Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS DENGAN BRONCHITIS AKUT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :


Praktik Klinik Stase : Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Rusana, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Nur Aprilianingsih (113122038)
2. Dwi Agustin (113122032)
3. Betty Septiana S (113122083)
4. Fenty Amalia H (113122035)
5. Fery Akbar R (113122065)
6. Muhammad Farhan M (113122097)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITTAS AL-IRSYAD CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Tanggal Praktik : 18 Oktober 2022

NIM : Ruang Praktik : Aster

Masalah Kesehatan :

Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang


menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap
kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan
bahan bakar kayu. Di Indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari
menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka kejadian penyakit
bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).

Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu penyakit peradangan


saluran napas bawah jangka panjang, umumnya dipicu oleh pajanan berulang ke
asap rokok, polutan udara, atau alergen.

Menurut Widagdo (2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik pada


bronkus umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza,
parainfluenza, RSV, rhinovirus, dan harpes simplex virus) dan 10% oleh bakteri,
dengan batuk sebagai gejala yang paling menonjol.

A. Etiologi/Faktor Risiko
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan
bakteri. Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial
Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada bronkhitis ini adalah asap
rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering menghirup udara
yang mengandung zat iritan.
Menurut (Santoso, 2017) penyebab bronchitis sampai sekarang masih
belum diketahui dengan jelas. Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis
dapat timbul secara congenital maupun didapat.
a. Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor
genetic atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus
memegang peran penting. Bronchitis yang timbul congenital ini
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau
kedua paru.
2. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal
lainya, misalnya : mucoviscidosis (cystic pulmonary fibrosis), sindrom
kartagener (bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs
inversus), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak
kembar satu telur (anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara
kembarnya juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering
bersamaan dengan kelainan congenital berikut : tidak adanya tulang
rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
b. Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
1. Infeksi Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita
pneumonia yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia
ini merupakan komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita
semasa anak, tuberculosis paru dan sebagainya.
2. Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau
tekanan dari luar terhadap bronkus Penyebab utama penyakit
Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus,
Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza
Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi
pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi
Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa
bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.
Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi, namun ini jarang di
lingkungan sosio-ekonomi yang baik. Faktor predisposisi terjadinya
bronchitis akut adalah alergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan
infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya bronchitis.
Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah
sebagai berikut :
a. Spesifik
1. Asma
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus,
infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis,
fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas
7. Benda asing
8. Kelainan jantung bawaan
9. Kelainan sillia primer
10. Defisiensi imunologis
11. Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara
B. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial
Virus (RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi
Udara yang terhirup selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari.
Unsur-unsur iritan ini menimbulkan inflamasi pada precabangan
trakeobronkial, yang menyebabkan peningkatan produksi sekret dan
penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring berlanjutnya proses
inflamasi perubahan pada sel-sel yang membentuk dinding traktus
respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan
ketidak seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan
penurunan oksigenasi daerah arteri.
Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas,
penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus di dalam jalan napas.
Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema serta
penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot polos
akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar yang
terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut terkena.
Jalan napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada saat
ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian distal
paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan
ketidakcocokan dan akibatnya timpul hipoksemia. Hipoksemia dan
hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru
meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadi karena inflamasi dan konpensasi
pada daerah-daerah yang mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis
menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak napas.
Menurut (Dermawan, 2019) Terjadinya bronkitis itu bisa diakibatkan oleh
paparan infeksi maupun non infeksi. Apabila terjadi iritasi maka timbullah
inflamasi yang mengakibatkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa dan
bronkospasme. Hal ini dapat menyebabkan aliran udara menjadi tersumbat,
oleh sebab itu mucocilliary defence pada paru mengalami peningkatan serta
kerusakan, dan cenderung lebih mudah terjangkit infeksi, pada saat timbulnya
infeksi maka kelenjar mukus akan terjadi hepertropi serta hyperplasia
sehingga meningkatnya produksi secret dan dinding bronkial akan menjadi
tebal sehingga aliran udara akan terganggu. Sekret yang mengental dan
berlebih akan mengganggu dan alian udara menjadi terhambat baik itu aliran
udara kecil maupun aliran udara yang besar.
Pembengkakan bronkus serta sekret yang kental akan mengakibatkan
rusaknya jalan pada pernafasan dan terganggunya pertukaran gas pada
alveolus terutama pada saat ekspirasi. Saluran pernafasan akan terpeangkap di
distal paru dan akan mengalami kolaps. Rusaknya hal tersebut dapat
mengakibatkan penurunan ventilasi alveolar, asidosis, dan hipoksia. Apabila
penderita oksigennya kurang maka akan terjadinya resiko ventilasi yang tidak
normal, maka penurunan PaO2 akan terjadi dan apabila sampai ventlasi rusak
maka akan mengalami peningkatan PaCO2, hal itu dilihat dari sianosisnya.
Apabila menyakit mulai memarah maka produksi sekret akan berwarna
kehitaman disebabkan oleh infeksi pulmona.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengarronki, suara
yang berat dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam,
produksi sputum.Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitis kronis yaitu:
batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab, sering mengalami
infeksi saluran napas (seperti pilek atau flu) yang dibarengi dengan batuk,
gejala bronchitis akut lebih dari 2-3 minggu, demam tinggi, sesak napas jika
saluran tersumbat, produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau
hijau.
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Dasar/Pathways
Masalah Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhuubungan dengan peningkatan
produksi secret dibuktikan dengan adanya wheezing serta batuk
2. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan
makanan
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

Pemeriksaan Diagnostik
Jenis Hasil
Laboratorium Leukosit > 17.500
Pemeriksaan fungsi paru Normalnya yaitu 12-16x / menit, yang
dapat mengangkat udara sekitar lima
liter pada usia dewasa, dan pada usia
anak normalnya adalah 24x / menit.
Rontgen thoraks Jika melihat konsolidasi di bagian paru
itu menunjukan kapasitas paru menurun
Kadar gas darah 1. Saturasi O2 lebih dari 90%.
2. PaCO2 normal 35-45 mmHg,
3. PH normal 7,35-7,45
4. Nilai normal PaO2 adalah 80-100
mmHg,
5. Total nilai normal CO2 yang
terdapat pada plasma yaitu 24-31
mEq/l, dan
6. Nilai normal HCO3 yaitu 21-30
mEq/l.
Terapi
Terapi simptomatik seperti analgesik dan antipiretik dapat digunakan untuk
mengatasi pegal, demam, atau sakit kepala.
Aspirin, paracetamol atau ibuprofen dapat digunakan sesuai kondisi dan keperluan
pasien
Bila ditemukan wheezing pada pemeriksaan fisis, dapat diberikan bronkodilator
β2-agonis, tetapi diperlukan evaluasi yang seksama terhadap respon bronkus untuk
mencegah pemberian bronkodilator yang berlebih
Amoksisilin = Dws : 250-500mg tiap 8 jam (infeksi berat/berulang 3gram tiap 12
jam), Anak 8 th : 250- 500mg tiap 6 jam (4x sehari) atau 0,5-1 gram tiap 12 jam
(infeksi berat dpt dinaikkan sampai 4 gram per hari), Anak 0-2th : 125mg tiap 6
jam, Anak 2-8th : 250mg tiap 6 jam (infeksi berat dapat digandakan).

Kebutuhan Cairan Kebutuhan Kalori


0-6 bulan : 0,7 liter/hari. Diasumsikan Usia 0-6 bulan: 550 Kkal per hari
bahwa cairan hanya berasal dari ASI
atau sufor saja.

7-12 bulan : 0,8 liter per hari. Cairan Usia 7-11 bulan: 725 Kkal per hari
bersumber dari ASI/sufor, MPASI.
1-3 tahun : 1,3 liter per hari. Cairan Usia 1-3 tahun: 1125 Kkal per hari
bersumber dari makanan dan minuman
termasuk air putih.
4-8 tahun : 1,7 liter per hari. Cairan Usia 4-6 tahun: 1600 Kkal per hari
bersumber dari makanan dan minuman
termasuk air putih.

D. Penatalaksanaan
a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
2. Sering mengubah posisi.
3. Banyak minum.
4. Inhalasi.
5. Nebulizer
Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan
tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain. Pasien dengan
bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada komplikasi yang
menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya
perawatan lebih ditujukan sebagai petunjuk kepada orang tua.
Masalah yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan
resiko terjadi komplikasi.
a) Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering
terjadi siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang
menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur; pasien akan
terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya
daya tahan tubuh pasien yang menurun, anoreksia, sehingga berat
badannya sukar naik. Pada anak yang lebih besar batukbatuk yang
terus menerus akan mengganggu kesenangannya bermain, dan bagi
anak yang sudah sekolah batuk mengganggu konsentrasi belajar
bagi dirinya sendiri, saudara, maupun temantemannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan
agar batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat
secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar
banyak keringat, karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-
batuk (karena dingin). Untuk mengurangi batuk pada malam hari
berikan obat batuk yang terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk
apalagi bronchitis lebih baik tidak tidur di kamar yang ber AC atau
memakai kipas angin. Jika suhu udara dingin pakaikan baju yang
hangat, bila ada yang tertutup leherya. Obat gosok membuat anak
merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila batuk tidak segera
berhenti berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam
tenggorokannya beritahu supaya dibuang karena adanya dahak
tersebut juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi batuk
dengan menghindari makanan yang merangsang seperti goreng-
gorengan,permen,atau minum es.Jangan memandikan anak terlalu
pagi atau sore,dan memandikan dengan air hangat.
b) Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung
menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik
memungkinkan anak mudah mendapat infeksi. Gangguan
pernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis kronik ialah
bila lendir tetap tinggal di dalam paru akan menyebabkan
terjadinya atelektasis atau bronkiektasis, kelainan ini akan
menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien
bronchitis harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
benar sehingga lender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan
banyak minum untuk membantu mengencerkan lendir; berikan
buah dan makanan bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh.
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana
sikapnya jika ia sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada
bayi batuk-batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah;
biasanya bercampur lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak
tenang. Tetapi bila muntah berkelanjutan, maka dengan keluarnya
makanan dapat menyebabkan bayi menjadi kurus serta
menurunkan daya tahan tubuh. Untuk mengurangi kemungkinan
tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu diberikan minum
susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum ada
obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya
untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan.
Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir,
lebih baik diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada
perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi
bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah
disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotic yang
serasi untuk M. Pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri
penyerang sekunder misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan
golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan jika tidak
berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk menyingkirkan
kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda sing dalam
saluran napas, dan tuberkolusis.

