Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PROGRAM PUSKEMAS

GEMAR BERTASBI (GERAKAN MASYARAKAT BERANTAS TB)


DI PUSKESMAS BANGSAL

OLEH:
Kelompok 9 & 10
1. Nabillah C. (201601152)
2. Mardiana Ovie (201601050)
3. M. Syahrul Ghofin (201601089)
4. Eni Yunita (201601133)
5. Rizkyani Alffiyah (201601172)
6. Mahnusa Ulfa (201601011)
7. Happy Kurniasari (201601052)
8. Ibnu Nafi (201601090)
9. Khoirunnisaatur R. (201601134)
10. Fitri Nur K. (201601173)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KLINIK KOMUNITAS

Laporan Praktek Klinik Komunitas ini disusun sebagai tugas akhir

menyelesaikan Praktek Klinik Komunitas dan salah satu syarat lulus mata kuliah

Praktek Klinik Komunitas. Disusun oleh

Nama : Kelompok 9 dan 10

Yang telah melaksanakan praktik di Puskesmas Bangsal pada,

Tanggal : 6 Januari – 18 Januari 2020

Adapun rincian laporan terangkum sebagai berikut.

Mojokerto,

Menyetujui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rina Nur, M.Kep.,Sp.Kep.Kom Maria Andayani, S.Kep.Ns


NIK NIP

Kepala Puskesmas

dr. Ulfah Kurniasari


NIP

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu
dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan yang berjudul “GEMAR BERTASBI (GERAKAN MASYARAKAT
BERANTAS TB) DI PUSKESMAS BANGSAL”dengan tepat waktu. Laporan ini
disusun sebagai tugas mata kuliah “Komunitas”. Segala upaya telah penulis lakukan dan
tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Ana Zakiyah.,M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan


2. Rina Nur, M.Kep.,Sp.Kep.Kom selaku dosen pengajar Keperawatan
Komunitas
3. Teman-teman & semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan
penulisan laporan ini.

Penulis dengan segala kerendahan hati merasa bahwa dalam penyusununan

laporan ini kurang sempurna, walaupun laporan ini telah diseleseikan dengan segenap

kemampuan, pemikiran dan usahanya, dan kiranya sangatlah membantu penyempurnaan

laporan ini jika pembaca yang budiman bersedia memberi masukan, saran serta kritikan

yang jelasnya mendukung bagi karya penulis. Seperti kata pepatah bahwa ”tiada gading

yang tak retak” begitu juga dengan keadaan laporan ini sekali lagi penulis mohon maaf

jika laporan ini kurang sempurna. Dan semoga laporan dapat bermanfaat bagi

pembacasekalian.

Penulis

1
Kelompok 9 &10

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar.......................................................................................................................1

Daftar Isi................................................................................................................................2

Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5

1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................7

1.2.1 Tujuan Umum................................................................................................7

1.2.2 Tujuan Khusus...............................................................................................7

1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................7

1.3.1. Manfaat Bagi Puskesmas...............................................................................7

1.3.2. Manfaat Bagi Mahasiswa...............................................................................8

Bab 2 Tinjauan Pustaka.........................................................................................................9

2.1 Konsep Dasar Puskesmas........................................................................................9

2.1.1 Definisi Puskesmas........................................................................................9

2.1.2 Visi Dan Misi Puskesmas.............................................................................10

2.1.3 Prinsip Dan Fungsi Puskesmas....................................................................10

2.1.4 Kategori Puskesmas.....................................................................................11

2.1.5 Azaz Penyelenggaraan.................................................................................12

2.1.6 Program Pokok Puskesmas..........................................................................13

2.2 Konsep Program P2pl............................................................................................14

2.3 Program P2pl: Tbc.................................................................................................15

2.5 Konsep Manajemen Pelayanan (Poac)..................................................................19

Bab 3 Gambaran Pelaksanaan Program Gemar Bertasbi Di Puskesmas Bangsal...............23

3.1 Konsep Program Gemar Bertasbi Puskesmas Bangsal..........................................23

3.1.1 Pengertian Gemar Bertasbi..........................................................................24

3.1.2 Pendekatan Strategis....................................................................................24

3
3.1.3 Tujuan..........................................................................................................25

3.1.4 Sasaran.........................................................................................................25

3.1.5 Kreatif Dan Inovatif.....................................................................................26

3.2 Pengkajian.............................................................................................................26

3.3 Skoring....................................................................................................................38

3.4 Analisis Data..........................................................................................................40

3.5 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................40

3.6 Perencanaan Kegiatan............................................................................................42

3.7 Implementasi Dan Evaluasi Kegiatan.....................................................................43

Bab 4....................................................................................................................................44

4.1 Fakta, Teori Dan Opini...........................................................................................44

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan bagian terpenting dari pembangunan nasional.
Kesehatan sendiri merupakan salah satu layanan sosial dasar yang harus dipenuhi
pemerintah sebagai kewajibannya untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Tujuan
diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk menuju tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara menyeluruh dan
komprehensif yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
secara berjenjang dan terpadu.
Pembangunan kesehatan saat ini harus lebih mengutamakan paradigma sehat
dimana pelayanan kesehatan lebih diarahkan secara terpadu pada proses promotif
dan preventif, tanpa melupakan kuratif dan rehabilitatif. Salah satu langkah untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan dikembangkannya sarana dan prasarana
kesehatan oleh pemerintah, diantaranya adalah Polindes, Puskesmas dan Rumah
Sakit.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota
yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis
operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana
tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia termasuk
memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien (Sulastomo, 2007).
Berdasarkan Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas, Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Wilayah kerja puskesmas pada mulanya ditetapkan

5
satu kecamatan, kemudian dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang
dimiliki oleh pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam
pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 5 program esensial puskesmas.
Namun pada umumnya program esensial puskesmas ini belum dapat dilaksanakan
secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di puskesmas maupun
masyarakat dalam pelaksanaan program esensial puskesmas maka untuk
mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai permasalahan yang ada,
dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat dengan melakukan
pemberdayaan masyarakat.
Selama menjalankan fungsinya, khususnya puskesmas yang berhubungan
langsung dengan masyarakat, sangat diperlukan koordinasi terhadap semua upaya
dan sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan
kewenangannya serta melaksanakan pembinaan terhadap peran serta masyarakat
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Penyakit tuberkulosis (TB) masih merupa-kan masalah kesehatan yang
membebani negara-negara berkembang. Menurut WHO tahun 2015, di secara global
terdapat 9,6 juta kasus TB setiap tahunnya, dan tingkat kematian mencapai 1,5 juta
kasus per tahun, dan sebagian diantaranya adalah anak usia < 15 tahun (WHO, 2015;
kartasasmita, 2009). Diantara 9,6 juta kasus TB tersebut didapat-kan 1,1 juta kasus
TB atau sekitar 12 % yang juga mengalami HIV positif dengan tingkat kematian
320.000 orang, dan 480.000 kasus atau sekitar 5% adalah TB Resistan Obat (TB-RO)
dengan tingkat kematian 190.000 orang (WHO, 2015).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai beban TB terbesar ke-2 di dunia
setalah India, dan termasuk dalam High Burden Countries dengan total biaya yang
diperlukan untuk penanganan TB sebanyak US$ 117 juta. Di Indonesia sendiri biaya
pengobatan pasien TB mencapai Rp. 1.843.537 dengan sebagian besar dihabis-kan
pada biaya obat (Unitaid, 2015; WHO, 2015; Sari dkk., 2018). Hasil survei
prevalensi TB Nasional (STPN) 2013-2014 menunjukkan bahwa beban TB Indonesia
yang diperkirakan oleh WHO yaitu sebesar 272/100.000, ternyata jauh lebih besar

