Oleh
Ronaldo Januar Sukmana
NIM. J.0105.20.094
1. Definisi
Mobilisasi adalah kemampuan bergerak seseorang secara bebas, mudah,
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat . mobilisasi diperlukan untuk
meningkatkan kemandirian seseorang, meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif, dan untuk aktualisasi diri (harga
diri dan citra tubuh) (Ambarwati, 2016).
Sedangkan Imobilitas adalah keadaan seseorang tidak dapat bergerak
secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan (aktivitas) seperti
trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas, dan
sebagainya (Stanley, 2007).
1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat, dan sistematis yang
bertujuan untuk menentukan kemampuan klien dalam menjaga diri sendiri, melengkapi data
dasar untuk membuat rencana keperawatan, dan memberi waktu kepada klien untuk
berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis, sosial, dan spritualdengan
mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan (Maryam, dkk, 2008).
a. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji diantaranya yaitu usia (karena ada beberapa penyebab
gangguan mobilisasi adalah usia diatas 60 tahun) (Aspiani, 2014).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama biasanya ditemukan adalah penyakit muskuloskletal seperti:
Rheumatoid Arthritis, Osteoarthritis, stroke, dan Osteoporosis. Osteoporosis adalah klien
mengeluh nyeri pada persendian yang terkena, dan adanya keterbatasan gerak yang
menyebabkan gangguan mobilitas (Aspiani, 2014).
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian pasien saat ini dapat meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan atau gangguan dalam mobilisasi, biasanya seperti ada nyeri, kelemahan otot,
kelelahan, tingkat imobilisasi, daerah terganggunya karena imobilitas dan lama terjadinya
gangguan mobilitas (Nasrullah, 2016).
Status eliminasi klien harus dievaluasi setiap shift, dan total asupan dan haluaran dievaluasi setiap
24 jam. Perawat harus menentukan bahwa klien
menerima jumlah dan jenis cairan melalui oral atau parenteral dengan benar.
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit meningkatkan resiko gangguan sistem ginjal, bergeser
dari infeksi berulang menjadi gagal ginjal. Dehidrasi juga meningkatkan resiko kerusakan kulit,
pembentukan trombus, dan konstipasi (Nasrullah, 2016).
Refleks Ekstremitas
Refleks Kanan Kiri
Biceps + +
Triceps + +
Knee + -
Achiles + +
Keterangan :
Refleks (+) : Normal
Refleks (-) : Menurun/ meningkat
g. Pola fungsi kesehatan
Menurut (Aspiani, 2014) yang perlu dikaji adalah aktivitas apa saja yang biasa dilakukan
sehubungan dengan adanya nyeri pada persendian, ketidakmampuan mobilisasi.
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan, daan penanganan kesehatan.
2. Pola nutrisi
Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, dan elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet,
kesulitan menelan, mual/muntah, dan makanan kesukaan .
3. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada tidaknya masalah defekasi, masalah
nutrisi, dan penggunaan kateter.
4. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan pola tidur, istirahat, dan persepsi terhadap energy, jumlah jam tidur pada siang
dan malam hari, masalah tidur, dan insomnia.
5. Pola aktivitas dan istirahat
Menggambarkan pola latihan, aktifitas, fungsi pernapasan, dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung,
frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan. Pengkajian KATZ.
a. Pengkajian Indeks Katz
Skor Kriteria
7 Berjalan tempatkan tumit salah satu kaki didepan jari kaki yang lain
10 Berjalan menyamping
11 Berjalan mundur
Jumlah
c. Indeks Barthel
Indeks barthel merupakan suatu instrumen pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian
fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria
dalam menilai kemampuan fungsional seseorang yang mengalami gangguan keseimbangan
menggunakan 10 indikator :
No Item yang dinilai Skor Nilai
1 Makan 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan
2 = Mandiri
2 Mandi 0 = Butuh bantuan
1 = Mandiri
3 Perawatan diri 0 = Butuh bantuan
1 = Mandiri
4 Berpakaian 0 = Tergantung orang
lain
1 = sebagian dibantu
2 = Mandiri
5 Buang Air kecil 0 = Inkontinensia atau
pakai kateter dan
tidak terkontrol
1 = Kadang
Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
2 = Kontinensia
(teratur)
6 Buang Air Besar 0 = Inkontinensia
(tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang
Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia
(teratur)
7 Penggunaan Toilet 0 = Tergantung
bantuan orang
lain
1 = Membutuhkan
bantuan, tapi
dapat
melakukan beberapa
hal sendiri
2 = Mandiri
8 Transfer 0 = Tidak mampu 1
= Butuh bantuan
untuk bisa duduk (2
orang)
2 = Bantuan kecil (1
orang)
3 = Mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total
2. Analisa data
Analisa adalah kemampuan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran yang
dipengaruhi oleh latar belakang ilmu pengetahuan, pengalaman, dan pengertian dalam
keperawatan. Analisa data adalah kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan data
tersebut sesuai konsep, teori, prinsip-prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan.
