Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
A. PENGERTIAN
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk meluk
ai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan definisi tersebut maka perila
ku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berl
angsung kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindaka
n yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain
dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015)
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang diala
mi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, or
ang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, pena
nganan pasien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga
yang professional (Keliat dan Akemat, 2012).
B. ETIOLOGI
Menurut Stuart & Sundeen (2006), perilaku menarik diri dipengaruhi oleh
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan ada
lah:
a. Teori Biologis
1) Faktor Neurologis
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap, neurotrans
mitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran memfasilitasi ata
u menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang mempengaruhi sif
at agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbuln
ya perilaku bermusuhan dan respon agresif (Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 100).
3) Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut penelitia
n pada jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan menjelang bera
khirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan menstimulasi orang unt
uk lebih mudah bersikap agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 1
00).
4) Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak contohny
a epineprin, norepenieprin, dopamin dan serotonin sangat berperan d
alam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubu
h. Apabila ada stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam a
tau membahayakan akan dihantarkan melalui impuls neurotransmitte
r ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hor
mon androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan GAB
A (Gamma Aminobutyric Acid) pada cerebrospinal vertebra dapat m
enjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif ( Mukripah Da
maiyanti, 2012: hal 100).
5) Brain Area Disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom
otak, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditem
ukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kek
erasan (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
b. Teori Psikogis
1) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpuasa
n fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih saya
ng dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengemb
angkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompone
n adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya ke
puasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego d
an membuat konsep diri yang yang rendah. Perilaku agresif dan tindaka
n kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa keti
dakberdayaan dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan (Muk
ripah Damaiyanti, 2012: hal 100 – 101)
3) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingk
ungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerim
a kekecewaan dan mengamati bagaimana respon ibu saat marah ( Mukri
pah Damaiyanti, 2012: hal 101).
2. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik b
erupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa faktor pencet
us perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Kondisi klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupa
n yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa terancam baik
internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lungkun
gan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
C. MANIFESTASI KLINIS
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekeras
an: (Mukripah Damaiyanti, 2012)
D. PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi
Pasien dengan ekspresi marah perlu perawatan dan pengobatan mempuny
ai dosis efektif tinggi contohnya: clorpromazine HCL yang berguna untuk meng
endalikan psikomotornya. Bila tidak ada dapat bergunakan dosis efektif rendah.
Contohnya trifluoperasineestelasine, bila tidak ada juga maka dapat digunakan tr
ansquilizer bukan obat anti psikotik seperti neuroleptika, tetapi meskipun demiki
an keduanya mempunyai efek anti tegang,anti cemas,dan anti agitasi (Eko Prabo
wo, 2014).
2. Terapi okupasi
Terapi ini sering diterjemahkan dengan terapi kerja terapi ini buka pembe
rian pekerjaan atau kegiatan itu sebagai media untuk melakukan kegiatan dan me
ngembalikan kemampuan berkomunikasi, karena itu dalam terapi ini tidak harus
diberikan pekerjaan tetapi segala bentuk kegiatan seperti membaca koran, main c
atur dapat pula dijadikan media yang penting setelah mereka melakukan kegiata
n itu diajak berdialog atau berdiskusi tentang pengalaman dan arti kegiatan uityu
bagi dirinya. Terapi ni merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh petug
as terhadap rehabilitasi setelah dilakukannya seleksi dan ditentukan program keg
iatannya (Eko Prabowo, 2014).
E. PATHWAYS
F. ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH
1. Pengkajian
Masalah Keperawatan Data yang perlu di kaji
Perilaku kekerasan / am Subyektif :
uk Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.
Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Obyektif
Mata merah, wajah agak merah.
Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan taj
am.
Merusak dan melempar barang-barang
(Nita Fitri
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang lain
b. Harga diri rendah kronik
3. Fokus Intervensi
1. Tujuan Umum
Klien dapat melanjutkan hubungan peran sesuai denga tanggung jawa
b.
2. Tujuan Khusus
a. TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien mau membalas salam
b) Kien mau berjabat tangan
c) Klien mau menyebutkan nama
d) Klien mau kontak mata
e) Klien mau mengetahui nama perawat
f) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak
2) Intervensi
a) Beri salam dan panggil nama klien
b) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
c) Jelaskan maksud hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
e) Beri rasa aman dan sikap empati
f) Lakukan kontak singkat tapi sering
b. TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
1) Kriteria Evauasi
a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengk
el/jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan)
2) Intervensi
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien mengungkap perasaannya
2) Intervensi
a) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilaku
kan oleh klien
c) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara b
aru yang sehat
f. TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam ber
espon terhadap kemarahan secara konstruktif
1) Kriteria Evaluasi
a) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemara
han secara konstruktif
2) Intervensi
a) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru
b) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat
c) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain
g. TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
o Kriteria Evaluasi
Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
G. STRATEGI PELAKSANAAN
Strategi Pelaksanaan 1
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diajuka
n.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. Pasien dapat mengidentifikasi PK
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda PK
c. Pasien dapat menyebutkan jenis PK yang pernah dilakukannya
d. Pasien dapat menyebautkan akibat dari PK yang dilakukannya.
e. Pasien dapat menyebutka cara mencegah / mengendalikan PKny
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 Klien :
Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan
gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibat dan cara menge
ndalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( latihan nafas dalam).
5. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi :
“Assalamu’alaikum, selamat pagi mas, perkenalkan nama saya Fauzy Waskito,
saya biasa dipanggil Fauzy. Nama mas siapa? Dan senang nya dipanggil ap
a?”
“ Bagaimana perasaan Mas saat ini?, masih ada perasaan kesal atau marah?
“ Baiklah sekarang kita akan berbincang-bincang tentang perasaan marah y
ang Mas rasakan,”
“ Berapa lama mas mau kita berbincang-bincang ? bagaimana kalau 10 meni
t“ “Dimana kita akan bincang-bincang? Bagaimana kalau diruang tamu?”
b. Fase Kerja :
“apa yang menyebabkan mas marah? Apakah sebelumnya mas pernah marah ?
Strategi Pelaksanaan 2
1. Kondisi klien
Klien tenang, kooperatif, ada kontak mata saat berbicara.
2. Diagnosa Keperawatan
Risiko perilaku kekerasan
3. Tujuan khusus
a. Melatih cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
b. Mengevaluasi latihan nafas dalam
c. Melatih cara fisik ke 2: pukul kasur dan bantal
d. Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 klien :
Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke
dua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan de
ngan cara fisik ke dua : pukul kasur dan bantal), menyusun jadwal kegiatan hari
an cara ke dua.
5. Strategi Pelaksanaan
1. Fase Orientasi
“ Assalamu’alaikum Mas, masih ingat nama saya” bagus Mas, ya saya Tata”
“sesuai dengan janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi.
“Bagaimana perasaan mas saat ini, adakah hal yang menyebabkan marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengendalikan perasaan marah denga
n kegiatan fisik untuk cara yang kedua.”
“ mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit?”
“ Dimana kita bicara? Bagaimana kalau di ruang tamu ini ya”
2. Fase Kerja
“ Kalau ada yang menyebabkan Mas marah dan muncul perasaan kesal, selain
nafas dalam mas dapat memukul kasur dan bantal.”
“ Sekarang mari kita latihan memukul bantal dan kasur mari ke kamar Mas? J
adi kalau nanti mas kesal atau marah, langsung kekamar dan lampiaskan mara
h mas dengan memukul bantal dan kasur. Nah coba lakukan memukul bantal d
an kasur, ya bagus sekali mas melakukannya!”
“ Nah cara ini pun dapat dilakukan secara rutin jika ada perasaan marah, kem
udian jangan lupa merapikan tempat tidur Ya!”
3. Fase Terminasi
“ Bagaimana perasaan mas setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”“
Coba mas sebutkan ada berapa cara yang telah kita latih? Bagus!”
“ Mari kita masukkan kedalam jadwal kegiatan sehari-hari mas. Pukul berapa
mau mempraktikkan memukul kasur/bantal?
Bagai mana kalau setiap bangun tidur? Baik jadi jam 5 pagi dan jam 3 sore, lal
u kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya“ seka
rang mas istirahat, besok lagi kita ketemu ya mas, kita akan belajar mengendal
ikan marah dengan belajar bicara yang baik.
Sampai Jumpa!” Assalamu’alaikum.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2012. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jak
arta : EGC
Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info
Media.
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Str
ategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Kepera
watan Jiwa Berat bagi S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba