Anda di halaman 1dari 6

UPAYA RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK

MENGONTROL MARAH PADA PASIEN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN

JURNAL PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir


Dalam Rangka Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh:

RIA DESINTA SARI


2016.011992

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019

1
UPAYA RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK MENGONTROL MARAH
PADA PASIEN RESIO PERILAKU KEKERASAN

Ria Desinta Sari1, Weni Hastuti2, Ika Kusuma Wardani3


1
Mahasiswa Prodi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
2
Dosen Prodi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
3
Dosen Prodi DIII Keperawatan ITS PKU Muhammadiyah Surakarta
JL.Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta

Kata Kunci Abstrak


Resiko Resiko perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
perilaku yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
kekerasan, Adapun tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan adalah marah, jengkel, bawel, muka
marah, merah, pandangan tajam, dan mata melotot. Untuk dapat mengontrol marah pada
relaksasi pasien resiko perilaku kekerasan maka bisa dilakukan latihan teknik relaksasi nafas
nafas dalam dalam. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengatur emosi dan menjaga keseimbangan
emosi, sehingga emosi marah tidak berlebihan. Dalam studi pendahuluan didapatkan 3
pasien resiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa dr.Arif Zainudin Surakarta.
Menyusun resume asuhan keperawatan jiwa dalam upaya relaksasi nafas dalam untuk
mengontrol marah pada pasien resiko perilaku kekerasan. Penelitian studi kasus ini
menggunakan desain studi kasus. Tempat di Rumah Sakit Jiwa dr.Arif Zainudin
Surakarta, waktu studi kasus bulan Januari-April 2019. Subyek studi kasus dilakukan
pada 3 pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Metode pengumpulan menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen menggunakan format asuhan
keperawatan jiwa dan standar operasional prosedur (SOP) teknik relaksasi nafas
dalam. Analisis data menggunakan perbandingan antara kasus dengan penelitian
terdahulu atau sumber lain. Sejumlah 3 responden sudah mampu melakukan latihan
relaksasi nafas dalam dan pasien terlihat tenang dan rileks. Teknik relaksasi nafas
dalam bermanfaat untuk mengontrol marah dan menciptakan rasa nyaman.

RELAXATION RELAXATION EFFORTS IN TO CONTROL ANGRY


IN PATIENT RESIO OF VIOLENCE BEHAVIOR

Keywords Abstract
Risk of Risk of violent behavior is a situation where a person takes actions that can be
violent physically harmful to both himself and others. The signs and symptoms of the risk of
behavior, violent behavior are anger, annoyance, nagging, red face, sharp eyes, and bulging
anger, deep eyes. To be able to control anger in patients at risk of violent behavior, it is possible to
breathing practice deep breathing relaxation techniques. Deep breathing relaxation techniques
relaxation can regulate emotions and maintain emotional balance, so that emotions are not
excessive anger. In the preliminary study, 3 patients were at risk of violent behavior at
the Dr. Ir. Zainudin Surakarta Mental Hospital. To develop mental nursing care
resumes in an effort to deep breathing to control anger in patients at risk of violent
behavior. This case study study uses a case study design. Place in Dr. Arif Zainudin
Surakarta Mental Hospital, time of case study from January to April 2019. Subjects of
case studies were carried out on 3 patients at risk of violent behavior. The collection
method uses observation, interviews, and documentation. The instrument uses the
mental nursing care format and standard operating procedures (SOP) in deep
breathing techniques. Data analysis uses comparisons between cases with previous
research or other sources. A total of 3 respondents were able to do deep breathing
relaxation exercises and the patient seemed calm and relaxed. Deep breathing
relaxation techniques are useful for controlling anger and creating a sense of comfort.

2
1. PENDAHULUAN emosional (seperti, ketidakberdayaan, putus asa,
Di era globalisasi ini seringkali kita dan marah), masalah pekerjaan (seperti,
jumpai masalah-masalah yang harus kita menganggur dan kehilangan pekerjaan), riwayat
hadapi, masalah tersebut biasa berasal dari upaya bunuh diri yang dilakukan berkali-kali,
berbagai faktor internal maupun faktor ide bunuh diri, rencana bunuh diri. Kedua resiko
eksternal. Tidak semua individu mempunyai perilaku kekerasan terhadap orang lain
cara sendiri untuk menyelesaikan masalahnya, contohnya memukul sesorang, menendang
tapi jika ada manusia yang tidak bisa seseorang, menggigit seseorang, kejam pada
menyelesaikan masalahnya sendiri akan hewan, riwayat penganiayaan pada anak-anak,
mengakibatkan gangguan jiwa. Adapun definisi riwayat melakukan kekerasan tak langsung
dari gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah (seperti, merobek pakaian, membanting objek
sindrom pola perilaku seseorang yang secara yang ada di dinding, berteriak, dan memecahkan
khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan jendela), riwayat menyaksikan perilaku
(distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang kekerasan dalam keluarga,
penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, Cara untuk menangani masalah perilaku
perilaku, biologik, dan gangguan itu hanya kekerasan salah satunya dengan menggunakan
terletak di dalam hubungan antara orang itu teknik relaksasi nafas dalam. Teknik relaksasi
tetapi juga dengan masyarakat (Ikhsan, 2016). nafas dapat mengatur emosi dan menjaga
Menurut data WHO (World Health keseimbangan emosi, sehingga emosi marah
Organization) pada tahun 2016, sekitar 35 juta tidak berlebihan. Penelitian yang di lakukan
orang terkena depresi, 47.5 juta terkena (Zelianti, 2011) tentang pengaruh teknik
dimensia, serta 21 juta terkena gangguan jiwa. relaksasi nafas dalam terhadap tingkat emosi
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah klien perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa
Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan januari Daerah Dr. Amino Gondohutomo Semarang,
2016, pasien yang didiagnosa perilaku menyatakan ada pengaruh yang signifikan antar
kekerasan ada 2.871 klien, Februari 1.970 klien, tenik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat
Maret 2.387 klien, April 1.973 klien, Mei 1.726 emosi klien perilaku kekerasan dengan nilai
klien, juni 1.666 klien juli 1.835 klien (Rekam p=0,000. Relaksasi nafas dalam dipercaya dapat
Medik, 2015). Salah satu masalah dari gangguan menurunkan ketegangan dan memberikan
jiwa yang menjadi penyebab dibawa ke rumah ketenangan. Relaksasi nafas dalam merangsang
sakit jiwa adalah perilaku kekerasan. tubuh untuk melepaskan opiod endogen yaitu
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan endorphin dan enkefalin. Dilepaskannya
di mana seseorang melakukan tindakan yang hormone endorphin dapat memperkuat daya
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda,
diri sendiri maupun orang lain. Sering juga di melawan penuaan, menurunkan agresifitas
sebut amuk dimana seseorang marah berespon dalam hubungan antar manusia, meningkatkan
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik semangat, daya tahan tubuh, dan kreativitas.
yang tidak terkontrol (Yosep, 2010). Penyebab Berdasarkan latar belakang di atas maka
perilaku kekerasan adalah kemarahan yang peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
dimanifestaskan dalam bentuk fisik. Kemarahan relaksasi nafas dalam untuk mengontrol marah
tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi pada klien perilaku kekerasan.
dan proses penyimpangan pesan dari individu. Bab ini akan menjelaskan asuhan
Orang yang mengalami kemarahan sebenarnya keperawatan pasien dengan resiko perilaku
ingin menyampaikan pesan bahwa ia “tidak kekerasan khususnya untuk mengontrol marah
setuju”, tersinggung, merasa tidak dianggap, dengan teknik relaksasi nafas dalam pada
dan merasa tidak dituruti atau diremehkan. tanggal 1 April 2019 di bangsal Abimanyu RSJ
Adapun tanda dan gejala perilaku dr Arif Zainudin Surakarta didapatkan data dari
kekerasan berdasarkan emosi meliputi tidak hasil wawancara dan observasi langsung. Nama
aman, rasa terganggu, marah, jengkel. Tn. E, berusia 37 tahun, pendidikan SD,
Berdasarkan intelektual meliputi bawel, pekerjaan wiraswasta, alamat Sukoharjo. Nama
berdebat, meremehkan. Berdasarkan fisik Tn. S, berusia 48 tahun, pendidikan SD,
meliputi muka merah, pandangan tajam, pekerjaan pedagang, alamat Madiun. Nama Sdr.
tekanan darah meningkat (Yusuf, 2015). A, berusia 29 tahun, pendidikan SMA,
Faktor resiko menurut NANDA-I (2012- pekerjaan Swasta, alamat Boyolali.
2014), pertama resiko perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri contohnya masalah