6
yaitu didapati angka prevalensi TB sebesar 647/100.000 atau berarti bahwa 0,65%
populasi Indonesia menderita TB, hal ini setara dengan 1.600.000 kasus TB, dan
setiap tahun terjadi 1.000.000 kasus baru (399/100.000). Penemuan kasus TB sebesar
330.729 pada tahun 2015, akan tetapi diperkirakan terdapat 669.271 kasus TB per
tahun yang belum ditemukan, angka pene-muan kasus TB (case detection rate) ini
hanya sebesar 33,07%, ini menyebabkan adanya kesenjangan yang besar dan harus
segera tangani (Kemenkes RI, 2014). Di Mojokerto sendiri terdapat 754 penderita
TBC dan diantaranya 67 penderita terdapat di wilayah puskesmas Bangsal. Untuk
menanggulangi penyebaran penyakit TBC di wilayah Puskesmas Bangsal memiliki
program unggulan Puskesmas Bangsal yaitu “GEMAR BERTASBI” yaitu Gerakan
Masyarakat Berantas TB. Adapun program tersebut yaitu menjadikan 1 KK 1 kader.
Dimana setiap kader wajib melaporkan ke puskesmas jika ada warganya yang batuk
sudah 2 minggu lebih, diobati tidak sembuh. Cara melaporkanya yaitu kader hanya
perlu membawa sample sputum warga tesebut, jika hasil tes sputumnya positif maka
langsung diberikan pengobatan.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum


Mampu menganalisis pelaksanaan program “ Gemar Bertasbi “ di Puskesmas
Bangsal.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Mengetahui perencanaan program “Gemar Bertasbi” di wilayah kerja
Puskesmas Bangsal.
b. Mengetahui pengorganisasian “Gemar Bertasbi” di wilayah kerja
Puskesmas Bangsal.
c. Mengetahui pelaksanaan kegiatan “Gemar Bertasbi” di wilayah kerja
Puskesmas Bangsal.
d. Mengetahui controling program “Gemar Bertasbi” di wilayah kerja
Puskesmas Bangsal.

7
1.3 Manfaat penulisan

1.3.1. Manfaat bagi Puskesmas


a. Sebagai bahan wacana bagi Puskesmas untuk memperbaiki
kekurangan yang mungkin masih ada dalam program“ Germar
Bertasbih” Puskesmas Bangsal.
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi Puskesmas, khususnya bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2) dalam melakukan
evaluasi dalam kinerja program penemuan kasus TB Paru untuk
perbaikan program guna mengoptimalkan mutu pelayanan kepada
masyarakat.
c. Sebagai bahan untuk memperbaiki kekurangan dari program kerja
penemuan kasus TBC oleh bidang Pengendalian dan Pencegahan
Penyakit (P2).
d. Sebagai bahan untuk perbaikan program kerja penemuan kasus
TBCke arah yang lebih baik guna mengoptimalkan mutu pelayanan
kepada masyarakat pada umumnya dan individu pada khususnya di
Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal.

1.3.2. Manfaat bagi Mahasiswa


a. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menganalisis suatu
permasalahan kesehatan dalam program “Germar Bertasbi”
puskesmas Bangsal.
b. Sebagai bahan untuk pembelajaran dalam menentukan pemecahan
permalahan kesehatan dalam program “Germar Bertasbi”
Puskesmas Bangsal.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Puskesmas

2.1.1 Definisi Puskesmas

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 75 Tahun 2014


Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat atau
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama,
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masayarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) Nomor 128


tahun 2004 Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas sebagai Unit
Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu unit organisasi yang diberikan
kewenangan kemandirian oleh Dinas Kesehatan Kabupaten untuk
melaksanakan tugas-tugas teknis operasional pembangunan kesehatan
diwilayah kecamatan. Dengan kata lain, puskesmas mempunyai wewenang dan
tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang


bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau
wilayah kerja. Pengertian puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional
yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran
serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal
dalarn suatu wilayah tertentu.

9
2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas
Visi:

Tercapainya Puskesmas dan Kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia


sehat.

Misi:

a) Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya


b) Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di
wilayah kerjanya
c) Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
peayanan kesehatan yang diselenggarakan
d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya

2.1.3 Prinsip dan Fungsi Puskesmas

2.1.3.1 Prinsip Puskesmas

Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi:

a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu,


keluarga, kelompok, dan masyarakat.
d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat


diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya

10
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan


memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan
pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi
lingkungan.
f. Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan
penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta
melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen
Puskesmas.

2.1.3.2 Fungsi Puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator,


dan turut serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah
kerjanya agar berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat diwiilayah
kerjanya. Hasil yang diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain
adalah terselenggaranya pembangunan di luar bidang kesehatan yang
mendukung terciptanya lingkungan dan perilaku sehat. Berikut ini adalah
fungsi dari puskesmas:

a) Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya


b) Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya
c) Wahana pendidikan Tenaga Kesehatan.

2.1.4 Kategori Puskesmas


Dalam rangka pemenuhan Pelayanan Kesehatan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat, Puskesmas dapat dikategorikan
berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan.

Berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya Puskesmas dikategorikan


menjadi:

a) Puskesmas kawasan perkotaan

11
b) Puskesmas kawasan pedesaan
c) Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan Puskesmas dikategorikan
menjadi:
a) Puskesmas non rawat inap
Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal.
b) Puskesmas rawat inap
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk
meenyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan.

2.1.5 Azaz Penyelenggaraan


a) Azaz pertanggungjawaban wilayah
- Puskesmas bertanggungjawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang berempat tinggal di wilayah kerjanya
- Dilakukan kegiatan dalam gedung dan luar gedung
- Ditunjang dengan puskesmas pembantu, bidan di desa, puskesmas
keliling
b) Azaz pemberdayaan masyarakat
- Puskesmas harus memberdayakan perorangan, keluarga, dan
masyarakat untuk sadar, mandiri, derajat kesehatan meningkat
- Potensi masyarakat perlu dihimpun dalam Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat
c) Azaz keterpaduan
1. Keterpaduan lintas program
- UKS: keterpaduan promkes, pengobatan, kesehatan gigi, kespro,
remaja, kesehatan jiwa
- Posyandu: keterpaduan KIA & KB, gizi, P2M, promkes, kesehatan
jiwa
2. Keterpaduan lintas sektoral
- Upaya perbaikan gizi: keterpaduan sektor kesehatan dengan camat.
Lurah, pertanian, pendidikan, agama, dunia usaha, koperasi, PKK

12
- Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah, pertanian, pendidikan, agama
d) Azaz rujukan
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggungjawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal maupun
horisontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan
rasional serta tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

2.1.6 Program Pokok Puskesmas


a) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
b) Keluarga Berencana
c) Usaha peningkatan gizi
d) Kesehatan lingkungan
e) Pemberantasan penyakit menular
f) Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan
g) Penyuluhan kesehatan masyarakat
h) Usaha kesehatan sekolah
i) Kesehatan olahraga
j) Perawatan kesehatan masyarakat
k) Usaha kesehatan kerja
l) Usaha kesehatan gigi dan mulut
m) Usaha kesehatan jiwa
n) Kesehatan mata
o) Laboratorium
p) Pencatatan dan pelaporan sistem informasi kesehatan
q) Kesehatan usia lanjut
r) Pembinaan pengobatan tradisional

Upaya pelayanan Puskesmas berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.


75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat:
a) Upaya kesehatan esensial
- Upaya promosi kesehatan

13
- Upaya kesehatan lingkungan
- Upaya kesehatan ibu dan anak serta KB
- Upaya perbaikan gizi masyarakat
- Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
b) Upaya kesehatan pengembangan
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas, diantaranya:
- Upaya kesehatan sekolah
- Upaya kesehatan olahraga
- Upaya perawatan kesehatan masyarakat
- Upaya kesehatan kerja
- Upaya kesehatan gigi dan mulut
- Upaya kesehatan jiwa
- Upaya kesehatan mata
- Upaya kesehatan lansia
- Upaya pembinaan kesehatan tradisional
- Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat

2.2 Konsep Program P2PL


Berkaitan dengan Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, maka
Dinas Kesehatan bertugas mengembangkan segala potensi yang ada untuk menjalin
kemitraan dan kerja sama semua pihak yang terkait serta memfasilitasi Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan manajemen program yang meliputi:
perencanaan, pelaksanaan,monitoring dan evaluasi serta mengupayakan sumber daya
(dana, tenaga, sarana dan prasarana). Selain itu dalam mengatasi hambatan yang
dihadapi dan dengan menyesuaikan tugas pokok dan fungsi serta uraian kegiatan
program P2M, maka strategi operasional yang Selain itu dalam mengatasi hambatan
yang dihadapi dan dengan menyesuaikan tugas pokok dan fungsi serta uraian
kegiatan program P2M, maka strategi operasional yang dilakukan dalam
penanggulangan pemberantasan penyakit menular diantaranya melalui:

14
1) Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dalam penanggulangan penyakit menular dengan strategi DOTS
2) Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta
3) Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, dan lain-lain
4) Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mengatasi masalah TBC
5) Penelitian dan pengembangan melalui penelitian lapangan atau kerja sama
dengan institusi pendidikan, LSM, organisasi profesi dan lain-lain dalam upaya
penanggulangan penyakit menular.

2.3 Program P2PL: TBC


Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycrobacterium tuberculosis dan bersifat menular (Christian, 2009; Storla, 2009).
WHO menyatakan bahwa sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman
tuberkulosis. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis. Di Indonesia
pemberantasan penyakit tuberkulosis telah dimulai sejak tahun 1950 dan sesuai
rekomendasi WHO sejak tahun 1986 regimen pengobatan yang semula 12 bulan
diganti dengan pengobatan selama 6-9 bulan. Strategi pengobatan ini disebut DOTS
(Directly Observed Treatment Short Course Chemotherapy). Cakupan pengobatan
dengan strategi DOTS tahun 2000 dengan perhitungan populasi 26 juta, baru
mencapai 28%. Berdasarkan Global Tuberkulosis Kontrol tahun 2011 angka
prevalensi semua tipe TB adalah sebesar 289 per 100.000 penduduk atau sekitar
690.000 kasus. Insidensi kasus baru TBC dengan BTA positif sebesar 189 per
100.000 penduduk atau sekitar 450.000 kasus. Kematian akibat TB di luar HIV
sebesar 27 per 100.000 penduduk atau 182 orang per hari. Menurut laporan WHO
tahun 2013, Indonesia menempati urutan ke tiga jumlah kasus tuberkulosis setelah
India dan Cina dengan jumlah sebesar 700 ribu kasus. Angka kematian masih sama
dengan tahun 2011 sebesar 27 per 100.000 penduduk, tetapi angka insidennya turun
menjadi 185 per 100.000 penduduk di tahun 2012 (WHO, 2013). Salah satu pilar
penanggulangan penyakit tuberkulosis dengan startegi DOTS adalah dengan
penemuan kasus sedini mungkin. Hal ini dimaksudkan untuk mengefektifkan

15
pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang kontak yang termasuk
subclinical infection. Menurut H.L. Blum, faktor–faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu, kelompok, dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
lingkungan (mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut
dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing–masing saling
mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi
kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan perilaku sebaliknya juga mempengaruhi
lingkungan (Salim, 2010).

Adapun gambaran program untuk penyakit Tuberkulosis di Indonesia,


meliputi:

a) Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014


Strategi nasional program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi:
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan
masyarakat miskin serta rentan lainnya.
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela)
perusahan dan swasta melalui pendekatan pelayanan TB Terpadu
Pemerintah dan Swasta (Public-Private Mix) dan menjamin kepatuhan
terhadap standar internasional penatalaksanaan TB (Internasional Standards
for TB Care).
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem keehatan dan manajemen
program pengendalian TB.
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi strategi.
Strategi nasional program pengendalian TB nasional tahun 2015-2019
merupakan pengembangan strategi nasional sebelumnya denganbeberapa
pengembangan strategi baru untuk mengahadapi target dan tantnagan yang
lebih besar.
b) Kegiatan
1. Tatalaksana TB Paripurna

16
 Promosi Tuberkulosis
 Pencegahan Tuberkulosis
 Penemuan pasien Tuberkulosis
 Rehabilitasi pasien Tuberkulosis
2. Pengendalian TB Komprehensif
 Pembuatan layanan laboratorium Tuberkulosis
 Public-Private Mix Tuberkulosis
 Kelompok rentan: pasien diabetes militusn (DM), ibu hamil, gizi buruk
 Kolaborasi TB-HIV
 TB anak
 Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB
 Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practicle Aproach to Lung Health
= PAL)
 Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO)
 Penelitian Tuberkulosis
Target adanya program pengendalian TB, yaitu merujuk pada target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan setiap 5 tahun.
Pada RPJMN 2010-2014 maka di harapkan penurunan jumlah kasus TB per 100.000
penduduk dari 235 menjadi 224, presentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang
ditemukan dari 73% menjadi 90% dan presentase kasus baru TB paru ( BTA positif)
yang disembuhkan dari 85% menjadi 88%. keberhasilan yang dicapai pada RPJMN
2010-1014 akan menjadi landasan bagi RPJMN berikutnya.
Pada tahun 2015-1019 target program pengendalian TB akan disesuaikan
dengan target pada RPJMN II dan harus disinkronkan pula dengan target global TB
strategy pasca 2015 dan target SDGs (Sustainable Development Goals). Target
utama pengendalian TB pada tahun 2015-2019 adalah penurunan insidensi TB yang
lebih cepat dari hanya sekitar 1-2% per tahun menjadi 3-4% per tahun dan penurunan
angka mortalitas > dari 4-5% pertahun. Diharapkan pada tahun 2020 Indonesia bisa
mencapai target penurunan insidensi sebesar 20% dan angka mortalitas sebesar 25%
dari angka insidensi tahun 2015.

17
Penemuan penderita TB
Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan
langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan
penyembuhan penderita TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.
Penjaringan tersangka penderita dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung
dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,
untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB. Pemeriksaan
terhadap kontak penderita TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga
anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif
(Depkes,2007).

Pengobatan TB Paru
Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat,
bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap
lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.

Paduan OAT yang digunakan di Indonesia

18
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
- Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan penderita. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu penderita. Paket
kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan penderita yang mengalami
efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam
bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu
penderita dalam satu masa pengobatan.

2.5 Konsep Manajemen Pelayanan (POAC)

Model manajemen ini banyak digunakan di Puskesmas yang merupakan model


manajemen dari Terry dengan penambahan fungsi evaluating (penilaian), sehingga
fungsi-fungsi manajemen Puskesmas selengkapnya adalah sebagai berikut:

1) Planning

Perencanaan tingkat Puskesmas akan memberikan pandangan menyeluruh


terhadap semua tugas, fungsi dan peranan yang akan dijalankan serta menjadi
tuntunan dalam proses pencapaian tujuan Puskesmas secara efisien dan efektif.
Untuk menjadikan organisasi dan manajemen Puskesmas efektif dan berkinerja
tinggi diawali dariperencanaan efektif. Adapun perencanaan kesehatan menurut
Muninjaya (2004) adalah suatu proses untuk merumuskan masalah- masalah
kesehatan yang berkembang di masyarakat, menentukan kebutuhan dan sumber
daya, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-
langkah praktis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut.
Sedangkan perencanaan Puskesmas menurut Endang (2011) adalah suatu proses

19
merumuskan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dan menetapkan
prioritasnya, menetapkan tujuan, sasaran, dan target kinerja Puskesmas,
merencanakan kebutuhan sumber daya, serta menyusun rencana pelaksanaan
kegiatan dan program Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan Puskesmas.

