Anda di halaman 1dari 29

PROPOSAL

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK RISIKO PERILAKU


KEKERASAN DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT JIWA
MUTIARA SUKMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

OLEH

1. DEDE WIDYA NINGSIH 7. NURUL DIAH ANGGRIANI


2. DIANA NOVITAS 8. SUMIATI ANGGRIATI
3. DINA YULIANA 9. TSABITUL ISMI
4. DITA ARDIANA 10. YENI SAFITRI
5. IKA CANDRA ULA 11. MASAYU LAELA NUR FITRIA
6. NURHIDAYAH 12. SELLY KRIMAWATI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS MATARAM
2022/2023
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
RISIKO PERILAKU KEKERASAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
STIMULASI PERSEPSI: RISIKO PERILAKU KEKERASAN

 1. Latar Belakang


Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang ditandai
dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas, resiko perilaku kekerasan (RPK), afek
tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede, 2020). Skizofrenia merupakan gangguan mental
berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang diseluruh dunia (WHO,2019). Di Indonesia
berdasarkan hasil Riskesdes (2018) didapatkan estimasi orevalensi orang yang pernah
menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.Skizofrenia menimbulkan
distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku sehingga pasien dengan skizofrenia
memiliki resiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana perubahan perilaku secara dramatis
terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien skizoprenia sering dikaitkan dengan perilaku
kekerasan (Wehring & Carpenter, 2011) yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang
lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan sekitarnya, baik secara fisik, emosional,
seksual, dan verbal (Baradero, 2016; Sutejo,2018).
Berdasarkan data nasional Indonesia tahun 2017 dengan resiko perilaku kekerasan
sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa angka kejadian
resiko perilaku kekerasan sangatlah tinggi. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang
mengalami resiko perilaku kekerasan adalah dapat mencederai diri, orang lain dan
lingkungan. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku
kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa
amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak
ditangani dengan baik maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol,
risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungan, sehingga adapun upaya-
upaya penanganan perilaku kekerasan yaitu perlunya terapi aktivitas kelompok dalam
mengatasi strees termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang dapat
menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik.
Hasil rekapan rumah sakit jiwa mutiara sukma empat bulan terakhir pada tahun 2022
data tertinggi yaitu resiko perilaku kekerasan sebanyak 84 orang, halusinasi 82 orang, waham
2 orang, isolasi social 3 orang, resiko bunuh diri 4 orang, defisit perawatan diri 16 orang dan
harga diri rendah 4 orang. Berdasarkan hasil observasi selama 4 hari praktik di ruang melati
dari sebagian besar pasien dengan masa keperawatan resiko perilaku kekerasan (RPK) dari 11
pasien di ruang melati yang mengalami resiko perilaku kekerasan (RPK) sebanyak 8 orang.
Dari hasil data diatas kami mahasiswa profesi STIKES YARSI MATARAM akan melakukan
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) tentang resiko perilaku kekerasan (RPK).
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat lebih mengenal dan menerapkan stategi
pelaksanaan resiko perilaku kekerasan.
b. Tujuan Khusus
a) Klien dapat mengenal perilaku kekerasan, penyebab, dan tanda gejala risiko perilaku
kekerasan.
b) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 dan fisik 2.
c) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal.
d) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual.
e) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan dengan cara minum obat.
3. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan dengan
melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat merusak
lingkungan sekitar. Tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada
fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek fisik tekanan darah
meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah tersinggung, marah, amuk serta
dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain (Pardede, Siregar & Hulu, 2020).
4. Tanda dan Gejala Risiko Perilaku Kekerasan
Menurut Pardede (2020), tanda dan gejala dengan perilaku yang ditampilkan
Data Subjektif :
a. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah
b. Keinginan untuk melukai diri sendiri,orang lain dan lingkungan
c. Klien suka membentak dan menyerang orang lain
Data Objektif :
a. Mata melotot/ pandangan tajam
b. Tangan mengepal dan Rahang mengatup
c. Wajah memerah
d. Postur tubuh kaku
e. Bicara kasar, ketus
f. Amuk/agresif
g. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/ oranglain
5. Hubungan Skizoprenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan
Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang memengaruhi berbagai area
fungsi individu, termasuk berpikir, berkomunikasi, menerima, Menginterpretasi kan realitas,
merasakan dan menunjukkan emosi (Pardede, dkk 2016). Skizofrenia merupakan gangguan
kejiwaan dan kondisi medis yang mempengaruhi fungsi otak manusia, mempengaruhi fungsi
normal kognitif, mempengaruhi emosional dan tingkah laku (Depkes RI, 2015). Skizofrenia
menimbulkan distorsi pikiran sehingga pikiran itu menjadi sangat aneh, juga distorsi persepsi,
emosi, dan tingkah laku yang dapat mengarah ke risiko perilaku kekerasan yang dapat
berbahaya dengan diri sendiri maupun orang lain sekitar (Pardede, 2020).
6. Terapi Aktivitas Kelompok
Pengertian Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan suatu terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan
untuk didiskusikan dalam kelompok. Dalam hal ini klien dilatih untuk mempersepsikan
stimulus dari luar secara nyata, terapini bisa digunakan pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan (Prabowo, 2014). TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai latihan mempresepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan tiap sesi.
Dengan proses ini, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulasi dalam kehidupan
menjadi adaptif. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan (Prabowo, 2014).
Tujuan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi Menurut Muhith (2015), tujuan
umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien risiko perilaku kekerasan
adalah pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan tujuan
khususnya adalah :
1) Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukannya.
2) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melaui interaksi social.
4) Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan spiritual yang biasa
dilakukannya.
5) Klien dapat mencegah perilaku kekerasan dengan cara patuh minum obat
Menurut Dermawan & Rusdi (2013), aktivitas yang dilakukan dalam empat sesi yang
bertujuan untuk melatih pasien mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Pasien yang diindikasikan mendapatkan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah
pasien yang berisiko melakukan perilaku kekerasan. Terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan dibagi menjadi empat sesi, antara lain:
1) Sesi 1 : mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2) Sesi 2 : mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik
3) Sesi 3 : mengendalikan perilaku kekerasan secara asertif/verbal
4) Sesi 4 : mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual
5) Sesi 5 : mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat
7. Metode Terapi aktifitas kelompok (TAK)
Metode yang digunakan pada terapi aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
1) Perkenalan diri pada seluruh perawat
2) Menanyakan perasaan klien pada saat terapi berjalan
8. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jumat, 24 Februari 2023
Jam : 09.30 Wita-selesai
Tempat : Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi NTB
9. Klien dan Ruangan
Klien yang mengikuti kegiatan berjumlah 10 pasien di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa
Mutiara Sukma Provinsi Nusa Tenggara Barat:
1) Seyus
2) Indra
3) Asrol Fahmi
4) Jalaludin
5) Nazi
6) Jumisah
7) Hendra Yadi
8) Khaerul Anwar
9) Sukandi
Cadangan:
1) Zulkifli
2) Nengah landep
3) Sahnum
10. Metode Therapy Aktifitas Kelompok.
Metode yang digunakan pada therapy aktifitas kelompok (TAK) ini adalah metode:
Diskusi dan tanya jawab. Kegiatan TAK menggunakan sistem Sesi yang dibagi
menjadi empat sesi.
a. Tata Tertib dan Program Antisipasi
1)   Tata Tertib
2)   Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK.
3)   Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
4)   Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
5)   Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK) berlangsung.
6)  Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
7) Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
8) Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
9) Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK belum selesai, maka
pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada
anggota.
b. Program Antisipasi
Ada beberapa langkah yanga dapat diambil dalam mengantisipasi kemungkinan yang akan
terjadi pada pelaksanaan TAK. Langkah-langkah yang diambil dalam program antisipasi
masalah adalah:
1) Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata tertib yang
telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu dan bila masih
tidak cooperative maka dikeluarkan dari kegiatan.
2) Bila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan kepada
anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan.

c. Penutup
Demikian proposal ini kami buat, atas perhatian dan dukungan serta partisipasinya dalam
kegiatan ini kami ucapkan terimakasih.
11. Setting Tempat
1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran
2) Ruangan yang nyaman

12. Media dan Alat


1) Handphone
2) Music/lagu
3) Bola
4) Kartu nama/name tage
5) Buku catatan dan pulpen
6) Jadwal kegiatan pasien
13.Uraian Tugas Pelaksana
a. Leader
Tugas :
1.     Memimpin jalannya therapy aktifitas kelompok.
2.     Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya therapy.
3.     Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
4.     Memimpin diskusi kelompok.
b. Co. Leader
Tugas :
1.     Membuka acara.
2.     Mendampingi leader
3.     Mengambil alih posisi leader jika leader bloking.
4.     Menyerahkan kembali posisi kepada leader.
5.     Menutup acara diskusi.
c. Fasilitator
Tugas :
1.    Ikut serta dalam kegiatan kelompok.
2.    Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalannya therapy.
d. Observer
Tugas :
1. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
2. Mengawasi jalannya aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga penutupan.
14. Antisipasi Masalah
1) Sebelum kegiatan dilaksanakan, perawat memberi kesempatan kepada setiap peserta
untuk BAB dan BAK
2) Fasilitator memotivasi peserta yang tidak berpartisipasi
3) Menjaga pintu keluar unuk mengantisipasi klien melarikan diri dari tempat kegiatan
15. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader memperkenalkan
diri dan tim terapis lainnya.
b. Evaluasi/Vasilidasi Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan
b) Menjelaskan aturan main yaitu :
 Berkenalan dengan anggota kelompok
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada
pemimpin TAK
 Lama Kegiatan 45 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
a. Seluruh klien dibuat berbentuk lingkaran
b. Hidupkan musik dan edarkan bola berlawanan dengan arah jarum jam
c. Pada saat tape dimatikan, anggota kelompok yang memegang bola, mendapat giliran
untuk perkenalan dengan anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara:
a) Memberi salam
b) Menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobby.
c) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Putar musik, dan klien kembali edarkan bola, ketika musik berhenti, klien yang
memegang bola, kembali memperagakan point c dan d.
4. Tahap Terminasi
a. Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama kelompok
b. Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK
c. Fasilitator membagikan Snack
d. Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering bersosialisasi, selalu
bekerjasama, dan memasukkan kegiatan mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan ke
dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e. Observer mengumumkan pemenang
f. Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
5. Evaluasi
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b. Kerja sama klien dalam kegiatan
c. Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
SESI 1 Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
1) Tujuan :
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda dangejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilakukekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan
2) Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah
a. Klien dengan riwayat skizofrenia dengan disertai gangguan persepsi sensori risiko perilaku
kekerasan.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk dalam
keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama(cooperative).
3) Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab.
b. Bermain peran atau simulasi.
4) Susunan pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi yang telah
disepakati, sebagai berikut :
a. Leader             : Tsabitul Ismi
b. Co. Leader      : Dita Ardiana
c. Fasilitator 1     : Dede Widya
d. Fasilitator 2     : Nurhidayah
e. Fasilitator 3     : Diana Novita
f. Fasilitator 4   : Nurul Diah Anggriani
g. Fasilitator 4  : Yeni Safitri
h. Fasilitator 5    : Selly Krimawati
i. Fasilitator 6    : Ika Candra Ula
j. Fasilitator 7     : Sumiati Anggriati
g. Fasilitator 8  : Dina Yuliana
h. Observer         : Masayu Laela Nur Fitria
5) Langkah kegiatan :

1. Persiapan
a. Memilih klien perilaku kekerasan yang sudah kooperatif
b. Membuat kontak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1. Salam dari terapis kepada klien
2. Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
b. Evaluasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini
2. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Kontak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
2. Menjelaskan aturan main berikut
- Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada
terapis.
- Lama kegiatan 20 menit
- Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah.
1) Tanyakan pengalaman tiap klien
2) Tulis kertas observasi
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpaparoleh penyebab
marah sebelum perilaku kerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tandadan gejala)
2) Tulis kertas observasi
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak
lingkungan, mencederai/memukul orang lain,memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah
2) Tulis kertas observasi
d. Membantu klien memilih salah satu perilaku kekerasan yang paling sering
dilakukan untuk diperagakan
e. Melakukan bermain peran/ simulasi untuk perilaku kekerasan yangtidak berbahaya
(terapis sebagai sumber penyebab dan klien yangmelakukan perilaku kekerasan).
f. Menanyakan perasaan klien setelah selesai bermain peran /simulasi.
g. Mendiskusikan dampak/akibat perilaku kekerasan
1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan.
2) Tulis kertas observasi
h. Memberikan reinforcement pada peran serta klien.
i. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat.
j. Beri kesimpulan penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan danakibat perilaku
kekerasan.
k. Menanyakan kesediaan klien untuk memepelajari cara baru yangsehat menghadapi
kemarahan.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah,
yaitu tanda dan gejala; perilaku kekerasan yang terjadiserta akibat perilaku
kekerasan.
2) Menganjurkan klien mengingat penyebab tanda dan gejala perilaku
kekerasan dan akibat yang belum diceritakan.
c. Kontrak yang akan dating
1) Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku
kekerasan
2) Menyepakati waktu da TAK berikutnya

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung pada tahap kerja. Aspek yang
dievalusi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi
persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui
penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan
akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut.

Memberi Tanggapan Tentang


No Nama Klien Penyebab Tanda Perilaku Akibat PK
PK Gejala Kekerasa
PK n

Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku
kekerasan, tanda dan gejala dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan akibat
perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh: klien mengikuti sesi 1, TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan. Klien mampu menyebut penyebab perilaku kekerasannya
(disalahkan atau tidak diberu uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan
(gregetan dan deg-dean), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja),
akiabat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa).
SESI 2 Mengendalikan Perilaku Kekerasan Secara Fisik
1) Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
Tujuan : Klien mampu menangani risiko perilaku kekerasan yang dialaminya secara fisik
2) Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah
a. Klien dengan riwayat skizofrenia dengan disertai gangguan persepsi sensori risiko perilaku
kekerasan.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk dalam
keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama(cooperative).
3) Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab.
b. Bermain peran atau simulasi.
4) Susunan pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap sesi yang telah
disepakati, sebagai berikut :
a. Leader             : Nurul Diah Anggriani
b. Co. Leader      : Diana Novita
c. Fasilitator 1     : Tsabitul Ismi
d. Fasilitator 2     : Dede Widya
e. Fasilitator 3     : Nurhidayah
f. Fasilitator 4   : Ika Candra Ula
g. Fasilitator 4  : Yeni Safitri
h. Fasilitator 5    : Masayu Laela Nur Fitria
i. Fasilitator 6    : Sumiati Anggriati
j. Fasilitator 7     : Dita Ardiana
g. Fasilitator 8  : Dina Yuliana
h. Observer         : Selly Krimawati
5) Mekanisme Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2. Orientasi
a. Salam teraupetik Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader memperkenalkan
diri dan tim terapis lainnya.
b. Evaluasi/Vasilidasi Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan
b) Menjelaskan aturan main yaitu :
 Berkenalan dengan anggota kelompok
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada
pemimpin TAK
 Lama Kegiatan 20 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap Kerja
(1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
(2) Terapis meminta klien menceritakan alasan marah, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi. Mulai dari klien yang sebelah kanan,
secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran.
(3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
(4) Demonstrasikan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan secara fisik dengan tarik
nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal atau kasur.
4. Tahap Terminasi
a. Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama kelompok
b. Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK
c. Fasilitator membagikan Snack
d. Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering bersosialisasi, selalu
bekerjasama, dan memasukkan kegiatan mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan ke
dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e. Observer mengumumkan pemenang
f. Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
5. Evaluasi
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b. Kerja sama klien dalam kegiatan
c. Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
Sesi 2
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No Nama klien Mempraktikan cara fisik Mempraktikan cara fisik
yang pertama yang kedua

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klie yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu.

SESI 3 Mengendalikan Perilaku Kekerasan Secara Asertif atau Verbal


1) Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
Tujuan : Klien mampu mempraktikkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan secara verbal.
2) Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah
a. Klien dengan riwayat skizofrenia dengan disertai gangguan persepsi sensori risiko perilaku
kekerasan.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk dalam
keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama(cooperative).
3) Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab.
b. Bermain peran atau simulasi.
4) Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah
disepakati. Sebagai berikut :
a. Leader             : Sumiati Anggriati
b. Co. Leader      : Nurhidayah
c. Fasilitator  1     : Dita Ardiana
d. Fasilitator 2 : Dede Widya
e. Fasilitator 3     : Tsabitul Ismi
g. Fasilitator 4     : Diana Novita
h. Fasilitator 5    : Selly Krimawati
i. Fasilitator 6    : Ika Candra Ula
j. Fasilitator 7     : Sumiati Anggriati
k. Fasilitator 8  : Masayu Laela Nur Fitria
l. Observer         : Dede Widya Ningsih
5) Mekanisme Kegiatan
1) Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2) Orientasi
a. Salam teraupetik Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader memperkenalkan
diri dan tim terapis lainnya.
b. Evaluasi/Vasilidasi Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan
b) Menjelaskan aturan main yaitu :
 Berkenalan dengan anggota kelompok
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada
pemimpin TAK
 Lama Kegiatan 20 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap Kerja
(1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
(2) Terapis meminta klien menceritakan alasan marah, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi. Mulai dari klien yang sebelah kanan,
secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran.
(3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
(4) Demonstrasikan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan secara verbal : katakan
bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
4) Tahap Terminasi
a. Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama kelompok
b. Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK
c. Fasilitator membagikan Snack
d. Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering bersosialisasi, selalu
bekerjasama, dan memasukkan kegiatan mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan ke
dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e. Observer mengumumkan pemenang
f. Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
6. Evaluasi
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b. Kerja sama klien dalam kegiatan
c. Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
Sesi 3: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan sosial
No Nama klien Memperagakan cara Memperagakan cara Memperagakan cara
meminta tanpa paksa menolak yang baik mengungkapkan
kekerasan yang baik

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klie yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mempraktikan dua cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu.

SESI 4 Mengendalikan Perilaku Kekerasan Secara Spiritual


1) Tujuan Therapy Aktivitas Kelompok
Tujuan : Klien mampu mempraktikkan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan secara
spiritual
2) Kriteria Anggota
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktifitas kelompok ini adalah
a. Klien dengan riwayat skizofrenia dengan disertai gangguan persepsi sensori risiko perilaku
kekerasan.
b. Klien yang mengikuti TAK ini tidak mengalami perilaku agresif atau mengamuk dalam
keadaan tenang.
c. Klien dapat diajak kerjasama(cooperative).
3) Metode
a. Diskusi dan Tanya jawab.
b. Bermain peran atau simulasi.
4) Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah
disepakati. Sebagai berikut :
a. Leader             : Masayu Laela Nur Fitria
b. Co. Leader      : Dede Widya
c. Fasilitator  1     : Dita Ardiana
d. Fasilitator 2 : Tsabitul Ismi
e. Fasilitator 3     : Sumiati Anggriati
g. Fasilitator 4     : Diana Novita
h. Fasilitator 5    : Selly Krimawati
i. Fasilitator 6    : Ika Candra Ula
j. Fasilitator 7     : Sumiati Anggriati
k. Fasilitator 8  : Nurhidayah
l. Observer         : Diana Novita