3
2. PENGKAJIAN kekerasan dengan cara fisik pertama yaitu
Hasil pengkajian yang dilakukan pada latihan nafas dalam.
pasien I : yaitu Tn. E (37 tahun), saat ditanya
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan Implementasi Keperawatan dan Evaluasi
mambanting piring karena sedang ada masalah Perawat telah melakukan bina hubungan
dengan istrinya, tangan mengepal saat ditanya, saling percaya kepada pasien Tn.E, Tn.S, dan
muka merah, sebelum di bawa ke RSJ. Pasien Sdr.A. Implementasi terhadap Tn.E didapat
mengatakan anggota keluarganya tidak ada repons secara subyektif pasien mengatakan
yang menderita sakit jiwa seperti pasien, pasien marahnya sedikit berkurang dan sedikit tenang,
mengatakan belum pernah dirawat di RSJ secara obyektif pasien terlihat tenang dan muka
sebelumnya. tidak merah, assessment pasien mampu
Hasil pengkajian yang dilakukan pada mengidentifikasi marah dan pasien mampu
pasien II: yaitu Tn. S (48 tahun), saat ditanya mempraktekkan teknik relaksasi nafas dalam.
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan planning perawat telah melakukan rencana
berkata kasar dan marah-marah, disebabkan tindak lanjut untuk melakukan evaluasi SP 1,
karena ada tetangga yang tidak suka, jika pasien lanjut SP 2. Pasien Tn.S secara subyektif pasien
tersebut berjualan dan banyak pembeli, mata mengatakan lebih tenang dan sudah bisa
melotot. Pasien mengatakan anggota mengendalikan marahnya, secara obyektif
keluarganya tidak ada yang menderita sakit pasien terlihat tenang dan mata tidak melotot,
jiwa. Pasien mengatakan 3 tahun yang lalu assessment pasien mampu mengidentifikasi
pernah di rawat di RSJD Surakarta. marah dan mampu mempraktekkan teknik
Hasil pengkajian yang dilakukan pada relaksasi nafas dalam, planning perawat
pasien III: yaitu Sdr. A (29 tahun), saat ditanya melakukan rencana tindak lanjut untuk evaluasi
pasien memiliki riwayat mengamuk dengan kemampuan melakukan SP 1 yaitu melatih
membanting gayung, disebabkan karena merasa relaksasi nafas dalam, lanjut SP 2
kesal, melihat kedua orang tuanya sering (mengendalikan marah dengan pukul bantal dan
berantem pasien terlihat marah saat ditanya. kasur). Pasien Sdr.A secara subyektif pasien
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya mengatakan sudah mampu melakukan teknik
tidak ada yang menderita sakit jiwa. Pasien relaksasi nafas dalam secara mandiri dan lebih
mengatakan 1 tahun yang lalu pernah dirawat di tenang, secara obyektif pasien terlihat tenang
RSJD Surakarta. dan marahnya sedikit berkurang, assessment
pasien mampu mengidentifikasi marah dan
Diagnosa Keperawatan mampu mempraktekkan teknik relaksasi nafas
Berdasarkan data subjektif dan objektif dalam, planning evaluasi kemampuan
dari ketiga pasien muncul masalah keperawatan melakukan SP 1 yaitu melatih relaksasi nafas
resiko perilaku kekerasan. dalam, lanjut SP 2 (mengendalikan marah
dengan pukul bantal dan kasur).
Intervensi Keperawatan
Intervensi untuk pasien dengan resiko 3. PEMBAHASAN
perilaku kekerasan diantaranya dengan Bab ini akan membahas upaya
melakukan strategi pelaksanaan (SP) 1 yaitu mengontrol marah dengan teknik relaksasi nafas
Membina hubungan saling percaya, dalam pasien resiko perilaku kekerasan pada
mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan asuhan keperawatan jiwa di bangsal Abimanyu
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang RSJD dr.Arif Zainudin Surakarta meliputi
dilakukan, akibat dan melatih cara pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi,
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara dan evaluasi.
fisik pertama (latihan nafas dalam). Setelah Pengkajian merupakan tahap awal dan
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x3 dasar dari proses keperawatan. Tahap
pertemuan, diharapkan pasien mampu pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
mengontrol marah. Dengan kriteria hasil wajah perumusan kebutuhan atau masalah pasien.
tenang, keadaan pasien rileks, dan dapat Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
mengidentifikasi marah. Dengan tindakan bina psikososial, dan spiritual. Hasil pengkajian Tn.E
hubungan saling percaya, mengidentifikasi didapatkan data pasien mengamuk dengan
penyebab marah, tanda dan gejala yang membanting piring, muka merah, dan tangan
dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, mengepal. Hasil pengkajian dari Tn.S
akibat dan melatih cara mengendalikan perilaku didapatkan data pasien mengamuk, mata

