Disusun oleh:
G3A017077
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan yang menyerang
bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang lingkungannya banyak polutan,
misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil
pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di Indonesia masih
banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini menyebabkan angka
kejadian penyakit bronkhitis sangat tinggi (Marni, 2014).Pada tahun 2007 di Negara
berkembang seperti Indonesia infeksi saluran pernafasan bawah masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang penting. Resiko penularan setiap tahun di Indonesia di anggap
cukup tinggi. Di Indonesia yang terinfeksi bronkhitis sekitar 1.6 juta orang. Bronkhitis
adalah suatu peradangan pada bronkus, bronkhiali, dan trakhea (saluran udara ke paru-
paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna(Muttaqin, 2008).
Pada kebanyakan kasus gangguan pernafasan yang terjadi pada anak bersifat ringan,
akan tetapi sepertiga kasus mengharuskan anak mendapatkan penanganan khusus,
Akibatnya anak lebih mungkin untuk memerlukan kunjungan ke penyedia layanan
kesehatan seperti pada penyakit Asma, bronchitis, pneumonia. Penyakit-penyakit
saluran pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan
sampai pada,masa dewasa, dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya
Chronic Obstructive Pulmonary Disease(Santosa, 2007). Pada anak balita, gejala
infeksi pernapasan bawah biasanya lebih parah dibandingkan dengan penyakit
pernapasan atas dan dapat mencakup gejala gangguan respiratori yaitu batuk, disertai
produksi secret berlebih,sesak napas, retraksi dada, takipnea, dan lainlain. Hal ini
membutuhkan perhatian khusus oleh pemerintahan guna menurunkan angka kematian
anak. Kesiapan pemerintah dan instansi terkait seperti tenaga kesehatan baik
ditingkat pusat, provinsi ataupun kota dan kabupaten sangat berperan penting dalam
meminimalkan angka kejadian ISPA. Seperti kesiapan pihak tenaga kesehatan
terhadap pelayanan kesehatan, kesiapan petugas kesehatan dalam meningkatkan
pengetahuan masyarakat terhadap bronkitis, status gizi, lingkungan yang baik,
cakupan imunisasi, asi ekslusif dan meningkatkan upaya manajemen tatalaksana
bronkitis bagaimana perilaku masyarakat dalam pencarian pengobatan. Pada akhirnya
diharapkan upaya pengendalian penyakit ISPA dapat dilaksanakan dengan optimal
sehingga angka kematian ini dapat diturunkan (Kemenkes RI, 2010).
Penanganan keperawatan bronchitis yang bisa dilakukan orang tua dalam mengatasi
batuk pilek pada anak adalah bisa dengan melakukan fisioterapi dada.Suatu penelitian
yang dilakukan Maidartati (2014) tentang pengaruh fiioterapi dada terhadap bersihan jalan
napas pada anak usia 1-5 tshun yang mengalami gangguan bersihan jalan napas di
Puskesmas Moch. Ramdhan Bandung didapatkan hasil bahwa fisioterapi dada dapat
membantu frewkuensi napas pada anak yang mengalami gangguan bersihan jalan napas,
maka dari itu penulis melakukan aplikasi fisioterapi dada pada by.S dengan masalah
bersihan jalan napas tidak efektif di ruang Ayyub 3 RS Roemani Muhammadiyah
Semarang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penulis mendapatkan pengalaman dalam peranan asuhan keperawatan pada anak
dengan Bronkitis di Ruang Ayyub 3 RS Roemani Muhammadiyah Semarang
2. Tujuan khusus
Penulis mengetahui dan mampu:
a. Melakukan pengkajian keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada bronkitis.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan anak dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada bronkitis.
c. Menyusun rencana Asuhan Keperawatan anak dengan fisioterapi dada untuk
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada bronkitis.
d. Melakukan implementasi keperawatan anak dengan fisioterapi dada untuk
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada bronkitis.
e. Melakukan evaluasi keperawatan anak dengan fisioterapi dada untuk pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada bronkitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep dasar
1. Pengertian dan klasifikasi
Bronchitis adalah suatu peradangan bronchioles, bronchus, dan trachea oleh berbagai
sebab. Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus para influenza, dan
Coxsackie virus (Muttaqin, 2008).Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu
penyakit peradangan saluran napas bawah jangka panjang, umumnya dipicu oleh
pajanan berulang ke asap rokok, polutan udara, atau alergen. Menurut Widagdo
(2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik pada bronkus umumnya (90%)
disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza, parainfluenza, RSV, rhinovirus, dan
harpes simplex virus) dan 10% oleh bakteri, dengan batuk sebagai gejala yang paling
menonjol.