2) Organizing
Apabila perencanaan tingkat Puskesmas telah selesai dilaksanakan, hal
selanjutnya yang perlu dilakukan ialah melaksanakan fungsi pengorganisasian
Puskesmas (organizing). Pengorganisasian menurut Handoko (2003) yaitu
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan
organisasi, proses perancanangan dan pengembangan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupnya. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal
berikut:
a. Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas
untuk menggunakan sumber daya Puskesmas secara efisien
b. Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap
pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program
diberi wewenang mengawasi stafnya
c. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas
d. Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan
dalam unit kerja.
Dalam pembagian tugas Puskesmas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada
pegawai Puskesmas. Wewenang yang terlalu besar akan mendorong terjadinya
penyimpangan wewenang jika pengawasannya lemah. Sebaliknya, tanggung
jawab yang terlalu besar akan mengakibatkan pegawai Puskesmas sangat
berhati-hati. dan sering ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya. Struktur
organisasi Puskesmas yang akan diterapkan tergantung pada visi, misi, tujuan,
fungsi, serta beban kegiatan dan program masing- masing Puskesmas.
Penyusunan struktur organisasi Puskesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh peraturan daerah Kabupaten/Kota.
Pembuatan pola struktur organisasi Puskesmas dapat mengacu pada

20
Kebijakan Dasar Puskesmas (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
128/Menkes/SK/II/2004), menetapkan pola struktur organisasi Puskesmas
sebagai berikut:

- Kepala Puskesmas
- Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam mengelola data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan,
umum dan kepegawaian.
- Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas, berupa Unit Kesehatan
Masayarakat termasuk pembinaan terhadap UKBM (Unit Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat), Upaya Kesehatan Perseorangan
- Jaringan Pelayanan Puskesmas, berupa Unit Puskesmas Pembantu, Unit
Puskesmas Keliling, Unit Bidan di Desa / Bidan Komunitas
3) Actuating
Setelah perencanaan (planning) dan pengorganisasian (organizing)
Puskesmas selesai dilaksanakan, maka selanjutnya yang perlu dilakukan dalam
manajemen adalah mewujudkan rencana (plan) Puskesmas tersebut mendai
kenyataan. Ini berarti, rencana tersebut diaktualisasikan (actuating).
Aktuasi/pelaksanaan tingkat Puskesmas dilakukan melalui:
1. Rapat/dinamisasi staf, diselenggarakan seminggu sekali yang dihadiri oleh
seluruh staf Puskesmas dan jaringannya. Yang bertujuan untuk:
menginformasikan hasil rapat dinas tingkat Kabupaten/Kota, serta informasi
tentang kebijakan, program dan konsep-konsep baru, evaluasi mingguan
terhadap pelaksanaan program Puskesmas, penggalangan kerjasama tim dan
kesepakatan bersama, dan pemberdayaan pegawai Puskesmas
2. Lokakarya mini bulanan, diselenggarakan setiap akhir bulan yang dihadiri
oleh selruh staf Puskesmas dan jaringannya. Yang bertujuan untuk:
menginformasikan hasil rapat dinas tingkat Kabupaten/Kota, evaluasi
bulanan terhadap pelaksanaan program Puskesmas serta analisis hambatan
dan masalah, penyusunana pola bulanan secara partisipatif, penggalangan
tim melalui penegasan peran dan tanggung jawab staf, pemberdayaan
pegawai Puskesmas.
3. Lokakarya mini tribulanan, diselenggarakan setiap tiga bulan sekali yang

21
dihadiri oleh instansi lintas sektor tingkat Kecamatan, tim penggerak PKK
Kecamatan dan Desa, staf Puskesmas dan jaringannya. Yang bertujuan
untuk: informasi tentang program lintas sektor, program kesehatan,
menginventarisasi peran bantu masing-masing sektor, penggalangan tim
lintas sektor tingkat Kecamatan.
4. Rapat koordinasi (rakor) tingkat kecamatan diselenggarakan setiap bulan
yang dihadiri oleh lintas sektortingkat Kecamatan, tim penggerak PKK
Kecamatan dan Desa, dll. Peran Puskesmas adalah menyampaikan hasil
lokakarya mini bulanan.
5. Rapat Koordinasi (Rakor) Posyandu-Desa, diselenggarakan setiap bulan
pada dua hari sebelum pelaksanaan posyandu, yang dihadiri oleh lintas
sektor tingkat Kecamatan, Pengurus PKK Desa, dll. Yang bertujuan untuk:
evaluasi pelaksanaan posyandu dan program Desa siaga bulan lalu serta
merencanakan Posyandu dan Desa siaga bulan yang akan datang, pengisian
kartu panggilan sasaran Posyandu untuk kemudian dibagikan ke setiap
dusun/RW, pembahasan masalah serta hambatan posyandu dan Desa siaga,
pendalaman materi posyandu dan Desa siaga.
6. Konsultasi para penanggung jawab program dengan pimpinan Puskesmas,
konsultasi ini diselenggarakan bila diperlukan dengan mengundang para
penanggung jawab program Puskesmas.
4) Controling/Evaluating
Menurut Azwar (1996) Pengawasan (controlling) adalah melakukan
penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan pegawai untuk
mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana atau suatu proses
mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan
mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
tercapai. Herujito (2001) mendefinisikan pengawasan (controlling) sebagai
elemen atau fungsi manajemen adalah mengamati dan mengalokasikan dengan
tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan Lanri dalam Usman
(2006) mendefinisikan pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh
kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilaksnakan sesuai

22
dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan
kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi.

BAB 3

GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM GEMAR BERTASBI

DI PUSKESMAS BANGSAL

3.1 Konsep Program Gemar Bertasbi Puskesmas Bangsal


Puskesmas Bangsal merupakan salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat yang
berlokasi di daerah kabupaten Mojokerto. Letak geografis Puskesmas Bangsal yaitu
Sebelah Utara: Kecamatan Mojoanyar, Sebelah Timur: Kecamatan Mojosari,
Sebelah Selatan: Kecamatan Dlanggu dan Sebelah Barat: Kecamatan Mojoanyar.

UPT Puskesmas Bangsal dipimpin oleh dr. Ulfah Kurniasari sebagai Kepala
Puskesmas yang beralamatkan di JL. Raya Puloniti No. 01, Kec. Bangsal Kab.
Mojokerto dengan tipe puskesmas rawat inap dan terakreditasi utama. Jumlah
pondok Kesehatan Desa sebanyak 14 Ponkesdes, Polindes berjumlah 1 Polindes,
PUSTU berjumlah 2 PUSTU, puskesmas keliling berjumlah 2 Pusling, dan
ambulance berjumlah 1 Ambulance.

Wilayah kerja UPT Puskesmas Bangsal terdiri dari 17 Desa dan 56 Dusun
yakni desa Bangsal, Puloniti, Kutoporong, Peterongan, Sidomulyo, Gayam,
Sumbertebu, Pekuwon, Salen, Ngastemi, Mojotamping, Ngrowo, Pacing,
Tinggarbuntut, Mejoyo, Sumberwono, Kedunguneng. Wilayah desa tersebar
berlokasi di desa Ngrowo dan wilayah desa terkecil berlokasi di desa Gayam dengan
jumlah keseluruhan penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Bangsal yaitu ±
51.120 Jiwa.

VISI:

“Terwujudnya masyarakat kecamatan bangsal yang mandiri, sejahtera, dan


bermartabat melalui penguatan dan pengembangan basis perekonomian,
pendidikan serta kesehatan.”

MISI:

23
1) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau
3) Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan
4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkesinambungan
dan terus menerus.
MOTTO:
“Semangat untuk gerakkan hati nurani kepuasan pasien harapan kami”
TUJUAN:
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kecamatan bangsal
Tata Nilai UPT Puskesmas Bangsal:
UPT Puskesmas Bangsal memiliki tata nilai “PRESTASI” yang terdiri dari
P = Profesional, bekerja sesuai SOP
R = Religius , bekerja sebagai ibadah
E = Exellent, berikan pelayanan terbaik
S = Simpatik, selalu senyum sapa salam
T = Teamwork, kompak sebagai team
A = Amanah, dapat dipercaya
S = Social, memiliki kepedulian terhadap sesama
I = Indah, berpenampilan rapi dan menjaga lingkungan sekitar

3.1.1 Pengertian Gemar Bertasbi


Gerakan Masyarakat Berantas TB Paru atau yang disingkat dengan
Gemar Bertasbi merupakan salah satu program unggulan dari UPT Puskesma
Bangsal. Program gemar bertasbi bertujuan untuk menemukan penyakit TB
Paru sehingga penderita TB paru dapat di obati sedini mungkin dan mencegah
penularan TB Paru lebih luas.

3.1.2 Pendekatan Strategis


Yang Mengusulkan Inovasi “Gemar Bertasbi” (Masyarakat Berantas TB Paru):
2) Sebagai inovator “Gemar Bertasbi” adalah Edy Gandiriyanto,S.Kep,Ns
sebagai penanggung jawab Program TB di UPT Puskesmas Bangsal.

24
3) Inovasi Gemar bertasbi berawal dari adanya kesenjangan pencapaian
penyakit TB Paru dari target 35 penderita pada tahun 2016 dapat di capai
hanya 26 penderita, sedangkan secara umum penderita TB Paru di
Indonesia semakin banyak pada tahun 2017 Indonesia berada pada
peringkat 2 dunia.  Melalui pertemuan lintas program di UPT Puskesmas
Bangsal Inovasi ini diusulkan oleh pemegang program TB Paru untuk
mengatasi masalah kesenjangan tersebut melalui pemberdayaan
masyarakat, sehingga didapat beberapa masukan lintas program antara
lain   :
a. Membentuk kader TB Paru
b. Memberikan target pada tenaga kesehatan yang ada di
Ponkesdes (Perawat dan Bidan) untuk berperan aktif mengirim suspek
TB Paru minimal 2 orang suspek setiap minggu.
c. Menyampaikan pada unit layanan dalam gedung setiap penderita batuk
lebih dari 2 minggu untuk di periksa laboratorium (Sputum).
d. Kerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB Paru.
4) Setelah dibahas di lintas program Inovasi Gemar Bertasbi selanjutnya di
sampaikan dipertemuan lintas sektor yang di hadiri Instansi terkait dan
kepala desa seluruh Kecamatan Bangsal dan dapat masukkan pemecahan
masalah antara lain :
a. Sosialisasi penyakit TB Paru pada Pleno PKK dan tokoh masyarakat
dan selanjutnya dibuat komitmen bersama untuk memberantas TB Paru
b. Sosialisasi Penyakit TB Paru ke warga RT dan selanjutnya di buat
komitmen bersama untuk memberantas TB Paru dengan membentuk
kader TB paru 1 rumah 1 kader TB Paru.

3.1.3 Tujuan
Tujuan dari Gemar bertasbi adalah meningkatkan penemuan TB Paru dengan
melibatkan masyarakat sehingga :
a. Pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin
b. Mencegah penularan dan meluasnya penyakit TB Paru
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
d. Mengurangi kemiskinan

25
3.1.4 Sasaran
Sasaran Inovasi Gemar Bertasbi adalah semua lapisan masyarakat untuk peduli
dan mau menjadi kader TB Paru baik aktif maupun pasif
1) Sasaran kader aktif
a. Kader dari organisasi Aisyiyah
b. Dari tokoh masyarakat 34 orang ( masing masing desa ada kader aktif
2 orang )
2) Kader Pasif
a. Muspika (Camat, Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala
Kemenag Kecamatan, Kepala Polisi sektor (Polsek), Komandan
Koramil (Danramil)
b. Seluruh anggota PKK Kecamatan
c. Seluruh kepala desa satu kecamatan
d. Tokoh masyarakat
e. Masyarakat (1 rumah 1 orang )

3.1.5 Kreatif dan inovatif


Inovasi Gemar Bertasbi merupakan hasil pemikiran untuk meningkatkan
penemuan TB Paru dengan pemberdayaan semua unsur masyarakat antara
lain:
a. Instansi terkait (Camat, KUA, Polsek, Koramil, Dinas Pendidikan)
b. PKK seluruh kecamatan.
c. Kepala Desa.
d. Ketua RT
e. Masyarakat dan Tokoh Masyarakat.
Adapun sebelum Inovasi Gemar bertasbi kegiatan penemuan penyakit TB Paru
hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan, pencapaian hasil tidak sesuai harapan
dan setelah dilakukan Inovasi ini penemuan TB Paru meningkat dan penemuan
TB Paru oleh masyarakat meningkat

3.2 Pengkajian
Gambaran Manajemen Program Puskesmas (POAC) Gemar Bertasbi

A. Perencanaan (Planning)

26
Perencanaan adalah menetapkan suatu program/kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut (Hasibuan,2007) perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang
berhubungan dengan memilih tujuan- tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan,
prosedur-prosedur dan program-program dari alternatif yang ada. Sedangkan
menurut Hetty (2015), perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan Puskesmas sampai dengan alternatif kegiatan untuk
mencapainya. Melalui fungsi perencanaan akan ditetapkan tugas pokok staf,
pimpinan, akan mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya
yang dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugasnya. Siagian (2012)
menyatakan bahwa salah satu alasan utama menempatkan perencanaan sebagai
fungsi manajerial yang pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah
nyata yang pertama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Rencana yang baik
harus disertai oleh suatu rincian yang cermat.
Program kerja unggulan di Puskesmas Bangsal yaitu Gemar Bertasbi
(gerakan masyarakat berantas TB). Maka dari itu perencanaan dalam program
Gemar Bertasbi terdiri dari:
1. Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir yang diharapkan. Tujuan digunakan untuk
menunjukkan pada hasil akhir di masa yang akan datang yang tidak dapat
diukur (Endang, 2011). Tujuan dari Gemar bertasbi adalah meningkatkan
penemuan TB Paru dengan melibatkan masyarakat sehingga :
a. Pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin
b. Mencegah penularan dan meluasnya penyakit TB Paru
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
d. Mengurangi kemiskinan
2. Sumber Daya
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber utama dalam
berlangsungnya suatu program. Kelancaran dalam proses menyusun
rencana program akan berjalan baik apabila dilakukan oleh SDM yang
berkualitas. Peran SDM sangat penting untuk kelancaran suatu program
hingga tercapainya tujuan dari program tersebut.

27
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh
Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin tercapainya deajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu SDM kesehatan
menurut PP No 32 Tahun 1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito
(2007) adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun
tidak yang untuk jenis terrtentu memerlukan kewenangan dalam
melaksanakan upaya kesehatan.
Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, kita
meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa, dengan keahlian
apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. (Ilyas, 2000).
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui bahwa jumlah sumber
daya manusia yang merencanakan program gemar bertasbi Puskesmas
Bangsal berjumlah tujuh orang, dan membentuk 1 kader untuk 1 rumah,
memberikan target pada tenaga kesehatan yang ada di Ponkesdes untuk
berperan aktif mengirim suspek TB paru minimal 2 orang susek setiap
minggu, bekerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB Paru.
SUMBER TENAGA:
a) Pilar Pemerintah
- Kader Pasif Unsur pimpinan kecamatan 5
- Kader Pasif dari Kades 17
b) Pilar Masyarakat
- Kader  aktif dari desa 34
- Kader Pasif dari PKK 317
- Kader Pasif dari Tokoh Masyarakat 510
c) Pilar Swasta
- Kader  Aktif Aisyiyah 5
- Dokter Spesialis Paru Swasta

28
- RS Sidowaras
- Klinik Ikfina
- Klinik SPN
- Klinik Memayu Jer Rahayu
SUMBER DANA
Dana dan alokasi merupakan penunjang dalam melaksanakan program
gemar bertasbi di Puskesmas Bangsal. Dalam PMK No.11 Tahun 2011
tentang petunjuk teknis bantuan operasional kesehatan (BOK) bahwa
Puskesmas mendapatkan 60% dari total alokasi dana untuk progam
kesehatan prioritas melalui berbagai kegiatan yang berdaya ungkit tinggi
untuk pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan.
a) Dana BOK ( Bantuan Oprasional Kesehatan )
- Pembentukan kader TB Paru Rp 35.000x34 orang = 1.190.000
- Transport kunjungan rumah TB Paru Rp 1.950.000
- Transport Penemuan suspek TB            Rp 23.400.000
b) Dana Desa
- Untuk transport kader     Rp 50.000 x 12 bulan x 34 orang = 20.400.000
c) Dana dari Organisasi Aisyiyah
- Penemuan TB Paru                        @ Rp 40.000/Penderita
- Kesembuhan Penderita                  @ Rp 80.000/Penderita
3. Sarana dan Prasarana
Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pelayanan kesehatan yang diberikan berupa upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Sarana dan prasarana dalam fasilitas kesehatan
sangat menunjang dalam pelayanan kesehatan, terutama pada pelayanan
kesehatan di Puskesmas.
Adapun Sarana dan Prasarana dalam program Gemar Bertasbi yang
diambil oleh Puskesmas Bangsal yaitu:
a) Ambulance untuk kegiatan siaran keliling penyuluhan TB Paru
b) Proyektor dan laptop untuk paparan tentng penyakit TB Paru
c) Kendaraan pribadi untuk mobilisasi penemuan penderita TB Paru
d) Obat TB Paru dengan persediaan cukup

29
4. Metode
a) Ceramah dan Diskusi
- Sosialisasi penyakit TB Paru pada kader TB Pasif
- Pelatihan kader aktif oleh tenga kesehatan Puskesmas Bangsal
- Pembentukan kader 1 rumah 1 kader di RT oleh kader aktif
b) Komunikasi Langsung
Penemuan penderita TB Paru oleh kader dengan menyarankan setiap
orang yang batuk lebih dari 2 minggu tidak ada perbaikan walaupun
setelah di obati.
c) Siaran keliling
Melakukan siaran keliling dengan penyuluhan penyakit TB Paru
dengan memakai mobil ambulan ke desa - desa wilayah kerja UPT
Puskesmas Bangsal
d) Kunjungan rumah
Kunjungan rumah tenaga kesehatan
5. Strategi
Inovasi Gemar bertasbi berawal dari adanya kesenjangan pencapaian
penyakit TB Paru dari target 35 penderita pada tahun 2016 dapat di capai
hanya 26 penderita, sedangkan secara umum penderita TB Paru di
Indonesia semakin banyak pada tahun 2017 Indonesia berada pada
peringkat 2 dunia.  Melalui pertemuan lintas program di UPT Puskesmas
Bangsal Inovasi ini diusulkan oleh pemegang program TB Paru untuk
mengatasi masalah kesenjangan tersebut melalui pemberdayaan
masyarakat. Setelah dibahas di lintas program Inovasi Gemar Bertasbi
selanjutnya di sampaikan dipertemuan lintas sektor yang di hadiri Instansi
terkait dan kepala desa seluruh Kecamatan Bangsal. Sosialisasi Penyakit
TB Paru ke warga RT dan selanjutnya di buat komitmen bersama untuk
memberantas TB Paru dengan membentuk kader TB paru 1 rumah 1 kader
TB Paru.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Sudjana (2007), pengorganisasian berkaitan dengan kegiatan
menyusun organisasi yang mampu melaksanakan rencana atau program yang

30
telah ditetapkan. Pengorganisasian merupakan hal yang wajib ada dalam setiap
program yang dimiliki. Tidak hanya struktur organisasi dari Puskesmas saja,
tetapi dari setiap program yang dimiliki oleh Puskesmas harus memiliki
struktur organisasi. Sehingga tugas dan wewenang setiap tenaga kesehatan
dapat dilaksanakan sesuai dengan yang ada.
Berikut adalah Pengorganisasian program gemar bertasbi di Puskesmas
Bangsal yaitu:
1. Struktur Organisasi
Penanggung jawab : dr. Ulfah Kurniasari
Ketua : dr. Deny Setiyawan
Fasilitator : Edy Gandiriyanto, S.Kep.Ns
Anggota : 1. drg. Neni Erdiyawati
2. Musrifah, STr. Keb
3. Maria Andayani, S.Kep.Ns
4. Dyah Arista, M.Kes
2. Pembagian Tugas dan Wewenang
Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas menjelaskan
bahwa organisasi Puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan/Kota
berdasarkan kategori upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas.
Organisasi Puskesmas paling sedikit antara lain: Kepala Puskesmas,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Penanggung Jawab UKM, dan UKP.
Pengorganisasian Puskesmas Bangsal diketahui bahwa dalam
program Gemar Bertasbi adalah sebagai berikut:
a) Penanggung jawab program TB Paru, berperan :
- Merencanakan kegiatan
- Memantau dan mengevaluasi kegiatan 1 rumah 1 kader TB Paru
b) Kepala Puskesmas dalam hal ini sebagai penanggung jawab dan
mengorganisir kegiatan inovasi gemar bertasbi.
c) Semua lintas program baik dalam pelayanan dalam gedung maupun luar
gedung
- Peran unit pelayanan dalam gedung segera menganjurkan untuk
periksa laboratorium dahak untuk mendeteksi secara dini penyakit

31
TB Paru.
- Yang dari luar gedung dalam hal ini perawat dan bidan ponkesdes
ditarget untuk membawa suspek 2 minimal 1 minggu sekali
d) Semua Instansi terkait (Camat, Polsek, Koramil, KUA, Dinas
Pendidikan)
Peran masing – masing dinas instansi menyampaikan hasil komitmen
dan dukungan pada jajarannnya.
e) Kepala Desa
Peran menyampaikan komitmen pada perangkat desa dan memfasilitasi
untuk sosialisasi serta membuat komitmen di masing – masing RT
f) Organisasi Kemasyarakatan Peduli TB (Aisyiyah)
Peran melalui kader yg sudah di bentuk (bekerja sama dengan global
fund) untuk mencari secara aktif suspek TB Paru menemukan dan
mengantar ke Puskesmas.
g) Kader TB setiap desa
Peran dari kader aktif disetiap desa:
- Mencari secara aktif suspek TB Paru dengan gejala dini batuk lebih
dari 2 minggu
- Menjadi pengawas minum obat sebagai pendamping dari pengawas
dari unsur keluarga/orang terdekat
- Membentuk komitmen warga RT dan sekaligus membentuk kader
pasif 1 rumah 1 kader.
h) Ketua RT perannya memfasilitasi kader TB Paru untuk sosialisasi
sekaligus membentuk komitmen untuk berantas TB Paru
i) Tokoh masyarakat perannya sebagai kader TB Paru pasif
3. Pengelolaan Dana
PMK No. 11 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) bahwa Puskesmas mendapatkan
60% dari total alokasi dana untuk program kesehatan prioritas.
Dana yang digunakan untuk program Gemar Bertasbi bersumber
dari BOK dan Organisasi Aisyiyah. Dana yang bersumber dari
BOK tersebut dikelola oleh bendahara Puskesmas. Dimana dana

