DI SUSUN OLEH:
BACHTIAR ADHI SETIAWAN
NIM.P21016
meluas, hal ini menyebabkan adanya stresor dalam kehidupan semakin kompleks. Peristiwa
kehidupan semakin kompleks, peristiwa kehidupan yang semakin tertekan oleh tuntutan
hidup, seperti kehilangan seseorang yang dicintai, purusnya hubungan sosial, pengangguran,
resiko penderita gangguan jiwa (sulwati, 2010). Ganggun jiwa adalah gangguan dalam cara
Gangguan jiwa merupakan perubahan pada fungsi jiwa menyebabkan adanya gangguan
tertentu pada fungsi jiwa, mengakibatkan penderita pada individu atau hambatan dalam
diperkirakan jumlah psikosis/ skizofrenia di indonesia pada tahun 2013 sekitar 26% dari 1.
728 orang penduduk di jawa tengah. Fakta menarik mengenai gangguan jiwa di indonesia
berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukan bahwa jumlah
ternyata lebih tinggi dibandingkan daerah perkotaan. Skizofrenia merupakan suatu penyakit
yang dimana kepribadian dalam diri mengalami gangguan, baik alam pikir, perbuatan dan
perasaan. Menurut dari hasil pencatatan jumlah penderita gangguan jiwa di RSJD Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah pada thun 2018-2019 sebanyak 2557 orang.
Salah satu diagnosa dari gangguan jiwa yaitu resiko perilaku kekerasan, perilaku
kekerasan merupakan perilaku yang dapat menciderai diri sendiri dan dapat melakukan
tindakan yang dapat berbahaya (Pujiastuti & NS, 2016). Beberapa faktor yang dapat
berpengaruh dalam perilaku kekerasan pada individu yaitu ketika keinginan tidak tercapai,
mekanisme koping masa lalu tidak menyenangkan, perasaan frustasi, tindakan KDRT dan
faktor lingkungan memiliki pengaruh terhadap RPK. Berdasarkan data pasien yang
diperoleh di Indonesia pada tahun 2019 mecatat rata-rata pasien rawat inap di RSJD atma
Husada Mahakam mengalami 38% perilaku kekerasan, 5% harga diri rendah, 2 % waham,
15% isolasi sosial, 30% halusinasi dan 10% mengalami defisit perawatan diri (Nisa,
Fitriani, & Ibrahim, 2014). Berdasarkan Riskesdas 2018, didapatkan estimasi prevalensi
orang yang pernah menderita psikosis di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.
Prevalensi antar provinsi berkisar 0.9 sampai 3.5 per 1000 penduduk. Adapun faktor
predisposisi pasien resiko perilaku kekerasan sebagian besar responden menyatakan tidak
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pernah dirawat sebelumnya, sering
terhadap pengobatan (Livana & Suerni, 2019). Respons perilaku kekerasan mayoritas secara
kognitif berupa perubahan isi pikir dan menyalahkan orang lain, respons afektif berupa
perasaan tidak nyaman, respons fisiolofis berupa pandangan tajam dan tangan mengepal,
respons perilaku berupa memukul benda/ orang dan agresif, respons sosial berupa sering
Metode pengobatan yang dapat dilakukan untuk proses penyembuhan yaitu obat-
obatan farmakologi dan terapi non-farmakologi. Terapi non-farmakologi anatara lain seperti
tarik nafas dalam, latihan verbal, latihan pukul bantal dan minum obat secara teratur dan
mindfulness spiritual. Mindfulness yaitu salah satu terapi yang baik untuk menjaga kesehatan
mental. Mindfulnes adalah bentuk perhatian penuh pada saat ini pada lingkungan dan
aktivitas sekitarnya. Mindfulness adalah kondisi seseorang yang memiliki kesadaran dengan
penuh perhatian pada apa yang terjadi saat ini tanpa terganggu oleh pikiran apapun dan
mampu fokus pada moment saat ini. Mindfulness memiliki tujuan untuk membantu seseorang
mengontrol pikiran dan membantu upaya menerima kenyataan yang ada (Mchugh dan Wood,
2013). Mindfulness dapat dipakai untuk mengatasi masalah psikologis dan fisik. Penelitian
aspek emosi, perilaku dan kognitif. Terapi mindfulness mampu mengontrol atau
mengendalikan emosi (Anggraini & Khotijah, 2023). Terapi Mindfulness diterapkan karena
memiliki pengaruh yang positif terhadap pasien gangguan jiwa. Hal itu dibuktikan dengan
menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “asuhan keperawatan jiwa pada pasien skizofrenia
dengan resiko perilaku kekerasan dengan intervensi mindfulness sepiritual metode stop”.
