Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN PSIKOSOSIAL DENGAN ANSIETAS (KECEMASAN)

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Jiwa


Pembimbing Dr. Lilik Ma’rifatul Azizah, S. Kep. Ns, M. Kes

Oleh :
EKA RUZDATUL UMMAH
202003077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020 / 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS

A. Definisi Ansietas (Kecemasan)


Kecemasan adalah emosi, perasaan yang timbul sebagai respon awal terhadap
stress psikis dan ancaman terhadap nilai-nilai yang berarti bagi individu. Kecemasan
sering digambarkan sebagai perasaan yang tidak pasti , ragu-ragu, tidak berdaya, gelisah,
kekhawatiran dan tidaktentram yg sering disertai keluhan fisik seperti denyut jantung
menjadi cepat, jantung berdebar-debar (palpitasi), mual atau ingin muntah, gemetaran
(tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, sakit perut, napas menjadi
cepat, nyeri otot, atau nyeri punggung.Gejala fisik tersebut disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas listrik atau impuls saraf dari otak ke berbagai bagian tubuh.
Selain itu, pelepasan zat adrenalin (epinefrin) ke dalam aliran darah juga bisa
menyebabkan gejala fisik di atas.
Cemas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap
stimulus dan objek jelas, sedangkan cemas merupakan respon emosional terhadap
penilaian. Menurut Sigmund Freud kecemasan merupakan ketegangan dalam diri sendiri
tanpa objek yang jelas, objek tidak disadari dan berkaitan dengan kehilangan self image.
Kecemasan timbul karena ancaman terhadap self image/esteem oleh orang yang terdekat.
Pada dewasa oleh karena prestige dan martabat diri terhadap ancaman dari orang lain.
Menurut Cook and Fontaine kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang terjadi
sebagai respon pada takut terjadi perlukaan tubuh atas kehilangan sesuatu yang bernilai.
Kecemasan merupakan kekuatan yang mempengaruhi hubungan, suatu respon
terhadap bahaya yang tidak di ketahui yang muncul bila ada hambatan dalam upaya
memenuhi kebutuhan. Kecemasan dapat sebagai alarm tubuh untuk melindungi diri,
dikomunikasikan secara interpersonal dan merupakan tanda ancaman yang dapat
berhubungan dengan isolasi, kehilangan, gangguan identitas, hukuman dan hubungan
interpersonal.

B. Etiologi
a. Ancaman internal dan ekternal terhadap ego (s.Freud)
Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar; makan, minum, sexual.
b. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (sulivan)
 Tidak menemukan integritas diri
 Tidak menemukan prestige
 Tidak memperoleh aktualisasi diri
 Malu/tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan nayata

C. Proses Terjadinya Ansietas


Kecemasan pada individu dapat terjadi melalui suatu proses atau rangkaian yang
dimulai dengan adanya suatu rangsangan eksternal maupun internal, sampai suatu
keadaan yang dianggap sebagai ancaman atau membahayakan. Disebutkan ada lima
proses terjadinya kecemasan pada individual, yaitu:

a. Evaluated situation: adanya situasi yang mengancam secara kognitif sehingga


ancaman ini dapat menimbulkan kecemasan.
b. Perception of situation: situasi yang mengancan diberi penilaian oleh individu, dan
biasanya penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan dan pengalaman individu.
c. Anxiety state of reaction: individu menganggap bahwa ada situasi berbahaya, maka
reaksi kecemasan sesaat yang melibatkan respon fisiologis seperti denyut jantung dan
tekanan darah.
d. Cognitive reappraisal follows: individu kemudian menilai kembali situasi yang
mengancam tersebut, untuk itu individu menggunakan pertahanan diri atau dengan
cara meningkatkan aktivitas kognisi atau motoriknya.
e. Coping: individu menggunakan jalan keluar dengan menggunakan defense
mechanism (pertahanan diri) seperti proyeksi atau rasionalisasi.