5) Mekanisme Kegiatan
1) Persiapan
a. Membuat kontrak dengan anggota kelompok
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuaan
2) Orientasi
a. Salam teraupetik Salam dari leader kepada klien. Leader/Co Leader memperkenalkan
diri dan tim terapis lainnya.
b. Evaluasi/Vasilidasi Leader menanyakan perasaan dan keadaan klien saat ini.
c. Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan
b) Menjelaskan aturan main yaitu :
 Berkenalan dengan anggota kelompok
 Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus minta izin pada
pemimpin TAK
 Lama Kegiatan 20 menit
 Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3) Tahap Kerja
(1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
(2) Terapis meminta klien menceritakan alasan marah, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi. Mulai dari klien yang sebelah kanan,
secara berurutan sampai semua klien mendapat giliran.
(3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
(4) Demonstrasikan cara mengatasi risiko perilaku kekerasan secara spiritual : berdoa,
sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.
4) Tahap Terminasi
a. Leader atau Co.Leader memberikan pujian atas keberhasilan dan kerjasama kelompok
b. Leader atau Co.Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti kegiatan TAK
c. Fasilitator membagikan Snack
d. Leader atau Co.Leader menganjurkan klien untuk sering bersosialisasi, selalu
bekerjasama, dan memasukkan kegiatan mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan ke
dalam kegiatan harian sebanyak 2x1.
e. Observer mengumumkan pemenang
f. Fasilitator membagikan hadiah kepada pemenang
3. Evaluasi
a. Klien mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan
b. Kerja sama klien dalam kegiatan
c. Klien merasa senang selama mengikuti kegiatan
Sesi 4: TAK
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan secara Spiritual
No Nama Memperaktikkan Kegiatan Memperaktikkan Kegiatan
Klien Ibadah Pertama Ibadah Kedua

Petunjuk :
1. Tulis nama panggilan klie yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk setiap klien, beri penilaian akan kemampuan mempraktikan pencegahan perilaku
kekerasan secara social: meminta tanpa paksa, menolak dengan baik, mengungkapkan
kekesalan dengan baik. Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak mampu.

