Oleh :
EKA RUZDATUL UMMAH
202003077
B. Etiologi
a. Ancaman internal dan ekternal terhadap ego (s.Freud)
Adanya gangguan pemenuhan kebutuhan dasar; makan, minum, sexual.
b. Ancaman terhadap keamanan interpersonal dan harga diri (sulivan)
Tidak menemukan integritas diri
Tidak menemukan prestige
Tidak memperoleh aktualisasi diri
Malu/tidak kesesuaian antara pandangan diri dan lingkungan nayata
Antisipasi
Suatu keadaan yang digambarkan lapangan persepsi menyatu dengan lingkungan.
Cemas Ringan
Ketegangan ringan, penginderaan lebih tajam dan menyapkan diri untuk bertindak.
Cemas Sedang
Keadaan lebih waspada dan lebih tegang, lapangan persepsi menyempit dan tidak
mampu memusatkan pada factor/peristiwa yang penting baginya.
Cemas Berat
Lapangan persepsi sangat sempit, berpusat pada detail yang kecil, tidak memikirkan
yang luas, tidak mampu membuat kaitan dan tidak mampu menyelesaikan masalah.
Panik
Persepsi menyimpang, sangat kacau dan tidak terkontrol, berpikir tidak teratur,
perilaku tidak tepat dan agitasi/hiperaktif.
G. Pathway
Kelemahan
Ketidakberdayaan
Ansietas
H. Penatalaksanaan
Menurut (Hawari, 2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius sebagai berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai
obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu kemampuan
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika
kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu menghadapi
stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
KONSEP PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji
pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikutmenurut (Stuart & Sundeen,
1995):
a. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
sebagai upaya untuk melawan ansietas.
a) Faktor predisposisi
b) Faktor precipitasi
c) Stressor Pencetus
Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial
d) Penilaian Stressor
Penilaian stressor mendorong pengkajian perilaku dan persepsi klien dalam
mengembangkan intervensi yang tepat. Sehingga pemahaman ansietas
memerlukan integrasi banyak faktor seperti pengetahuan dari perspektif
psikoanalisis, interpersonal, perilaku, genetik dan biologis
e) Sumber Koping
Memanfaatkan dan menggerakkan sumber koping yang ada disekitar
lingkungan dapat mengatasi stress dan ansietas yang dialami oleh individu.
Sumber koping tersebut berupa modal ekonomi, kemampuan menyelesaikan
masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya.
f) Mekanisme Koping
Ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab
utama terjadinya perilaku patologis. Pola mekanisme koping yang biasa
digunakan untuk mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun ketika
ansietas menjadi lebih intens, ansietasringan lebih sering ditangani tanpa sadar.
Ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping:
Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan stress secara realistis
- Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan
- Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari sumber
ancaman, baik secara fisik maupun psikologis
- Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasanya
dipakai individu, mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan
personal.
Mekanisme pertahanan ego mmembantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang. Tetapi karena respon tersebut bersifat relatif pada tingkat tidak
sadar dan mencangkup penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme
ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap stres.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko tinggi kekerasan
b. Cemas berat
c. Kurangnya pengetahuan
3. INTERVENSI
Dengarkan
dengan penuh
perhatian.
Mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol
mengurangi
kecemasan yang
dirasakan.
A. Ansietas Ringan.
B. Ansietas Sedang.
C. Ansietas Berat.
D. Panik
d) Katakan pada pasien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya
sendiri atau orang lain.
Evaluasi
1. Menyebutkan penyebab ansietas
2. Menyebutkan situasi yang menyertai ansietas
3. Menyebutkan perilaku terkait ansietas
4. Melakukan teknik pengalihan situasi,yaitu tarik nafas dalam
5. Keluarga menyebutkan pengertian ansietas.
6. Keluarga menyebutkan tanda dan gejala ansietas.
7. Keluarga mengajarkan ke pasien teknik pengalihan situasi ,tarik nafas dalam.
SP 4 Pasien
SP 5 Pasien
SP 6 Pasien
SP 7 Pasien
SP 8 Keluarga
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
2. Mengucapkan salam terapeutik
3. Menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontak waktu, topik dan
tempat
4. Mendiskusikan pentingnya peran keluarga sebagai pendukung untuk
mengatasi kecemasan
5. Mendiskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi
kecemasn
6. Menjelaskan kepada keluarga klien tentang:
Pengertian kecemasan
Tanda dan gejala kecemasan
Penyebab kecemasan
Latih keluarga cara merawat klien dengan kecemasan
SP 9 Keluarga
SP 10 Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik Ma'rifatul, Zainuri Imam, Akbar Amar. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
Penerbit FKUI.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. 5th ed. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. 7th ed. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.