D. Rentang Respon Kecemasan


Rentang kecemasan berfluktuasi Antara respon adaptif antisipasi dan yang pang
maladaptive yaitu panic.
Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

 Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan lingkungan.
 Cemas Ringan
Ketegangan ringan, penginderaan lebih tajam dan menyapkan diri untuk bertindak.
 Cemas Sedang
Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi menyempit dan tidak
mampu memusatkan pada factor/peristiwa yang penting baginya.
 Cemas Berat
Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil, tidak memikirkan
yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
 Panik
Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir tidak teratur,
perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif.

E. Tanda dan Gejala Kecemasan


1) Respon fisiologis
a. Kardivaskuler
Palpitasi, Jantung berdebar, Tekanan darah meningkat, Rasa mau pingsan,
Tekanan darah menurun, nadi menurun.
b. Respirasi
Nafas cepat, Pernafasan dangkal, Rasa tertekan pada dada dan tercekik,
Terengah-engah.
c. Neuromuskuler
Peningkatan reflek, Penignkatan rangsangan kejut, Mata berkedip-kedip,
Insomnia, Gelisah, Wajah tegang, Kelemahan secara umum.
d. Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan, Menolak makan, Rasa tidak nyaman pada
abdomen, Rasa tidak nyaman pada epigastrium, Nausa, diare
e. Saluran kemih.
Tidak dapat menahan BA, Tidak dapat menahan BAK, Nyeri saat BAK.
f. Integumen
Rasa terbakar pada wajah, Berkeringat setempat (telapak tangan), Gatal-
gatal, Perasaan panas dan dingin pada kulit, Muka pucat, Berkeringat seluruh
tubuh.
2) Respon Perilaku
Gelisah, Ketegangan fisik, Tremor, Gugup, Bicara cepat, Tidak ada
koordinasi, Kecenderungan mendapat cidera, Menarik diri, Menghindar,
Hiperventilasi, Melarikan diri dari masalah.
3) Respon Kognitif
Perhatian terganggu, Kosentrasi hilang, Pelupa, Salah penilaian, Blocking,
Menurutnya lahan presepsi, Kreatifitas menurun, Produktifitas menurun, Bingung,
Sangat waspada, Hilang objektifitas, Takut kecelakaan dan mati.
4) Respon Afektif
Mudah terganggu, Tidak sabar, Tegang, Takut berlebihan, Terror, Gugup yang
luar biasa, Nervous.
F. Karakteristik Tingkat Kecemasan
1) Cemas ringan
a. Tingkah laku
 Duduk dengan tentang, posisi relaks
 Isi pembicaraan tepat dan normal
b. Afektif
 Kurang perhatian
 Nyaman dan aman
c. Kognitif
 Mampu kosentrasi
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 Nadi meningkat
 Gejala ringan pada lambung
2) Cemas Sedang
a. Tingkah Laku
 Tremor halus pada tangan
 Tidak dapat duduk dengan tenang
 Banyak bicara dan imtonasi cepat
 Tekanan suara meningkat secara intermitten
b. Afektif
 Perhatian terhadapa apa yang terjadi
 Khawatir, nervous
c. Kognitif
 Lapanagn presepsi menyempit
 Kurang mampu memusatkan perhatian pada factor yang penting
 Kurang sadar pada detail disekitar yang berkaitan
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 HR meningkat
 Mulut kering
 Anoreksia
 Diare, konstipasi
 Tidak mampu relaks
 Susah tidur
3) Cemas Berat
a. Tingkah laku
 Pergerakan menyentak saat gunakan tangan
 Banyak bicara
 Kecepatan bicara meningkat cepat
 Tekanan meningkat, volume suara keras
b. Afektif
 Tidak adekuat, tidak aman
 Merasa tidak berguna
 Takut terhadap apa yang akan terjadi
 Emosi masih dapat dikontrol
c. Kognitif
 Lapangan persepsi sangat sempit
 Tidak mampu membuat kaitan
 Tidak mampu membuat masalah secara luas
d. Fisiologis
 Nafas pendek
 Nausea
 Gelisah
 Respon terkejut berlebihan
 Ekspresi ketakutan
 Badan bergetar
4) Panik
a. Tingkah laku
 Tidak mampu mengendalikan motoric
 Kasar
 Aktifitas yang dilakukan tidak bertujuan
 Pembicaraan sulit dimengerti
 Suara melengking, berteriak
b. Kognitif
 Persepsi menyempit
 Berpikir tidak teratur
 Sulit membuat keputusan dan penilaian
c. Fisiologis
 Nafas pendek
 Rasa tercekik/tersumbat
 Nyeri dada gerak involunter
 Tubuh bergetar
 Ekspresi wajah mengerikan

G. Pathway

Kelemahan

Ketidakberdayaan

Penurunan Kemampuan Beraktivitas Ancaman terhadap Konsep Diri

Krisis Situasional Disfungsi Sistem Keluarga

Ansietas
H. Penatalaksanaan
Menurut (Hawari, 2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius sebagai berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
KONSEP PROSES KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji
pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikutmenurut (Stuart & Sundeen,
1995):
a. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas.
a) Faktor predisposisi
b) Faktor precipitasi
c) Stressor Pencetus
 Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
 Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial
d) Penilaian Stressor
Penilaian stressor mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam
mengembangkan intervensi yang tepat. Sehingga pemahaman ansietas
memerlukan integrasi banyak faktor seperti pengetahuan dari perspektif
psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis
e) Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakkan sumber koping yang ada disekitar
lingkungan dapat mengatasi stress dan ansietas yang dialami oleh individu.
Sumber koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya.
f) Mekanisme Koping
Ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Pola mekanisme koping yang biasa
digunakan untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun ketika
ansietas menjadi lebih intens, ansietasringan lebih sering ditangani tanpa sadar.
Ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
 Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan stress secara realistis
- Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan
- Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis
- Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasanya
dipakai individu, mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan
personal.
 Mekanisme pertahanan ego mmembantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena respon tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak
sadar dan mencangkup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme
ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap stres.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi kekerasan
b. Cemas berat
c. Kurangnya pengetahuan

3. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Kecemasan TUK: Pasien dapat Membina Kepercayaan klien


mengidentifikasi hubungan saling merupakan hal
Setelah
dan percaya dengan yang mutlak serta
dilakukan
menguraikan klien akan memudahkan
tindakan
perasaannya
keperawata Bantu klien Untuk
n 2x24 jam Kecemsan mengidentifikasi meningkatkan
kecemasan berkurang dan menguraikan ventilasi alveoli,
berkurang perasaannya memelihara
pertukaran gas dan
Bantu klien
menurunkan
memahami
perspektif pasien tingkat kecemasan
terhadap situasi
stress dan kondisi
yang dialaminya
sekarang tidak
akan sembuh
dalam waktu
singkat.

Dengarkan
dengan penuh
perhatian.

Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
mengurangi
kecemasan yang
dirasakan.

Kurang TUK: Adanya Jelaskan pada Agar klien dan


pengetahua peningkatan klien dan mengetahui
Setelah
n pengetahuan keluarga klien tentang
dilakukan
tentang penyakitnya
tindakan
penyakitnya dan
keperawata Agar tidak terjadi
komplikasi yang
n 1x24 jam kompliasi
bisa terjadi.
klien dan
Untuk mengetahui
keluarga Memberikan
perkembangan
paham akan terapi senam
status kesehatan
penyakit diabetes
klien
yang
Anjurkan klien
diderita
dan keluarga
untuk check
up/kontrol
kondisi klien ke
pelayanan
kesehatan untuk
mengatasi
kondisi klien dan
mencegah
terjadinya
komplikasi lain .

A. Ansietas Ringan.

a)      Gerakan tidak tenang.

b)      Perhatikan tanda peningkatan ansietas.

c)      Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif.

d)     Gunakan obat bila perlu.

e)      Dorong pemecahan masalah.

f)       Berikan informasi akurat dan fuktual.

g)      Sadari penggunaan mekanisme pertahanan.

h)      Bantu dalam mengidentifikasi keterampilan koping yang berhasil.

i)        Pertahankan cara yang tenang dan tidak terburu.

j)        Ajarkan latihan dan tehnik relaksasi.