4
melotot, marah-marah, dan berkata kasar. Hasil lentur. Nafas dalam yaitu bentuk bentuk latihan
pengkajian dari Sdr.A didapatkan data pasien nafas yang terdiri atas pernafasan abdominal
mengamuk dengan membanting gayung, marah, (diagfragma). Teknik relaksasi nafas dalam
dan merasa sebal. Menurut Yosep (2010), tanda sebuah teknik latihan nafas yang telah lama
dan gejala resiko perilaku kekerasan adalah diperkenalkan dan dapat dipakai untuk
mengamuk, marah-marah, berkata kasar, mata menciptakan ketenangan menguragi tekanan
melotot, mata merah, dan tangan mengepal. supaya pasien nyaman (Zelianti, 2011).
Dari data ketiga pasien dapat disimpulkan Penelitian ini sebanding dengan
bahwa ketiga pasien tersebut memiliki tanda dan penelitian yang dilakukan oleh (Agung, 2013),
gejala resiko perilaku kekerasan. bahwa teknik relaksasi nafas dalam mampu
Intervensi untuk SP 1 adalah membina merangsang tubuh untuk melepaskan opoid
hubungan saling percaya, penyebab marah, endogen yaitu endorphin dan enfekalin.
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku Hormon endorphin merupakan substansi sejenis
kekerasan yang dilakukan, akibat, dan cara morfin yang berfungsi sebagai penghambat
mengendalikan marah dengan cara fisik pertama transmisi impuls ke otak. Dilepaskan hormon
(latihan teknik relaksasi nafas dalam). Bina endhorphin dapat menurunkan agresivitas
hubungan saling percaya dalam intervensi ini meningkatkan semangat, dan kreativitas. Cara
agar pasien merasa aman, nyaman saat mengontrol marah dengan cara fisik kedua yaitu
berinteraksi dengan perawat dan membantu denga pukul bantal dan kasur dimaksudkan
mempermudah kerjasama agar pasien lebih untuk memulihkan gangguan perilaku yang
kooperatif. Tindakan yang harus dilakukan terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang
dalam membina hubungan saling percaya adaptif (mampu menyesuaikan diri). Teknik ini
adalah megucapkan salam terapeutik, berjabat digunakan agar energi marah yang dialami oleh
tangan, kerahasiaan pasien tetap terjaga, pasien dapat tersalurkan dengan baik sehingga
menjelaskan tujuan interaksi, membuat kontrak tidak mencederai diri sendiri dan orang lain
waktu dan tempat setiap bertemu pasien. (Videback, 2008). Penelitian ini sebanding
Implementasi dari ketiga pasien yaitu dengan penelitian yang dilakukan oleh (Retno,
Tn.E, Tn.S, dan Sdr.A adalah dengan 2011), bahwa teknik memukul bantal dan kasur
melakukan strategi (SP) 1 pasien RPK. dapat berguna meluapkan energi marah secara
Implementasi dilakukan dengan terlebih dahulu konstruktif agar perilaku yang maladaptive
kontrak dengan pasien. Saat implementasi menjadi perilaku yang adaptif.
pasien mampu mengidentifikasi perilaku
kekerasan dan mampu melakukan teknik 4. REFERENSI
mengontrol marah dengan cara fisik nafas dalam Abdul, M. 2015. Buku Teori dan Aplikasi
dan pukul bantal. Pasien tampak kooperatif, Pendidikan Keperawatan Jiwa:
pembicaraan pelan, dan tenang. Yogyakarta
Teknik yang dapat dilakukan untuk
Damaiyanti, M & Iskandar. 2014. Asuhan
mengurangi perilaku kekerasan diantaranya
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.Refika
dengan teknik relaksasi. Teknik relaksasi
Aditama
merupakan tindakan eksternal yang
mempengaruhi tindakan internal individu. Ikhsan, N.A. 2016. Upaya Peningkatan
Contoh relaksasi yaitu biofeedback, yoga, dan Kemampuan Mengontrol Emosi dengan
latihan relaksasi nafas dalam. Relaksasi adalah Cara Fisik Pada Klien Resiko Perilaku
status hilang dari ketegangan otot rangka Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah
dimana individu mencapai melalui tenik yang dr.Arif Zainuddin Surakarta. Tugas
disengaja (Ikhsan, 2016). Kegiatan yang Akhir. Universitas Muhammadiyah
dilakukan dalam kondisi dan situasi yang rileks, Surakarta
maka hasil dan prosesnya akan optimal. Lela, Aini. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Relaksasi merupakan upaya untuk Dalam Pada Klien Resiko Perilaku
mengendurkan ketegangan jiwa. Salah satu cara Kekerasan. Jurnal Kesehatan
terapi relaksasi adalah bersifat respiratoris, yaitu Keperawatan. ISNN. Vol 9 No. 2/
dengan mengatur aktivitas nafas. Pelatihan Agustus 2018
relaksasi pernafasan dilakukan denga mengatur
mekanisme pernafasan baik tempo atau irama Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan
dan intensitas yang lebih lambat dan dalam. Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Keteraturan dalam bernafas menyebabkan otot

