OLEH:
Kelompok 9 & 10
1. Nabillah C. (201601152)
2. Mardiana Ovie (201601050)
3. M. Syahrul Ghofin (201601089)
4. Eni Yunita (201601133)
5. Rizkyani Alffiyah (201601172)
6. Mahnusa Ulfa (201601011)
7. Happy Kurniasari (201601052)
8. Ibnu Nafi (201601090)
9. Khoirunnisaatur R. (201601134)
10. Fitri Nur K. (201601173)
menyelesaikan Praktek Klinik Komunitas dan salah satu syarat lulus mata kuliah
Mojokerto,
Menyetujui,
Kepala Puskesmas
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya
penulis akhirnya dapat menyelesaikan tugas laporan ini tepat waktu. Dan dengan
mengucap puji syukur atas curahan kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu
dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
laporan yang berjudul “GEMAR BERTASBI (GERAKAN MASYARAKAT
BERANTAS TB) DI PUSKESMAS BANGSAL”dengan tepat waktu. Laporan ini
disusun sebagai tugas mata kuliah “Komunitas”. Segala upaya telah penulis lakukan dan
tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
laporan ini kurang sempurna, walaupun laporan ini telah diseleseikan dengan segenap
laporan ini jika pembaca yang budiman bersedia memberi masukan, saran serta kritikan
yang jelasnya mendukung bagi karya penulis. Seperti kata pepatah bahwa ”tiada gading
yang tak retak” begitu juga dengan keadaan laporan ini sekali lagi penulis mohon maaf
jika laporan ini kurang sempurna. Dan semoga laporan dapat bermanfaat bagi
pembacasekalian.
Penulis
1
Kelompok 9 &10
DAFTAR ISI
2
Kata Pengantar.......................................................................................................................1
Daftar Isi................................................................................................................................2
Bab 1 Pendahuluan................................................................................................................5
3
3.1.3 Tujuan..........................................................................................................25
3.1.4 Sasaran.........................................................................................................25
3.2 Pengkajian.............................................................................................................26
3.3 Skoring....................................................................................................................38
Bab 4....................................................................................................................................44
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
satu kecamatan, kemudian dengan semakin berkembangnya kemampuan dana yang
dimiliki oleh pemerintah untuk membangun puskesmas, wilayah kerja puskesmas
ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk di satu kecamatan, kepadatan dan
mobilitasnya.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat, dalam
pelaksanaan kegiatannya dijalankan dalam bentuk 5 program esensial puskesmas.
Namun pada umumnya program esensial puskesmas ini belum dapat dilaksanakan
secara optimal. Adanya keterbatasan dan hambatan baik di puskesmas maupun
masyarakat dalam pelaksanaan program esensial puskesmas maka untuk
mengatasinya harus berdasarkan skala prioritas sesuai permasalahan yang ada,
dengan memanfaatkan potensi yang ada di masyarakat dengan melakukan
pemberdayaan masyarakat.
Selama menjalankan fungsinya, khususnya puskesmas yang berhubungan
langsung dengan masyarakat, sangat diperlukan koordinasi terhadap semua upaya
dan sarana pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerjanya sesuai dengan
kewenangannya serta melaksanakan pembinaan terhadap peran serta masyarakat
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan.
Penyakit tuberkulosis (TB) masih merupa-kan masalah kesehatan yang
membebani negara-negara berkembang. Menurut WHO tahun 2015, di secara global
terdapat 9,6 juta kasus TB setiap tahunnya, dan tingkat kematian mencapai 1,5 juta
kasus per tahun, dan sebagian diantaranya adalah anak usia < 15 tahun (WHO, 2015;
kartasasmita, 2009). Diantara 9,6 juta kasus TB tersebut didapat-kan 1,1 juta kasus
TB atau sekitar 12 % yang juga mengalami HIV positif dengan tingkat kematian
320.000 orang, dan 480.000 kasus atau sekitar 5% adalah TB Resistan Obat (TB-RO)
dengan tingkat kematian 190.000 orang (WHO, 2015).
Indonesia merupakan negara yang mempunyai beban TB terbesar ke-2 di dunia
setalah India, dan termasuk dalam High Burden Countries dengan total biaya yang
diperlukan untuk penanganan TB sebanyak US$ 117 juta. Di Indonesia sendiri biaya
pengobatan pasien TB mencapai Rp. 1.843.537 dengan sebagian besar dihabis-kan
pada biaya obat (Unitaid, 2015; WHO, 2015; Sari dkk., 2018). Hasil survei
prevalensi TB Nasional (STPN) 2013-2014 menunjukkan bahwa beban TB Indonesia
yang diperkirakan oleh WHO yaitu sebesar 272/100.000, ternyata jauh lebih besar
6
yaitu didapati angka prevalensi TB sebesar 647/100.000 atau berarti bahwa 0,65%
populasi Indonesia menderita TB, hal ini setara dengan 1.600.000 kasus TB, dan
setiap tahun terjadi 1.000.000 kasus baru (399/100.000). Penemuan kasus TB sebesar
330.729 pada tahun 2015, akan tetapi diperkirakan terdapat 669.271 kasus TB per
tahun yang belum ditemukan, angka pene-muan kasus TB (case detection rate) ini
hanya sebesar 33,07%, ini menyebabkan adanya kesenjangan yang besar dan harus
segera tangani (Kemenkes RI, 2014). Di Mojokerto sendiri terdapat 754 penderita
TBC dan diantaranya 67 penderita terdapat di wilayah puskesmas Bangsal. Untuk
menanggulangi penyebaran penyakit TBC di wilayah Puskesmas Bangsal memiliki
program unggulan Puskesmas Bangsal yaitu “GEMAR BERTASBI” yaitu Gerakan
Masyarakat Berantas TB. Adapun program tersebut yaitu menjadikan 1 KK 1 kader.