2. Etiologi
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus yang
sering menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial Virus. Penyebab lain yang sering
terjadi pada bronkhitis ini adalah asap rokok, baik perokok aktif maupun perokok
pasif, atau sering menghirup udara yang mengandung zat iritan.
Menurut muttaqin, (2008), bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus
sepertirhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus
parinfluenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan padabronchus
yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baikvirus, bakteri, maupun
parasit. Sedangkan pada bronchitis kronik danbatuk berulang adalah sebagai berikut :
a. Spesifik
1) Asma
2) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronchitis).
3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksimycoplasma,
chlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronchiectasis.
5) Sindrom aspirasi.
6) Penekanan pada saluran napas
7) Benda asing
8) Kelainan jantung bawaan
9) Kelainan sillia primer
10) Defisiensi imunologis
11) Kekurangan anfa-1-antitripsin
12) Fibrosis kistik
13) Psikis
b. Non spesifik
1) Asap rokok
2) Polusi udara
3. Manifestasi klinis
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin adalah tanda dini dari
bronchitis kronis. Batuk mungkin dapat diperburuk oleh cuaca yang dingin, lembab,
dan iritan paru. Pasien biasanya mempunyai riwayat merokok dan sering mengalami
infeksi pernapasan (Smeltzer & Bare, 2012).
Menurut Corwin (2009) gambaran klinis pada pasien dengan bronchitis akut ialah
sebagai berikut :
a. Batuk, biasanya produktif dengan mucus kental dan sputum prulen
b. Dispnea
c. Demam
d. Suara serak
e. Ronki (bunyi paru diskontinu yang halus atau kasar), terutama saat inspirasi.
f. Nyeri dada yang kadang timbul
4. Patofisiologi
Menurut Kowalak (2011) Bronchitis terjadi karena Respiratory Syncytial Virus
(RSV),Virus Influenza, Virus Para Influenza, Asap Rokok, Polusi Udara yang terhirup
selama masa inkubasi virus kurang lebih 5 sampai 8 hari. Unsur - unsur iritan ini
menimbulkan inflamasi pada percabangan trakeobronkial, yang menyebabkan
peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan jalan napas. Seiring
berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel - sel yang membentuk dinding
traktus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan napas yang kecil dan ketidak
seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan penurunan oksigenasi
daerah arteri.Efek tambahan lainnya meliputi inflamasi yang menyebar luas,
penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus di dalam jalan napas.
Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema serta penumpukan
sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot polos akan mempersempit
lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlibat inflamasi ini, tetapi
kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan napas menjadi tersumbat dan
terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi. Dengan demikian, udara napas akan
terperangkap di bagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang
menyebabkan ketidakcocokan dan akibatnya timbul hipoksemia.Hipoksemia dan
hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat
ketika vasokonstriksi yang terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada daerah-daerah
yang mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi
alveolus menyebabkan sesak napas.
5. Pathways
Peradangan bronkus
Gangguan pertukaran
gas
Ketidakseimangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
6. Pemeriksaan diagnostik
a. Bronkitis akut
1) Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan bronkitis akut.
b. Bronkitis kronik
1) Analisis gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan
karbon dioksida arteri.
2) Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia
kronik yang disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.
3) Pemeriksaan sinar-X toraks dapat membuktikan adanya bronkitis kronik.
7. Komplikasi
Menurut Marni, (2014), komplikasi dari bronkitis antara lain:
a. Sinusitis
b. Otitis media
c. Bronkhietasis
d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
e. Gagal napas
8. Penatalaksanaan
Menurut Corwin (2009) penata laksanaan pada pasien dengan bronchitis akut ialah
sebagai berikut
a. Antibiotik untuk mengobati bakteri primer dan skunder.
b. Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan sputum.
c. Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.
2. Diagnosa keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi padabronchus,
peningkatan produksi sputum, pembentukan edema.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalamalveoli
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitaspembawa
oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
d. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak napas danbatuk serta
stimulus lingkungan
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untukaktivitas dan
keletihan
f. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuhberhubungan
dengan anorexia sekunder akibat dyspnea, kelemahan,efek samping obat, produksi
sputum, mual/muntah
3. Perencanaan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi padabronchus,
peningkatan produksi sputum, pembentukan edema.
1) Tujuan : Bersihan jalan napas efektif
2) Kriteria : Klien dapat mempertahankan kepatenan jalannapas dan dapat
mengeluarkan sekret.
Intervensi Rasional
1. Kaji fungsi pernapasan contohbunyi 1. Menunjukkan adanya
napas, kecepatan, irama,kelemahan, atelektasis,ronchii,menunjukkan
dan penggunaanotot bantu akumulasisecret / ketidakmampuan
2. Catat kemampuan klien untukmembersihkan jalan napas
untukmengeluarkan mukosa 2. Pengeluaran sulit bila secretsangat
batukefektif, karakter, tebal
jumlahsputum 3. Posisi semi fowler
3. Berikan posisi semi fowler membantumemaksimalkan ekspansi
4. Bersihkan secret dari mulutdan parudan menurunkan
trachea menggunakansuction upayapernapasan
5. Ajarkan teknik batuk efektifyang 4. Mencegah obstruksi respirasi,suction
benar sangat diperlukan bilaklien tidak
6. Pertahankan masukan cairan3000 mampu mengeluarkan secret
ml/hari 5. Menambah pengetahuan klien
6. Hidrasi membantu
menurunkankekentalan sekret
danmempermudah
pengeluaransekret
Intervensi Rasional
1. Kaji kualitas dan 1. Mengetahui penurunan
kedalamanpernapasan, penggunaan fungsipernapasan
ototbantu pernapasan 2. Mengetahui perubahan
2. Kaji kualitas sputum : yangterjadi untuk
warna,konsistensi memudahkanperawatan
3. Auskultasi bunyi napas selanjutnya
4. Kolaborasi pemberian obatsesuai 3. Beberapa derajat spasmebronkus
indikasi : Bronkodilator,misalnya terjadi dengan obstruksijalan
β-agonis: epinefrin(Adrenalin, nafas dan
Vaponefrin),albuterol (Proventil, dapat/tidakdimanifestasikan
Ventolin),terbutalin (Brethine, adanya bunyinafas adventisius,
Brethaire),isoetarin misalnyapenyebaran, krekels
(Brokosol,Bronkometer). basah(bronkitis)
4. Merilekskan otot halus
danmenurunkan kongesti
lokal,menurunkan spasme jalan
nafas,mengi, dan produksi
mukosa.Obat-obat mungkin per
oral,injeksi atau inhalasi
Intervensi Rasional
1. Kaji frekuensi, kedalampernafasan. 1. Berguna dalam evaluasi
Catat penggunaanotot aksesori, derajatdistress pernafasan
nafas bibir,ketidakmampuan bicara dan/ataukronisnya proses penyakit.
atauberbincang 2. Sianosis mungkin perifer(terlihat
2. Kaji atau awasi secara rutinkulit dan pada kuku) atau sentral(terlihat
warna membrane mukosa sekitar bibir/dauntelinga). Keabu-
3. Awasi tanda vital dan iramajantung abuan dandiagnosis
sentralmengindikasikan
beratnyahipoksemia.
