Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO PERILAKU KEKERASAN

TUGAS MANDIRI PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA II

Disusun Oleh :

1. Silfia Triara Lestari 113122037


2. Nur Aprilianingsih 113122038
3. Novendri Tata Cahyani 113122039
4. Sita Evita dewi 113122040
5. Sindi yulia Iryani 113122041

PROFESI NERS
UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO PERILAKU KEKERASAN

A. MASALAH UTAMA
Resiko Perilaku Kekerasan
B. PROSES TERJADINNYA MASALAH
1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psiklogis. Berdasarkan
definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku
kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman (Kartika Sari, 2015:137).
2. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku
kekerasan adalah:
a) Teori Biologis
1) Neurologic Faktor
Beragam komponen dari sistem syaraf seperti sinap,
neurotransmitter, dendrit, akson terminalis mempunyai peran
memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan
yang mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat
dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respon agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
Lobus frontalis memegang peranan penting sebagai penengah
antara perilaku yang berarti dan pemikiran rasional, yang
merupakan bagian otak dimana terdapat interaksi antara
rasional dan emosi. Kerusakan pada lobus frontal dapat
menyebabkan tindakan agresif yang berlebihan (Nuraenah,
2012: 29).
2) Genetic Faktor
Adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi
potensi perilaku agresif. Menurut riset kazu murakami (2007)
dalam gen manusia terdapat dorman (potensi) agresif yang
sedang tidur akan bangun jika terstimulasi oleh faktor
eksternal. Menurut penelitian genetik tipe karyotype XYY,
pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal
serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku
agresif (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
3) Cycardian Rhytm
Irama sikardian memegang peranan individu. Menurut
penelitian pada jam sibuk seperti menjellang masuk kerja dan
menjelang berakhirnya kerja ataupun pada jam tertentu akan
menstimulasi orang untuk lebih mudah bersikap agresif
(Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
4) Faktor Biokimia
Faktor biokimia tubuh seperti neurotransmitter di otak
contohnya epineprin, norepenieprin, dopamin dan serotonin
sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem
persyarafan dalam tubuh. Apabila ada stimulus dari luar tubuh
yang dianggap mengancam atau membahayakan akan
dihantarkan melalui impuls neurotransmitter ke otak dan
meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormon
androgen dan norepineprin serta penurunan serotonin dan
GABA (Gamma Aminobutyric Acid) pada cerebrospinal
vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku
agresif ( Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
5) Brain Area Disorder
Gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, siindrom
otak, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi
ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan
tindak kekerasan (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 100).
b) Teori Psikogis
1) Teori Psikoanalisa
Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat
tumbuh kembang seseorang. Teori ini menjelaskan bahwa
adanya ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana
anak tidak mendapat kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan
air susu yang cukup cenderung mengembangkan sikap agresif
dan bermusuhan setelah dewasa sebagai komponen adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang yang
rendah. Perilaku agresif dan tindakan kekerasan merupakan
pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan
dan rendahnya harga diri perilaku tindak kekerasan (Mukripah
Damaiyanti, 2012: hal 100 – 101)
2) Imitation, modelling and information processing theory
Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam
lingkungan yang mentolelir kekerasan. Adanya contoh, model
dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam
suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menontn
tayangan pemukulan pada boneka dengan reward positif
( semakin keras pukulannya akan diberi coklat). Anak lain
diberikan tontonan yang sama dengan tayangan mengasihi dan
mencium boneka tersebut dengan reward yang sama (yang
baik mendapat hadiah). Setelah anak – anak keluar dan diberi
boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai
dengan tontnan yang pernah dilihatnya (Mukripah Damaiyanti,
2012: hal 101).
3) Learning Theory
Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya. Ia mengamati bagaimana respon ayah
saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respon
ibu saat marah ( Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 101).
Faktor pengalaman yang dialami tiapmorang yang merupakan faktor
predisposis, artinya mungkin terjadi/mungkin tidak terjadi perilaku
kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:
a) Psikologis
Menurut Townsend(1996, dalam jurnal penelitian) Faktor
psikologi perilaku kekerasan meliputi:
1) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak
berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.
Agresif dan kekerasan dapat memberikan kekuatan dan
meningkatkan citra diri (Nuraenah, 2012: 30).
2) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku
yang dipelajarai, individu yang memiliki pengaruh biologik
terhadap perilaku kekerasan lebih cenderung untuk
dipengaruhioleh peran eksternal (Nuraenah, 2012: 31).

b) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan


kekerasan, sering mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar
rumah, semua aspek ini menstiumulasi individu mengadopsi
perilaku kekerasan (Eko Prabowo, 2014: hal 142).
c) Sosial budaya, proses globalisasi dan pesatnya kemajuan
teknologi informasi memberikan dampak terhadap nilai-niali
sosial dan budaya pada masyarakat. Di sisi lain, tidak semua
orang mempunyai kemampuan yang sama untuk mnyesuaikan
dengan berbagai perubahan, serta mengelola konflik dan stress
(Nuraenah, 2012: 31).
d) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus
frontal, lobus temporal dan ketidak seimbangan neurotransmitter
turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (Eko
Prabowo, 2014: hal 143).
3. Faktor Presipitasi
Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam,
baik berupa injury secara fisik, psikis atau ancaman knsep diri. Beberapa
faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
a. Konsis klien: kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh dengan agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang, merasa
terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri
maupun eksternal dari lungkungan.
c. Lingkungan: panas, padat dan bising
4. Tanda dan Gejala
a. Kognitif
1) Mempunyai pikiran negatif dalam menghadapi stressor
2) Mendominasi
3) Bawel
4) Sarkasme
5) Berdebat
6) Meremehkan keputusan
7) Flight of idea
8) Gangguan bebicara
9) Perubahan isi pikir
10) Konsentrasi menurun
11) Persuasif
b. Afektif
1) Mudah tersinggung
2) Tidaksabar
3) Frustasi
4) Ekspresi wajah nampak tegang
5) Merasa tidak nyaman
6) Merasa tak berdaya
7) Jengkel
8) Dendam
9) Ingin memukul orang lain
10) Menyalahkan dan menuntut
c. Fisiologis
1) Tekanan darah meningkat
2) Nadi dan pernafasan meningkat
3) Pupil dilatasi
4) Tonus otot meningkat
5) Mual
6) Frekuensi buang air besar meningkat
7) Kadang kadang konstipasi.
8) Reflek tendon maningkat
9) Peristaltik gaser menurun
10) Pengeluaran urine dan saliva meningkat
11) Kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikrpal, tubuh jadi kaku, dan desertai refleks
yang cepat.
d. Behavior
1) Agresif pasif
2) Bermusuhan
3) Sinis
4) Curiga
5) Mengamuk
6) Nada suara keras dan kasar
7) Perilaku yang berkaitan dengan kekerasan antara lain
menyerang, menghindar (fight or flight). Menyatakan secara
asertif (asertiveness), memberontak (acting out). Perilaku
kekerasan
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012: hal 97)
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot atau pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Wajah memerah dan tegang
f. Postur tubuh kaku
g. Pandangan tajam
h. Jalan mondar mandir
Klien dengan perilaku kekerasan seringmenunjukan adanya (Kartika Sari,
2015: 138) :
a. Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
b. Klien menguungkapkan perasaan tidak berguna
c. Klien mengungkapkan perasaan jengkel
d. Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti dada
berdebardebar, rasa tercekik dan bingung
e. Klien mengatakan mendengar suara-suara yang menyuruh melukai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
f. Klien mengatakan semua orang ingin menyerangnya
5. Akibat
Menurut Townsend, perilaku kekerasan dimana
seeorang meakukan tindakan yang dapat membahayakan, baik diri sendiri
maupun orang lain. Seseorang dapat mengalami perilaku kekerasan pada
diri sendiri dan orang lain dapat menunjukan perilaku (Kartikasari, 2015:
hal 140) : Data Subyektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut, cemas dan khawatir

Data Obyektif :
a. Wajah tegang merah
b. Mondar mandir
c. Mata melotot, rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar banyak keringat
f. Mata merah
g. Tatapan mata tajam
h. Muka merah
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan Isolasi sosial