Dimana setiap kader wajib melaporkan ke puskesmas jika ada warganya yang batuk
sudah 2 minggu lebih, diobati tidak sembuh. Cara melaporkanya yaitu kader hanya
perlu membawa sample sputum warga tesebut, jika hasil tes sputumnya positif maka
langsung diberikan pengobatan.
7
1.3 Manfaat penulisan
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1.2 Visi dan Misi Puskesmas
Visi:
Misi:
a. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk
berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan
yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
b. Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.
c. Kemandirian masyarakat
10
secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan
kepercayaan.
e. Teknologi tepat guna
11
b) Puskesmas kawasan pedesaan
c) Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil
Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan Puskesmas dikategorikan
menjadi:
a) Puskesmas non rawat inap
Puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap,
kecuali pertolongan persalinan normal.
b) Puskesmas rawat inap
Puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk
meenyelenggarakan pelayanan rawat inap, sesuai pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan.
12
- Upaya promosi kesehatan: keterpaduan sektor kesehatan dengan
camat, lurah, pertanian, pendidikan, agama
d) Azaz rujukan
Sistem rujukan upaya kesehatan adalah sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggungjawab
secara timbal balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal maupun
horisontal kepada fasilitas pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau dan
rasional serta tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.
13
- Upaya kesehatan lingkungan
- Upaya kesehatan ibu dan anak serta KB
- Upaya perbaikan gizi masyarakat
- Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit
b) Upaya kesehatan pengembangan
Merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya
yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas, diantaranya:
- Upaya kesehatan sekolah
- Upaya kesehatan olahraga
- Upaya perawatan kesehatan masyarakat
- Upaya kesehatan kerja
- Upaya kesehatan gigi dan mulut
- Upaya kesehatan jiwa
- Upaya kesehatan mata
- Upaya kesehatan lansia
- Upaya pembinaan kesehatan tradisional
- Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat
14
1) Pemantapan kelembagaan unit pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta dalam penanggulangan penyakit menular dengan strategi DOTS
2) Peningkatan mutu pelayanan di semua unit pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta
3) Penggalangan kemitraan dengan organisasi profesi, lintas sektoral, Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), institusi pendidikan, dan lain-lain
4) Pemberdayaan masyarakat dalam rangka mendorong kemandiriannya untuk
mengatasi masalah TBC
5) Penelitian dan pengembangan melalui penelitian lapangan atau kerja sama
dengan institusi pendidikan, LSM, organisasi profesi dan lain-lain dalam upaya
penanggulangan penyakit menular.
15
pengobatan penderita dan menghindari penularan dari orang kontak yang termasuk
subclinical infection. Menurut H.L. Blum, faktor–faktor yang mempengaruhi
kesehatan baik individu, kelompok, dan masyarakat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:
lingkungan (mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
sebagainya), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Keempat faktor tersebut
dalam mempengaruhi kesehatan tidak berdiri sendiri, namun masing–masing saling
mempengaruhi satu sama lain. Faktor lingkungan selain langsung mempengaruhi
kesehatan juga mempengaruhi perilaku, dan perilaku sebaliknya juga mempengaruhi
lingkungan (Salim, 2010).
16
Promosi Tuberkulosis
Pencegahan Tuberkulosis
Penemuan pasien Tuberkulosis
Rehabilitasi pasien Tuberkulosis
2. Pengendalian TB Komprehensif
Pembuatan layanan laboratorium Tuberkulosis
Public-Private Mix Tuberkulosis
Kelompok rentan: pasien diabetes militusn (DM), ibu hamil, gizi buruk
Kolaborasi TB-HIV
TB anak
Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB
Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practicle Aproach to Lung Health
= PAL)
Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO)
Penelitian Tuberkulosis
Target adanya program pengendalian TB, yaitu merujuk pada target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang ditetapkan setiap 5 tahun.
Pada RPJMN 2010-2014 maka di harapkan penurunan jumlah kasus TB per 100.000
penduduk dari 235 menjadi 224, presentase kasus baru TB paru (BTA positif) yang
ditemukan dari 73% menjadi 90% dan presentase kasus baru TB paru ( BTA positif)
yang disembuhkan dari 85% menjadi 88%. keberhasilan yang dicapai pada RPJMN
2010-1014 akan menjadi landasan bagi RPJMN berikutnya.
Pada tahun 2015-1019 target program pengendalian TB akan disesuaikan
dengan target pada RPJMN II dan harus disinkronkan pula dengan target global TB
strategy pasca 2015 dan target SDGs (Sustainable Development Goals). Target
utama pengendalian TB pada tahun 2015-2019 adalah penurunan insidensi TB yang
lebih cepat dari hanya sekitar 1-2% per tahun menjadi 3-4% per tahun dan penurunan
angka mortalitas > dari 4-5% pertahun. Diharapkan pada tahun 2020 Indonesia bisa
mencapai target penurunan insidensi sebesar 20% dan angka mortalitas sebesar 25%
dari angka insidensi tahun 2015.
17
Penemuan penderita TB
Kegiatan penemuan penderita terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis,
penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita. Penemuan penderita merupakan
langkah pertama dalam kegiatan program penanggulangan TB. Penemuan dan
penyembuhan penderita TB menular, secara bermakna akan dapat menurunkan
kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di masyarakat dan sekaligus
merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
Penemuan penderita TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.
Penjaringan tersangka penderita dilakukan di unit pelayanan kesehatan didukung
dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,
untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka penderita TB. Pemeriksaan
terhadap kontak penderita TB, terutama mereka yang BTA positif dan pada keluarga
anak yang menderita TB yang menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.
Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif
(Depkes,2007).
Pengobatan TB Paru
Tujuan Pengobatan TB paru yaitu untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT (Obat Anti Tuberkulosis).
Jenis OAT terdiri dari Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z),
Etambutol (E) dan Streptomisin (S). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu
tahap intensif dan lanjutan, Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap
hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat,
bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya penderita
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu, sebagian besar
penderita TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan. Pada tahap
lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama, tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
18
- Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
- Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
- Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
- Kategori Anak: 2HRZ/4HR
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat
badan penderita. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu penderita. Paket
kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini
disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan penderita yang mengalami
efek samping OAT KDT. Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam
bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin
kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu paket untuk satu
penderita dalam satu masa pengobatan.
1) Planning
19
merumuskan masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas dan menetapkan
prioritasnya, menetapkan tujuan, sasaran, dan target kinerja Puskesmas,
merencanakan kebutuhan sumber daya, serta menyusun rencana pelaksanaan
kegiatan dan program Puskesmas dalam rangka mencapai tujuan Puskesmas.
2) Organizing
Apabila perencanaan tingkat Puskesmas telah selesai dilaksanakan, hal
selanjutnya yang perlu dilakukan ialah melaksanakan fungsi pengorganisasian
Puskesmas (organizing). Pengorganisasian menurut Handoko (2003) yaitu
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan
organisasi, proses perancanangan dan pengembangan struktur organisasi yang
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber-sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupnya. Pengorganisasian Puskesmas meliputi hal-hal
berikut:
a. Cara manajemen Puskesmas merancang struktur formal Puskesmas
untuk menggunakan sumber daya Puskesmas secara efisien
b. Bagaimana Puskesmas mengelompokkan kegiatannya, dimana setiap
pengelompokkan diikuti penugasan seorang penanggung jawab program
diberi wewenang mengawasi stafnya
c. Hubungan antara fungsi, jabatan, tugas, dan pegawai Puskesmas
d. Cara pimpinan Puskesmas membagi tugas yang harus dilaksanakan
dalam unit kerja.
Dalam pembagian tugas Puskesmas harus diperhatikan adanya
keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab yang dilimpahkan kepada
pegawai Puskesmas. Wewenang yang terlalu besar akan mendorong terjadinya
penyimpangan wewenang jika pengawasannya lemah. Sebaliknya, tanggung
jawab yang terlalu besar akan mengakibatkan pegawai Puskesmas sangat
berhati-hati. dan sering ragu-ragu dalam melaksanakan tugasnya. Struktur
organisasi Puskesmas yang akan diterapkan tergantung pada visi, misi, tujuan,
fungsi, serta beban kegiatan dan program masing- masing Puskesmas.
Penyusunan struktur organisasi Puskesmas dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh peraturan daerah Kabupaten/Kota.
Pembuatan pola struktur organisasi Puskesmas dapat mengacu pada
20
Kebijakan Dasar Puskesmas (Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
128/Menkes/SK/II/2004), menetapkan pola struktur organisasi Puskesmas
sebagai berikut:
- Kepala Puskesmas
- Unit Tata Usaha yang bertanggung jawab membantu Kepala Puskesmas
dalam mengelola data dan informasi, perencanaan dan penilaian, keuangan,
umum dan kepegawaian.
- Unit Pelaksana Teknis Fungsional Puskesmas, berupa Unit Kesehatan
Masayarakat termasuk pembinaan terhadap UKBM (Unit Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat), Upaya Kesehatan Perseorangan
- Jaringan Pelayanan Puskesmas, berupa Unit Puskesmas Pembantu, Unit
Puskesmas Keliling, Unit Bidan di Desa / Bidan Komunitas
3) Actuating
Setelah perencanaan (planning) dan pengorganisasian (organizing)
Puskesmas selesai dilaksanakan, maka selanjutnya yang perlu dilakukan dalam
manajemen adalah mewujudkan rencana (plan) Puskesmas tersebut mendai
kenyataan. Ini berarti, rencana tersebut diaktualisasikan (actuating).
Aktuasi/pelaksanaan tingkat Puskesmas dilakukan melalui:
1. Rapat/dinamisasi staf, diselenggarakan seminggu sekali yang dihadiri oleh
seluruh staf Puskesmas dan jaringannya. Yang bertujuan untuk:
menginformasikan hasil rapat dinas tingkat Kabupaten/Kota, serta informasi
tentang kebijakan, program dan konsep-konsep baru, evaluasi mingguan
terhadap pelaksanaan program Puskesmas, penggalangan kerjasama tim dan
kesepakatan bersama, dan pemberdayaan pegawai Puskesmas
2. Lokakarya mini bulanan, diselenggarakan setiap akhir bulan yang dihadiri
oleh selruh staf Puskesmas dan jaringannya. Yang bertujuan untuk:
menginformasikan hasil rapat dinas tingkat Kabupaten/Kota, evaluasi
bulanan terhadap pelaksanaan program Puskesmas serta analisis hambatan
dan masalah, penyusunana pola bulanan secara partisipatif, penggalangan
tim melalui penegasan peran dan tanggung jawab staf, pemberdayaan
pegawai Puskesmas.
3. Lokakarya mini tribulanan, diselenggarakan setiap tiga bulan sekali yang
21
dihadiri oleh instansi lintas sektor tingkat Kecamatan, tim penggerak PKK
Kecamatan dan Desa, staf Puskesmas dan jaringannya. Yang bertujuan
untuk: informasi tentang program lintas sektor, program kesehatan,
menginventarisasi peran bantu masing-masing sektor, penggalangan tim
lintas sektor tingkat Kecamatan.
4. Rapat koordinasi (rakor) tingkat kecamatan diselenggarakan setiap bulan
yang dihadiri oleh lintas sektortingkat Kecamatan, tim penggerak PKK
Kecamatan dan Desa, dll. Peran Puskesmas adalah menyampaikan hasil
lokakarya mini bulanan.
5. Rapat Koordinasi (Rakor) Posyandu-Desa, diselenggarakan setiap bulan
pada dua hari sebelum pelaksanaan posyandu, yang dihadiri oleh lintas
sektor tingkat Kecamatan, Pengurus PKK Desa, dll. Yang bertujuan untuk:
evaluasi pelaksanaan posyandu dan program Desa siaga bulan lalu serta
merencanakan Posyandu dan Desa siaga bulan yang akan datang, pengisian
kartu panggilan sasaran Posyandu untuk kemudian dibagikan ke setiap
dusun/RW, pembahasan masalah serta hambatan posyandu dan Desa siaga,
pendalaman materi posyandu dan Desa siaga.
6. Konsultasi para penanggung jawab program dengan pimpinan Puskesmas,
konsultasi ini diselenggarakan bila diperlukan dengan mengundang para
penanggung jawab program Puskesmas.
4) Controling/Evaluating
Menurut Azwar (1996) Pengawasan (controlling) adalah melakukan
penilaian dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan pegawai untuk
mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan dalam rencana atau suatu proses
mengukur penampilan suatu program yang kemudian dilanjutkan dengan
mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan
tercapai. Herujito (2001) mendefinisikan pengawasan (controlling) sebagai
elemen atau fungsi manajemen adalah mengamati dan mengalokasikan dengan
tepat penyimpangan-penyimpangan yang terjadi. Sedangkan Lanri dalam Usman
(2006) mendefinisikan pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh
kepastian apakah pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilaksnakan sesuai
22
dengan rencana semula. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan
kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi.
BAB 3
DI PUSKESMAS BANGSAL
UPT Puskesmas Bangsal dipimpin oleh dr. Ulfah Kurniasari sebagai Kepala
Puskesmas yang beralamatkan di JL. Raya Puloniti No. 01, Kec. Bangsal Kab.
Mojokerto dengan tipe puskesmas rawat inap dan terakreditasi utama. Jumlah
pondok Kesehatan Desa sebanyak 14 Ponkesdes, Polindes berjumlah 1 Polindes,
PUSTU berjumlah 2 PUSTU, puskesmas keliling berjumlah 2 Pusling, dan
ambulance berjumlah 1 Ambulance.
Wilayah kerja UPT Puskesmas Bangsal terdiri dari 17 Desa dan 56 Dusun
yakni desa Bangsal, Puloniti, Kutoporong, Peterongan, Sidomulyo, Gayam,
Sumbertebu, Pekuwon, Salen, Ngastemi, Mojotamping, Ngrowo, Pacing,
Tinggarbuntut, Mejoyo, Sumberwono, Kedunguneng. Wilayah desa tersebar
berlokasi di desa Ngrowo dan wilayah desa terkecil berlokasi di desa Gayam dengan
jumlah keseluruhan penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Bangsal yaitu ±
51.120 Jiwa.
VISI:
MISI:
23
1) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
2) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau
3) Meningkatkan upaya pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah
kesehatan
4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara berkesinambungan
dan terus menerus.
MOTTO:
“Semangat untuk gerakkan hati nurani kepuasan pasien harapan kami”
TUJUAN:
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kecamatan bangsal
Tata Nilai UPT Puskesmas Bangsal:
UPT Puskesmas Bangsal memiliki tata nilai “PRESTASI” yang terdiri dari
P = Profesional, bekerja sesuai SOP
R = Religius , bekerja sebagai ibadah
E = Exellent, berikan pelayanan terbaik
S = Simpatik, selalu senyum sapa salam
T = Teamwork, kompak sebagai team
A = Amanah, dapat dipercaya
S = Social, memiliki kepedulian terhadap sesama
I = Indah, berpenampilan rapi dan menjaga lingkungan sekitar
24
3) Inovasi Gemar bertasbi berawal dari adanya kesenjangan pencapaian
penyakit TB Paru dari target 35 penderita pada tahun 2016 dapat di capai
hanya 26 penderita, sedangkan secara umum penderita TB Paru di
Indonesia semakin banyak pada tahun 2017 Indonesia berada pada
peringkat 2 dunia. Melalui pertemuan lintas program di UPT Puskesmas
Bangsal Inovasi ini diusulkan oleh pemegang program TB Paru untuk
mengatasi masalah kesenjangan tersebut melalui pemberdayaan
masyarakat, sehingga didapat beberapa masukan lintas program antara
lain :
a. Membentuk kader TB Paru
b. Memberikan target pada tenaga kesehatan yang ada di
Ponkesdes (Perawat dan Bidan) untuk berperan aktif mengirim suspek
TB Paru minimal 2 orang suspek setiap minggu.
c. Menyampaikan pada unit layanan dalam gedung setiap penderita batuk
lebih dari 2 minggu untuk di periksa laboratorium (Sputum).
d. Kerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB Paru.
4) Setelah dibahas di lintas program Inovasi Gemar Bertasbi selanjutnya di
sampaikan dipertemuan lintas sektor yang di hadiri Instansi terkait dan
kepala desa seluruh Kecamatan Bangsal dan dapat masukkan pemecahan
masalah antara lain :
a. Sosialisasi penyakit TB Paru pada Pleno PKK dan tokoh masyarakat
dan selanjutnya dibuat komitmen bersama untuk memberantas TB Paru
b. Sosialisasi Penyakit TB Paru ke warga RT dan selanjutnya di buat
komitmen bersama untuk memberantas TB Paru dengan membentuk
kader TB paru 1 rumah 1 kader TB Paru.
3.1.3 Tujuan
Tujuan dari Gemar bertasbi adalah meningkatkan penemuan TB Paru dengan
melibatkan masyarakat sehingga :
a. Pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin
b. Mencegah penularan dan meluasnya penyakit TB Paru
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
d. Mengurangi kemiskinan
25
3.1.4 Sasaran
Sasaran Inovasi Gemar Bertasbi adalah semua lapisan masyarakat untuk peduli
dan mau menjadi kader TB Paru baik aktif maupun pasif
1) Sasaran kader aktif
a. Kader dari organisasi Aisyiyah
b. Dari tokoh masyarakat 34 orang ( masing masing desa ada kader aktif
2 orang )
2) Kader Pasif
a. Muspika (Camat, Kepala Dinas Pendidikan Kecamatan, Kepala
Kemenag Kecamatan, Kepala Polisi sektor (Polsek), Komandan
Koramil (Danramil)
b. Seluruh anggota PKK Kecamatan
c. Seluruh kepala desa satu kecamatan
d. Tokoh masyarakat
e. Masyarakat (1 rumah 1 orang )
3.2 Pengkajian
Gambaran Manajemen Program Puskesmas (POAC) Gemar Bertasbi
A. Perencanaan (Planning)
26
Perencanaan adalah menetapkan suatu program/kegiatan yang harus
dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut (Hasibuan,2007) perencanaan adalah fungsi seorang manajer yang
berhubungan dengan memilih tujuan- tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan,
prosedur-prosedur dan program-program dari alternatif yang ada. Sedangkan
menurut Hetty (2015), perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dengan
merumuskan tujuan Puskesmas sampai dengan alternatif kegiatan untuk
mencapainya. Melalui fungsi perencanaan akan ditetapkan tugas pokok staf,
pimpinan, akan mempunyai pedoman supervisi dan menetapkan sumber daya
yang dibutuhkan oleh staf untuk menjalankan tugasnya. Siagian (2012)
menyatakan bahwa salah satu alasan utama menempatkan perencanaan sebagai
fungsi manajerial yang pertama ialah karena perencanaan merupakan langkah
nyata yang pertama diambil dalam usaha pencapaian tujuan. Rencana yang baik
harus disertai oleh suatu rincian yang cermat.
Program kerja unggulan di Puskesmas Bangsal yaitu Gemar Bertasbi
(gerakan masyarakat berantas TB). Maka dari itu perencanaan dalam program
Gemar Bertasbi terdiri dari:
1. Tujuan
Tujuan merupakan hasil akhir yang diharapkan. Tujuan digunakan untuk
menunjukkan pada hasil akhir di masa yang akan datang yang tidak dapat
diukur (Endang, 2011). Tujuan dari Gemar bertasbi adalah meningkatkan
penemuan TB Paru dengan melibatkan masyarakat sehingga :
a. Pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin
b. Mencegah penularan dan meluasnya penyakit TB Paru
c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
d. Mengurangi kemiskinan
2. Sumber Daya
Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber utama dalam
berlangsungnya suatu program. Kelancaran dalam proses menyusun
rencana program akan berjalan baik apabila dilakukan oleh SDM yang
berkualitas. Peran SDM sangat penting untuk kelancaran suatu program
hingga tercapainya tujuan dari program tersebut.
27
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang dikutip oleh
Adisasmito (2007), SDM kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya perencanaan, pendidikan dan pelatihan serta terpadu dan
saling mendukung, guna menjamin tercapainya deajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Sementara itu SDM kesehatan
menurut PP No 32 Tahun 1996 yang juga dikutip oleh Adisasmito
(2007) adalah semua orang yang bekerja secara aktif di bidang
kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan, maupun
tidak yang untuk jenis terrtentu memerlukan kewenangan dalam
melaksanakan upaya kesehatan.
Perencanaan SDM kesehatan adalah proses estimasi terhadap
jumlah SDM berdasarkan tempat, keterampilan dan perilaku yang
dibutuhkan untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, kita
meramalkan atau memperkirakan siapa mengerjakan apa, dengan keahlian
apa, kapan dibutuhkan dan berapa jumlahnya. (Ilyas, 2000).
Berdasarkan data yang didapatkan diketahui bahwa jumlah sumber
daya manusia yang merencanakan program gemar bertasbi Puskesmas
Bangsal berjumlah tujuh orang, dan membentuk 1 kader untuk 1 rumah,
memberikan target pada tenaga kesehatan yang ada di Ponkesdes untuk
berperan aktif mengirim suspek TB paru minimal 2 orang susek setiap
minggu, bekerjasama dengan organisasi masyarakat peduli TB Paru.
SUMBER TENAGA:
a) Pilar Pemerintah
- Kader Pasif Unsur pimpinan kecamatan 5
- Kader Pasif dari Kades 17
b) Pilar Masyarakat
- Kader aktif dari desa 34
- Kader Pasif dari PKK 317
- Kader Pasif dari Tokoh Masyarakat 510
c) Pilar Swasta
- Kader Aktif Aisyiyah 5
- Dokter Spesialis Paru Swasta
28
- RS Sidowaras
- Klinik Ikfina
- Klinik SPN
- Klinik Memayu Jer Rahayu
SUMBER DANA
Dana dan alokasi merupakan penunjang dalam melaksanakan program
gemar bertasbi di Puskesmas Bangsal. Dalam PMK No.11 Tahun 2011
tentang petunjuk teknis bantuan operasional kesehatan (BOK) bahwa
Puskesmas mendapatkan 60% dari total alokasi dana untuk progam
kesehatan prioritas melalui berbagai kegiatan yang berdaya ungkit tinggi
untuk pencapaian tujuan MDGs bidang kesehatan.
a) Dana BOK ( Bantuan Oprasional Kesehatan )
- Pembentukan kader TB Paru Rp 35.000x34 orang = 1.190.000
- Transport kunjungan rumah TB Paru Rp 1.950.000
- Transport Penemuan suspek TB Rp 23.400.000
b) Dana Desa
- Untuk transport kader Rp 50.000 x 12 bulan x 34 orang = 20.400.000
c) Dana dari Organisasi Aisyiyah
- Penemuan TB Paru @ Rp 40.000/Penderita
- Kesembuhan Penderita @ Rp 80.000/Penderita
3. Sarana dan Prasarana
Menurut Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
pelayanan kesehatan yang diberikan berupa upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Sarana dan prasarana dalam fasilitas kesehatan
sangat menunjang dalam pelayanan kesehatan, terutama pada pelayanan
kesehatan di Puskesmas.
Adapun Sarana dan Prasarana dalam program Gemar Bertasbi yang
diambil oleh Puskesmas Bangsal yaitu:
a) Ambulance untuk kegiatan siaran keliling penyuluhan TB Paru
b) Proyektor dan laptop untuk paparan tentng penyakit TB Paru
c) Kendaraan pribadi untuk mobilisasi penemuan penderita TB Paru
d) Obat TB Paru dengan persediaan cukup
29
4. Metode
a) Ceramah dan Diskusi
- Sosialisasi penyakit TB Paru pada kader TB Pasif
- Pelatihan kader aktif oleh tenga kesehatan Puskesmas Bangsal
- Pembentukan kader 1 rumah 1 kader di RT oleh kader aktif
b) Komunikasi Langsung
Penemuan penderita TB Paru oleh kader dengan menyarankan setiap
orang yang batuk lebih dari 2 minggu tidak ada perbaikan walaupun
setelah di obati.
c) Siaran keliling
Melakukan siaran keliling dengan penyuluhan penyakit TB Paru
dengan memakai mobil ambulan ke desa - desa wilayah kerja UPT
Puskesmas Bangsal
d) Kunjungan rumah
Kunjungan rumah tenaga kesehatan
5. Strategi
Inovasi Gemar bertasbi berawal dari adanya kesenjangan pencapaian
penyakit TB Paru dari target 35 penderita pada tahun 2016 dapat di capai
hanya 26 penderita, sedangkan secara umum penderita TB Paru di
Indonesia semakin banyak pada tahun 2017 Indonesia berada pada
peringkat 2 dunia. Melalui pertemuan lintas program di UPT Puskesmas
Bangsal Inovasi ini diusulkan oleh pemegang program TB Paru untuk
mengatasi masalah kesenjangan tersebut melalui pemberdayaan
masyarakat. Setelah dibahas di lintas program Inovasi Gemar Bertasbi
selanjutnya di sampaikan dipertemuan lintas sektor yang di hadiri Instansi
terkait dan kepala desa seluruh Kecamatan Bangsal. Sosialisasi Penyakit
TB Paru ke warga RT dan selanjutnya di buat komitmen bersama untuk
memberantas TB Paru dengan membentuk kader TB paru 1 rumah 1 kader
TB Paru.
B. Pengorganisasian (Organizing)
Menurut Sudjana (2007), pengorganisasian berkaitan dengan kegiatan
menyusun organisasi yang mampu melaksanakan rencana atau program yang
30
telah ditetapkan. Pengorganisasian merupakan hal yang wajib ada dalam setiap
program yang dimiliki. Tidak hanya struktur organisasi dari Puskesmas saja,
tetapi dari setiap program yang dimiliki oleh Puskesmas harus memiliki
struktur organisasi. Sehingga tugas dan wewenang setiap tenaga kesehatan
dapat dilaksanakan sesuai dengan yang ada.