SESI 5: Mencegah Perilaku Kekerasan dengan Patuh Mengkonsumsi Obat


1) Tujuan :
1. Umum Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh
mengkonsumsi obat.
2. Khusus :
a. Klien dapat menyebutkan keuntungan patuh minum obat.
b. Klien dapat menyebutkan akibat/kerugian tidak patuh minum obat.
c. Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat.
2) Metode:
1. Dinamika kelompok
2. Diskusi dan tanya jawab
3) Susunan Pelaksana
Yang bertugas dalam TAK kali ini disesuaikan dengan petugas setiap Sesi yang telah
disepakati. Sebagai berikut :
a. Leader             : Ika Candra Ula
b. Co. Leader      : Dina Yuliana
c. Fasilitator  1     : Dita Ardiana
d. Fasilitator 2 : Tsabitul Ismi
e. Fasilitator 3     : Dede Widya
g. Fasilitator 4     : Diana Novita
h. Fasilitator 5    : Selly Krimawati
i. Fasilitator 6    : Masayu Laela Nur Fitria
j. Fasilitator 7     : Sumiati Anggriati
k. Fasilitator 8  : Nurhidayah
l. Observer         : Diana Novita
4) Langkah kegiatan :
A. Langkah kegiatan :
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah ikut Sesi 4
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada klien
2) Klien dan terapis pakai papan nama
b. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini.
2) Menanyakan apakah ada penyebab marah, tanda dan gejala marah, serta
perilaku kekerasan.
3) Tanyakan apakah kegiatan fisik, interaksi social yang asertif dan kegiatan
ibadah untuk mencegah perilaku kekerasan sudah dilakukan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu patuh minum obat untuk mencegah
perilaku kekerasan.
2) Menjelaskan aturan main berikut:
a. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin
kepada terapis
b. Lama kegiatan 20 menit.
c. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
a. Mendiskusikan macam obat yang yang dimakan klien : nama dan warna
(upayakan tiap klien menyampaikan)
b. Mendiskusikan waktu minum obat yang biasa dilakukan klien.
c. Tuliskan di lembar observer hasil a dan b.
d. Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum
obat, benar orang yang minum obat, benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Menjelaskan tentang prinsip 5 benar dan meminta klien menyebutkan lima
benar cara minum obat, secara bergiliran.
f. Berikan pujian pada klien yang benar.
g. Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat di lembar observer)
h. Mendiskusikan peranan klien jika teratur minum obat (catat di lembar
observer).
i. Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah
perilaku kekerasan/kambuh.
j. Menjelaskan akibat/kerugian jika tidak patuh minum obat, yaitu kejadian
perilaku kekerasan/kambuh.
k. Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian
tidak patuh minum obat.
l. Member pujian setiap kali klien benar.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menyanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Menanyakan jumlah cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah
dipelajari.
3) Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.
b. Tindak lanjut
1) Menganjurkan klien menggunakan kegiatan fisik, interaksi social asertif,
kegiatan ibadah, dan patuh minum obat untuk mencegah perilaku
kekerasan.
2) Memasukkan minum obat dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak yang akan datang
Mengakhiri pertemuan untuk TAK perilaku kekerasan, dan disepakati jika klien
perlu TAK yang lain.

Evaluasi dan Dokumentasi


Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi
perilaku kekerasan sesi 5, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat. dan akibat tidak patuh minum obat. Formulir evaluasi
sebagai berikut:

No Nama klien Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan akibat tidak


lima benar obat keuntungan patuh minum obat
minum minum obat

Petunjuk
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan menyebutkan lima benar cara
minum obat, keuntungan minum obat, dan akibat tidak patuh minum obat. Beri tanda
v jika klien mampu dan tanda x jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien pada cartatan proses keperawatan tiap
klien. Contoh: klien mengikuti sesi 5, TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu
menyebutkan lima benar cara minum obat, belum dapat menyebutkan keuntungan minum obat
dan akibat tidak minum obat. Anjurkan klien mempraktikan lima benar cara minum obat, bantu
klien merasakan keuntungan minum obat, dan akibat tidak minum obat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Muhith (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Ansi Offest
Ariandy, W., dkk .(2018).Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Berhubungan dengan
Kemampuan pasien dalam Mengontrol Resiko Perilaku Kekerasan (RPK). jurnal
keperawatan aisyiyah.14 (1).83-90
Depkes, R.I., (2015) Hasil Riskesdas 2015 Departemen Kesehatan Republik Indonesia
http://www.depkes .go.id/resource/download/general
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing Keliat,
Budi Anna., Akemat. (2012). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:EGC
Kelliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan jiwa terapi aktivitas kelompok Edisi 2.
Jakarta: EGC
Maulana, I., Hernawaty, T., &Shalahuddin, I. (2021).Terapi Aktivitas Kelompok menurunkan
Tingkat Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia: Literature Review. Jurnal
Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia, 9(1), 153-160.
Pardede, J. A, Keliat, B.A & Wardani,I.Y. (2013). Pengaruh Acceptance And Commitment
Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Terhadap Gejala,
Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan Dasar Kepatuhan Pasien Skizofrenia. Tesis.
FIK UI. Depok Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., & Laia, R. (2016).
Ekspresi Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea
Nursing Journal, 7(3), 53-61.
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour Therapy Terhadap
Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1005 Pardede, J. A.,
Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping Keluarga Saat Merawat Pasien
Skizofrenia yang Mengalami Perilaku Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980
Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko Perilaku
Kekerasan. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm

Anda mungkin juga menyukai