Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI

PERSEPSI RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK) SESI I:


MENGENAL PERILAKU KEKERASAN YANG BIASA
DILAKUKAN DI RUANG SADEWA
RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG

Disusun oleh:
Afifatul Chasanah
82021040005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2022/2023
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI
PERSEPSI RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK) SESI I:
MENGENAL PERILAKU KEKERASAN YANG BIASA
DILAKUKAN DI RUANG SADEWA
RSJ PROF. DR. SOEROJO
MAGELANG

A. TOPIK
Stimulasi persepsi resiko perilaku kekerasan (RPK) sesi 1: Mengenal perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
B. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi kehidupan, menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial
(Keliat, dkk 2014).
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan
utama, baik di negara maju maupun negara berkembang.Gangguan jiwa tidak
hanya dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara
langsung.Namun juga menimbulkan ketidakmampuan individu untuk berperilaku
tidak produktif(Saragih & Indriati, 2013).
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang bersifat kronis yang
ditandai dengan ganggguan komunikasi, gangguan realitas, resiko perilaku kekerasan
(RPK), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan fungsi kognitif serta mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Pardede, 2020). Skizofrenia merupakan gangguan
mental berat dan kronis yang menyerang 20 juta orang diseluruh dunia (WHO,2019). Di
Indonesia berdasarkan hasil Riskesdes (2018) didapatkan estimasi orevalensi orang yang
pernah menderita skizofrenia di Indonesia sebesar 1,8 per 1000 penduduk.Skizofrenia
menimbulkan distorsi pikiran, distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku sehingga pasien
dengan skizofrenia memiliki resiko lebih tinggi berperilaku agresif dimana perubahan
perilaku secara dramatis terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien skizoprenia
sering dikaitkan dengan perilaku kekerasan (Wehring & Carpenter, 2011) yang dapat
membahayakan diri sendiri maupun orang lain ataupun berisiko juga dengan lingkungan
sekitarnya, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (Baradero, 2016;
Sutejo,2018).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan merupakan suatu
bentuk perilaku agresi (aggressivebehavior) yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Diperkirakan sekitar 60% penderita
perilaku kekerasan (Wirnata, 2012).

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah


diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun
orang lain dan dapat merusak lingkangan sekitar. Tanda dan gejala resiko
perilaku kekerasan dapat terjadi perubahan pada fungsi kognitif, afektif,
fisiologis, perilaku dan social. Pada aspek fisik tekanan darah meningkat denyut
nadi dan pernapasan meningkat mudah tersinggung, marah, amuk serta dapat
mencederai diri sendiri maupun orang lain (Keliat, dan Muhith, 2016).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang saling berhubungan, saling


bergantung satu sama lain dan menyepakati suatu tatanan norma tertentu.
Individu dalam kelompok saling mempengaruhi dan bertukar informasi melalui
komunikasi. Dinamika dalam kelompok bahkan dapat memfasilitasi perubahan
perilaku anggota kelompoknya sehingga apabila kelompok ini didesain secara
sistematis dapat menjadi sarana perubahan perilaku maladaptif menjadi perilaku
adaptif atau dapat difungsikan sebagai perilaku (Kelliat dkk 2014).

Terapi kelompok adalah terapi psikologis yang dilakukan secara


kelompok untuk memberikan stimulasi bagi pasien dengan ganggan
interpersonal (Yosep, 2008 dalam Prabowo, 2017).

Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang


dilakukan perawat kepada sekelompok pasien yang mepunyai masalah
keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok
digunakan sebagai target asuhan (Klliat, 2015).

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi


psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada waktu yang sama untuk memantau
dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 1997 dalam Prabowo,
2017).

Manfaat terapi aktivitas kelompok menurut (Direja, 2011). Meningkatkan


kemampuan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau dari orang lain, Melakukan sosialisasi, Membangkitkan
motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif, Meningkatkan identitas
diri, Menyalurkan emosi secara konstruktif, Meningkatkan ketrampilan
hubungan interpersonal atau sosial, Meningkatkan keterampilan ekspresi diri,
Meningkatkan ketrampilan sosial,Meningkatkan kemempuan empati.
World Health Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta
orang diseluruh dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10% orang
dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk diperkirakan akan
mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa
mencapai 13% dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan
berkembang menjadi 25% ditahun 2030 (Wakhid, 2016).
Berdasarkan data nasional Indonesia tahun 2017 dengan resiko perilaku
kekerasan sekitar 0,8 % atau dari 10.000 orang. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa angka kejadian resiko perilaku kekerasan sangatlah tinggi. Dampak yang
dapay ditimbulkan oleh pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan adalah
dapat mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Adapun dampak yang
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku kekerasan yaitu kehilangan
kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa amarahnya sehingga
pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila tidak ditangani
dengan baik maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan kontrol,
risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungan, sehingga
adapun upaya-upaya penanganan perilaku kekerasan yaitu mengatasi strees
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang
dapat menimbulkan perilaku kekerasan dan terapi medik. Survei awal yang di
lakukan di ruang Sadewa RSJ Soerojo Magelang dengan jumlah pasien 7 orang
tetapi yang menjadi subjek di dalam pembuatan TAK ini adalah 5 orang dengan
pasien gangguan Resiko Perilaku Kekerasan.
C. TUJUAN
a. Tujuan Umun
Setelah mengikuti kegiatan ini klien dapat mengontrol Resiko Perilaku
Kekerasan secara bertahap.
b. Tujuan Khusus
1. Klien mampu menyebutkan stimulus penyebab kemarahannya
2. Klien mampu menyebutkan respon yang dirasakan saat marah (tanda
dan gejala marah)
3. Klien mampu menyebutkan yang dilaksanakan saat marah
4. Klien mampu menyebutkan akibat perilaku kekerasan
D. SELEKSI KLIEN
a. Kriteria Klien
1) Klien dengan resiko perilaku kekerasan
2) Klien yang sudah mengenal resiko perilaku kekerasan
3) Klien yang sehat fisik
4) Klien yang bersedia mengikuti TAK
5) Klien yang kooperatif
b. Jumlah klien
6-7 pasien yang mengalami resiko perilaku kekerasan
c. Nama Klien
No. Nama Klien Masalah Keperawatan
1. Tn. B Resiko Perilaku Kekerasan
2. Sdr. G Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tn. K Resiko Perilaku Kekerasan
4. Sdr. Y Resiko Perilaku Kekerasan
5. Tn. M Resiko Perilaku Kekerasan

d. Proses Seleksi
1. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
2. Wawancara
3. ERM
E. WAKTU DAN TEMPAT
Hari / Tanggal : Senin, 13 Juni 2022
Jam : 09.00 WIB
Tempat : Ruang Sadewa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Waktu : 30 menit
F. METODE
1. Diskusi dalam kelompok
2. Wawancara
3. Demonstrasi
G. MEDIA DAN ALAT
1. Buku catatan
2. Pulpen
H. PENGORGANISASIAN
1. Leader : Afifatul Chasanah
a) Memimpin jalannya kegiatan
b) Menyampaikan tujuan dan waktu permainan
c) Menjelaskan cara dan peraturan kegiatan
d) Memberi respon yang sesuai dengan perilaku klien
e) Meminta tanggapan dari klien atas permainan yang telah dilakukan
f) Memberi reinforcement positif padaklien
g) Menyimpulkan kegiatan (Lilik,2011)

2. Co-Leader : Sania Amelia Putri


a) Membantu tugas leader
b) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader
c) Mengingatkan leader tentang kegiatan
d) Bersama leader menjadi contoh kegiatan
3. Observer : Afiati Defita
a) Mengobservasi jalannya acara
b) Mencatat jumlah klien yang hadir
c) Mencatat perilaku verbal dan non verbal selama kegiatan berlangsung
d) Mencatat tanggapan tanggapan yang dikemukakan klien
e) Mencatat penyimpangan acara terapi aktivitas
f) Membuat laporan hasil kegiatan
4. Fasilitator : Alfiyani Meilasari
a) Memfasilitasi jalannya kegiatan
b) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
c) Mampu memotivasi klien untuk kesuksesan acara
d) Dapat mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi dari dalam /luar
kelompok
I. SETTING TEMPAT
1. Tempat
Ruang makan klien
2. Denah

Keterangan :

: Leader : Fasilitator

: Observer : Peserta

J. PROGRAM ANTISIPASI MASALAH


1. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat
atau klien yang lain
2. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
a. Panggil nama klien
b. Tanya alasan klien meninggalkan permainan
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh
kembali lagi
3. Bila ada klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah
dipilih sesuai dngan criteria
b. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat
diikuti oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi
peran pada permainan tersebut.
K. PROSEDUR
1. Persiapan
a. Alat dan bahan
1) Persiapan tempat yang aman dan tenang
2) Tempat yang cukup luas atau longgar
3) Alat dan bahan : papan tulis / whiteboard, kapur / spidol, buku catatan /
laporan TAK, pulpen, jadwal kegiatan
4) Form CPT (Catatan Perkembangan Terintegrasi) dan bolpoint
5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jika klien bisa membaca)
6) Form Logbook SKP Harian
b. Pasien
1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien
2) Menjamin pemenuhan kebutuhan privacy klien, hanya ada perawat dan
klien saja
2. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Mengumpulkan klien yang pernah dilatih mengenal bentuk perilaku
kekerasan yang sering dilakukan secara individu
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Fase Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis atau perawat (misalnya dengan selamat pagi
atau selamat siang)
b) Perkenalkan nama perawat dan nama panggilan (lebih bagus pakai
papan nama)
c) Memberi kesempatan pada klien untuk memperkenalkan nama
masing-masing ( dan beri papan nama)
2) Evaluasi / validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini
b) Menanyakan masalah yang dirasakan
c) Menanyakan penerapan TAK Stimulasi persepsi yang lalu yang
pernah dilakukan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
b) Menjelaskan aturan permainan sebagai berikut:
 Jika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan
kelompok harus minta ijin
 Mengikuti kegiatan sampai selesai
 Mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing dulu
sebelum acara dimulai
 Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit

c. Tahap kerja
1) Mendiskusikan penyebab marah. Tanyakan pengalaman tiap klien
mengapa melakukan perilaku kekerasan dan meminta untuk
menuliskan di papan tulis
2) Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan saat marah atau
sebelum perilaku kekerasan terjadi
a) Tanyakan perasaan klien saat marah, misalnya merasa takut,
pusing, bingung, dada berdebar, cemas dan lain-lain
b) Tanyakan tanda-tanda yang dijumpai saat marah, misalnya muka
marah, mata melotot, otot tegang, gerakan tidak terkontrol dan
dada terasa sesak
c) Tulis di papan tulis
3) Mendiskusikan perilakukekerasan yang penuh atau telah dilakukan
a) Tanyakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, misalnya
teriak-teriak, mengancam, merusak lingkungan, memukul orang
lain atau melukai diri sendiri
b) Tulis di papan tulis perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
4) Menanyakan perasaan klien setelah melakukan perilaku kekerasan,
misalnya merasa menyesal atau merasa sedih, merasa takut keluarga
tidak mengambil pulang
5) Menanyakana akibat klien melakukan perilaku kekerasan, kemudian
catat dalam papan tulis
6) Berikan pujian atas kemampuan klien dalam menyebutkan penyebab
marah, tanda dan gejala marah, perilaku kekerasan yang dilakukan
dengan mengatakan “Bagus”. Hindari penggunaan tepuk tangan
7) Ulangi langkah, 2.7 s/d 2.12 sampai semua klien mendapat
kesempatan yang sama
8) Perawat memberikan kesimpulan tentang penyebab, tanda dan gejala,
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan serta akibat dari perilaku
kekerasan tersebut
9) Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat
dalam menghadapi kemarahan
d. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
aktivitas kelompok
b) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok dengan
mengucapkan kata “Bagus”
2) Rencana Tindak Lanjut
a) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mengenal bentuk
perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dan mendiskusikan
dengan klien lain atau perawat lain
b) Membuat jadwal menggambar
3) Kontrak terapi kelompok yang akan datang
a) Bersama dengan klien membuat rencana untuk terapi aktivitas
kelompok selanjutnya: mencegah perilaku kekerasan secara fisik
b) Bersama klien menentukan waktu dan tempat terapi aktivitas
kelompok yang akan datang
L. EVALUASI
a. Evaluasi Hasil