3. Diagnosis Keperawatan
TUJUAN
DIAGNOSA
NO KEPERAWATAN NOC NIC
1 Hambatan mobilitas a. Ambulasi Terapi Latihan :
fisik Kriteria hasil Ambulasi
: a. Bantu pasien
Definisi : 1. Menopang berat Untuk
Keterbatasan dalam badan perpindahan
gerakan fisik atau 2. Berjalan dengan sesuai kebutuhan
satu atau lebih langkah yang b. Terapkan atau
ekstremitas secara efektif sediakan alat
mandiri dan terarah. 3. Berjalan dengan bantu (tongkat,
pelan walker,atau kursi
Batasan 4. Berjalan dengan roda untuk
Karakteristik : kecepatan sedang ambulasi,jika
a. Gangguan sikap 5. Berjalan dengan pasien tidak
berjalan cepat stabil
b. Gerakan lambat c. Bantu pasien
c. Keterbatasan dengan ambulasi
rentang gerak b. Pergerakan awal jika
d. Gerakan spastik kriteria hasil : diperlukan
e. Gerakan tidak 1. keseimbangan d. Instruksikan
terkoordinasi 2. koordinasi pasien mengenai
3. cara berjalan pemindahan dan
4. gerakan otot teknik ambulasi
5. gerakan sendi yang aman
6. berjalan e. Bantu pasien
7. bergerak dengan berdiri dan
mudah ambulasi dengan
jarak tertentu.
Terapi Latihan :
Mobilitas Sendi
a. Tentukan batasan
sendi
dan efeknya
terhadap fungsi
sendi
b. Monitor lokasi
dan kecendrungan
adanya nyeri dan
ketidaknyamanan
selama
pergerakan/
aktivitas
c. Dukung latihan
ROM aktif, sesuai
jadwal yang
teratur dan
terencana.
d. Lakukan latihan
ROM pasif atau
ROM dengan
bantuan, sesuai
indikasi
e. Dukung ambulasi
jika
memungkinkan
2 Resiko Cedera a. Kejadian jatuh Pencegahan Jatuh
kriteria hasil : a. Identifikasi
1. Klien tidak kebutuhan
Definisi : mengalami jatuh keamanan klien
Rentan mengalami saat berdiri berdasarkan
cedera fisik akibat 2. Klien tidak tingkat fungsi fisik,
kondisi lingkungan mengalami jatuh kognitif dan
yang berinteraksi saat duduk riwayat perilaku
dengan sumber 3. Klien tidak sebelumnya
adaptif dan sumber mengalami jatuh b. Identifikasi
defensif individu, saat berjalan perilaku dan
yang dapat 4. Klien tidak faktor
mengganggu mengalami jatuh yang berpengaruh
individu, yang dapat saat dipindahkan terhadap resiko
mengganggu 5. Klien tidak jatuh
kesehatan. mengalami jatuh c. Kaji riwayat jatuh
saat ke kamar mandi klien dan keluarga
d. Identifikasi
b. Keseimbangan karakteristik
Kriteria Hasil : lingkungan yang
1. Mempertahankan meningkatkan
keseimbangan saat potensi jatuh
duduk tanpa e. Pantau gaya
sokongan pada berjalan,
punggung keseimbangan, dan
2. Mempertahankan tingkat kelelahan
keseimbangan dari selama ambulasi
posisi duduk ke f. Pantau
posisi berdiri kemampuan klien
3. Mempertahankan untuk berpindah
keseimbangan saat dari tempat tidur
berdiri ke kursi
4. Mempertahankan g. Gunakan teknik
keseimbangan saat yang tepat untuk
berjalan memindahkan
5. postur pasien dari dan ke
kursi, tempat tidur,
. kamar mandi, dll.
Manajemen
Lingkungan:
Keselamatan
a. Identifikasi
kebutuhan
keamanan klien
berdasarkan
fungsi fisik dan
kognitif serta
riwayat perilaku
di masa lalu
b. Identifikasi hal-
hal yang
membahayakan
dilingkungan
c. Modifikasi
lingkungan untuk
meminimalkan
bahaya
d. Gunakan
peralatan
perlindungan
(misalnya,
pengekangan,
kunci pintu,
pagar, dan
gerbang) untuk
membatasi
mobilitas fisik
atau akses pada
situasi yang
membahayakan
e. Bantu pasien saat
melakukan
perpindahan
kelingkungan
yang lebih aman.
4 Defisit perawatan a Perawatan Diri : Bantu perawatan
diri : Mandi Mandi diri
Kriteria Hasil : a. Kaji kemampuan
Definisi : 1. Klien mampu klien untuk
Hambatan masuk dan keluar menggunakan
kemampuan untuk dari kamar mandi alat bantu
melakukan atau 2. Klien mampu b. Pantau adanya
menyelesaikan mencuci badan perubahan
aktivitas mandi 3. Klien mampu kemampuan
secara mandiri. mencuci badan fungsi
4. Klien mampu c. Pantau
Batasan mengeringkan kemampuan klien
karakteristik: badan dalam melakukan
a.ketidakmampuan perawatan diri
membasuh tubuh secara mandiri
b.ketidakmampuan d. Pantau kebutuhan
mengambil klien terhadap
perlengkapan perlengkapan
mandi alat-alat mandi
c.ketidakmampuan berpakaian, dan
menjangkau makan
sumber air e. Berikan bantuan
sampai klien
mampu
melakukan
perawatan diri
f. bantu klien dalam
menerima
ketergantungan
pemenuhan
kebutuhan sehari-
hari
g. dukung
kemandirian
dalam melakukan
mandi dan hygine
mulut, bantu
klien hanya jika
di perlukan
Bantu perawatan
diri : mandi
a. kaji membran
mukosa oral dan
kebersihan tubuh
setiap hari
b. kaji kondisi kulit
saat mandi
c. Pantau kebersihan
kuku, berdasarkan
kemampuan
perawatan diri
klien
d. Berikan bantuan
sampai klien
mampu seacara
penuh untuk
melakukan
perawatan diri
e. Letakkan sabun,
handuk, deodoran,
alat cukur, dan
perawatan lainnya
di samping kamar
mandi.