5
Kinandika, R. 2014. Pemberian Teknik
Relaksasi Nafas Dakam Terhadap
Penurunan Tingkat Emosi Pada Asuhan
Keperawatan Tn.F Dengan Perilaku
Kekerasan di Ruang Puntadewa Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr.Arif Zainuddin
Surakarta.Tugas Akhir.Stikes Kusuma
Husada Surakarta
Nanda I. 2012. Diagnosa Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. 2012. Metodelogi Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta
Retno, Yuli. 2011. Efektifitas Teknik Memukul
Bantal Terhadap Perubahan Status
Emosi Marah Pada Klien Skizofrenia di
Ruang Amarta Rumah Sakit Jiwa
Daerah dr.Arif Zainudin Surakarta. Tugas
Akhir. Stikes Muhammadiyah Klaten
Videbeck. 2009. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Wiramiharja. 2007. Pengantar Psikologi Klinis.
Bandung: PT Rafika Aditama
Yosep, I. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa
dan Advance Mental Health Nursing.
Bandung: PT Rafika Aditama
Yosep, I & Sutini, T. 2014. Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Rafika
Aditama
Yusuf, A. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika
Zelianti. 2011. Pengaruh Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap Tingkat Emosi
Klien Perilaku Kekerasan di Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr.Amino
Gondohutumo. Semarang: Skripsi.
Politeknik Kesehatan Denpasar

Anda mungkin juga menyukai