B. Ansietas Sedang.

a)      Pertahankan sikap tidak tergesa-gesa, tenang bila berurusan dengan pasien.

b)      Bicara dengan sikap tenang, tegas meyakinkan.

c)      Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.

d)     Hindari menjadi cemas, marah, dan melawan.


e)      Dengarkan pasien.

f)       Berikan kontak fisik dengan menyentuh lengan dan tangan pasien.

g)       Anjurkan pasien menggunakan tehnik relaksasi.

h)      Ajak pasien untuk mengungkapkan perasaannya.

i)        Bantu pasien mengenali dan menamai ansietasnya

C. Ansietas Berat.

a)      Isolasi pasien dalam lingkungan yang aman dan tenang.

b)      Biarkan perawatan dan kontak sering sampai konstan.

c)      Berikan obat-obatan pasien melakukan hal untuk dirinya sendiri.

d)     Observasi adanya tanda-tanda peningkatan agitasi.

e)      Jangan mennyentuh pasien tanpa permisi.

f)       Yakinkan pasien bahwa dia aman.

g)      Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya

D. Panik

a)      Tetap bersama pasien ; minta bantuan.

b)      Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari


lingkungan.

c)      Bicara dengan tenang, sikap meyakinkan, menggunakan nada suara yang


rendah.

d)     Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya
sendiri atau orang lain.

Evaluasi
1. Menyebutkan penyebab ansietas
2. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas
3. Menyebutkan perilaku terkait ansietas
4. Melakukan teknik pengalihan situasi,yaitu tarik nafas dalam
5. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas.
6. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala ansietas.
7. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi ,tarik nafas dalam.

Strategi Komunikasi (SP) Berdasarkan Pertemuan


SP1 Pasien:

1. Bina hubungan saling percaya


2. Identifikasi keadaan pasien
3. Menjelaskan tingkat kecemasan yang dialami pasien
4. Menjelaskan kepada pasien bahwa situasi stress dan kondisi yang
dialaminya sekarang tidak akan sembuh dalam waktu singkat.
5. Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 2 Pasien:
1. Mengevaluasi kegiatan harian klien (SP1)
2. Mengajarkan Teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
3. Masukkan kedalam jadwal kegiatan harian

SP 3 Pasien dan Keluarga:

1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu (SP1 dan 2)


2. Menjelaskan kepada klien tentang penyakitnya dan komplikasi yang
bias terjadi
3. Memberikan terapi senam diabetes
4. Edukasi klien dan keluarga klien tentang pentingnya chek up/control

SP 4 Pasien

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Mendiskusikan mengenai jadwal harian yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan untuk mengurangi kecemasan.
5. Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai jadwal yang
terlah dibuat.
6. Memberi reinforcement positif

SP 5 Pasien

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Mengevaluasi kegiatan yang diagendakan
5. Mengobservasi keadaan pasien
6. Memberi reinforcement positif

SP 6 Pasien

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Mendiskusikan manfaat dan kerugian mengurangi kecemasan
5. Menganjurkan klien untuk mengkonsultasikan perasaan yang
membuatnya cemas
6. Memberi reinforcement positif

SP 7 Pasien

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Evaluasi kegiatan harian pasien
5. Motivasi klien agar tetap semangat untuk mengurangi kecemasannya
6. Memberi reinforcement positif

SP 8 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi kecemasan
5. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
kecemasn
6. Menjelaskan kepada keluarga klien tentang:
 Pengertian kecemasan
 Tanda dan gejala kecemasan
 Penyebab kecemasan
 Latih keluarga cara merawat klien dengan kecemasan

SP 9 Keluarga

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Evaluasi kemampuan keluarga
5. Melatih keluarga merawat langsung klien
6. Menyusun RTL keluarga/jadwal untuk merawat klien

SP 10 Keluarga

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien


2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Evaluasi kemampuan keluarga
5. Evaluasi kemampuan klien
6. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan

DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma'rifatul, Zainuri Imam, Akbar Amar. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Gunarsa, Singgih D. 1995. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung


Mulia.

Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi . Jakarta : Balai

Penerbit FKUI.

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Nurjannah, I. 2010. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen.


Proses Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta :
Penerbit MocoMedia.

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai