa

faktor yang berkonstribusi pada terjadinya kecemasan meliputi ancaman

pada:

a. Konsep diri

b. Personal security system

c. Kepercayaan, lingkungan

d. Fungsi peran, hubungan interpersonal, dan

e. Status kesehatan.

Menurut Direktorat Kesehatan Jiwa Depkes RI (1994), faktor-

faktor yang memengaruhi kecemasan antara lain sebagai berikut

a. Perkembangan Kepribadian

Perkembangan kepribadian seorang dimulai sejak usia bayi

hingga 18 tahun dan bergantung pada pendidikan orang tua

dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh sosialnya, serta

pengalaman dalam kehidupannya.Seseorang menjadi pencemas

terutama akibat prosesdan identifikasi dirinya terhadap kedua

orang tuanya daripada pengaruh keturunannya.

Perkembangan kepribadian akan membentuk tipe kepribadian

seseorang dimana tipe kepribadian tersebut akan memengaruhi

seseorang dalam merespons kecemasan. Dengan demikian respon

kecemasan yang dialami seseorang akan berbeda dari orang lain,

bergantung pada tipe kepribadian tersebut.


b. Tingkat Maturasi

Tingkat maturasi individu akan memengaruhi tingkat

kecemasan. Pada bayi tingkat kecemasan lebih disebabkan

perpisahan dan lingkungan yang tidak dikenal. Kecemasan pada

remaja lebih banyak disebabkan oleh perkembangan seksual. Pada

orang dewasa kecemasan lebih banyak ditimbulkan oleh hal-hal

yang berhubungan dengan ancaman konsep diri, sedangkan pada

lansia kecemasan berhubungan dengan kehilangan fungsi, sebagai

contoh adalah wanita yang menjelang menopouse. Mereka akan

merasa cemas akibat akan mengalami penurunan fungsi

reproduktif sehingga diperlukan dukungan sosial untuk mencegah

terjadinya kecemasan tersebut .

c. Tingkat Pengetahuan

Individu dengan tingkat pengetahuannya lebih tinggi akan

mempunyai koping ( penyelesaian masalah ) yang lebih adaptif

terhadap kecemasan daripada individu yang tingkat

pengetahuannya lebih rendah.

d. Karakteristik Stimulus

1) intensitas stressor

Intensitas stimulus yang semakin besar, semakin besar pula

kemungkinan respons cemas akan terjadi. Stimulus hebat akan

menimbulkan lebih banyak respons yang nyata daripada

stimulus yang timbul perlahan-lahan. Stimulus ini selalu

memberi waktu bagi seseorang untuk mengembangkan cara

penyelesaian masalah.
2) Lama Stressor

Stressor yang menetap dapat menghabiskan energi dan

akhirnya akan melemahkan sumber-sumber penyelesaian

masalah yang ada.

3) Jumlah Stressor

Stressor yang besar akan lebih meningkatkan kecemasan pada

individu daripada stimulus yang lebih kecil. (Solehati &

Kosasih, 2015)

7. Mekanisme koping

Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis

mekanisme koping yaitu sebagai berikut.

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik

tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk

mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan kebutuhan. Menarik

diri untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk

mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.

2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan

dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan

diri, distorsi, dan bersifat meladaptif. (AH.yusuf,2015:87-88)

8. Penatalaksanaan

Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap

pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang

bersifat holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) , psikologik atau

psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada


uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.

2) Tidur yang cukup.

3) Olahraga yang cukup

4) Tidak merokok

5) Tidak meminum minuman keras

b. Terapi psikofarmaka

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas

dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan

fungsi gangguan neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf ) di

susunan saraf pusat otak ( limbic system ). Terapi psikofarmaka

yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolitic), yaitu

diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspironeHCl,

meprobamate dan alprazolam.

c. Terapi somatik

Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai sebagai

gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan

Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik ( fisik ) itu

dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh

yang bersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,

antara lain:

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat


atau dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa

putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan

koreksi bila dinilai bahwa ketidak mampuan mengatasi

kecemasan

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki

(re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami

goncangan akibat stressor.

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif

pasien yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional,

konsentrai dan daya ingat.

5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan

menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat

menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadap

stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan

kekeluargaan agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor

penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai

faktor pendukung .

7) Terapi psikoreligius

untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat

hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam

menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan

stressor psikososial. (Eko Prabowo, 2014).


e. Napas Dalam

Napas dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri atas

pernapasan abdominal (diafragma)

Prosedur :

1) Atur posisi yang nyaman

2) Fleksikan lutut klien untuk merelaksasi otot abdomen

3) Tempatkan 1 atau 2 tangan pada abdomen, tepat dibawah

tulang iga.

4) Tarik napas dalam melalui hidung, jaga mulut tetap

tertutup. Hitung sampai 3 selama inspirasi.

5) Hembuskan udara lewat bibir seperti meniup secara

perlahan – lahan (Asmadi,2008).

9. Pohon Masalah

Kerusakan interaksi sosial Effect

Gangguan suasana
perasaan cemas Cor oroblem

Koping individu in efektif Causa


B. Pengkajian Fokus

1. Data Yang Perlu Dikaji

a. Perilaku

Produktivitas menurun, mengamati dan waspada, kontak mata, jelek,

gelisah, melihat sekilas sesuatu , pergerakan berlebihan (seperti; foot

shuffling, pergerakan lengan/tangan), Ungkapan perhatian berkaitan

dengan merubah peristiwa dalam hidup, insomnia, perasaan gelisah

b. Afektif

Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, suka cita

berlebihan, nyeri dan ketidak berdayaan meningkat secara menetap,

gemertak, ketidak pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri

sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed, khawatir, prihatin

dan mencemaskan

c. Fisiologis

Suara bergetar, gemetar/tremor tangan, bergoyang-goyang, respirasi

meningkat, kesegeraan berkemih ( parasimpatis), nadi meningkat, dilasi

pupil, refleks-refleks meningkat, nyeri abdomen, gangguan tidur,

perasaan geli pada ekstrimitas, eksitasi kardiovaskuler, peluh

meningkat, wajah tegang, anoreksia, jantung berdebar-debar , diarhea,

keragu-raguan berkemih kelelahan, mulut kering, kelemahan, nadi

berkurang, wajah bergejolak, vasokontriksi supervisial, berkedutan,

tekanan darah menurun mual, keseringan berkemih, pingsan, sukar

bernafas, tekanan darah meningkat .


d. Kognitif

Hambatan berfikir, bingung, preokupasi, pelupa, perenungan, perhatian,

lemah, lapang persepsi menurun, takut akibat yang tidak khas,

cenderung menyalahkan orang lain, sukar berkonsentrasi, kemampuan

berkurang terhadap:( memecahkan masalah dan belajar) , kewaspadaan

terhadap gejala fisiologis .

e. Faktor yang berhubungan

Terpapar toksin, konflik tidak disadari tentang pentingnya nilai-nilai /

tujuan hidup, hubungan kekeluargaan / keturunan, kebutuhan yang

tidak terpenuhi, interpersonal-transmisi/penularan, krisis situasional,

maturasi, ancaman terhadap konsep diri, stress, penyalah gunaan

zat,ancaman terhadap atau perubahan dalam : status peran status

kesehatan , pola interaksi, fungsi peran, lingkungan , status ekonomi

( NANDA 2005-2006:9-11)

2. Masalah Keperawatan

a. Ansietas

b. Harga diri rendah

c. Gangguan citra tubuh

d. Koping individu inefektif

e. Kurangnya pengetahuan

3. Diagnosa Keperawatan

Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan

kualitas (kesesuaian) dari respon pasien, kuantitas (tingkat) dari ansietas


pasien dan sifat adaptif atau maladaptif dari mekanisme koping yang

digunakan .( Direja, 2011).

4. Rencana Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional


Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil

Ansietas TUK 1 Ekspresi wajah Bina hubungan Hubungan


bersahabat, saling percaya saling percaya
menunjukkan rasa dengan merupakan
Klien senang, ada mengungkapkan dasar untuk
dapat kontak mata, mau prinsip kelancaran
menjalin berjabat tangan, komunikasi hubungan
dan mau terapeutik : interaksi
membina menyebutkan 1. Sapa klien selanjutnya
hubungan nama, mau dengan ramah,
saling menjawab salam, baik verbal
percaya klien mau duduk maupun non
berdampingan verbal
dengan perawat , 2. Perkenalkan
mau diri dengan
mengutarakan sopan
masalah yang 3. Tanyakan
dihadapi nama lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai
klien
4. Jelaskan
tujuan
pertemuan
5. Jujur dan
menepati janji
6. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya
TUK 2 1. Bantu klien Untuk
untuk mengadopsi
Klien dapat mengidentifik respons koping
mengidenfi asi dan yang baru,
k asi dan menguraikan pasien pertama
menggamb perasaannya kali harus
ar kan 2. Validasi menyadari
perasaan kesimpulan perasaan dan
tentang dan asumsi mengatasi
ansietas terhadap penyangkalan
klien dan resistens
3. Gunakan yang disadari
pertanyaan atau tidak
terbuka untuk disadari
mengalihkan
dari topik yang
mengancam ke
hal yang
berkaitan
dengan konflik

TUK 3 1. Bantu klien Mengenali


Klien menjelaska keadaan yang
dapat n situasi dapat
mengident dan menyebabkan
ifi kasi interaksi munculnya
penyebab yang dapat ansietas
ansietas segera
menimbulk Memperluas
an ansietas kesadaran
2. Bersama tentang
klien perkembangan
meninjau ansietas
kembali
penilaian
klien terhadap
stressor yang
dirasakan
mengancam
dan
menimbulkan
konflik
3. Kaitkan
pengalaman
yang baru
terjadi dengan
pengalaman
masa lalu
yang
relevan
TUK 4 1. Gali cara Respon koping
Klien dapat klien adaptif dapat
menguraika mengurangi dipelajari
n respons ansietas di melalui analisa
koping masa lalu mekanisme
adaptif dan 2. Dorong koping yang
maladaptif klien untuk digunakan di
menggunak masa lalu
an respons
koping Koping yang
adaptif yang baru dapat
dimilikinya mengatasi stress
3. Bantu klien dan mengatur
untuk distress
menyusun emosional yang
kembali menyertai
tujuan hidup,
memodifikasi
tujuan,
menggunakan
sumber dan
menggunakan
koping yang
baru
4. Bantu
klien
secara
aktif
untuk
mengaitk
an
hubungan
sebab dan
akibat sambil
mempertahan
kan ansietas
dalam batas
yang
sesuai.
TUK 5 1. Dorong Klien dapat
Klien dapat pasien mengatasi
mengimple melakukan stres dengan
m entasikan aktivitas mengatur
respons fisik untuk distres
adaptif mengeluark emosional
untuk an yang
mengatasi energinya menyertainya
ansietas 2. Libatkan melalui
orang terdekat pengguanaan
sebagi sumber teknik
dan dukungan pelalsanaan
sosial dalam stres.
membantu
klien Tekhnik
mempelajari relaksasi nafas
respons dalam dapat
koping yang menurunkan
baru ansietas
3. Ajarkan
klien teknik Melatih untuk
relaksasi selalu
nafas dalam mengontrol
untuk ansietas
meningkatka
n kontrol dan Tekhnik
rasa percaya relaksasi nafas
diri dalam dapat
4. Dorong menurunkan
klien untuk ansieta
menggunak
an relaksasi
nafas
dalam
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo Eko. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.

Mustamir Pedak. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta: Himah


Publishing House.

Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purworkerto: Fajar Medika.

AH.Yusuf (2015). Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Jagakarsa.

Anda mungkin juga menyukai