Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN

KASUS GOUT ARTHRITIS

Dosen Pembimbing :
Rina Nur H, M.Kep., Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
Ratih Rachma Wati (202003076)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal yang alamiah. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa lanjut usia rentan terkena berbagai
penyakit antara lain pada sistem muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang
menyerang sistem muskuloskeletal pada lanjut usia yaitu osteoartritis.

Gout arthritis atau asam urat merupakan gangguan metabolisme yang


sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno oleh Hipokrates. Penyakit ini
berhubungan dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Asam urat
merupakan hasil metabolisme yang tidak boleh berlebihan di dalam tubuh, setiap
manusia memiliki kadar asam urat di dalam tubuhnya yang merupakan hasil dari
metabolisme sedangkan pemicu lainnya yang menyebabkan kadar asam urat
tinggi adalah senyawa yang banyak mengandung purin. (Price & Wilson, 2014).

I.1 Tujuan
I.1.1 Tujuan umum
Tujuan penulisan umum dari lapororan pendahulan adalah untuk
mengetahui tinjauan teori tentang lansia, Gout Arthritis dan konsep asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan fisik dengan osteoarthritis.
I.1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tinjauan teori tentang konsep lansia
2. Mengetahui tinjauan teori tentang konsep Gout Arthritis dan
konsep asuhan keperawatan pada lansia
3. Mengetahui penanganan masalah yang sering muncul pada lansia
secara umum
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia

Lanjut usia bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu tahap


lanjut dari suatu kehidupan dimana lansia berada pada fase akhir yang
ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam melakukan adaptasi
dengan lingkungannya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang terjadi di dalam tubuhnya. Individu
dikategorikan ke dalam lansia ketika telah memasuki usia diatas 60 tahun.
Banyak lansia yang mengalami gangguan akibat penurunan fungsi tubuh
seperti gangguan kardiovaskuler, pernafasan, pencernaan, panca indra,
persarafan, endokrin, integument dan muskuloskeletal (Sunaryo et al., 2016).

Lanjut usia merupakan suatu bagian dari proses tumbuh kembang.


Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi melalui proses tahapan atau
perkembangan dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya menjadi
tua. Lansia merupakan proses alami yang diikuti dengan perubahan fisik dan
perilaku. Semua individu akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup tahap akhir dari manusia, dimana mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Artinawati, 2014).

2.1.2 Batasan Usia

Menurut Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organzation


( dalam Aspiani, 2014) lanjut usia dibagi menjadi tiga kategori yaitu usia
lanjut berkisar sekitar umur 60 sampai 74 tahun, usia tua masuk kedalam
umur 75 sampai 89 tahun dan usia diatas 90 tahun dikatakan usia sangat
lanjut.

Menurut Prof. Dr. Koesmanto Setyonegoro (dalam Aspiani, 2014)


lanjut usia dikelompokkan menjadi geriatric age usia >65 atau 70 tahun
terbagi atas, young old usia 70-75 tahun, old usia 75-80 tahun dan very old
usia >80 tahun.

Menurut Burnise (dalam Artinawati, 2014) ada empat tahapan lanjut


usia young old memasuki usia 60-69 tahun, middle age old memasuki usia
70-79 tahun, old-old memasuki usia 80-89 tahun dan very old-old memasuki
usia >90 tahun.

2.1.3 Proses Menua

Proses menua merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus atau


berkelanjutan serta perlahan-lahan yang berlangsung secara alamiah dan pasti
akan terjadi pada setiap makhluk hidup, seperti tubuh akan kehilangan
kemampuan progresif organ, jaringan dan sel-selnya. Kemampuan dalam
mempertahankan struktur dan fungsi berbagai organ tubuh sudah berkurang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses menua adalah faktor hereditas atau
keturunan dan lingkungan (Ode, 2012).

Proses menua atau ageing process adalah suatu proses menghilangnya


secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan perbaikan kerusakan yang diderita yang terjadi
secara terus-menerus atau berkelanjutan secara alamiah (Artinawati, 2014).

2.1.4 Ciri-ciri Lansia

Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :

a. Lansia merupakan periode kemunduran


Kemunduran pada lansia sebagian dating dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran
pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam
melakukan kegiatan, maka akan mempercepat proses kemunduran fisik,
akan tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi, maka
kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memilki status keompok minoritas
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap social yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang
baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan pendapatnya
maka sikap social di masyarakat menjadi negative, tetapi ada juga lansia
yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga sikap social
masyarakat menjadi positif
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan. Misalnya lansia menduduki jabatan social di masyarakat
sebagai kerua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia
sebagai ketua RW karena usiannya
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga dapat memperlihatkan
bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu
membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula
2.1.5 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Patricia Gonce Morton dkk, 2011 tugas perkembangan keluarg
yaitu:
1) Memutuskan dimana dan bagaimana akan menjalani hidup selama sisa
umurnya.
2) Memelihara hubungan yang suportif, intim dan memuaskan
dengan pasangan hidupnya, keluarga, dan teman.
3) Memelihara lingkungan rumah yang adekuat dan memuaskan terkait
denganstatus kesehatan dan ekonomi
4) Menyiapkan pendapatan yang memadai
5) Memelihara tingkat kesehatan yang maksimal
6) Mendapatkan perawatan kesehatan dan gigi yang komprehensif
7) Memelihara kebersihan diri
8) Menjaga komunikasi dan kontak yang adekuat dengan keluarga dan teman
9) Memelihara keterlibatan social, sipil dan politisi
10) Memulai hobi baru (selain kegiatan sebelumnya) yang meningkatkan
status
11) Mengakui dan merasakan bahwa ia dibutuhkan
12) Menemukan arti hidup setelah pension dan saat menghadapi penyakit
diridan pasangan hidup dan kematian pasangan hidup dan orang
yangdisayangi; menyesuaikan diri dengan orang yang disayangi
13) Membangun filosofi hidup yang bermakna dan menemukan
kenyamanandalam filosofi atau agama
2.2 KONSEP DASAR PENYAKIT
2.2.1 Definisi Gout Arthritis

Gout arthritis merupakan kelompok keadaan heterogenous atau


beraneka ragam yang berhubungan dengan efek genetik pada proses
metabolisme purin atau hiperurisemia. Pada keadaan yang dapat terjadi
oversekresi asam urat atau defek renal yang mengakibatkan
menurunnya ekskresi asam urat, atau kombinasi dari keduanya, ditandai
dengan meningkatnya kristal asam urat didalam plasma. Kadar normal
asam urat pada pria : 3,0-7,1 mg/dL dan wanita : 2,6-6,0 mg/dL
(Smeltzer & Bare, 2013).

Gout arthritis atau asam urat merupakan gangguan


metabolisme yang sudah dikenal sejak zaman Yunani Kuno oleh
Hipokrates. Penyakit ini berhubungan dengan tingginya kadar asam urat
dalam darah. Asam urat merupakan hasil metabolisme yang tidak boleh
berlebihan di dalam tubuh, setiap manusia memiliki kadar asam urat di
dalam tubuhnya yang merupakan hasil dari metabolisme sedangkan
pemicu lainnya yang menyebabkan kadar asam urat tinggi adalah
senyawa yang banyak mengandung purin. (Price & Wilson, 2014).
Artritis pirai (Gout) adalah suatu proses inflamasi yang terjadi
karena deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi. gout
terjadi sebagai akibat dari hiperurisemia yang berlangsung lama (asam
urat serum meningkat) disebabkan karena penumpukan purin atau
ekresi asam urat yang kurang dari ginjal. Artritis pirai adalah suatu
sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut.
Artritis akut disebabkan karena reaksi inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat (Arya, 2013).

2.2.2 KLASIFIKASI
1) Gout primer
Merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh yang
berlebih atau akibat penurunan ekresi asam urat.
2) Gout sekunder
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebih atau
ekresi asam urat yang bekurang akibat proses penyakit lain atau
pemakaian obat tertentu.

2.2.3 ETIOLOGI
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya
deposit/penimbunan Kristal asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat
sering terjadi pada penyakit dengan metabolisme asam urat abnormal dan
kelainan metabolic dalam pembentukan purin dan eksresi asam urat yang
kurang dari ginjal.
Beberapa faktor lain yang mendukung seperti :
a. Faktor genetic seperti gangguan metabolisme purin yang
menyebabkan asam urat berlebihan ( Hiperuricemia ), retensi asam
urat atau keduanya.
b. Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus,
hipertensi, gangguan ginjal yang kan menyebabkan :
 Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia
 Karena penggunaan obat – obatan yang menurunkan eksresi asam
urat seperti : aspirin, diuretic, levodopa, diazoksid, asam nikotinat,
aseta zolamid dan etambutol.
c. Pembentukan asam urat yang berlebih :
 Gout primer metabolic disebabkan sistensi langsung yang
bertambah.
 Gout sekunder metabolic disebabkan pembentukan asam
urat berlebih karena penyakit lain seperti leukemia.
d. Kurang asam urat melalui ginjal
e. Gout primer renal terjadi karena eksresi asam urat di tubulus distal
ginjal yang sehat.
f. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena kerusakan ginjal
misalnya glomeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik. 95 %
penderita gout ditemukan pada pria. Gout sering menyerang wanita
pada post menopause usia 50 – 60 tahun. Juga dapat menyerang
laki – laki usia pubertas dan atau usia diatas 30 tahun. Penyakit ini
paling sering mengenai sendi metarsofaringeal, ibu jari kaki, sendi
lutut dan pergelangan kaki.
2.2.4 PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan
yang mengandung asam urat tinggi dan system eksresi asam urat yang
tidak adekuat akan menghasilkan akumulasi asam urat yang berlebihan di
dalam plasma darah ( hiperuricemia ), sehingga mengakibatkan Kristal
asam urat menumpuk dalam tubuh. Pennimbunan ini menimbulkan iritasi
lokal dan menimbulkan responinflamasi.
Hiperuricemia merupakan hasil :
 Meningkatnya produksi asam urat akibat metabolisme purine
abnormal.
 Menurunnya eksresi asam urat.
 Kombinasi keduanya.
Saat asam urat menjadi bertumpuk dalam darah dan cairan tubuh lain,
maka asam urat tersebut akan mengkristal dan akan membentuk garam–
garam urat yang berakumulasi atau menumuk di jaringan konectif
diseluruh tubuh, penumpukan ini disebut tofi. Adanya Kristal memicu
respon inflamasi akut dan netrofil melepaskan lisosomnya. Lisosom tidak
hanya merusak jaringan, tapi juga menyebabkan inflamasi.
Banyak faktor yang berperan dalam mekanisme serangan gout. Salah
satunya yang telah diketahui peranannya adalah konsentrasi asam urat
dalam darah. Mekanisme serangan gout akan berlangsung melalui
beberapa fase secara berurutan, sebagai berikut :
 Presipitasi Kristal monosodium urat. Dapat terjadi dalam jaringan bila
konsentrasi dalam plasma lebih dari 9 mg/dl. Prseipitasi ini terjadi di
rawan, sonovium, janringan para – artikuler misalnya bursa, tendon dan
selaputnya. Kristal urat yang bermuatan negatif akan dibungkus ( coate )
oleh berbagai macam protein. Pembungkusan dengan IgG akan
merangsang netrofil untuk berespon terhadap pembentukan Kristal.
 Respon leukosit polimorfonukuler ( PMN ). Pembentukan Kristal
menghasilkan faktor kemotaksis yang menimbulkan respon leukosit PMN
dan selanjutnya akan terjadi fagositosis Kristal oleh leukosit.
2.2.5 PATHWAY