Berikut adalah Pengorganisasian program gemar bertasbi di Puskesmas
Bangsal yaitu:
1. Struktur Organisasi
Penanggung jawab : dr. Ulfah Kurniasari
Ketua : dr. Deny Setiyawan
Fasilitator : Edy Gandiriyanto, S.Kep.Ns
Anggota : 1. drg. Neni Erdiyawati
2. Musrifah, STr. Keb
3. Maria Andayani, S.Kep.Ns
4. Dyah Arista, M.Kes
2. Pembagian Tugas dan Wewenang
Permenkes No 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas menjelaskan
bahwa organisasi Puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan/Kota
berdasarkan kategori upaya kesehatan dan beban kerja Puskesmas.
Organisasi Puskesmas paling sedikit antara lain: Kepala Puskesmas,
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Penanggung Jawab UKM, dan UKP.
Pengorganisasian Puskesmas Bangsal diketahui bahwa dalam
program Gemar Bertasbi adalah sebagai berikut:
a) Penanggung jawab program TB Paru, berperan :
- Merencanakan kegiatan
- Memantau dan mengevaluasi kegiatan 1 rumah 1 kader TB Paru
b) Kepala Puskesmas dalam hal ini sebagai penanggung jawab dan
mengorganisir kegiatan inovasi gemar bertasbi.
c) Semua lintas program baik dalam pelayanan dalam gedung maupun luar
gedung
- Peran unit pelayanan dalam gedung segera menganjurkan untuk
periksa laboratorium dahak untuk mendeteksi secara dini penyakit
31
TB Paru.
- Yang dari luar gedung dalam hal ini perawat dan bidan ponkesdes
ditarget untuk membawa suspek 2 minimal 1 minggu sekali
d) Semua Instansi terkait (Camat, Polsek, Koramil, KUA, Dinas
Pendidikan)
Peran masing – masing dinas instansi menyampaikan hasil komitmen
dan dukungan pada jajarannnya.
e) Kepala Desa
Peran menyampaikan komitmen pada perangkat desa dan memfasilitasi
untuk sosialisasi serta membuat komitmen di masing – masing RT
f) Organisasi Kemasyarakatan Peduli TB (Aisyiyah)
Peran melalui kader yg sudah di bentuk (bekerja sama dengan global
fund) untuk mencari secara aktif suspek TB Paru menemukan dan
mengantar ke Puskesmas.
g) Kader TB setiap desa
Peran dari kader aktif disetiap desa:
- Mencari secara aktif suspek TB Paru dengan gejala dini batuk lebih
dari 2 minggu
- Menjadi pengawas minum obat sebagai pendamping dari pengawas
dari unsur keluarga/orang terdekat
- Membentuk komitmen warga RT dan sekaligus membentuk kader
pasif 1 rumah 1 kader.
h) Ketua RT perannya memfasilitasi kader TB Paru untuk sosialisasi
sekaligus membentuk komitmen untuk berantas TB Paru
i) Tokoh masyarakat perannya sebagai kader TB Paru pasif
3. Pengelolaan Dana
PMK No. 11 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Teknis Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) bahwa Puskesmas mendapatkan
60% dari total alokasi dana untuk program kesehatan prioritas.
Dana yang digunakan untuk program Gemar Bertasbi bersumber
dari BOK dan Organisasi Aisyiyah. Dana yang bersumber dari
BOK tersebut dikelola oleh bendahara Puskesmas. Dimana dana
32
yang diterima oleh bendahara tersebut, dialokasikan untuk
transport kunjungan rumah TB Paru, transport kader, penemuan
TB Paru, dan untuk follow up kesembuhan penderita.
C. Pelaksanaan (Actuating)
Program Gemar Bertasbi merupakan salah satu upaya untuk
menemukan dan memberantas penyakit TB Paru. Puskesmas Bangsal
mendukung upaya tersebut, sehingga Puskesmas Bangsal memilki program
Gemar Bertasbi. Program tersebut diselenggarakan bertujuan untuk
meningkatkan penemuan TB Paru sehingga pengobatan dapat dilakukan sedini
mungkin, dapat mencegah penularan dan meluasnya penyakit TB Paru,
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta mengurangi kemiskinan.
Langkah – Langkah Pelaksanaan Inovasi:
1) Inovasi Gemar Bertasbi ini berawal dari adanya kesenjangan pencapaian
target penemuan TB Paru di UPT Puskesmas Bangsal
- Membentuk kader TB .
6) Untuk unit pelayanan yang ada dalam gedung UPT Puskesmas ditekankan
untuk segera menganjurkan periksa dahak ( laboratorium ) pada penderita
batuk lebih dari 2 minggu
33
7) Menyampaikan Inovasi Gemar pada pertemuan lintas sektor dan sekaligus
membuat komitmen bersama berantas TB yang di hadiri instansi terkait
kepala desa dan tokoh masyarakat, adapun komitmen hasil pertemuan:
34
- Waspada terhadap penularan TB Paru
8) Membentuk kader TB Paru yg sebelumnya diberikan pelatihan oleh tenaga
kesehatan UPT Puskesmas Bangsal, yang selanjutnya kader membuat
rencana tindak lanjut sosialisasi ke masyarakat melalui pertemuan RT
dengan membentuk komitmen bersama berantas TB adapun bunyi
komitmen:
- Bersedia dan peduli untuk mencegah, berantas penyakit TB Paru
- Bersedia untuk menjadi kader TB Paru pasif
- Pembinaan dilakukan saat ada kegiatan Muslimin setiap kamis malam jum’at
dan muslimatan setiap senin malam selasa namun tergantung dari desa.
- Fakta di lapangan
1. Masih ada kader aktif yang pasif
2. Masih ada kepala desa yg pasif
3. Ketua RT tidak memfasilitasi
4. Minimnya anggaran transport penemuan TB Paru oleh kader
5. Dukungan lintas sektor belum maksimal
6. Belum semua masyarakat mau peduli untuk berantas penyakit TB Paru
7. Masyarakat enggan untuk berobat
D. Pengawasan (Controling)
Menurut Widoyoko (2005), adapun tujuan evaluasi adalah untuk
memperoleh informasi yang akurat dan objektif tentang suata program.
Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak hasil
yang dicapai, efisiensi serta pemanfaatan hasil evaluasi yang difokuskan untuk
program itu sendiri, yaitu untuk mengambil keputusan apakah dilanjutkan,
diperbaiki atau dihentikan. Selain itu, juga dipergunakan untuk kepentingan
penyusunan program berikutnya maupun penyusunan kebijakan yang terkait
dengan program.
Monitoring dan evaluasi Puskesmas dilakukan setiap satu bulan sekali.
Pada pelaksanaan program Gemar Bertasbi monitoring dan evaluasi dilakukan
setelah pelaksanaan. Kriteria/indikator yang digunakan antara lain:
membandingkan antara pencappaian dan target, mengisi quesioner sumber
penemuan dari mayarakat (kader) melalui status penderita, memantau kegiatan
35
kadar dan memotivasi melalui whatsapp (wa) grup. jumlah sasaran, waktu
pelaksanaan, biaya yang digunakan.
a) Membandingkan antara pencapaian dan target
b) Dalam setiap bulan kegiatan Inovasi Gemar bertasbi selalu di monitoring
baik pencapaian kegiatan maupun pelaksanaannya.
c) Indikator monitoring pencapaian berupa target pencapain dari ketentuan
yang sudah ditetapkan dari Dinas Kesehatan adapun target penemuan
penemuan TB Paru dalam 1 tahun sebanyak 35 orang penderita.
d) Untuk monitoring pelaksanaan Gemar Bertasbi dengan langkah – langkah
sebagai berikut:
Untuk kader aktif
- Menemukan suspek TB Paru
- Langsung koordinasi dengan penanggung jawab Program TB Paru
dengan menyarankan dan atau mengantar penderita ke Pskesmas.
Untuk kader pasif
- Menemukan supek TB Paru
- Koordinasi dengan kader aktif di desa
- Kader aktif koordinasi dengan penanggung jawab Program TB Paru
Puskesmas.
Catatan apabilah ada kader aktif yang kurang kinerjanya diberikan
motivasi dan apabilah masih juga tidak ada peningkatan kinerja diganti
yang baru atas persetujuan kepala desa.
Mengisi quesioner sumber penemuan melalui status penderita.
Pada status penderita TB Paru Puskesmas ada kolom rujukan penderita oleh:
- Inisiatif pasien/keluarga
- Fasilitas kesehatan
- Poli lain
- Anggota masyarakat/kader
- Lain – lain
e) Inovasi Gemar bertasbi dengan 1 rumah 1 kader TB Paru efektif
apabilah rujukan oleh masyarakat/ kader lebih banyak dari yang lain.
36
Hasil Monitoring Dan Evaluasi
Indikator Mutu
No. Sasaran Target Capaian Keterangan Rencana Tindak Lanjut
UKM
1
Semua
Tahunan 2019 Tahunan 122% TERCAPAI -
Kasus yang pasien TB
ditemukan dan
diobati
2. Terduga TBC yang
mendapatkan
Suspect TB Tahunan 2019 Tahunan 100% TERCAPAI -
pelayanan TBC
sesuai standar
3. Kerja sama dengan took
agama untuk memberikan
sedikit penyuluhan TB Paru
pada acara – acara agama
3.3 Skoring
D : Minat masyarakat
G : Ruang
H : Waktu
I : Fasilitas kesehatan
J : Biaya
38
K : Sumber daya/ tenaga
39
3.4 Analisis Data
40
3.6 Perencanaan Kegiatan
42
3.7 Implementasi dan Evaluasi Kegiatan
43
Rabu, 15 Januari 2020 Pendidikan Kesehatan Tentang Terapi Modalitas : Batuk
Efektif
44
BAB 4
PEMBAHASAN
45
46
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gemar Bertasbi (Gerakan Masyarakat Berantas TB) merupakan salah satu
inovasi program unggulan yang dimiliki UPT Puskesmas Bangsal dalam meningkatkan
derajat kesesahatan masyarakat dalam kasus TBC. Tujuan dari Gemar bertasbi adalah
Bangsal
1 rumah, memberikan target pada tenaga kesehatan yang ada di Ponkesdes untuk berperan
aktif mengirim suspek TB paru minimal 2 orang suspek setiap minggu, bekerjasama
Monitoring dan evaluasi Puskesmas dilakukan setiap satu bulan sekali. Pada
pencappaian dan target, mengisi quesioner sumber penemuan dari mayarakat (kader)
melalui status penderita, memantau kegiatan kadar dan memotivasi melalui whatsapp (wa)
47