3. Tachycardia, disritmia,
danperubahan tekanan darah
dapatmenunjukkan efek
hipoksemiasistemik pada fungsi
jantung
Intervensi Rasional
1. Catat status nutrisi klien dariintake, 1. Berguna dalam
kaji tirgor kulit, beratbadan, riwayat mendefinisikanderajat masalah dan
mual ataumuntah pilihanintervensi yang tepat
2. Berikan perawatan oral, 2. Rasa tidak enak, bau danpenampilan
buangsekret, berikan wadah adalah pencegahutama terhadap
khususuntuk sekali pakai dan tissue nafsu makan dandapat membuat
3. Dorong periode istirahatselama 1 mual dan muntahdengan
jam sebelum dansesudah peningkatan kesulitannafas
makan.Berikanmakan porsi kecil 3. Membantu menurunkankelemahan
tapi sering selama waktu makandan
4. Kolaborasi dengan ahligizi/nutrisi memberikan kesempatanuntuk
pendukung timuntuk memberikan meningkatkan masukankalori total
makananyang mudah cerna, 4. Metode makan dan kebutuhankalori
secaranutrisi seimbang, didasarkan padasituasi/kebutuhan
misalnyanutrisi tambahan individu untukmemberikan nutrisi
oral/selang,nutrisi parenteral maksimaldengan upaya
minimalpasien/penggunaan energi.
e. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak napas danbatuk serta
stimulus lingkungan
1) Tujuan : pola tidur teratur
2) Kriteria : klien tidak mengalami gangguan pola tidur
Intervensi Rasional
1. Diskusikan perbedaanindividual 1. Rekomendasi yang umum
dalam kebutuhantidur berdasarkan untuktidur 8 jam/hari nyatanya
usia, tingkataktivitas, gaya hidup, tidakmempunyai fungsi dasar
dantingkat stress ilmiah.Individu hanya perlu rileks
2. Tingkatkan relaksasi, danistirahat dengan mudah
berikanlingkungan yang nyaman sertamembutuhkan sedikit
tiduruntuk merasa segar kembali
2. Tidur akan sulit dicapai
sampaitercapai relaksasi
Intervensi Rasional
1. Kaji respon pasien 1. untuk
terhadapaktivitas. mengetahuiperubahanperubahan
2. Bantu klien untuk aktivitas yangdialami oleh klien.
beraktivitassehari-hari sesuai 2. memberikan rasa nyaman,karena
dengankebutuhan klien. kebutuhan klien dapatterpenuhi
3. Berikan lingkungan yangtenang dengan dibantu olehperawat ataupun
dan batasi pengunjung keluarga.
4. Anjurkan klien untuk tetapistirahat 3. agar klien tidak terganggudalam
beristirahat
4. Untuk mempercepat
prosespenyembuhan
BAB III
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Terlampir
C. Intervensi
Terlampir
D. Implementasi
Terlampir
E. Evaluasi
Terlampir
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RISET
A. Identitas klien
1. Nama anak : By. S
2. Tempat/ tanggal lahir : 03 April 2017
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Nama orangtua/ wali : Tn. M
5. Alamat : Jln. Tandang Rt. 08/10 Candisari Semarang
6. Suku : Jawa
7. Agama : Islam
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2017
10. Pemberi Informasi : Ny. E, hubungan dengan anak: ibu kandung
Virus influenza
Peradangan bronkus
↑ sekret
↓ Fungsi sillia
Akumulasi sekret
Fisioterapi dada
Secret berkurang
BAB V
PEMBAHASAN
P: lanjutkan intervensi
A. Kesimpulan
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi penderita
penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi dada sangat efektif
untuk mengurangi batuk pilek atau bersihan jalan napas tidak efektif pada bayi dan anak
dan bisa dilakukan sendiri oleh orang tua di rumah. Teknik ini sangat mudah dan efisien,
tidak perlu mengeluarkan biaya.
B. Saran
1. Bagi perawat
Diharapkan fisioterapi dada dapat dijadikan sebagai salah satu tindakan atau procedure
tetap yang dapat dilakukan perawat dalam pemberian asuhan keperawatan bagi anak
terutama yang mengalami gangguan bersihan jalan napas.Perawat diharapkan dapat
mengedukasi orangtua supaya orang tua bisa melakukan secara mandiri di rumah.
2. Bagi orangtua
Perlunya pendidikan atau pelatihan bagi keluarga lebih lanjut terkait fisioterapi dada
sehingga orangtua dapat melakukan perawatan pada anaknya yang mengalami
gangguan bersihan jalan napas
DAFTAR PUSTAKA