Sekunder :
Primer :
 Diet
Kelainan metabolisme  Obat-obatan
purin bawaan  Proses penyakit

Purin Tinggi

Metabolisme di
Hati
(teroksidasi)
Asam urat
tinggi

Gangguan
filtrasi di ginjal

Darah Urin

Peningkatan
Hiperurisemia asam urat di
urin

Penumpukan di
sendi

Pembentukan
kristal (thopi)

Inflamasi
Nyeri Kaku

Gangguan
pergerakan Risiko jatuh

2.2.6 MANIFESTASI KLINIS


Gejala awal dari artritis gout adalah panas, kemerahan dan
pembengkakan pada  sendi yang tipikal dan tiba-tiba. Persendian yang
sering terkena adalah persendian kecil pada basis dari ibu jari kaki.
Beberapa sendi lain yang dapat terkena ialah pergelangan kaki, lutut,
pergelangan tangan, jari tangan, dan siku. Pada serangan akut penderita
gout dapat menimbulkan gejala demam dan nyeri hebat yang biasanya
bertahan berjam-jam sampai seharian, dengan atau tanpa pengobatan.
Seiring berjalannya waktu serangan artritis gout akan timbul lebih
sering dan lebih lama.
Pasien dengan gout meningkatkan kemungkinan terbentuknya batu
ginjal.
Kristal-kristal asam urat dapat membentuk tophi (benjolan keras tidak
nyeri disekitar sendi) di luar persendian. Tophi sering ditemukan di
sekitar jari tangan, di ujung siku dan sekitar ibu jari kaki, selain itu
dapat ditemukan juga  pada daun telinga, tendon achiles (daerah
belakang pergelangan kaki) dan  pita suara (sangat jarang terjadi).
Secara klinis ditandai dengan adnya artritis, tofi dan batu ginjal.
Yang penting diketahui bahwa asm urat sendiri tidak akan
mengakibatkan apa-apa. Yang menimbulkan rasa sakit adalah terbentuk
dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapannya
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi
pada daerah-daerah telinga,siku,lutut,dorsum pedis,dekat tendo Achilles
pada metatarsofalangeal digiti 1 dan sebagainya. Pada telinga misalnya
karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup
angin,kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi.
Demikian pula di dorsum pedis,kalkaneus karena sering tertekan oleh
sepatu. Tofi itu sendiri terdiri dari kristal-kristal urat yang dikelilingi
oleh benda-benda asing yang meradang termasuk sel-sel raksasa.
Serangan sering kali terjadi pada malam hari. Biasanya sehari
sebelumnya pasien tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah
malam terbangun oleh rasa sakit yang hebat sekali. Daerah khas yang
sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari sebelah dalam,disebut
podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan dan nyeri ,nyeri
sekali bila sentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu
minggu,lalu menghilang. Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit,tapi
dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan tempat predileksi
kedua untuk serangan ini. Tofi merupakan penimbunan asm urat yang
dikelilingi reaksi radang pada sinovia,tulang rawan,bursa dan jaringan
lunak. Sering timbul ditulang rawan telinga sebagai benjolan keras. Tofi
ini merupakan manifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun
setelah serangan artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
1. Mikrotrofi dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nefrosis
2. Nefrolitiasis karena endapan asam urat
3. Pielonefritis kronis
4. Tanda-tanda aterosklerosis dan hipertensi
Tidak jarang ditemukan pasien dengan kadar asam urat tinggi
dalam darah tanpa adanya riwayat gout yang disebut hiperurisemia
asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar
asam uratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari dan
kemungkinan terbentuknya batu urat diginjal.
2.2.7 KOMPLIKASI
1) Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan-
gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akibat dari
penangan pada penderia asam urat akut terlambat menangani
penyakitnya. Pada penderita asam urat ada dua penyebab gangguan
pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat) dan risiko
kerusakan ginjal.batu asam urat terjadi pada penderita yang
memiliki asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl.
Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolisme tubuh
melalui urine. Seperti yang telah diketahui, urine di proses di
ginjal. Oleh sebab itu, jika kadar di dala darah terlalu tinggi maka
asam urat yang berlebih akan membentuk kristal dalam darah.
Apabila jumlahnya semakin banyak, akan mengakibatkan
penumpukkan dan pembentukkan batu ginjal.
Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang
membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada
saat yang sama, urine mungkin kekurangan substansi yang
mencegah kristal menyatu. Kedua hal ini menjadikannya sebua
lingkungan yang ideal untuk terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal
tidak menampakan gejala sampai batu ginjal tersebut bergerak di
dalam ginjal atau masuk ke saluran kemih (ureter), suatu saluran
yang menghubungkan ginjal dan kandungan kemih (Noviyanti,
2015).

