Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

LITERATUR REVIEW

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT & KRITIS


Ruang :

Oleh :

NIM P0

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFSI NERS
JURUSAN KEPERWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kejadian masalah kesehatan akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat modern, yang terkadang disebabkan oleh alergi
baik dari polusi lingkungan, maupun zat-zat yang ada didalam makanan. Salah
satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah asma. Asma
merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat dihampir
semua negara di dunia. Asma diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mematikan
(Medicafarma, 2018; Sundaru, 2017).
Penyakit asma menjadi masalah yang sangat dekat dengan masyarakat karena
populasi yang menderita asma semakin bertambah. Hal tersebut dinyatakan dalam
survey The Global Initiative for Asthma (GINA), ditemukan bahwa kasus asma
diseluruh dunia mencapai 300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 pasien
asma bertambah menjadi 400 juta jiwa (GINA, 2015). WHO pun mendukung
pernyataan tersebut dengan hasil penelitiannya yang memperkirakan bahwa 235
juta orang saat ini yang menderita asma. Sebagian besar asma terkait kematian,
hal ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah kebawah
(WHO,2014). Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2019) di
Indonesiapenyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, bahwa prevalensi kasus
penderita asma diseluruh Indonesia adalah 4,5%.
Penderita asma menurut Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa Bali
berada pada urutan ke 6 dari 33 provinsi di Indonesia dengan prevalensi 6,2%.
Data Riskesdas tersebut menjelaskan bahwa yang menempati urutan pertama di
Bali yaitu Kabupaten Karangasem dengan prevalensi 12,3%, lalu disusul
KabupatenBangli 8,3% kemudian urutan yang ketiga dan seterusnya yaitu
Klungkung 7,7%,Tabanan 7,2%, Jembrana 6,8%, Badung 5,9%, Buleleng 5,4%,
Denpasar 4,8%, dan Gianyar 2,4%. Data asma rawat jalan di UGD RSUD Bangli
pada tahun 2014 sebanyak 717 kunjungan lalu pada tahun 2015 terdapat 583
kunjungan dan data pada tahun 2016 sebanyak 625 kunjungan. Sedangkan data asma
rawat inap di RSUD Bangli dari tahun 2014 hingga tahun 2016 adalah sebanyak 26
orang.
Berdasarkan data tersebut, dari bulan Januari hingga April 2017 terdapat 144
kunjungan ke UGD RSUD Bangli. Meningkatnya kunjungan tersebutlah maka
peneliti tertarik meneliti di RSUD Bangli yang pada data tahun 2013 menunjukkan
posisi kedua sedangkan di RSUD Karangasem (posisi pertama) pada bulan Januari
hingga April 2017 tidak sebanyak di RSUD Bangli. World Health Organization
(WHO) mendefinisikan asma sebagai penyakit kronis bronkial, yaitu saluran udara
yang menuju ke paru-paru. Istilah asma ini diambil dari kata Yunani yang artinya
terengah-engah dan berarti serangan pendek (Price dan Wilson, 2006). Asma adalah
penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan
hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi,
sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari,
peningkatan frekuensi pernafasan, hyperventilation, hyperinflasi, fluktuasi kadar CO 2.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan (United States
Environmental Protection Agency, 2004) dengan pengelolaan lengkap, tidak hanya
dengan terapi farmakologis namun juga dengan terapi non farmakologis yaitu untuk
mengontrol gejala asma. Selama ini terapi yang digunakan adalah terapi farmakologis
dalam, seperti Nebulizer digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah
diubah menjadi bentuk kabut atau uap. Fungsi dari nebulizer ini adalah sama seperti
obat lain namun mempunyai daya efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan melalui
obat mulut ataupun oral, karena nebulizer ini mempunyai tujuan untuk mengurangi
sesak dan untuk melancarkan dahak.
Namun mengingat banyaknya efek samping dari pengobatan asma jangka
panjang dan kenyataannya bahwa gangguan-gangguan psikologis seperti cemas dan
depresi berperan dalam kekambuhan asma, maka terapi komplementer saat ini banyak
dimanfaatkan oleh pasien asma (Kusumawati, 2014) Pengobatan asma dengan terapi
komplementer dapat dilakukan dengan teknik pernapasan, teknik relaksasi,
akupuntur, chiropractic, homoeopati, naturopati dan hipnosis (The Asthma
Foundation of Victoria, 2012). Salah satu masalah yang diakibatkan oleh asma
menurut Sari (2016) adalah adanya penumpukan sputum pada saluran pernapasan.
Beberapa gejala klinis akibat penumpukan sputum ini adalah pernapasan cuping
hidung, peningkatan respiratory rate, dyspnea, timbul suara krekels saat diauskultasi,
dan kesulitan bernapas. Kesulitan bernapas akan menghambat pemenuhan suplai
oksigen dalam tubuh sehingga suplai oksigen berkurang. Berkurangnya suplai
oksigen dalam tubuh akan membuat kematian sel, hipoksemia dan penurunan
kesadaran. Penanganan pada pasien asma dengan masalah kebersihan jalan napas
bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasan sehingga suplai oksigen yang
masuk ke dalam tubuh dapat terpenuhi dan gangguan akibat berkurangnya suplai
oksigen tidak terjadi.
Menghindari hal tersebut, ada beberapa penatalaksanaan perawat sebagai tim
medis dengan tindakan mandiri yaitu terapi non farmakologis dalam mengurangi
gejala asma dan memperbaiki kualitas hidup yaitu dengan terapi pemberian air hangat
sebelum melakukan tindakan nebulizer. Menurut Batmanghelidj (2017) sebuah aspek
penting dari penemuan tentang air dalam keperawatan merupakan tindakan mandiri
yang dapat dipergunakan sebagai penatalaksanaan non farmakologis utuk mengobati
masalah kesehatan pasien dengan tanpa bahanbahan kimia atau tanpa tindakan
invasif. Termasuk dalam memberi nutrisi pada pasien, yang tidak disertai dengan
konsumsi air maka akan menghasilkan kerentanan terhadap alergi. Darah yang kental
dalam tubuh akan menjadikan kerja makanan sangat berat sehingga harus beredar
melalui paru-paru dan melepaskan beberapa lagi melalui penguapan di pernapasan.
Pernyataan ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pemberian minum
air putih hangat memberikan efek hidrostatik dan hidrodinamik dan hangatnya
membuat sirkulasi peredaran darah khususnya pada daerah paru-paru agar menjadi
lancar. Secara fisiologis, air hangat juga memberi pengaruh oksigenisasi dalam
jaringan tubuh (Hamidin, 2012). Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita (2014) minum
air hangat dapat memperlancar proses pernapasan, karena pada pernapasan pasien
asma membutuhkan suasana yang encer dan cair. Pada penderita asma minum air
hangat sangat tepat untuk membantu memperlancar pernapasan karena dengan
minum air hangat partikel-partikel pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli akan
dipecah dan menyebabkan sirkulasi pernapasan menjadi lancar sehingga mendorong
bronkioli mengeluarkan lendir. Tetapi jika sesaat setelah pemberian air minum hangat
tidak juga kunjung melegakan penderita, kombinasi dengan pemberian obat
menggunakan nebulizer. Seiring dengan meningkatnya frekuensi kejadian penyakit
asma yang disertai komplikasi yang berujung pada kematian maka perhatian terhadap
penanganan asma semakin meningkat, dari penanganan dengan farmakologis maupun
penanganan dengan non farmakologis yang saling melengkapi. Data yang
menujukkan semakin meningkatnya kasus penyakit asma disuatu daerah di Bali yaitu
salah satunya di RSUD Bangli, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ditempat tersebut selain penderita asma didaerah tersebut lumayan tinggi.
Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan karena sebagai salah satu
pengobatan non farmakologi pada pasien asma serta dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien yang lebih produktif.

B. Rumusan Masalah (Pertanyaan Klinis) Menggunakan PICO


Problem
Kelancaran Jalan Napas Pada Pasien Asma

Intervention
Mengkonsumsi Air Hangat

Comparasion
Dilakukan perbandingan di dalam jurnal

Outcome
Hasil analisis data yang dilakukan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan
Mann-Whitney U-Test, ada perbedaan kelancaran jalan napas antara sebelum dan
sesudah pemberian air hangat sebelum tindakan nebulizer pada pasien asma.. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapatpengaruh pemberian air minum hangat sebelum tindakan
nebulizer terhadapkelancaran jalan nafas pada pasien asma..
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi air hangat
sebelum tindakan nebuizer terhadap peningkatan kelancaran jalan napas pada pasien
asma.

D. Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini adalah terdapat intervensi keperawatan dalam meningkatkan
kelancaran jalan napas penderita asma

BAB II

TELAAH JURNAL
A. DESKRIPSI JURNAL :
JUDUL JURNAL 1
Mengkonsumsi Air Hangat Sebelum Tindakan
Nebulizer Meningkatkan Kelancaran Jalan
Nafas Pada Pasien Asma
Made Sudarma Adiputra, Kadek Mahendra Novita Rahayu 2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL


Apa masalah penelitian?

Hambatan jalan napas yang dialami penderita asma

Seberapa besar masalah tersebut?


Penderita asma menurut Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa Bali berada pada
urutan ke 6 dari 33 provinsi di Indonesia dengan prevalensi 6,2%. Data Riskesdas
tersebut menjelaskan bahwa yang menempati urutan pertama di Bali yaitu Kabupaten
Karangasem dengan prevalensi 12,3%, lalu disusul KabupatenBangli 8,3% kemudian
urutan yang ketiga dan seterusnya yaitu Klungkung 7,7%,Tabanan 7,2%, Jembrana
6,8%, Badung 5,9%, Buleleng 5,4%, Denpasar 4,8%, dan Gianyar 2,4%. Data asma
rawat jalan di UGD RSUD Bangli pada tahun 2014 sebanyak 717 kunjungan lalu pada
tahun 2015 terdapat 583 kunjungan dan data pada tahun 2016 sebanyak 625 kunjungan.
Sedangkan data asma rawat inap di RSUD Bangli dari tahun 2014 hingga tahun 2016
adalah sebanyak 26 orang.

Dampak masalah jika tidak diatasi?

Menyebabkan ketidaknyaman pada pasien yang mengalami asma

Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang


ada/kenyataan dengan harapan/target?

Kesenjangan yang terjadi ialah perawat mengharapkan pemberian intervensi yang


diberikan sesuai dengan target yang diharapkan

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari intervensi mengkonsumsi air
hangat sebelum tindakan nebulizer terhadap kelancaran jalan napas penderita asma.
Desain penelitian apa yang digunakan?

Quasi Eksperimen

UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :


Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?

Menggunakan kelompok pembanding

Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?

Tidak dilakukan randomisasi

Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan


randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?

Tidak dilakukan randomisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?

Tidak di lakukan di dalam penelitian

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan


perlakuan pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang
mendapatkan intervensi yang diuji cobakan?

Tidak dilakukan masking dalam penelitian

Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat


mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau
control . Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.

Tidak dijelaskan dalam penelitian


POPULASI DAN SAMPEL
Siapa populasi target dan populasi terjangkau?

Populasi Target yaitu semua pasien mengalami asma.


Populasi terjangkau yaitu pasien yang mengalami asma di di ruang UGD

Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien asma yang dirawat di UGD
RSUD Bangli.

Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien asma yang dirawat di UGD
RSUD Dr Bangli. Sebanyak 20 orang pasien

Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?

Sebanyak 20 orang pasien

PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA


Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?

Variabel dependen : kelancaran jalan naaps


Variabel independen : pengaruh mengkonsumsi air hangat sebelum tindakan nebuizer
Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Nonprobability Sampling dengan teknik sampling Consecutive Sampling.


Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Tidak menggunakan alat ukur

Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah


peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?

Tidak dilakukan uji validas dalam penelitian

Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan


pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?
Perawat selaku peneliti

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?

Uji statistik non-parametrik Wilcoxon Signed Rank Test dan U-Mann

Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat


atau on treatment analysis?

Menggunakan metode on treatment analysis

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang
drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out
dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak
diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?

Analisa Stastistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji statistik non-
parametrik Wilcoxon Signed Rank Test dan U-Mann untuk melihat pengaru intervensi
yang diberikan
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?

Responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian akan dijelaskan
mengenai penelitian setelah responden setuju untuk ikut dalam penilitian kemudian
peneliti akan melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan,
selanjutnya selama penelitian dilakukan monitoring untuk melihat hasil sebelum dan
sesudah intervensi diberikan

Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?

Semua pasien fraktur estremitas tertutup yang mengeluh nyeri


a. Responden berusia ≥ 20 tahun
b. Pasien yang mendapatkan tindakan nebulizer
c. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan sebagai
responden
d. Bisa berkomunikasi dengan baik dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap
akhir.
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam
data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian bahwa ada dilakukan uji hipotesis

Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti


menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need
to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu
menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.

Adapun tabel yang menunjukkan mengenai kelompok intervensi sebelum diberikan


air minum hangat (pretest), kelancaran jalan nafas pada pasien asma yaitu tidak
paten terdapat 10 orang (100%) dan yang paten terdapat 0 orang (0%). Sedangkan
setelah diberikan air minum hangat (posttest) pada kelompok intervensi terdapat 10
orang (100%) dengan kelancaran jalan nafas paten dan terdapat 0 orang (0%)
dengan kelancaran jalan nafas tidak paten. Terlihat jelas pada tabel tersebut
menunjukkan kelompok kontrol sebelum diberikan nebulizer (pretest), kelancaran
jalan nafas pada pasien asma yaitu tidak paten terdapat 10 orang (100%) dan yang
paten terdapat 0 orang (0%). Sedangkan setelah diberikan nebulizer (posttest) pada
kelompok kontrol terdapat 6 orang (60%) dengan kelancaran jalan nafas paten dan
terdapat 4 orang (40%) dengan kelancaran jalan nafas tidak paten.
Hasil analisis data yang dilakukan menggunakan Mann-Whitney Test, ada perbedaan
antara kelancaran jalan napas sebelum dan setelah mengkonsumsi air hangat
sebelum tindakan nebulizer pada pasien asma. Hasil ini menunjukkan adanya ada
perbedaan kelancaran jalan nafas pada kelompok intervensi dan kontrol pada pasien
asma di ruang UGD RSUD Bangli.
Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian
terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan


perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?

Peneliti menjelaskan hasil penelitiannya berpengaruh berdasarkan uji statistik yang


dilakukan

Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian


dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?

Penelitian ini dapat di terapkan di tinjau dari segala aspek

Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan


ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

B. DESKRIPSI JURNAL :

JUDUL JURNAL 2
Pengaruh Guided Imagery Terhadap Frekuensi Napas Pada Pasien Asma Di Wilayah
Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima Tahun 2017

Haris. SST. MPH, Julhana. M.Kep, Ulfa Nadira

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL


Apa masalah penelitian?

Frekuensi Napas Penderita Asma

Seberapa besar masalah tersebut?