32
yang diterima oleh bendahara tersebut, dialokasikan untuk
transport kunjungan rumah TB Paru, transport kader, penemuan
TB Paru, dan untuk follow up kesembuhan penderita.
C. Pelaksanaan (Actuating)
Program Gemar Bertasbi merupakan salah satu upaya untuk
menemukan dan memberantas penyakit TB Paru. Puskesmas Bangsal
mendukung upaya tersebut, sehingga Puskesmas Bangsal memilki program
Gemar Bertasbi. Program tersebut diselenggarakan bertujuan untuk
meningkatkan penemuan TB Paru sehingga pengobatan dapat dilakukan sedini
mungkin, dapat mencegah penularan dan meluasnya penyakit TB Paru,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta mengurangi kemiskinan.
Langkah – Langkah Pelaksanaan Inovasi:
1) Inovasi Gemar Bertasbi ini berawal dari adanya kesenjangan pencapaian
target penemuan TB Paru di UPT Puskesmas Bangsal

2) Penanggung jawab program TB Paru mengusulkan Inovasi Gemar


Bertasbi melalui pertemuan lintas program pada bulan januari 2017

3) Dari pertemuan lintas program di usulkan antara lain :

- Meningkatkan kerja sama lintas program

- MOU dengan Organisasi Masyarakat Aisyiyah

- Membentuk kader TB .

4) Membuat perjanjian kerja sama dengan Aisyiyah sekaligus ikut melatih


kader TB Paru Aisyiyah untuk berperan aktif mencari penderita suspek TB
Paru

5) Memberikan target pada semua unit pelayanan di Ponkesdes 1 minggu


mengirim 2 suspek TB Paru yang sebelumnya tidak ada

6) Untuk unit pelayanan yang ada dalam gedung UPT Puskesmas ditekankan
untuk segera menganjurkan periksa dahak ( laboratorium ) pada penderita
batuk lebih dari 2 minggu

33
7) Menyampaikan Inovasi Gemar pada pertemuan lintas sektor dan sekaligus
membuat komitmen bersama berantas TB yang di hadiri instansi terkait
kepala desa dan tokoh masyarakat, adapun komitmen hasil pertemuan:

- Bersedia menjadi kader pasif TB Paru ( kader pasif hanya menyarankan


pada pendrita batu lebih dari 2 minggu untuk segera periksa ke
Puskesmas

- Peduli pada gejala TB Paru di masyarakat

- Menganjurkan masyarakat dengan gejala TB Paru untuk berobat ke


puskesmas

Dan usulan pertemuan:

- Membuat komitmen dengan PKK Kecamatan

- Membuat komitmen dengan tokoh masyarakat di desa

Membuat komitmen bersama pada PKK kecamatan Bangsal yang di


lakukan pada saat ada acara pleno PKK yg sebelumya diberikan pemahaman
tentang penyakit TB Paru, adapun komitmen anggota PKK seluruh
kecamatan Bangsal antara lain:

- Bersedia menjadi kader pasif TB Paru

- Menyampaikan pada masyarakat tentang bahaya TB Paru

- Bersama sosialisasi penyakit TB Paru

Membuat komitmen dengan tokoh masyarakat di semua desa kecamatan


Bangsal yang di lakukan saat kegiatan MMD (Musawarah masyarakat Desa)
yang sebelum diberikan pemahaman tentang penyakit TB Paru, adapun
bunyi komitmen tokoh masarakat:

- Bersedia menjadi kader pasif TB Paru


- Menganjurkan Masyarakat dengan gejala TB Paru untuk segera periksa
ke Puskesmas

34
- Waspada terhadap penularan TB Paru
8) Membentuk kader TB Paru yg sebelumnya diberikan pelatihan oleh tenaga
kesehatan UPT Puskesmas Bangsal, yang selanjutnya kader membuat
rencana tindak lanjut sosialisasi ke masyarakat melalui pertemuan RT
dengan membentuk komitmen bersama berantas TB adapun bunyi
komitmen:
- Bersedia dan peduli untuk mencegah, berantas penyakit TB Paru
- Bersedia untuk menjadi kader TB Paru pasif
- Pembinaan dilakukan saat ada kegiatan Muslimin setiap kamis malam jum’at
dan muslimatan setiap senin malam selasa namun tergantung dari desa.
- Fakta di lapangan
1. Masih ada kader aktif yang pasif
2. Masih ada kepala desa yg pasif
3. Ketua RT tidak memfasilitasi
4. Minimnya anggaran transport penemuan TB Paru oleh kader
5. Dukungan lintas sektor belum maksimal
6. Belum semua masyarakat mau peduli untuk berantas penyakit TB Paru
7. Masyarakat enggan untuk berobat
D. Pengawasan (Controling)
Menurut Widoyoko (2005), adapun tujuan evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suata program.
Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak hasil
yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk
program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan,
diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan
penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait
dengan program.
Monitoring dan evaluasi Puskesmas dilakukan setiap satu bulan sekali.
Pada pelaksanaan program Gemar Bertasbi monitoring dan evaluasi dilakukan
setelah pelaksanaan. Kriteria/indikator yang digunakan antara lain:
membandingkan antara pencappaian dan target, mengisi quesioner sumber
penemuan dari mayarakat (kader) melalui status penderita, memantau kegiatan

35
kadar dan memotivasi melalui whatsapp (wa) grup. jumlah sasaran, waktu
pelaksanaan, biaya yang digunakan.
a) Membandingkan antara pencapaian dan target
b) Dalam setiap bulan kegiatan Inovasi Gemar bertasbi selalu di monitoring
baik pencapaian kegiatan maupun pelaksanaannya.
c) Indikator monitoring pencapaian berupa target pencapain dari ketentuan
yang sudah ditetapkan dari Dinas Kesehatan adapun target penemuan
penemuan TB Paru dalam 1 tahun sebanyak 35 orang penderita.
d) Untuk monitoring pelaksanaan Gemar Bertasbi dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
Untuk kader aktif
- Menemukan suspek TB Paru
- Langsung koordinasi dengan penanggung jawab Program TB Paru
dengan menyarankan dan atau mengantar penderita ke Pskesmas.
Untuk kader pasif
- Menemukan supek TB Paru
- Koordinasi dengan kader aktif di desa
- Kader aktif koordinasi dengan penanggung jawab Program TB Paru
Puskesmas.
Catatan apabilah ada kader aktif yang kurang kinerjanya diberikan
motivasi dan apabilah masih juga tidak ada peningkatan kinerja diganti
yang baru atas persetujuan kepala desa.
Mengisi quesioner sumber penemuan melalui status penderita.
Pada status penderita TB Paru Puskesmas ada kolom rujukan penderita oleh:
- Inisiatif pasien/keluarga
- Fasilitas kesehatan
- Poli lain
- Anggota masyarakat/kader
- Lain – lain
e) Inovasi Gemar bertasbi dengan 1 rumah 1 kader TB Paru efektif
apabilah rujukan oleh masyarakat/ kader lebih banyak dari yang lain.