No Aspek yang di nilai Nama Klien

Tn.B Sdr.Y Tn.K Tn.M Sdr.G


1. Klien mampu menyebutkan stimulus
penyebab kemarahannya

2. Klien mampu menyebutkan respon yang


dirasakan saat marah (tanda dan gejala)
3. Klien mampu menyebutkan yang
dilaksanakan saat marah
4. Klien mampu menyebutkan akibat perilaku
kekerasan

b. Evaluasi Proses
No. Aspek yang dinilai Nama Pasien
Tn. B Tn. K Tn. M Sdr.Y Sdr.G
1. Klien aktif dalam kegiatan TAK
2. Klien mengikuti TAK sampai selesai
3. Klien kooperatf dalam kegiatan TAK
4. Klien dapat konsentrasi dalam TAK
5. Klien mampu menjawab pertanyaan
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :Ansi Offest .

Ariandy, W., dkk .(2018).Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi


Berhubungan dengan Kemampuan pasien dalam Mengontrol Resiko
Perilaku Kekerasan (RPK). jurnal keperawatan aisyiyah.14 (1).83-90

Depkes, R.I., (2015) Hasil Riskesdas 2015 Departemen Kesehatan Republik


Indonesia http://www.depkes .go.id/resource/download/general

Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Keliat, Budi Anna., Akemat. (2012). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas


Kelompok. Jakarta:EGC

Kelliat, B.A. & Pawirowiyono, A. (2015). Keperawatan jiwa terapi aktivitas


kelompok Edisi 2. Jakarta: EGC

Maulana, I., Hernawaty, T., &Shalahuddin, I. (2021).Terapi Aktivitas Kelompok


menurunkan Tingkat Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia:
Literature Review. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 9(1), 153-160.

Pardede, J. A, Keliat, B.A & Wardani,I.Y. (2013). Pengaruh Acceptance And


Commitment Therapy Dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat
Terhadap Gejala, Kemampuan Berkomitmen Pada Pengobatan Dasar
Kepatuhan Pasien Skizofrenia. Tesis. FIK UI. Depok

Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., & Laia, R. (2016). Ekspresi
Emosi Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Idea
Nursing Journal, 7(3), 53-61.

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020). Efektivitas Behaviour


Therapy Terhadap Risiko Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di
Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad Ildrem Provsu Medan. Jurnal
Mutiara Ners, 3(1), 8-14.
http://114.7.97.221/index.php/NERS/article/view/1005

Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Halawa, M. (2020). Beban dengan Koping
Keluarga Saat Merawat Pasien Skizofrenia yang Mengalami Perilaku
Kekerasan. Jurnal Kesehatan, 11(2), 189-196.
http://dx.doi.org/10.26630/jk.v11i2.1980

Pardede, J. A. (2020). Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Risiko


Perilaku Kekerasan. https://doi.org/10.31219/osf.io/we7zm

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Nuha Medika
Putri, V. (2017). Pengaruh terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien skizofrenia di
ruang rawat inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Riset
Informasi Kesehatan, 6(2), 174-183. https://doi.org/10.30644/rik.v6i2.95

Yusuf, AH. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan :
Salemba Me

Anda mungkin juga menyukai