Terhadap Diri Sendiri

Perilaku Kekerasan Terhadap Orang


Lain

Harga Diri Rendah


Kronik

Ketidakberdayaan

Ketidakefektifan Koping

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


Diagnosis keperawatan dari pohon masalah pada gambar adalah sebagai
berikut.
a. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
DS : klien mengatakan kesal, maah, ingin mengamuk-ngamuk
DO : klien terlihat tegang, mata melotot, muka merah, tangan
mengepal, berbicara kasar dan kotor.
b. Harga diri rendah kronik
DS : klienmengatakan merasa bersalah, malu, dan merasa tidak
mempunyai kemampuan apa apa.
DO : klien terlihat murung, kontak mata berkurang, pasif, bimbang,
enggan mencoba hal hal baru.
c. Ketidakberdayaan
DS : Klien merasa malu, merasa asing, tidak mampu melakukan apa-
apa, dan depresi.
DO : Klien terlihat bergantung pada orang lain, kurang berpartisipasi
dalam melakukan kegitan.
d. Ketidakefektifan koping
DS : klien mengatakan susah berkonsentrasi, merasa letih, tidak
mampu untuk menghadapi masalah, dan tidak mampu mengatasi
masalah.
DO : Klien terlihat berantakan, merusak barang - barang, suka
menyendiri, dan suka berbicara sendiri.
e. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
DS : Klien mengatakan ingin bunuh diri, mempunyai permasalahan
yang besar, punya masalah dengan seseorang.
DO : Klien terlihat menyendiri, berusaha melukai tubuhnya, pernah
mencoba unruk bunuh diri.
f. Isolasi Sosial
DS : Klien mengatakan merasa sedih, malu untuk melihat orang lain,
malu untuk berkenalan, ingin sendirian, merasa berbeda dari
yang lain.
DO : Klien terlihat menyendiri, tidak ada kontak mata, selalu
menunduk, tidak pernah berbicara dengan orang lain.
3. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Tujuan Umum
Klien dpt melanjutkan hubungan peran sesuai dengan tanggung jawab
b. Tujuan Khusus
1) TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
a) Kriteria Evaluasi
(1) Klien mau membalas salam
(2) Kien mau berjabat tangan
(3) Klien mau menyebutkan nama
(4) Klien mau kontak mata
(5) Klien mau mengetahui nama perawat
(6) Klien mau menyediakan waktu untuk kontak
b) Intervensi
(1) Beri salam dan panggil nama kien
(2) Sebutkan nama perawat sambil berjabat tangan
(3) Jelaskan maksud hubungan interaksi
(4) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat
(5) Beri rasa aman dan sikap empati
(6) Lakukan kontak singkat tapi sering
2) TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan
a) Kriteria Evauasi
(1) Klien dapat mengungkapkan perasaannya
(2) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan
jengkel/jengkel (dari diri sendiri, orang lain dan
lingkungan)
b) Intervensi
(1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya
(2) Bantu klien mengungkap perasaannya
3) TUK III : Kien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
kekerasan
a) Kriteria Evaluasi
(1) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau
jengkel
(2) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel/kesal yang
dialami
b) Intervensi
(1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami saat
marah/jengkel
(2) Observasi tanda-tanda perilaku kekerasan pada klien
(3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda klien
saat jengkel/marah yang dialami
4) TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang
biasa dilakukan
a) Kriteria Evaluasi
(1) Klien dapatmengungkapkan perilaku kekerasan yang
dilakukan
(2) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang
dilakukan
(3) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat
menyelesaikan masalah atau tidak
b) Intervensi
(1) Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan klien
(2) Bantu klien dapat bermain peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan
(3) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang klien
lakukan masalahnya selesai
5) TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
a) Kriteria Evaluasi
(1) Klien dapat mengungkapkan akibat dari cara yang
dilakukan klien
b) Intervensi
(1) Bicarakan akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien
(2) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan
oleh klien
(3) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru
yang sehat
6) TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
berespon terhadap kemarahan secara konstruktif
a) Kriteria Evaluasi
(1) Klien dapat melakukan cara berespn terhadap kemarahan
secara konstruktif
b) Intervensi
(2) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari car baru
(3) Beri pujian jika klien menemukan cara yang sehat
(4) Diskusikan dengan klien mengenai cara lain
7) TUK VII : Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
a) Kriteria Evaluasi
(1) Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
(a) Fisik : Napas Dalam dan Pukul Bantal
(b) Verbal : Mengatakan secara langsung dan tidak
menyakiti
(c) Spiritual : Sembahyang, berdoa/ibdah yang lain
b) Intervensi
(1) Bantu klien memilih cara yang tepat untuk klien
(2) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih
(3) Bantu klien menstimulasi cara tersebut
(4) Berikan reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut
(5) Anjurkan klien menggunakan cara yang telah dipilihnya
jiak ia sedang kesal/jengkel
8) TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan
a) Kriteria Evaluasi
(1) Keluarga klien dapat menyebutkan cara merawat klien
yang berperikalu kekerasan
(2) Keluarga klien meras puas dalam merawat klien
b) Intervensi
(1) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap
apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selam ini
(2) Jelaskan peran serta keluarga dalam perawatan klien
(3) Jelaskan cara merawat klien
(4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat kien
(5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
9) TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai
program pengobatan)
a) Kriteria Evaluasi

(1) Klien dapat meyebutkan obat-batan yang diminum dan


kegunaannya
(2) Klien dapat minum obat sesuai dengan program
pengobatan.
b) Intervensi
(1) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien
(2) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa izin dokter
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Tanggal : Jam : Interaksi ke :

1) Pertemuan ke I (SP 1)
Proses Keperawatan
a) Kondisi Pasien
Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua
pertanyaan
b) Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
c) Tujuan Khusus
(1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
(2) Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku
kekerasan
(3) Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan
(4) Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah
(5) Klien mengetahui cara marah yang sehat
(6) Klien mampu mendemonstransikan satu cara marah yang
sehat dengan cara fisik : napas dalam dan pukul bantal
d) Tindakan Keperawatan
SP 1 : Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
penyebab, tanda gejala marah, perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan dan akibat dari perilaku kekerasan.

STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN SP 1
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Assalamualaikum, Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat samsul,
saya perawatn yang bertugas di ruang perkutut ini. Nama mas siapa ? dan
senang dipanggil apa ? ”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Mas saat ini ? apa masih ada perasaan marah,
jengkel ?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan
marah yang saat ini mas rasakan ”. “Mari kita bercakap-cakap ke
taman !” “Atau mas ingin ke tempat lain ?”. “Berapa lama mas mau kita
berbincang-bincang ? bagaimana kalau 15 menit ?”.
2. Kerja
“Apa yang meyebabkan mas bisa marah. Nah ceritakan apa yang dirasakan
mas saat marah ?”, saat mas Arif marah apa ada perasaan tegang, kesal,
tegang, menegepalkan tangan,mondar mandir? atau mungkin ada hal lain
yang dirasakan ?”.
“Apa ada tindakan saat mas Arif sedang marah seperti,
memukul, membanting ?”...... “memukul ibu !”, “terus apakah setelah
melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai, apakah diberikan
motor oleh orang tua mas Arif ?”. “ Apa akibat dari tindakan yang telah
dilakukan di rumah ?”......ya ibu saya menangis dan kesakitan.......terus
apalagi ?”........dan akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa !”.“ Menurut mas
arif, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tertentunya tidak
merugikan/ membahayakan orang lain ?”...... yang terus, bagus!”.” Nah
sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang sehat, langsung
suster jelaskan!”
“yang pertama dengan cara fisik yaitu napas dalam dan pukul bantal.”
“yang kedua dengan cara patuh minum obat.”
“yang ketiga dengan cara verbal.”
“yang keempat dengan cara spiritual yaitu dengan membaca istighfar atau
mengambil air wudhu lalu sholat.“suster sudah jelaskan empat cara marah
yang sehat, ada yang belum jelas?”.”nanti mas arif bisa coba memiliki salah
satu cara untuk dipraktikkan “.”O....mau yang menarik nafas dalam dan
pukul bantal”baiklah ayo kita mulai, coba ikuti suster, tarik nafas melalui
hidung, ya bagus, tahan sebenter dan keluarkan atau tiup melalui mulut,
ulangi sampai 3 kali”.” Nah kalau sudah merasa lega bisa mas arif, untuk
tarikan napas yang terakhir atau keempat maka saat akan menghembuskan
napas dilanjutkan dengan memukul bantal atau kasur sambil berteriak atau
pun tidak. Seperti itu mas, sudah paham kan?”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang tentang perasaan
marah yang mas rasakan ?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba mas jelaskan lagi kenapa mas bisa marah, lalu tanda dan
gejalanya. Coba praktekkan dan jelaskan kembali cara mengontrol marah
yang sehat”
c. Kontrak
Topik
“Baik, bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi untuk
belajar mengontrol marah yang kedua dengan patuh minum obat ?”
Tempat
“Dimana kita bisa berbincang lagi, bagaimana kalau disini saja?”
Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang, bagaimana kalau 15 menit ?”

a. Pertemuan ke II (SP II)


PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang
sehat
b. Keluarga klien dapat mempraktikan cara merawat pasien
yang sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program
pengobatan)
4. Tindakan Keperawatan
SP 2 : membantu klien minum obat secara teratur disertai
penjelasan guna minum obat dan akibat berhenti minum obat
STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SP II
1. Orientasi
a. Salam terapeutik : “Selamat pagi, Mas Arifdan Pak Eko ?”
b. Evaluasi/validasi : “Bagaimana perasaan mas arif saait ini ? apakah sudah
lebih rileks?”.
c. Kontrak : “Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap-
cakap tentang penggunaan obat dan manfaatnya bagi mas arif”.
2. Kerja
“Berapa jenis obat yang mas Arif minum tadi pagi ?”. “ya, bagus”.
“jadi begini ya mas, obat yang dimum tadi ada tiga macam, ini batnya saya
bawakan”.
“saya jelaskan satu persatu ya mas. Yang warna oranye ini namanya CPZ
atau chlorponazin, gunanya agar mas arif mdah untuk tidur sehngga mas arif
bisa istirahat, minumnya 2 x sehari pagi dan sore hari, pagi jam 07.00 dan
sore jam 17.30. nanti ada efek sampingnya, efeknyya mas arif mudah lemas
dan keluar ludah terus menerus”. “nah, yang ini namanya HLP, karena mas
arif dapat yang 5 mg, maka warnanya pink, cara minumnya sama dengan
CPZ, 2 x sehari”.
“gunanya untuk menenangkan mas arif sehingga dapat mengontrol
perilakunya saat marah, sehingga lebih rileks, santai dan mengontrol emosi.
Efek sampingnya badan jadi kaku, terutam pada kaki dan tangan, mulut
kering dan dada berdebar-debar.
“tapi mas jangan khawatir karena ada penangkalnya makanya diberikan obat
yang putih ini yang agak besar. Namanya triheksipenidile atau THP,
fungsinya obat ini menetralkan efek samping dari obtat yang tadi”.
“Bagaimana masih ada yang belum jelas. Jangan lupa kalau obat ini hampir
habis segera kontrol ya!”.
3.Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan setelah tahu tentang jenis dan manfaat obat yang
diminum mas arif ?
b. Evaluasi Obyektif
“coba sebutkan kembali jenis obat yang sama mas arif, dan ambilkan
yang namanya obat HPD, dan seterusnya, dans ebutkan manfaatnya
juga”.
c. Kontrak
1) Kontrak (Tempat Waktu, Topik)
“Bagaimana kalau besok kita berbincang lagi mas untuk belajar cara
mengontrol rasa marah dengan verbal? Apakah mas arif
bersedia?”.“Kita bercakap cakap di tempat ini lagi ya? “mau berapa
lama ?”.bagaimana kalau 30 menit saja ?”
2) Rencana Tindak Lanjut
“Jangan lupa obatnya diminum dengan dosis dan waktu yang tepat
ya”.

b. Pertemuan ke III (SP III)


PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol rasa marah nya dengan cara verbal
4. Tindakan Keperawatan
SP 3 : membantu klien mengontrol marah dengan cara verbal
(meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan dengan cara
yang baik)
STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SP III
1. Orientasi
“Assalamualaikum, mas. Masih ingat nama saya? Ya betul sekali, mas
masih senang dipanggil mas arif? Bagaimana perasaan nya hari ini mas?
Masih ingat kemarin kita belajar apa? Coba jelaskan lagi mas. Ya bagus,
sesuai kontrak kemarin kita akan ngobrol-ngobrol untuk belajar cara
mengontrol marah yang ketiga yah dengan cara verbal. Mas mau berapa
lama nih, bagaimana kalau 15 mnitan dan tempatnya disini saja?”
2. Kerja
“Baiklah mas, bagaimana cara mengontrol marah dengan napas dalam,
pukul bantal dan patuh minum obat sudah dilakukan sesuai jadwal mas? Ya
bagus sekali, sekarang kita belajar cara mengontrol marah dengan meminta,
menolak dan mengungkapkan perasaan dengan cara yang baik ya mas. Yang
pertama yaitu cara meminta dengan baik, misalnya : “Ibu, saya ingin tahu
ibu alasan kenapa ibu tidak bisa membelikan saya motor. Karena jika ibu
menjelaskan alasannya saya akan menerimanya bu.”
“Yang kedua yaitu menolak dengan cara yang baik, misalnya : “Ibu,
bukannya saya tidak mau membantu ibu menjaga adik tetapi saya sedang
sibuk mengerjakan tugas, jadi saya tidak bisa menjaga adik. Tetapi nanti
setelah tugas saya selesai, saya pasti akan menjaga adik.”
“Yang ketiga yaitu mengungkapkan perasaan marah dengan cara yang baik,
misalnya : “Ibu saya tidak suka dibanding-bandingkan dengan adik, karena
hal itu membuat saya sakit hati.” Seperti itu mas, coba mas sekrang
praktekkan seperti yang saya ajarkan tadi. Ya bagus sekali ya mas.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana mas perasaannya setelah diajarkan tentang cara mengontrol
marah dengan cara verbal? Coba mas bisa praktekkan kembali cara
meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan marah dengan cara
yang baik. Ya, bagus sekali mas.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Ya baiklah ma. Untuk selanjutnya yuk sekarang kita tulis di jadwal
harian kegiatan mas. Jangan lupa dilakukan ya mas.”
c. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)
“Baiklah mas, kita sudah selesai belajar cara mengontrol marah yang
ketiga yah. Bagaimana kalau nanti kita ngobrol lagi untuk belajar cara
mengontrol marah yang keempat yaitu dengan cara spiritual? Mau jam
berapa nih mas dan berapa lama? Tempatnya disini saja yah? Baik mas,
nanti kita ketemu lagi ya. Selamat beristirahat, wassalamualaikum.”

d. Pertemuan ke IV (keempat)
PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien mengetahui cara mengungkapkan marah yang sehat
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengontrol rasa marah nya dengan cara spiritual
4. Tindakan Keperawatan
SP 3 : membantu klien mengontrol marah dengan cara
spiritual : istigfar
STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN SP IV
1. Orientasi
“Assalamualaikum, mas. Masih ingat nama saya? Ya betul sekali, mas
masih senang dipanggil mas arif? Bagaimana perasaan nya hari ini mas?
Masih ingat kemarin kita belajar apa? Coba jelaskan lagi mas. Ya bagus,
sesuai kontrak kemarin kita akan ngobrol-ngobrol untuk belajar cara
mengontrol marah yang keempat yah dengan cara spiritual. Mas mau berapa
lama nih, bagaimana kalau 15 menitan dan tempatnya disini saja?”
2. Kerja
“Baiklah mas, bagaimana cara mengontrol marah dengan napas dalam,
pukul bantal, patuh minum obat, dan verbalnya sudah dilakukan sesuai
jadwal mas? Ya bagus sekali, sekarang kita belajar cara mengontrol marah
dengan beristigfar ya mas. Mas sudah tahu bagaimana beristighfar kan? Ya
bagus sekali, jadi istighfar ini tujuannya agar mas selalu ingat dengan Allah
SWT dan lebih dekat dengan-Nya, sehingga mas menjadi tenang. Sitighfar
ini dapat dilakukan kapan saja dan dalam kondisi apapun baik diucapkan
dengan bersuara ataupun di dalam hati. Jadi apabila mas sedang marah, mas
bisa dengan berdiri, jika masih belum reda marahnya bisa dengan duduk
jika masih belum reda juga maka bisa dengan posisi tiduran. Begitu pas,
sudah paham kan mas? Coba praktekkan mas.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
“Bagaimana mas perasaannya setelah diajarkan tentang cara mengontrol
marah dengan cara spiritual? Coba mas bisa praktekkan kembali cara
meminta, menolak dan mengungkapkan perasaan marah dengan cara
yang baik. Ya, bagus sekali mas.”
b. Rencana Tindak Lanjut
“Ya baiklah ma. Untuk selanjutnya yuk sekarang kita tulis di jadwal
harian kegiatan mas. Jangan lupa dilakukan ya mas.”
c. Kontrak (Topik, Waktu, Tempat)
“Baiklah mas, kita sudah selesai belajar cara mengontrol marah yang
keempat yah. Jadi sudah berapa nih cara yang sudah kita pelajari untuk
mengontrol marah mas. Ya bagus sekali. Mas besok kita ngobrol-ngobrol
lagi yah untuk melihat apakah semua kegiatan yang dijadwal sudah
dilakukan atau belum ya mas. Kira-kira mau jam berapa nih mas dan
berapa lama? Tempatnya disini saja yah? Baik mas, nanti kita ketemu
lagi ya. Selamat beristirahat, wassalamualaikum.”
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Mukhripah Damaiyanti. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Samarinda: Refka


Aditama.

Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam


Merawat Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS. Jiwa Islam
Klender Jakarta Timur, 29-37.

Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info MEdia.
STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
NAMA MAHASISWA :
NIM :
SP 1 : RESIKO PERILAKU KEKERASAN
MEMBINA HUBUNGAN SALING PERCAYA, MENGIDENTIFIKASI PENYEBAB PK,
TANDA & GEJALA PK, PK YANG BIASA DILAKUKAN, AKIBAT DARI PK
MENYEBUTKAN CARA MENGONTROL PK, MELATIH KLIEN CARA
MENGONTROL PK DENGAN CARA FISIK 1 : NAFAS DALAM

NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI      
  1. Memberikan salam terapeutik dan berkenalan      
  a. Memberikan salam 2    
  b. Memperkenalkan diri dan menanyakan nama klien 2    
  c. Memanggil nama panggilan yang disukai klien 2    
  d. Menyampaikan tujuan interaksi 2    
  2. Melakukan evaluasi dan validasi data      
  a. Menanyakan perasaan klien hari ini 2    
  b. Memvalidasi dan mengevaluasi masalah klien 4    
  3. Melakukan kontrak      
  a. Waktu 2    
  b. Tempat 2    
  c. Topik 2    
B. FASE KERJA      
  1. Menanyakan apa penyebab perasaan kesal/marah (dari diri sendiri, 3    
  orang lain, lingkungan)      
  2. Mendiskusikan bersama klien tanda-tanda kesal/marah yang 3    
  dialaminya (fisik, emosional, intelektual, sosial, spiritual)      
  3. Menanyakan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien di rumah 3    
  4. Menanyakan kepada klien, apakah dengan cara yang klien 3    
  lakukan masalahnya akan selesai ?      
  5. Mendiskusikan bersama klien kerugian dari cara yang dilakukannya 3    
  6. Menyimpulkan bersama klien tentang akibat dari cara 3    
  yang digunakan oleh klien      
  7. Menanyakan pada klien "apakah klien mau mempelajari cara baru 3    
  yang sehat?"      
  8. Mendiskusikan cara lain yang sehat :      
  a. Secara fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal/kasur, 3    
  berolah raga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga      
  b. Paatuh minum obat      
  c. Secara verbal meminta dan menolak dengan baik, 3    
  dan mengungkapkan perasan kesal kepada orang yang      
  membuat marah      
  d. Secara Spiritual : mengucapkan istighfar, manganjurkan klien 3    
  untuk berwudhu      
  9. Melatih klien cara mengontrol PK dengan cara fisik 10    
  10. Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktekannya 4    
  11. Memberikan reinforcement positif 4    
C. FASE TERMINASI      
  1. Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan :      
  a. Evaluasi subyektif 2    
  b. Evaluasi obyektif 2    
  2. Melakuka rencana tindak lanjut 5    
  3. Melakukan kontrak untuk pertemuan berikutnya :      
  a. Waktu 2    
  b. Tempat 2    
  c. Topik 2    
D SIKAP TERAPEUTIK      
  1. Berhadapan dan mempertahankan kontak mata 2    
  2. Membungkuk ke arah klien dengan sikap terbuka dan rileks 2    
  3. Mempertahankan jarak terapeutik 4    
E TEHNIK KOMUNIKASI      
  1. Menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti 2    
  2. Menggunakan tehnik komunikasi yang tepat 4    
  JUMLAH 100    

Anda mungkin juga menyukai