36
Hasil Monitoring Dan Evaluasi

Indikator Mutu
No. Sasaran Target Capaian Keterangan Rencana Tindak Lanjut
UKM
1

Semua
Tahunan 2019 Tahunan 122% TERCAPAI -
Kasus yang pasien TB
ditemukan dan
diobati
2. Terduga TBC yang
mendapatkan
Suspect TB Tahunan 2019 Tahunan 100% TERCAPAI -
pelayanan TBC
sesuai standar
3.  Kerja sama dengan took
agama untuk memberikan
sedikit penyuluhan TB Paru
pada acara – acara agama

Kesembuhan  Kerja sama dengan


Tahunan 2019 Tahunan 53,50%
pasien TB organisasi keagamaan Aisyiyah
 Menjelaskan bahwa TB
Angka keberhasilan Paru tidak berbahaya untuk
pengobatan semua
dirinya sendiri tapi juga
kasus TB (Success
Rate) keluarga dan orang lain.

3.3 Skoring

No. Masalah Kesehatan A B C D E F G H I J K L TOTAL


1 TB Paru 5 4 4 2 3 4 3 2 4 3 2 3 34
37
Keterangan : Keterangan Nilai :

A : Tingkat resiko kejadian 1. Sangat rendah 4. Tinggi

B : Tingkat resiko permasalahan 2. Rendah 5. Sangat tinggi

C : Potensial untuk ditangani dengan penkes 3. Cukup

D : Minat masyarakat

E : Kemungkinan masalah teratasi

F : Hubungan dengan program pemerintah

G : Ruang

H : Waktu

I : Fasilitas kesehatan

J : Biaya

38
K : Sumber daya/ tenaga

L : Sesuai peran perawat CHN

39
3.4 Analisis Data

No Data Masalah Keperawatan


.
1 Ds: - Ketidak efektifan
pemeliharaan kesehatan
Do:
komunitas b.d ketidak
- Masih ada kader yang pasif cukupan sumber daya
- Minimnya anggaran transport penemuan TB
Paru oleh kader
- Dukungan lintas sektor belum maksimal
2 Ds: - Kurang pengetahuan tentang
penyakit TBC b.d
Do:
keterbatasan kognitif,
- Belum semua masyarakat peduli untuk kurang terpapar informasi
berantas penyakit TB Paru tentang penyakit TBC
- Masyarakat enggan untuk berobat

3.5 Diagnosa keperawatan

3.1.1 Daftar diagnosis keperawatan berdasarkan prioritas


8. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan komunitas b.d ketidak cukupan
sumber daya
9. Kurang pengetahuan tentang penyakit TBC b.d keterbatasan kognitif,
kurang terpapar informasi tentang penyakit TBC

40
3.6 Perencanaan Kegiatan

No. Diagnosa Kriteria hasil kodee NIC


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan Primer :
pemeliharaan keperawatan komunitas 5510 Pendidikan kesehatan
kesehatan komunitas diharapkan 5520 Memfasilitasi pembeajaran
1. Partisipasi dalam program 5604 Pengajaran kelompok
kesehatan komunitas 5618 Pengajaran tindakan atau prosedur
meningkat
2. Keberlanjutan pelayanan Sekunder:
rutin komuntas meningkat 8820 Manajemen perilaku
3. Ketersediaan sumberdaya 4360 Modifikasi perilaku
untuk memenuhi kebutuhan 7890 Fasiitas kesehatan
dasar meningkat 6520 Skrining kesehatan
4. Adaptasi komunitas terhadap
perubahan meningkat Tersier :
5. Penggunaan jejaring 7040 Dukungan terhadap caregiver
komunikasi meningkat 7140 Dukungan keluarga
2 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Pendidikan kesehatan
keperawatan komunitas 2. Menyediakan informasi pada
diharapkan masyarakat tentang penyakit dengan
1. Perilaku sesuai anjuran cara yang tepat
2. Kemampuan dalam 3. Dukung pasien untuk
menjelaskan pengetahuan mnengeksplorasi dan mendapatkan
tentang suatu topik membaik second opinion dengan cara yang
3. Perilaku sesuai pengetahuan tepat atau diindikasikan
4. Persepsi yang keliru terhadap 4. Eksplorasi kemungkinan sumber
masalah menurun atau dukungan dengan cara yang
5. Menjalani pemeriksaan yang tepat
tidak tepat menurun

42
3.7 Implementasi dan Evaluasi Kegiatan

No Hari/tgl Implementasi Evaluasi (Faktor pendukung dan faktor


. penghambat)
Selasa, 14 Januari 20120 Penyuluhan Tentang TB

43
Rabu, 15 Januari 2020 Pendidikan Kesehatan Tentang Terapi Modalitas : Batuk
Efektif

44
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Fakta, Teori dan Opini

NO MASALAH PEMECAHAN MASALAH


 Memberikan motivasi
 Mengusulkan peningkatan
transport kunjungan rumah/penemuan
1 Masih ada kader yang pasif
TB Paru melalui dana desa
 Mengadakan refresing pertemuan
kader
 Minta dukungan kecamatan untuk
2 Masih ada kepala desa yg pasif
memberikan motivasi
 Minta dukungan kepala desa untuk
3 Ketua RT tidak memfasilitasi
memberikan motivasi
Minimnya anggaran transport  Selain memanfaatkan dana desa
4
penemuan TB Paru oleh kader berupaya mamanfaatkan dana CSR

Dukungan lintas sektor belum  Memberikan pemahaman pada


5
maksimal pertemuan lintas sektor tentang bahaya
penyakit TB Paru.

 Kerja sama dengan took agama


Belum semua masyarakat mau untuk memberikan sedikit penyuluhan
6 peduli untuk berantas penyakit TB Paru pada acara – acara agama
TB Paru  Kerja sama dengan organisasi
keagamaan Aisyiyah
 Menjelaskan bahwa TB Paru tidak
Masyarakat enggan untuk
7 berbahaya untuk dirinya sendiri tapi
berobat
juga keluarga dan orang lain.

45
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gemar Bertasbi (Gerakan Masyarakat Berantas TB) merupakan salah satu

inovasi program unggulan yang dimiliki UPT Puskesmas Bangsal dalam meningkatkan

derajat kesesahatan masyarakat dalam kasus TBC. Tujuan dari Gemar bertasbi adalah

meningkatkan penemuan TB Paru dengan melibatkan masyarakat sekitar Kecamatan

Bangsal

Pemegang program TB Paru di UPT Puskesmas Bangsal membentuk 1 kader untuk

1 rumah, memberikan target pada tenaga kesehatan yang ada di Ponkesdes untuk berperan

aktif mengirim suspek TB paru minimal 2 orang suspek setiap minggu, bekerjasama

dengan organisasi masyarakat peduli TB Paru.

Untuk memudahkan dalam melakukan pembinaan, tenaga kesehatan UPT

Puskesmas Bangsal melakukan pembinaan bertepatan ketika ada kegiatan di masyarakat

misalnya acara rutinan muslimin / muslimatan di desa tersebut.

Monitoring dan evaluasi Puskesmas dilakukan setiap satu bulan sekali. Pada

pelaksanaan program Gemar Bertasbi monitoring dan evaluasi dilakukan setelah

pelaksanaan. Kriteria/indikator yang digunakan antara lain: membandingkan antara

pencappaian dan target, mengisi quesioner sumber penemuan dari mayarakat (kader)

melalui status penderita, memantau kegiatan kadar dan memotivasi melalui whatsapp (wa)

grup. jumlah sasaran, waktu pelaksanaan, biaya yang digunakan.

47

Anda mungkin juga menyukai