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bima pada tahun 2016 sebanyak 434
kasus terdiri dari laki-laki 187 orang dan 247 perempuan. Data yang diperoleh dari
Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima pada tahun 2017 terhitung dari bulan
Januari s/d Oktober dengan jumlah asma sebanyak 238 kasus terdiri dari laki-laki 109
orang dan 129 perempuan.
Dampak masalah jika tidak diatasi?

Menyebabkan ketidaknyaman pada pasien yang mengalami asma

Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang


ada/kenyataan dengan harapan/target?

Kesenjangan yang terjadi ialah perawat mengharapkan pemberian intervensi yang


diberikan sesuai dengan target yang diharapkan

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari intervensi Guided Imager
terhadap frekuensi napas penderita asma

Desain penelitian apa yang digunakan?

Quasi Eksperimen

UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :


Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?
Tidak menggunakan kelompok pembanding

Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?

Dilakukan randomisasi
Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan
randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?

Menggunakan stratified random sampling. Peneliti yang melakukan randomnisasi

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?

Tidak di lakukan di dalam penelitian

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan


perlakuan pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang
mendapatkan intervensi yang diuji cobakan?

Tidak dilakukan masking dalam penelitian

Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat


mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau
control . Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.

Tidak dijelaskan dalam penelitian

POPULASI DAN SAMPEL


Siapa populasi target dan populasi terjangkau?

Populasi dalam penelitian ini yaitu semua pasien mengalami asma di wilayah kerja
Puskesmas Paruga kota Bima
Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?

Sampel dalam dalam penelitian ini yaitu semua pasien mengalami asma
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Menggunakan metode stratified random sampling

Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?

Sebanyak 30 orang pasien

PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA


Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?

Variabel dependen : frekuensi napas


Variabel independen : terapi guided imagery.

Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Alat ukur lembar observasi dan jam tangan.

Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah


peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?

Tidak dilakukan uji validas dalam penelitian

Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan


pelatihan khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?

Perawat selaku peneliti

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?

Uji stastistik yang digunakan yaitu dengan Paired T-Test


Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat
atau on treatment analysis?

Menggunakan metode on treatment analysis

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang
drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out
dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak
diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?

Analisa Stastistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji statistik wilcoxon
test

HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?

Responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian akan dijelaskan
mengenai penelitian setelah responden setuju untuk ikut dalam penilitian kemudian
peneliti akan melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan,
selanjutnya selama penelitian dilakukan monitoring untuk melihat hasil sebelum dan
sesudah intervensi diberikan

Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?

a. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar persetujuan sebagai


responden
b. Bisa berkomunikasi dengan baik dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap
akhir.

Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam


data base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa
dilakukan peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian bahwa ada dilakukan uji hipotesis

Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti


menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need
to treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu
menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.

Penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara terapi guided


imagery terhadap frekuensi napas pada pasien asma dengan nilai p=value ≤ 0,05,
maka artinya H0 ditolak dan Ha diterima atau ada pengaruh antara terapi guided
imagery terhadap frekuensi napas pada pasien asma.

Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian


terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan


perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?

Peneliti menjelaskan hasil penelitiannya berpengaruh berdasarkan uji statistik yang


dilakukan

Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian


dapat diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas,
pembiayaan, sumber daya manusia, dan aspek legal?
Penelitian ini dapat di terapkan di tinjau dari segala aspek

Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan


ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

JUDUL JURNAL 3
Effectiveness of slow deep breathing for adults with asthma
Gabriela Chaves, Guilherma Fregonezi

ITEM PERTANYAAN DALAM TELAAH JURNAL


Apa masalah penelitian?

Sesak nafas pada asma

Seberapa besar masalah tersebut?


Sesak pada kebanyakan pasien asma di Los Angeles, Amerika Serikat elum dapat
diatasi dengan baik, dan pasien tetap mengalami sesak sehingga dapat mengganggu
kenyamanan pasien. Hal ini dibuktikan bahwa masalah keperawatan utama pada pasien
asma sampai dengan hari diperbolehkan pulang yaitu masih mengeluh sesak
Dampak masalah jika tidak diatasi?

Menyebabkan ketidaknyaman pada pasien yang mengalami asma

Bagaimana kesenjangan yang terjadi? Bandingkan antara masalah yang ada/kenyataan


dengan harapan/target?

Kesenjangan yang terjadi ialah perawat mengharapkan pemberian intervensi yang


diberikan sesuai dengan target yang diharapkan

Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti ?

Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi slow deep breathing
terhadap tingkat keparahan asma

Desain penelitian apa yang digunakan?

Quasi Eksperimen

UNTUK DESAIN EKSPERIMEN :


Apakah menggunakan kelompok kontrol untuk menentukan efektifitas suatu
intervensi ?

Tidak menggunakan kelompok pembanding/ kelompok kontrol


Apakah peneliti melakukan random alokasi (randomisasi)?

Dilakukan Randomisasi
Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan
randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?

Dilakukan Randomisasi secara Sistematic Random Sampling

Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?

Tidak di lakukan di dalam penelitian

Apakah peneliti melakukan masking atau penyamaran dalam memberikan perlakuan


pada responden (responden tidak menyadari apakah sedang mendapatkan intervensi
yang diuji cobakan?

Tidak dilakukan masking dalam penelitian

Untuk menjamin kualitas pengukuran, apakah peneliti melakukan blinding saat


mengukur outcome? Blinding merupakan upaya agar sampel atau peneliti tidak
mengetahui kedalam kelompok mana sampel dimasukkan ( eksperiment atau control .
Hal ini menunjukkan upaya peneliti meningkatkan validitas informasi.

Tidak dijelaskan dalam penelitian

POPULASI DAN SAMPEL


Siapa populasi target dan populasi terjangkau?

Semua Pasien yang telah terdiagnosa asma oleh American Thoracic Society (ATS), European
Respiratory Society (ERS) or British Thoracic Society (BTS).

Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?

Sampel dalam penelitian ini yaitu semua pasien yang telah didiagnosa asma oleh American
Thoracic Society (ATS), European Respiratory Society (ERS) or British Thoracic Society
(BTS).

Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?

Sistematik Random Sampling

Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa yang
digunakan untuk menentukan jumlah sampel?

Sebanyak 120 pasien

PENGUKURAN ATAU PENGUMPULAN DATA


Variable apa saja yang diukur dalam penelitian?

Variabel dependen : tingkat keparahan asma


Variabel independen : Terapi Slow Deep Breathing

Metode apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

sistematic random sampling

Alat ukur apa yang digunakan untuk mengumpulkan data?

Alat Peak Flow Meter

Bagaimana validitas dan rehabilitas alat ukur/instrument yang digunakan? Apakah


peneliti menguji validitas dan rehabilitas alat ukur? Jika dilakukan apa metode yang
digunakan untuk menguji validitas dan rehabilitas alat ukur dan bagaimana hasilnya?

Tidak dilakukan uji validas dalam penelitian

Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan pelatihan
khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?

Perawat selaku peneliti

ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Uji Mann Whitney.

Untuk penelitian eksperimen apakah peneliti menggunakan metode intention to treat


atau on treatment analysis?

Menggunakan metode on treatment analysis

Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang
drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out
dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai selesai
saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak diikutkan
dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?

Analisa Stastistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji statistik non-parametrik
Uji Mann Whitney.

HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?

Responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian akan dijelaskan mengenai
penelitian setelah responden setuju untuk ikut dalam penilitian kemudian peneliti akan
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan, selanjutnya selama
penelitian dilakukan monitoring untuk melihat hasil sebelum dan sesudah intervensi
diberikan

Bagaimana karakteristik responden dan baseline data?

Menderita asma dengan tingkat keparahan asma dari ringan sampai berat. Bersedia menjadi
responden dengan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden. Bisa
berkomunikasi dengan baik dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir.

Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam data
base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa dilakukan
peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah hipotesis
penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )? Apakah
hasil penelitian juga bermakna secara klinis?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian bahwa ada dilakukan uji hipotesis

Untuk penelitian eksperimen dengan variable dependen kategorik apakah peneliti


menjelaskan tentang nilai kepentingan klinis dari hasil penelitian seperti number need to
treat (NTT), relative risk reduction (RRR) atau absolute risk reduction (ARR).

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.

Hasil Uji Mann Whitney didapatkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,002 dimana 0,002
< 0,05 maka H1 diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaru terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan asma pada pasien asma.
Dapat disimpulkan bahwa terapi slow deep breathing mempunyai pengaruh dalam
penurunan tingkat keparahan asma pada pasien asma. Dengan demikian terapi slow
deep breathing dapat digunakan sebagai terapi tambahan yang efektif untuk
mengurangi tingkat keparahan asma selain dengan terapi farmakologi.

Bagaimana peneliti membandingkan hasil penelitiannya dengan penelitian-penelitian


terdahulu serta teori yang ada saat ini untuk menunjukkan adanya relevansi?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Bagaimana peneliti menjelaskan makna dan relevansi hasil penelitiannya dengan


perkembangan ilmu keperawatan/kesehatan serta terhadap pemecahan masalah?

Peneliti menjelaskan hasil penelitiannya berpengaruh berdasarkan uji statistik yang


dilakukan

Bagaimana nilai kepentingan (importancy) hasil penelitian?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian dapat
diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan,
sumber daya manusia, dan aspek legal?

Penelitian ini dapat di terapkan di tinjau dari segala aspek

Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian

Apakah peneliti menjelaskan kekuatan dan kelemahan penelitian? Apakah kelemahan


ini tidak menurunkan validitas hasil penelitian?

Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian


C. Ekstraksi Data Jurnal dan Critical Appraisal
N Penelitian (Peneliti & Sampel Desain/Seleksi Intervensi Hasil temuan/Kesimpulan Level Komentar reviewer (kekuatan dan
O Waktu) (karakteristik, responden peneliti Penelitian keterbatasan penelitian)
ukuran,
setting)
1 Mengkonsumsi Air Sampel dalam Nonprobabilit Mengonsu Hasil dan Analisa: Hasil uji (IIa) Kekuatan :
Hangat Sebelum penelitian ini Sampling msi air Wilcoxon didapatkan p value
Tindakan adalah dengan hangat sebesar 0,002, yang Peneliti menjelaskan secara jelas
sebagian Consecutive menunjukkan bahwa terdapat terkait latar belakang, tujuan,
Nebulizer
pasien ama Sampling. pengaruh pemberian air metode dan hasil penelitian
Meningkatkan minum hangat sebelum
yang dirawat penelitian ini merupakan
Kelancaran Jalan tindakan nebulizer terhadap
di UGD penelitian eksperimen semu,
kelancaran jalan nafas pada
RSUD Bangli. penelitian ini menggunakan
Nafas Pada Pasien pasien asma. Hasil uji Mann
Sebanyak 20 kelompok pembanding dalam
Asma Whitney didapatkan p
orang pasien. value sebesar 0.029, artinya penenelitian.

Made Sudarma terdapat perbedaan pengaruh


pemberian air minum
Adiputra, Kadek
hangat sebelum tindakan
Mahendra Novita nebulizer terhadap kelancaran
Rahayu jalan nafas.

( 2017 )

2 Pengaruh Guided Sampel dalam stratified Pengaruh (IIa) Kekuatan :


Imagery Terhadap dalam random Guided Hasil: Penelitian
Frekuensi Napas Pada penelitian ini sampling Imagery menunjukkan adanya pengaruh Peneliti menjelaskan secara jelas
Pasien Asma Di yaitu semua yang signifikan antara terapi terkait latar belakang, tujuan,
Wilayah Kerja pasien guided imagery terhadap metode dan hasil penelitian
Puskesmas Paruga mengalami frekuensi napas pada pasien
Kota Bima asma di penelitian ini merupakan
asma dengan nilai p=value ≤
Wilayah Kerja 0,05, maka artinya H0 ditolak penelitian eksperimen semu
Puskesmas dan Ha diterima atau ada
Paruga Kota pengaruh antara terapi guided Kelemahan :
Bima imagery terhadap frekuensi
Haris. SST. MPH1, sebanyak 30 napas pada pasien asma. Tidak dilakukan pengambilan
orang
Julhana. M.Kep2, Ulfa kelompok kontrol dalam
responden
Nadira3 ta Bima penelitian

2017

3 Effectiveness of Sampel Sistematik Slow deep Hasil Uji Mann Whitney (IIa) Kekuatan :
slow deep dalam random breathing didapatkan hasil Asymp. Sig.
breathing for penelitian ini sampling (2-tailed) = 0,002 dimana Peneliti menjelaskan secara jelas
adults with yaitu 0,002 < 0,05 maka H1 diterima terkait latar belakang, tujuan,
H0 ditolak sehingga dapat
asthma berjumlah metode dan hasil penelitian
disimpulkan bahwa terdapat
Gabriela 120 pasien penelitian ini merupakan
pengaruh terapi slow deep
Chaves, yang telah breathing terhadap tingkat penelitian eksperimen semu,
Guilherma didiagnosa keparahan asma pada pasien penelitian ini menggunakan
Fregonezi asma oleh asma. Dapat disimpulkan kelompok pembanding dalam
American bahwa terapi slow deep penenelitian.
2013 Thoracic breathing mempunyai
Society pengaruh dalam penurunan
(ATS), tingkat keparahan asma pada
European pasien asma. Dengan demikian
Respiratory terapi slow deep breathing
dapat digunakan sebagai terapi
Society
tambahan yang efektif untuk
(ERS) or mengurangi tingkat keparahan
British asma selain dengan terapi
Thoracic farmakologi.
Society
(BTS).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegawat daruratan pernafasan akan penyakit asma salah satu bentuk peradangan
kronis jalan napas yang menyebabkan penurunan kualitas hidup bahkan jika tidak
langsung ditangani akan menyebabkan kematian. Penyakit ini memiliki beberapa
gejala seperti nafas tersenggal-senggal, nafas pendek, dada sesak, dan batuk dengan
intensitas yang bervariasi, bersamaan dengan keterbatasan kemampuan dalam
ekspirasi. Penyakit asma adalah peradangan pada paru-paru kronis yang bereaksi pada
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala berulang berupa batuk, sesak nafas,
atau rasa berat didada yang bersifat tidak menentu saat penyerangannya. Serangan
asma yang terjadi pada umumnya memiliki pola yang tidak menentu, baik dari sisi
waktu, kondisi, derajat asma, dan faktor-faktor penyebabnya. Hal tersebut bila terus
terjadi dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita dan pada kasus-kasus
yang lebih serius dapat menyebabkan kematian.
Berbagai macam terapi dapat digunakan untuk mengurangi rasa esak dan tingkat
keparahan asma yang dirasakan oleh pasien asma diantaranya terapi terapi
mengkonsumsi air hangat, tguided imagery dan slow deep breathing

B. Saran

Peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan untuk mengajarkan berbagai macam


terapi atau teknik non farmakologi kepada pasien yang mengalami asma. Dengan
teknik relaksasi dan terapi untuk pasien yang mengalami asma dapat mengurani sesak
dan tingkkat kearahan asma,. karena itu, penerapan terapi mengkonsumsi air hangat,
teknik relaksasi nafas dan guided imagery sebagai terapi komplementer
direkomendasikan untuk pasien yang mengalami asma.

Anda mungkin juga menyukai