2) Penyakit Jantung
Kelebihan asam urat dalam tubuh (hiperurisemia) membuat
seseorang berpotensi terkena serangan jantung. Pada orang yang
menderita hiperurisemia terdapat peningkatan risiko 3-5 kali
munculnya penyakit jantung koroner dan stroke. Hubungan antara
asam urat dengan penyakit jantung adalah adanya kristal asam urat
yang dapat merusak endotel atau pembuluh darah koroner.
Hiperurisemia juga berhubungan dengan sindroma metabolik atau
resistensi insulin, yaitu kumpulan kelainan-kelainan dengan
meningkatnya kadar insulin dalam darah, hipertensi, sklerosis
(Noviyanti, 2015).
3) Diabetes Mellitus
hasil studi baru Eswar Krishnan yang merupakan asisten Profesor
Rheumatology di Stanford University dengan hasil penelitian yang
dipresentasikan di pertemuan tahunan American College of
Rheumatology didapati kesimpulan bahwa, kadar asam urat yang
tinggi dalam darah berkaitan dengan risiko peningkatan diabetes
hampir 20% dan risiko peningkatan kondisi yang mengarah pada
perkembangan penyakit ginjal dari 40%.
Para peneliti meninjau catatan dari sekitar 2.000 orang dengan gout
dalam database Veterans Administration. Pada awal penelitian,
semua peserta penelitian tidak menderita diabete atau penyakit
ginjal. Selama periode tiga tahun, 9% laki-laki dengan gout yang
memiliki kadar asam urat tidak terkontrol berada pada kondisi yang
mengarah pada perkembangan diabetes dibandingkan dengan 6%
dari mereka dengan kadar asam urat yang terkontrol. Pada
penderita diabetes ditemukan 19% lebih tinggi dengan kadar asam
urat yang tidak terkontrol. Kadar asam urat dalam darah yang lebih
tinggi dari angka 7 mg/dl dianggap tidak terkontrol. Penelitian
kedua dilakukan oleh peneliti yang sama menggunakan database
yang sama. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa lebih dari
3 tahun dengan periode gout pada pria yang memiliki kadar asam
urat yang tidak terkontrol memiliki risiko 40% lebih tinggi untuk
penyakit ginjal dibandingkan dengan pria dengan kadar asam urat
terkontrol. Penelitian tersebut tidak membuktikan bahwa kadar
asam urat yang tidak terkontrol menyebabkan masalah kesehatan,
tetapi menunjukkan hubungan peningkatan kadar tersebut dengan
masalah kesehatan (Noviyanti, 2015).

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Serum asam urat
Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini
mengindikasikan hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam
urat atau gangguan ekskresi.
2) Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3
selama serangan akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit
masih dalam batas normal yaitu 5000 – 10.000/mm3.
3) Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen
rate mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit
asam urat di persendian.
4) Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan
ekskresi dan asam urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan
250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin. Ketika produksi
asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar
kurang dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi
pada pasien dengan peningkatan serum asam urat.Instruksikan
pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu toilet
selama waktu pengumpulan. Biasanya diet purin normal
direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun diet bebas
purin pada waktu itu diindikasikan.
5) Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut
atau material aspirasi dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal
urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif gout.
6) Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan
menunjukkan tidak terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi
setelah penyakit berkembang progresif maka akan terlihat
jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial
sendi.
2.2.9 Penatalaksanaan medis
1) Fase akut
Obat yang digunakan :
a. Colchicine (0,6 mg)
Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai
untuk mengobati serangangout akut, dan unluk mencegah
serangan gout Akut di kemudian hari. Obat ini jugadapat
digunakan sebagai sarana diagnosis.Pengobatan serangan akut
biasanya tablet 0,5mg setiap jam, sampai gejala-gejala
serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata dari berat
pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami rasa mual
yang hebat,muntah-muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini
pemberian obat harus dihentikan.
b. Fenilbutazon.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan
unluk mengobati artritis gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon
menimbulkan efek samping, maka kolkisin digunakan sebagai
terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.
c. Indometasin ( 50 mg 3 X sehari selama 4-7 hari)
Pengobatan jangka panjang terhadap hyperuricemia untuk
mencegah komplikasi
a. Golongan urikosurik
 Probenasid, adalah jenis obat yang berfungsi menurunkan
asam urat dalam  serum.
 Sulfinpirazon, merupakan dirivat pirazolon dosis 200-400
mg perhari.
 Azapropazon, dosisi sehari 4 X 300 mg.
 Benzbromaron.
b. Inhibitor xantin (alopurinol).
Adalah suatu inhibitor oksidase poten, bekerja mencegah
konversi hipoxantin menjadi xantin, dan konversi xantin
menjadi asam urat.
2) Dilakukan pembedahan
Jika ada tofi yang sudah mengganggu gerakan sendi,karena tofi
tersebut sudah terlalu besar.
3) Obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi
pencegahan seperti:Alopurinol dapat mengurangi pembentukan
asam urat. Dosis 100-400 mg per hari dapat menurunkan kadar
asam urat serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen
urikosurik, artinya mereka dapat menghambat proses reabsorpsi
urat oleh tubulus ginjal dan dengan dernikian meningkatkan
ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum berguna
untuk menentukan etektivitas suatu terapi.
BAB 3

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
3.1.1 Identitas
Meliputi nama, jenis jenis kelamin (lebih sering pada pria daripada
wanita), usia ( terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan,
golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis
medis.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada umumnya klien merasakan nyeri yang luar biasa pada sendi ibu
jari kaki (sendi lain).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji Nyeri bila ada, menggunakan PQRST
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada klien apakah menderita penyakit ginjal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah pernah ada anggota keluarga klien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita klien sekarang ini.
3.1.3 Status Kesehatan Fisiologis
1. Postur tulang belakang pasien tegap.
2. Tanda-tanda vital dan status gizi :
1) Suhu :
2) Tekanan darah :
3) Nadi :
4) Respirasi :
5) Berat badan :
6) Tinggi badan :
3.1.4 Pengkajian Head To Toe
1. Rambut
Bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
2. Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera anikterik, penglihatan
tidak kabur, tidak memiliki riwayat katarak, tidak menggunakan
kacamata.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada peradangan, penciuman masih
baik.
4. Mulut dan tenggorokan
Bersih, mukosa bibir lembab, tidak ada peradangan gusi, tidak ada
karies, tidak ada ompong, tidak kesulitan mengunyah dan menelan.
5. Telinga
Bersih, tidak ada peradangan, pendengaran baik.
6. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada kaku kuduk
7. Dada
Bentuk dada normal chest, tidak ada ronchi dan wheezing, tidak ada
suara jantung tambahan
8. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan, tidak kembung, tidak supel, bising usus
20x/menit, tidak ada massa
9. Genetalia
Bersih, tidak ada hemoroid
10. Ekstremitas
Ekstremitas atas : kekuatan otot tangan kanan dan kiri sama yaitu
pada skala 5
Ekstremitas bawah : Kekuatan otot kaki kanan 5 dan kiri sama yaitu
pada skala 5
11. Integumen
Bersih, tidak pucat, lembab, tidak ada gangguan pada kulit
4.1 Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks
No. AKTIVITAS NILAI
BANTUAN MANDIRI
1. Makan 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan 15
sebaliknya, termasuk duduk di tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir, 5
mencukur dan mengosok gigi
4. Aktivitas toilet 10
5. Mandi 5
6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak mampu 15
berjalan lakukan dengan kursi roda )
7. Naik turun tangga 10
8. Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 10
9. Mengontrol defekasi 10
10. Mengontrol berkemih 10
JUMLAH

4.2 Pengkajian Keseimbangan Untuk Lansia (Tinneti, ME, dan Ginter,


SF, 1998)
KRITERIA NILAI
a.      Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan
     bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
     ** tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata terbuka 0
      ** menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
       bangun dari tempat duduk (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0
      **tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan kursi
terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
      duduk ke kursi (dimasukkan analisis) dengan mata tertutup 0
      **menjatuhkan diri ke kursi, tidak duduk di tengah kursi
Ket: kursi harus yang keras tanpa lengan
      menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata terbuka 0
      ** menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
      menahan dorongan pada sternum (3 kali) dengan mata tertutup 0
      **klien menggerakkan kaki, memegang objek untuk dukungan, kaki tidak
menyentuh sisi-sisinya
      perputaran leher (klien sambil berdiri) 0
     ** menggerakkan kaki, menggenggam objek untuk dukungan kaki: keluhan
vertigo, pusing atau keadaan tidak stabil
          gerakan mengapai sesuatu 0
      **tidak mampu untuk menggapai sesuatu dengan bahu fleksi sepenuhnya
sementara berdiri pada ujung jari-jari kaki, tidak stabil memegang sesuatu untuk
dukungan       
          Membungkuk 0
      **tidak mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil (misalnya
pulpen) dari lantai, memegang objek untuk bisa berdiri lagi, dan memerlukan usaha-
usaha yang keras untuk bangun
b.      komponen gaya berjalan atau pergerakan
        minta klien berjalan ke tempat yang ditentukan 1
     ** ragu-ragu, tersandung, memegang objek untuk dukungan
        ketinggian langkah kaki 1
     **  kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret
kaki), mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
        kontinuitas langkah kaki 1
     ** setelah langkah-langkah awal menjadi tidak konsisten, memulai
mengangkat satu kaki sementara kaki yang lain menyentuh lantai
        kesimetrisan langkah 1
      **langkah tidak simetris, terutama pada bagian yang sakit
        penyimpangan jalur pada saat berjalan 1
      **tidak berjalan dalam garis lurus, bergelombang dari sisi ke sisi
        berbalik 1
     ** berhenti sebelum mulai berbalik, jalan sempoyongan, bergoyang,
memegang objek untuk dukungan
Jumlah
3.1.5 Diagnosa Keperawatan
Terdapat beberapa diagosis yang berhubungan dengan masalah nyeri, di
antaranya:
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis, kimia, fisik atau psikologis.
2. Resiko Jatuh b.d nyeri pada ekstremitas.

3.2 Intervensi Keperawatan


Perencanaa keperawatan menurut SDKI, SIKI dan SLKI (2018).
Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
(PPNI, 2016) (PPNI, 2018a) (PPNI, 2018b)
Nyeri Akut b.d Agen Tujuan : Manajemen nyeri
Pencedera Fisiologis Setelah dilakukannya tindakan  Observasi
( D.0077 ) keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi lokasi,
diharapkan nyeri menurun karakterisktik, durasi,
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas, intensitas
- keluhan nyeri menurun (5) nyeri
- gelisah menurun (5) - Identifikasi skala nyeri
- frekuensi nadi membaik - Identifikasi respon nyeri non
(5) verbal
- pola napas membaik (5) - Identifikasi faktor yang
- tekanan darah membaik (5) memperberat dan
memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri

 Terapeutik
- Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( mis,
suhu lingkungan,
pencahayaan, kebisingan)
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri

 Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode
dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Resiko Jatuh Setelah dilakukan tindakan Edukasi aktivitas
keperawatan diharapkan Observasi
tingkat nyeri menurun dengan - Identifikasi kesiapan
kriteria hasil: kemampuan pasien menerma
1. Pasien dapat menjaga informasi
keseimbangan Terapeutik
2. Pasien dapat melakukan - Sediakan materi dan media
aktifitas sehari-hari dengan pengaturan aktivitas dan istirahat
nyaman - Jadwalkan pemeberian penkes
sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan kepada
pasien atau keluarga untuk
bertanya
Edukasi
- Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas atau olahraga secara
rutin
- Anjurkan terlubat dalam
aktivitas kelompok atau lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas
- Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas seuai
kemampuan

4. Implementasi Keperawatan.

Implementasi Keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh


perawat untuk membantu kliendari masalah status kesehatan yang di hadapi ke
status kesehatan yang baik yang menggambarkan criteria hasil yang di
haraapkan.

5.Evaluasi Keperawatan

Evalusi keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan keperawatan


yang telah di tentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara
optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi


Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC

Price, Sylvia.A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses


Penyakit. Ed.6 ; Cet.1 ; Jil.II. Jakarta : EGC.

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Cet. 1. Yogyakarta : Graha


Ilmu.

Suratun. 2008. Asuhan Keperawatan Klein Gangguan Sistem


Muskuloskeletal. Cet. 1. Jakarta : EGC.

Syaifiddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Ed.3


; Cet. 1. Jakarta : EGC.
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN MASALAH GOUT

ARTHRITIS

Tanggal Pengkajian : 17 Februari 2021

Jam : 19.00 WIB

I. IDENTITAS
Nama : Ny. S

Alamat : Lespadangan - Mojokerto

Jenis kelamin :

(1) Laki-laki (2) Perempuan

Umur : 60 tahun

(1) Middle Age (2) Elderly (3) Old (4)


Very old

Status :

(1) Menikah (2) Tidak menikah (3) Janda (4) Duda

Agama :

(1) Islam (2) Protestan (3) Hindu (4) Katolik (5)


Budha

Suku :

(1) Jawa (2) Madura (3) Lain-lain, sebutkan …………

Tingkat pedidikan ;
(1) Tidak tamat SD (2) Tamat SD (3) SMP (4) SMU
(5) PT

(6) Buta huruf

Lama tinggal di panti/ keluarga :

(1) < 1 tahun (2) 1 – 3 tahun (3) > 3 tahun

Sumber pendapatan :

Ada, jelaskan dari suami

Tidak, jelaskan ………………………..

Keluarga yang dapat dihubungi :

Ada, Anak dan cucu

Tidak …………………..

Riwayat Pekerjaan : Bekerja sebagai petani

II. RIWAYAT KESEHATAN


Keluhan yang dirasakan saat ini :

(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak
(6) Gatal

(7) Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10)


Penglihatan kabur

(11) lain-lain:.........................

Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :


(1) Nyeri dada (2) Pusing (3) Batuk (4) Panas (5) Sesak
(6) Gatal

(7) Diare (8) Jantung berdebar (9) Nyeri sendi (10)


Penglihatan kabur

(11) lain-lain:.........................

Penyakit saat ini :

(1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare

(4) Penyakit kulit (5) Penyakit Jantung (6) Katarak

(7) DM (8)Hipertensi (9) lain-lain:Stroke

Kejadian penyakit 3 bulan terakhir :

(1) Sesak nafas/PPOM (2) Nyeri Sendi/Rematik (3) Diare

(4) Penyakit kulit (5) Penyakit Jantung (6) Katarak

(7) DM (8) Hipertensi (9) lain-


lain:Stroke

III. STATUS FISIOLOGIS


Bagaimana postur tulang belakang lansia :

(1) Tegap (2) Kifosis (3) Skoliosis (4) Lordosis

Tanda-tanda vital dan status gizi :

(1) Suhu : 36,6oC


(2) Tekanan darah : 110/80 mmHg

(3) Nadi : 90 x/menit

(4) Respirasi : 22 x/menit

(5) Berat badan : 50 kg

(6) Tinggi badan : 150 cm

(7) Status Gizi : Baik

IV. PENGKAJIAN HEAD TO TOE


1.Kepala :

Kebersihan : kotor/bersih

Kerontokan rambut : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak

Jika ya, jelaskan : ……………………………………..

2. Mata

Konjungtiva : anemis/tidak

Sklera : ikterik/tidak

Strabismus : ya/tidak

Penglihatan : Kabur/tidak

Peradangan : Ya/tidak

Riwayat katarak : ya/tidak

Keluhan : ya/tidak
Jika ya, Jelaskan : …………………………………………

Penggunaan kacamata : ya/tidak

3. Hidung

Bentuk : simetris/tidak

Peradangan : ya/tidak

Penciuman : terganggu/tidak

Jika ya, jelaskan : ………………………………………….

4. Mulut dan tenggorokan

Kebersihan : baik/tidak

Mukosa : kering/lembab

Peradangan/stomatitis : ya/tidak

Gigi geligi : karies/tidak, ompong/tidak

Radang gusi : ya/tidak

Kesulitan mengunyah : ya/tidak

Kesulitan menelan : ya/tidak

5. Telinga

Kebersihan : bersih/tidak

Peradangan : ya/tidak

Pendengaran : terganggu/tidak

Jika terganggu, jelaskan : ………………………………………..

Keluhan lain : ya/tidak


Jika ya, jelaskan : ………………………………………………..

6. Leher

Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak

Kaku kuduk : ya/tidak

7. Dada

Bentuk dada : normal chest/barrel chest/pigeon chest/lainnya

Retraksi : ya/tidak

Wheezing : ya/tidak

Ronchi : ya/tidak

Suara jantung tambahan : ada/tidak

8. Abdomen

Bentuk : distensi/flat/lainnya

Nyeri tekan : ya/tidak

Kembung : ya/tidak

Supel : ya/tidak

Bising usus : ada/tidak, frekwensi : 21 kali/menit

Massa : ya/tidak, regio

9. Genetalia

Kebersihan : baik/tidak

Haemoroid : ya/tidak

Hernia : ya/tidak
10. Ekstremitas

Kekuatan otot : 4 (skala 1 – 5 )

Kekuatan otot

1 : lumpuh
2 : ada kontraksi
3 : Melawan grafitasi dengan sokongan
4 : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan
5 : Melawan grafitasi dengan tahanan sedikit
6 : Melawan grafitasi dengan kekuatan penuh

Rentang gerak : maksimal/terbatas

Deformitas : ya/tidak, jelaskan …………………………………………

Tremor : ya/tidak

Edema kaki : ya/tidak, pitting edema/tidak

Penggunaan alat bantu : ya/tidak, jenis : -

Skala otot: 5 5

5 4

Refleks

Kanan Kiri

Biceps Positif positif


Triceps Positif positif

Knee Positif positif

Achiles Positif positif

Keterangan :

Refleks + : normal

Refleks - : menurun/meningkat

11. Integumen

Kebersihan : baik/tidak

Warna : pucat/tidak

Kelembaban : Kering/lembab

Gangguan pada kulit: ya/tidak, jelaskan ………………………………….

PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN

Kebiasaan merokok

(1) > 3 batang sehari


(2) < 3 batang sehari
(3) Tidak merokok

Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi


Frekwensi makan

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) Tidak teratur
Jumlah makanan yang dihabiskan

(1) 1 porsi dihabis


(2) ½ porsi yang dihabiskan
(3) < ½ porsi yang dihabiskan
(4) Lain-lain
Makanan tambahan

(1) Dihabiskan
(2) Tidak dihabiskan
(3) Kadang-kadang dihabiskan

Pola pemenuhan cairan

Frekwensi minum

(1) < 3 gelas sehari


(2) > 3 gelang sehari
Jika jawaban < 3 gelas sehari, alasan :

(1) Takut kencing malang hari


(2) Tidak haus
(3) Persediaan air minum terbatas
(4) Kebiasaan minum sedikit
Jenis Minuman

(1) Air putih (2) Teh (3) Kopi (4) susu (5) lainnya,
……………..
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 -


perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 -

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 -

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 -


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya 2 V


sehingga tidak dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 -


makanan

7. Lebih sering makan sendirian 1 -

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 1 -


3 kali atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam 2 -


bulan terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2 -


untuk belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 2

(American Dietetic Association and National Council on the Aging, dalam


Introductory Gerontological Nursing, 2001)
Interpretasi:

0 – 2 : Good

3 – 5 : Moderate nutritional risk

6≥ : High nutritional risk

Pola kebiasaan tidur

Jumlah waktu tidur

(1) < 4 jam (2) 4 – 6 jam (3) > 6 jam

Gangguan tidur berupa

(1) Insomnia (2) sering terbangun (3) Sulit mengawali (4) tidak ada
gangguan

Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur

(1) santai (2) diam saja (3) ketrampilan (4) Kegiatan


keagamaan

Pola eliminasi BAB

Frekwensi BAB

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) Lainnya, ………………….
Konsisitensi

(1) Encer (2) Keras (3) Lembek

Gangguan BAB
(1) Inkontinensia alvi
(2) Konstipasi
(3) Diare
(4) Tidak ada

Pola BAK

Frekwensi BAK

(1) 1 – 3 kali sehari

(2) 4 – 6 kali sehari

(3) > 6 kali sehari

Warna urine

(1) Kuning jernih


(2) Putih jernih
(3) Kuning keruh
Gangguan BAK

(1) Inkontinensia urine


(2) Retensi urine
(3) Lainnya,, Tidak ada masalah

Pola aktifitas

Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan

(1) Membantu kegiatan dapur


(2) Berkebun
(3) Pekerjaan rumah tangga
(4) Ketrampilan tangan
Gangguan aktifitas, Jelaskan:........................................
Pola Pemenuhan Kebersihan Diri

Mandi

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) 3 kali sehari
(4) < 1 kali sehari
Memakai sabun

(1) ya (3) tidak

Sikat gigi

(1) 1 kali sehari


(2) 2 kali sehari
(3) Tidak pernah, alasan …………………………
Menggunakan pasta gigi

(1) ya (2) tidak

Kebiasaan berganti pakaian bersih

(1) 1 kali sehari


(2) > 1 kali sehari
(3) Tidak ganti

Pengkajian Fungsional berdasar Barthel Indeks :

N AKTIVITAS NILAI SKOR


O

BANTUAN MANDIRI

1. Makan 5 10 10
2. Berpindah dari kursi roda ke tempat 5 -10 15 15
tidur dan sebaliknya, termasuk duduk di
tempat tidur
3. Kebersian diri, mencuci muka, menyisir, 0 5 5
mencukur dan mengosok gigi
4. Aktivitas toilet 5 10 10

5. Mandi 0 5 5

6. Berjalan di jalan yang datar ( jika tidak 10 15 10


mampu berjalan lakukan dengan kursi
roda )
7. Naik turun tangga 5 10 5

8. Berpakaian termasuk mengenakan 5 10 10


sepatu
9. Mengontrol defekasi 5 10 10

10. Mengontrol berkemih 5 10 10

JUMLAH 95

Penilaian :

0 – 20 : Ketergantungan penuh

21 – 61 : Ketergantungan berat / sangat tergantung

62 – 90 : Ketergantungan sedang

91 – 99 :Ketergantungan ringan

100 : Mandiri
ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1. Ds: Nyeri Resiko Jatuh
Klien mengatakan sakit yang dirasakan saat ini
selama 3 bulan terakhir ini adalah penyakit nyeri di
lutut biasanya karena kelelahan. Dan saat berdiri harus Penurunan
ada pegangan. kekuatan otot

Do:
- TTV: TD: 130/80 mmHg Resiko Jatuh

N : 90 x/mnt
S : 36,6 0C
RR : 22 x/mnt
- Asam urat : 7,1 mg/dl
- Perubahan gaya jalan lambat, dan tampak ragu
- saat bangun dari duduk klien mencari pegangan yang
kuat.
- Kekuatan otot: 4 (Melawan grafitasi dengan
tahanan sedikit )
- Skala otot: 5 5

5 4
2. Ds: Agen pencedera Nyeri Akut
Klien mengatakan merasakan sakit pada bagian lutu. fisiologis
Klien juga mengatakan dia tidak pernah olahraga. .
P: Asam Urat
Q: ngilu
R: persendian kaki daerah lutut kanan. Hiperurisemia
S: 3
T: Sewaktu-waktu atau hilang timbul
Penumpukan di
sendi

Do:
- Asam urat : 7,5 mg/dl
Inflamasi
- Klien tampak gelisah.
- Klien tampak merintih/kesakitan pada saat
Nyeri
menekuk dan meluruskan kakinya.
XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Jatuh b/d Penurunan kekuatan otot.

2. Nyeri akut b\d Agen pencedera fisiologis.

INTERVENSI KEPERAWATAN

N SDKI SLKI SIKI


O

1. Resiko Tujuan : Edukasi aktivitas


jatuh b.d Observasi
Setelah
kelemahan - Identifikasi kesiapan kemampuan pasien
dilakukannya
otot menerma informasi
tindakan
Terapeutik
keperawatan selama
3 x 24 jam - Sediakan materi dan media pengaturan aktivitas
diharapkan mobilitas dan istirahat
fisik meningkat - Jadwalkan pemeberian penkes sesuai
kesepakatan
Kriteria Hasil :
- Berikan kesempatan kepada pasien atau keluarga
a. Pasien dapat untuk bertanya
menjaga
keseimbangan
Edukasi
b. Pasien dapat
melakukan - Jelaskan pentingnya melakukan aktivitas atau
aktifitas sehari- olahraga secara rutin
hari dengan - Anjurkan terlubat dalam aktivitas kelompok
nyaman atau lainnya
- Anjurkan menyusun jadwal aktivitas
- Ajarkan cara mengidentifikasi target dan jenis
aktivitas seuai kemampuan

2. Nyeri Tujuan : Manajemen nyeri


Akut b.d
Setelah Observasi
Agen
dilakukannya - Identifikasi lokasi, karakterisktik, durasi,
Pencedera
tindakan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Fisiologis
keperawatan selama - Identifikasi skala nyeri
( D.0077 )
3 x 24 jam - Identifikasi respon nyeri non verbal
diharapkan nyeri - Identifikasi faktor yang memperberat dan
menurun memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Kriteria Hasil :
tentang nyeri
- keluhan nyeri Terapeutik
menurun (5) - Berikan teknik non farmakologis untuk
- gelisah menurun mengurangi rasa nyeri
(5) - Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
- frekuensi nadi nyeri ( mis, suhu lingkungan, pencahayaan,
membaik (5) kebisingan)
- pola napas - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
membaik (5) pemilihan strategi meredakan nyeri
- tekanan darah Edukasi
membaik (5) - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Anda mungkin juga menyukai