1. Bagi penulis
studi kasus.
sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainya dalam melakukan asuhan
pada pasien prilaku kekerasan dan meningkatkan pelayanan mutu Rumah Sakit
Jiwa.
Diharapkan penulis karya tulis ilmiah ini dapat menambahkan refrensi ilmu
5. Bagi Penulis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
memiliki resiko untuk melukai seseorang baik fisik maupun psikologis, dengan gejala
prilaku kekerasan yang salah satunya di ungkapkan melalui kemarahan (Nuriza dkk,
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
dengan melakukan ancaman mencedrai orang lain, dan atau merusak lingkungan.
Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor. Respon ini dapat
menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (Keliat,
2. Etiologic
Menurut Afnuhazi, 2015 dalam putrid kk, 2018. Faktor penyebab terjadinya
a. Faktor Predisposisi
1). Psikologis
Terjadi karena akumulasi frustasi hal ini dapat terjadi ketika keinginan
individu terhadap sesuatu tidak tercapai maupun terhambat. Hal ini yang dapat
2). Prilaku
b. Faktor Presipitasi
orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus
yang lain. Interaksi yang profokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku
3. Manifestasi Klinis
a. Data Subjectif :
4). Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang dilakukan oleh pasien
b. Data Objectif
1). Ada tanda atau jejeas prilaku kekerasan pada anggota tubuh
4. Mekanisme Koping
kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena ada ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri
antara lain :
objek lain seperti memeras adonan kue, meninju tembok dan sebagainya.
alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya
yang tidak disukai. Tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterima sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk
oleh tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekan dan akhirnya dapat
melupakan.
pada objek yang tidak begitu berbahya seperti yang pada mulanya
temannya.
a. Respon adaptif
1). Asertif adalah mengemukakan pendapat atau mendeskripsikan rasa tidak
senang atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara dan tidak akan
2).Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal atau terhambatn dalam
b. Respon transisi
Pasif adalah respon hanya diam dan merasa tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami dan tidak mampu mengungkapkan perasaan sebagai hak –
1). Agresif adalah suatu perilaku yang menyertai rasa marah dorongan mental
yaitu:
a. Agresif pasif adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendedam, keras
kekerasan.
2). Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan
control diri. Individu tersebut dapat merusak diri sendiri, orang lain atau
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
(Dermawan, 2012).
a. Identitas Klien
yang disukai.
c. Faktor Prediposisi
e. Pemeriksaan fisik
f. Psikososial
1). Genogram
dan pola asuh. Pada klien dengan perilaku kekerasan perlu dikaji
Deden, 2013).
a). Gambaran Diri (Citra tubuh)
3).Hubungan sosial
4).Sepiritual
menjalankan keyakinan.
1). Penampilan
2). Pembicaraan
mondarmandir.
dengan kasar.
tidak menyadarinya.
9) Isi pikir
11) Memori
lainnya.
2. Diagnosis Keperawatan
b. Perilaku kekerasan
3. Rencana Keperawatan
1) Tujuan
a) Kognitif
kekerasan
perilaku kekerasan
b) Psikomotor
jalanjalan
(2) Klien mampu berbicara dengan baik mengungkapkan,
(4) Patuh minum obat (benar nama, benar obat, benar dosis,
c) Afektif
2) Intervensi Keperawatan
dan jalan-jalan
sebagai berikut :
1) Tujuan
a) Kognitif
yang dimiliki
b) Psikomotor
dimiliki
tua
2) Intervensi keperawatan
dapat dilakukan
ingin dilakukan
dengan baik
e) Bantu klien membuat jadwal latihan untuk
membudayakan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
evaluasi yang dapat dilakukan untuk menilai respon verbal dan non
ditunjukkan oleh.
SOAP :
respon pasien.
2.1.3 Mindfulness
Mindfulness yaitu salah satu terapi yang baik untuk menjaga kesehatan
mental. Mindfulnes adalah bentuk perhatian penuh pada saat ini pada
yang emeiliki kesaran dengan penuh perhatian pada apa yang terjadi saat ini
tanpa terganggu oleh pikiran apapun dan mampu fokus pada moment saat ini.