Nursing Care Plan (NCP)

No. Diagnosis Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI)


(SDKI) (SLKI)
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan
Manajemen Jalan Nafas
tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam
(I.01011)
berhuubungan dengan diharapkan kondisi klien
peningkatan produksi memenuhi kriteria hasil : Observasi
secret dibuktikan dengan 1. Betuk efektif
1. Monitor pola napas (frekuensi,
adanya wheezing serta meningkat
kedalaman, usaha napas)
batuk 2. Produksi sputum
2. Monitor bunyi napas tambahan
menurun
(misalnya: gurgling, mengi,
3. Mengi dan wheezing
wheezing, ronchi kering)
menurun
3. Monitor sputum (jumlah,
4. Dyspnea menurun
warna, aroma)
5. Frekuensi nafas
membaik
6. Pola nafas membaik
Terapeutik

1. Pertahankan kepatenan jalan


napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw thrust jika curiga
trauma fraktur servikal)
2. Posisikan semi-fowler atau
fowler
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
5. Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan asupan cairan 2000


ml/hari, jika tidak ada
kontraindikasi
2. Ajarkan Teknik batuk efektif

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

2 Risiko deficit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Gangguan Makan


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam (I.03111)
ketidakmampuan diharapkan kondisi klien
Observasi
menelan makanan memenuhi kriteria hasil :
1. Porsi makan yang 1. Monitor asupan dan keluarnya
dihabiskan meningkat makanan dan cairan serta
2. Berat badan meningkat kebutuhan kalori
3. Nafsu makan
Terapeutik
meningkat
4. Perasaan cepat kenyang 1. Timbang berat badan
meningkat secara rutin
2. Diskusikan perilaku makan
dan jumlah aktivitas fisik
(termasuk olahraga) yang
sesuai
3. Lakukan kontrak perilaku
(mis: target berat badan,
tanggungjawab perilaku)
4. Damping ke kamar mandi
untuk pengamatan perilaku
memuntahkan Kembali
makanan
5. Berikan penguatan positif
terhadap keberhasilan target
dan perubahan perilaku
6. Berikan konsekuensi jika tidak
mencapai target sesuai kontrak
7. Rencanakan program
pengobatan untuk perawatan di
rumah (mis: medis, konseling)

Edukasi

1. Anjurkan membuat catatan


harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran
makanan (mis: pengeluaran
yang disengaja, muntah,
aktivitas berlebihan)
2. Ajarkan pengaturan diet yang
tepat
3. Ajarkan keterampilan koping
untuk penyelesaian masalah
perilaku makan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan
makanan

3. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia


dengan proses penyakit keperawatan selama 3x24 jam (I.15506)
diharapkan kondisi klien
Observasi
memenuhi kriteria hasil :
1. Menggigil menurun 1. Identifikasi penyebab
2. Suhu tubuh membaik hipertermia (mis: dehidrasi,
3. Suhu kulit membaik terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat
hipertermia

Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang
dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan


dan elektrolit intravena, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan (2019) “Masalah Kesehatan Bronchitis Pada Anak.”

Kowalak, Jenifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta: Goysen
Publishing.
Santoso, G. (2017) “Asuhan keperawatan bronkitis pada anak,” Keperawatan .

Shewrwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Widagdo. 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak. Jakarta : Erlangga


ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHITIS AKUT DI RUANG ASTER
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :


Praktik Klinik Stase : Keperawatan Anak
Dosen Pengampu : Rusana, M.Kep., Ns.Sp.Kep.An

Disusun Oleh Kelompok 3 :


1. Nur Aprilianingsih (113122038)
2. Dwi Agustin (113122032)
3. Betty Septiana S (113122083)
4. Fenty Amalia H (113122035)
5. Fery Akbar R (113122065)
6. Muhammad Farhan M (113122097)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITTAS AL-IRSYAD CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai