Disusun oleh:
M.Aris Munandar
(G2A013072)
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Tujuan umum dilakukan intervensi ini untuk mengetahui tingkat
keefektifan penggunaan hiperoksigenasi pada pasien yang dilakukan
suction yang terpasang ventilator,
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dilakukan tindakan keperawatan suction dengan
hiperoksigenasi:
1. Mengetahui pengertian, etiologi dari sepsis
2. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan sepsis
3. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien
dengan sepsis
4. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien dengan sepsis
C. METODE PENULISAN
1. Metode Pustaka
pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun informasi
di internet.
2. Eksperimen
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini dibagi menjadi 6 bab yang saling berhubungan. adapun
berikut
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bagian pendahuluan ini penulis memaparkan latar belakang,
tujuan penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan
BAB II KONSEP DASAR
keperawatan
BAB V PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
2. Etiologi
1. Fisik;
- HIpertermia (>38° C)
- Demam
-Tachycardia (>90 x / menit)
-Tachypnea (>20 x ? menit)
-Hypotermia (>36° C)
-Sakit kepala, pusing, pingsan
-Riwayat Trauma
-Malaise
-Hypotensi
-Anoreksia
-Gelisah
-Gangguan status mental : disoreintasi, delirium, koma
-Suara jantung : deritmia, S3
-Ditemukan luka : operasi, luka traumatik, Post Partum, ganggren
2. Laboratorium
-Acidosis Metabolik
-Alkalosis Respiratonik
-PT / PTT memanjang
-Trombositopenia
-Leokositosis (>12.000 / mm3)
- Hyperglikemia
- Kultur Sensi (luka, spuntum, urine, darah) positif
-EKG : Perubahan segmen ST, Gelombang T, distania-
BUN, creat, elektrolit meningkat
-Perubahan hasil tes fungsi hati
4. Patofisiologi
Sepsis disebabkan oleh bakteri gram negatip (70%), bakteri gram positip
(20-40%), jamur dan virus (2-3%), protozoa (Iskandar, 2002).Produk bakteri
yang berperan penting pada sepsis adalah lipopolisakarida (LPS) yang
merupakan komponen utama membran terluar bakteri gram negatip dan
berperan terhadap timbulnya syok sepsis (Guntur, 2008; Cirioni et al., 2006).
Penyebab sepsis paling banyak berasal dari stimulasi toksin, baik dari
endotoksin gram (-) maupun eksotoksin gram (+). Komponen endotoksin
utama yaitu lipopolisakarida (LPS) atau endotoksin glikoprotein kompleks
dapat secara langsung mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral, bersama
dengan antibodi dalam serum darah penderita membentuk lipopolisakarida
antibodi (LPSab). LPSab yang berada dalam darah penderita dengan
perantaraan reseptor CD14+ akan bereaksi dengan makrofag yang kemudian
mengekspresikan imunomudulator.
Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limposit T akan
mengeluarkan substansi dari Th1 yang berfungsi sebagai imunomodulator
yaitu: IFN-γ, IL-2, dan macrophage colony stimulating factor (M-CSF0.
Limposit Th2 akan mengeluarkan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFN-γ
meransang makrofag mengeluarkan IL-1ß dan TNF-α.
Masuknya mikroorganisme penginfeksi ke dalam tubuh akan menimbulkan
reaksi yang berlebihan dari sistem imun dan menyebabkan aktivasi APC yang
akan mempresentasikan mikroorganisme tersebut ke limfosit.
Sel-sel imun yang paling terlihat mengalami disregulasi apoptosis ini adalah
limfosit (Wesche-Soldato et al., 2007). Apoptosis limfosit juga berperan
penting terhadap terjadinya patofisiologi sepsis (Chang et al., 2007). Apoptosis
limfosit dapat menjadi penyebab berkurangnya fungsi limfosit pada pasien
sepsis (Remick, 2007).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengobatan terbaru syok sepsis mencakup mengidentifikasi dan
mengeliminasi penyebab infeksi yaitu dengan cara pemeriksaan- pemeriksaan
yang antara lain:
1). Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi Organisme
peyebab sepsis.
2). SDP: Ht Mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi. Leucopenia (penurunan SDB) terjadi
sebalumnya, diikuti oleh pengulangan leukositosis (1500-30000)
3). Elektrolit serum: Berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan
menyebabkan asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
4. Trombosit: penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
5. PT/PTT: mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan hati/ sirkulasi toksin/ status syok.
6. Laktat serum: Meningkat dalam asidosis metabolik, disfungsi hati, syok
7. Glukosa Serum: hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan perubahan
seluler dalam metabolisme
8. BUN/Kreatinin: peningkatan kadar diasosiasikan dengan dehidrasi,
ketidakseimbangan atau kegagalan ginjal, dan disfungsi atau kegagalan
hati.
9. GDA: Alkalosis respiratosi dan hipoksemia dapat terjadi sebelumnya.
Dalam tahap lanjut hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis
metabolik terjadi karena kegagalan mekanisme kompensasi
10. EKG: dapat menunjukkan segmen ST dan gelombang T dan distritmia
menyerupai infark miokard.
6. PATWAYS SEPSIS
Embolisme
vaskuler
Injuri agregasi seluler Edema paru,
langsung mikrovaskuler : neurogenik
paru trauma,
platelet dan
hipoksia dan
glanulosit intoksikasi
Embolisme Henti
vaskuler simpatik
hipotalamus
Peningkatan
permeabilitas
kapiler paru
Peningkatan
hidrostatik
Edema paru
Peningkatan usaha
dan frekuensi
Ketidakseimbang
pernafasan,pengguna
an ventilasi
an obat bantu nafas
perfusi
Peningkatan kerja
pernafas
Respon sistemik
hipoksemia secara
dan psikologis
reversibel
Gangguan
pertukaran gas
Intake Kecemasan
nutrisi keluarga,
tidak ketidakefekt
adekuat, ifan koping
kelemah keluarga,
an dan ketidaktaua
keletihan n akan
fisik prognosis
Perubahan Kecemasan
pemenuhan koping
kebutuhan keluarga
nutrisi tidakefektif
kurang dari ,
kebutuhan, ketidaktaua
gangguan n informasi
pemenuhan
ADL
B. KONSEP ASUHAN KEGAWATDARURAT
1. Pengkajian primer
- Airway : Yakinkan kepatenan jalan napas, Berikan alat bantu napas jika
perlu, Jika terjadi penurunan fungsi pernapasan segera kontak ahli anestesi
dan bawa segera mungkin ke ICU
- Breathing: Kaji jumlah pernapasan lebih dari 24 kali per menit merupakan
gejala yang signifikan, Kaji saturasi oksigen, Periksa gas darah arteri untuk
mengkaji status oksigenasi dan kemungkinan asidosis, Berikan 100% oksigen
melalui non re-breath mask, auskulasi dada, untuk mengetahui adanya infeksi
di dada, Periksa foto thorak
- Circulation: Kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda
signifikan, Monitoring tekanan darah, tekanan darah, Periksa waktu pengisian
kapiler, Pasang infuse dengan menggunakan canul yang besar,
Berikan cairan koloid gelofusin, Pasang kateter, Lakukan pemeriksaan
darah lengkap, Catat temperature, kemungkinan pasien pyreksia atau
temperature kurang dari 360C, Siapkan pemeriksaan urin dan sputum,
Berikan antibiotic spectrum luas sesuai kebijakan setempat.
- Disability: Bingung merupakan salah satu tanda pertama pada pasien sepsis
padahal sebelumnya tidak ada masalah (sehat dan baik). Kaji tingkat
kesadaran dengan menggunakan AVPU.
- Exposure: Jika sumber infeksi tidak diketahui, cari adanya cidera, luka dan
tempat suntikan dan tempat sumber infeksi lainnya.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas dan istiraha; Subyektif: Menurunnya tenaga/kelelahan dan
insomnia
b. Sirkulasi Subyektif: Riwayat pembedahan jantung/bypass
cardiopulmonary, fenomena embolik (darah, udara, lemak). Obyektif:
Tekanan darah bisa normal atau meningkat (terjadinya hipoksemia),
hipotensi terjadi pada stadium lanjut (shock), Heart rate : takikardi biasa
terjadi, Bunyi jantung : normal pada fase awal, S2 (komponen pulmonic)
dapat terjadi disritmia dapat terjadi, tetapi ECG sering menunjukkan
normal, Kulit dan membran mukosa : mungkin pucat, dingin. Cyanosis
biasa terjadi (stadium lanjut)
c. Integritas Ego: Subyektif : Keprihatinan/ketakutan, perasaan dekat
dengan kematian, Obyektif : Restlessness, agitasi, gemetar, iritabel,
perubahan mental.
d. Makanan/Cairan: Subyektif: Kehilangan selera makan, nausea, Obyektif:
Formasi edema/perubahan berat badan, hilang/melemahnya bowel
sounds.
e. Neurosensori: Subyektif atau Obyektif: Gejala truma kepala, kelambatan
mental, disfungsi motorik.
f. Respirasi; Subyektif: Riwayat aspirasi, merokok/inhalasi gas, infeksi
pulmolal diffuse, kesulitan bernafas akut atau khronis, “air
hunger”, Obyektif : Respirasi : rapid, swallow, grunting.
3. Diagnosa keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada 13 Oktober 2017
1. Identitas pasien
Nama : Ny “O”
No. CM : C659135
Tanggal Lahir/Umur : 21 Oktober 1992/ 24 Tahun
Alamat : Getas Rejo
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
2. Keluhan Utama :-
3. Riwayat penyakit sekarang
± 29 hari yang lalu pasien post partum secara spontan. Kemudian
±5 hari yang lalu pasien mengeluh demam, keluarga lalu
membawa pasien ke Rumah Sakit Pemerintah Purwodadi dan
dirawat di ICU selama ± 2 hari. Saat pasien mengeluh demam
pasien juga mengeluhkan belum pernah BAK dan tidak bisa
kentut selama ± 5 hari, selama dirawat pasien juga mengalami
sesak nafas dan juga batuk.
4. Riwayat kesehatan masa lalu
Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah dirawat sampai
sekian lama. Biasanya apabila pasien sakit pasien selalu berobat
ke tenaga kesehatan seperti Bidan, Mantri dan dulu sempat juga
memeriksakan diri saat demam ke rumah sakit pemerintah tetapi
tidak sampai dirawat waktu masih berusia 12 tahun.
5. Primery survey
a. Airway :terdapat secret dijalan nafas, bunyi nafas ronchi dan
terpasang ETT
b. Breating : RR: 12x/menit, terpasang ventilator mode PSIMV
PEEP = 6, FiO2 35%, SPO2 =100%
c. Circulation : TD :140/70 mmHg, HR:140x/menit, S:39C, RR:
12x/menit
d. Disability : Kesadaran Sopor, GCS: E2, M4,V ET
e. Exposure :Post Partum
6. Secondary Survey
a. Kepala :tidak ada benjolan, tidak ada luka
b. Leher : tidak ada benjolan
c. Dada : pergerakkan dada simetris, RR 12x/menit, bunyi nafas
vesikuler
d. Kardiovaskuler : tidak tampak ictus cordis, bunyi jantung
normal
e. Abdomen : peristaltik usus 10 x/menit, tidak terdapat benjolan
f. Ekstermitas : tidak ada luka
g. Genetalia : area genetalia kotor
Pemeriksaan penunjang :
1. Foto USG Abq : kesan acites (tanggal 13 Oktober 2017)
2. Hasil laboratorium tanggal 14 Oktober 2017
Hb: 7,99g/dl
Leukosit : 11,3 100ˆ3/ul
Terapi yang diberikan :
1. Ampicillin Subactan 1,5 gr/8 jam
2. Metronidazol 400 mg/12 jam
3. Paracetamol 1 gr/8 jam
4. Omeprazole 40 mg/12 jam
B. ANALISA DATA
No Hari/ Data Problem Penyebab
tanggal
1. Selasa, 13 S:- Penurunan Hipertensi
Oktober O: kesadaran kapasitas sistemik
2017 sopor GCS: adaptif
E2M4VET TD:
170/80 mmHg,
HR: 140x/menit,
Akral: Dingin,
Hb :7,9 mg/dl
2. Selasa, 13 S:- Bersihan jalan Akumulasi
Oktober O: terdapat nafas sekret
2017 sekret, bunyi
nafas ronchi
RR:11x/menit
3. Selasa, 13 S:- Hipertermi Peningkatan
Oktober O: S= 39 C, Post metabolisme
2017 Partum, Area
genetalia kotor.
Hasil USG:
acites, Leukosit:
11,3 10ˆ3/ul
Diagnosa keperawatan
1. Penurunan kapasitas adaptif b.d hipertensi sistemik
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d akumulasi sekret
3. Hipertermi b.d peningkatan metabolisme
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
A. Identitas pasien
Nama : Ny “O”
No. CM : C659135
Tanggal lahir/ Umur : 21 Oktober 2017/ 24 Tahun
Alamat : Getasrejo
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku/ bangsa : Jawa/ Indonesia
B. Data Fokus
S:-
O: terdapat sekret, bunyi Ketidakefektifan Akumulasi sekret
nafas ronchi Bersihan jalan nafas
RR:11x/menit,
SPO2:97%, akral dingin
C. Diagnosa keperawatan
- Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
sekret
B. ANALISA JURNAL
1. JUDUL PENELITIAN : Efektifitas hiperoksigenasi pada proses
suctioning terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik di
Intensive Care Unit
2. PENELITI : M, G, Superdana dan Retno Sumara
3. METODE PENELITIAN : pre-eksperimental design, one group pre
test- post test design
4. HASIL PENELITIAN : berdasarkan hasil penelitian saturasi
sebelum dilakukan hiperoksigenasi pada prosedur suctioning dari 20
pasien didapatkan 17 pasien (85%) hasil saturasi oksigennya 95%-100%
dan 3 pasien (15%) hasil saturasi oksigennya < 95%. Berdasarkan hasil
penelitian saturasi sesudah dilakukan hiperoksigenasi pada prosedur
suctioning dari 20 pasien didapatkan 18 pasien (90%) hasil saturasi
oksigennya 95%-100% dan 2 pasien (5%) hasil saturasi oksigennya
<95%. Nilai saturasi oksigen yang normal untuk orang dewasa adalah 95-
100%.
Berdasarkan hasil penelitian didapati bahwa hasil saturasi oksigen
setelah dilakukan hiperoksigenasi pada proses suctioning, kelompok
preoksigenasi lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak memperoleh
hiperoksigenasi.
D. HASIL PENELITIAN
Pada hasil evidenced based nursing yang telah diterapkan didapatkan
hasil hiperoksigenasi efektif pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen
pasien dengan ventilator mekanik. Dengan nilai awal saturasi oksigen 100%
menjadi 96%.
E. KETERBATASAN PENERAPAN EBN
Keterbatasan dalam penerapan evidenced based nursing mengenai
keefektifan hiperoksigenasi pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen
pasien dengan ventilator mekanik adalah seharusnya bisa juga diterapkan
pemberian hiperoksigenasi pada saat jeda antara setiap penghisapan.
A. KESIMPULAN
Hiperoksigenasi efektif pada proses suctioning terhadap saturasi oksigen
pasien dengan ventilator mekanik.
B. SARAN
Penerapan mengenai keefektifan hiperoksigenasi pada proses suctioning
terhadap saturasi oksigen pasien dengan ventilator mekanik adalah seharusnya
bisa juga diterapkan pemberian hiperoksigenasi pada saat jeda antara setiap
penghisapan.
DAFTAR PUSTAKA