2. Tujuan Mindfulness
3. Manfaat Mindfulness
pretest dengan menyebar kuesioner, setelah itu data dihitung dulu, setelah
dalam sehari terapi diberikan 3 kali, tahapan terapi mindfulness stop yang
pertama yaitu Stop: berhenti sementara dari apa yang kita pikirkan atau
mengobservasi diri kita saat ini meliputi apa yang kita pikirkan (misal:
saya sangat lelah bekerja) dan emosi (misal: saya sangat marah, saya
intropeksi diri dan refleksi diri sampai merasa lepas. Setelah 3 hari pasien
Menurut (Suerni & Livana, 2019), hal – hal yang perlu diperhatikan
a. Persiapan
sepatu.
3). Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang sifatnya
mengikat ketat.
b. Fase orientasi
a) Memberi salam
b) Memperkenalkan diri
3) Melakukan kontrak
c. Fase kerja
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu one group pretest-
e. Fase terminasi
1) Evaluasi
melakukan latihan
Kerangka konsep merupakan bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai
BAB III
Studi kasus ini meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus yang terdiri dari satu
unit tunggal. Unit yang menjadi masalah di analisa secara mendalam baik dari segi yang
berhubungan dengan kasus itu sendiri, factor resiko yang mempengaruhi, kejadian yang
berhubungan dengan kasus maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu
perlakuan (Setiadi, 2013). Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan
Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti (Notoadmodjo,
2019). Subjek yang digunakan adalah satu orang pasien dengan resiko perilaku kekerasan
Fokus penelitian adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan titik acuan
penelitian (Notoadmodjo,2019). Fokus utama dalam studi kasus ini adalah mengontrol
kemungkinan melakukan tindakan yang dapat mencederai diri sendiri, orang lain
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan. Peneliti akan mengukur gejala resiko perilaku kekerasan
pada pasien dengan menggunakan lembar kuesioner atau lembar evaluasi gejala
resiko perilaku kekerasan yang diambil dari jurnal keperawatan Nuriza Choirul
Fhadilah tahun 2017. Evaluasi gejala resiko perilaku kekerasan tersebut akan
Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu one group pretest-posttest,
dengan mengukur penurunan tanda gejala resiko perilaku kekerasan pada pasien
digunakan penulis sebagai alat pengumpulan data adalah lembar evaluasi tanda
gejala resiko perilaku kekerasan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien
data pada penelitian ini yang pertama menyiapkan data dengan melakukan pretest
dengan menyebar kuesioner, setelah itu data dihitung dulu, setelah itu diberikan
perlakunan berupa terapi mindfulness stop selama 3 hari dalam sehari terapi
diberikan 3 kali, tahapan terapi mindfulness stop yang pertama yaitu Stop: berhenti
sementara dari apa yang kita pikirkan atau lakukan,tarik nafas panjang dan
pelan
(Notoadmodjo,2010).
3.5.2 Waktu pengambilan data studi kasus akan dilaksanakan pada Februari 2024 Lama
3.6.1 Wawancara
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut dengan
dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan
antara perawat dengan klien. Wawancara studi kasus ini dapat dilakukan dengan
3.6.2 Observasi
kepada klien untuk mencari perubahan hal-hal yang akan di teliti. Studi kasus ini
kekerasan.
3.6.3 Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengambil data
yang berasal dari dokumentasi asli dapat berupa informasi, gambar, table atau
Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian
yang telah dilakukan agar data yang telah dikumpulkan dapat dipahami dan dianalisis
Penyajian data pada studi kasus ini disajikan dalam dokumentasi laporan asuhan
penelitian terdiri dari informed consent (persetujuan sebelum melakukaan penelitian untuk
Informed Concent adalah penyampaian ide dan isi penting peneliti kepada calon
subyek. Tujuan informed concent adalah agar responden mengerti maksud dari tujuan
penelitian serta mengetahui dampaknya. Beberapa yang harus ada di dalam informed
concent adalah partisipan, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
responden pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
Salah satu dasar etika keperawatan adalah kerahasiaan. Tujuan kerahasiaan ini
adalah untuk memberikan jaminan kerahasiaan hasil dari penelitian, baik dari