LITERATUR REVIEW
Oleh :
NIM P0
A. Latar Belakang
Angka kejadian masalah kesehatan akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan
perubahan pola hidup masyarakat modern, yang terkadang disebabkan oleh alergi
baik dari polusi lingkungan, maupun zat-zat yang ada didalam makanan. Salah
satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah asma. Asma
merupakan penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat dihampir
semua negara di dunia. Asma diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan
derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mematikan
(Medicafarma, 2018; Sundaru, 2017).
Penyakit asma menjadi masalah yang sangat dekat dengan masyarakat karena
populasi yang menderita asma semakin bertambah. Hal tersebut dinyatakan dalam
survey The Global Initiative for Asthma (GINA), ditemukan bahwa kasus asma
diseluruh dunia mencapai 300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 pasien
asma bertambah menjadi 400 juta jiwa (GINA, 2015). WHO pun mendukung
pernyataan tersebut dengan hasil penelitiannya yang memperkirakan bahwa 235
juta orang saat ini yang menderita asma. Sebagian besar asma terkait kematian,
hal ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah kebawah
(WHO,2014). Data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2019) di
Indonesiapenyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab kesakitan dan
kematian. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, bahwa prevalensi kasus
penderita asma diseluruh Indonesia adalah 4,5%.
Penderita asma menurut Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa Bali
berada pada urutan ke 6 dari 33 provinsi di Indonesia dengan prevalensi 6,2%.
Data Riskesdas tersebut menjelaskan bahwa yang menempati urutan pertama di
Bali yaitu Kabupaten Karangasem dengan prevalensi 12,3%, lalu disusul
KabupatenBangli 8,3% kemudian urutan yang ketiga dan seterusnya yaitu
Klungkung 7,7%,Tabanan 7,2%, Jembrana 6,8%, Badung 5,9%, Buleleng 5,4%,
Denpasar 4,8%, dan Gianyar 2,4%. Data asma rawat jalan di UGD RSUD Bangli
pada tahun 2014 sebanyak 717 kunjungan lalu pada tahun 2015 terdapat 583
kunjungan dan data pada tahun 2016 sebanyak 625 kunjungan. Sedangkan data asma
rawat inap di RSUD Bangli dari tahun 2014 hingga tahun 2016 adalah sebanyak 26
orang.
Berdasarkan data tersebut, dari bulan Januari hingga April 2017 terdapat 144
kunjungan ke UGD RSUD Bangli. Meningkatnya kunjungan tersebutlah maka
peneliti tertarik meneliti di RSUD Bangli yang pada data tahun 2013 menunjukkan
posisi kedua sedangkan di RSUD Karangasem (posisi pertama) pada bulan Januari
hingga April 2017 tidak sebanyak di RSUD Bangli. World Health Organization
(WHO) mendefinisikan asma sebagai penyakit kronis bronkial, yaitu saluran udara
yang menuju ke paru-paru. Istilah asma ini diambil dari kata Yunani yang artinya
terengah-engah dan berarti serangan pendek (Price dan Wilson, 2006). Asma adalah
penyakit inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan peningkatan
hiperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi,
sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam menjelang dini hari,
peningkatan frekuensi pernafasan, hyperventilation, hyperinflasi, fluktuasi kadar CO 2.
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan (United States
Environmental Protection Agency, 2004) dengan pengelolaan lengkap, tidak hanya
dengan terapi farmakologis namun juga dengan terapi non farmakologis yaitu untuk
mengontrol gejala asma. Selama ini terapi yang digunakan adalah terapi farmakologis
dalam, seperti Nebulizer digunakan dengan cara menghirup larutan obat yang telah
diubah menjadi bentuk kabut atau uap. Fungsi dari nebulizer ini adalah sama seperti
obat lain namun mempunyai daya efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan melalui
obat mulut ataupun oral, karena nebulizer ini mempunyai tujuan untuk mengurangi
sesak dan untuk melancarkan dahak.
Namun mengingat banyaknya efek samping dari pengobatan asma jangka
panjang dan kenyataannya bahwa gangguan-gangguan psikologis seperti cemas dan
depresi berperan dalam kekambuhan asma, maka terapi komplementer saat ini banyak
dimanfaatkan oleh pasien asma (Kusumawati, 2014) Pengobatan asma dengan terapi
komplementer dapat dilakukan dengan teknik pernapasan, teknik relaksasi,
akupuntur, chiropractic, homoeopati, naturopati dan hipnosis (The Asthma
Foundation of Victoria, 2012). Salah satu masalah yang diakibatkan oleh asma
menurut Sari (2016) adalah adanya penumpukan sputum pada saluran pernapasan.
Beberapa gejala klinis akibat penumpukan sputum ini adalah pernapasan cuping
hidung, peningkatan respiratory rate, dyspnea, timbul suara krekels saat diauskultasi,
dan kesulitan bernapas. Kesulitan bernapas akan menghambat pemenuhan suplai
oksigen dalam tubuh sehingga suplai oksigen berkurang. Berkurangnya suplai
oksigen dalam tubuh akan membuat kematian sel, hipoksemia dan penurunan
kesadaran. Penanganan pada pasien asma dengan masalah kebersihan jalan napas
bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasan sehingga suplai oksigen yang
masuk ke dalam tubuh dapat terpenuhi dan gangguan akibat berkurangnya suplai
oksigen tidak terjadi.
Menghindari hal tersebut, ada beberapa penatalaksanaan perawat sebagai tim
medis dengan tindakan mandiri yaitu terapi non farmakologis dalam mengurangi
gejala asma dan memperbaiki kualitas hidup yaitu dengan terapi pemberian air hangat
sebelum melakukan tindakan nebulizer. Menurut Batmanghelidj (2017) sebuah aspek
penting dari penemuan tentang air dalam keperawatan merupakan tindakan mandiri
yang dapat dipergunakan sebagai penatalaksanaan non farmakologis utuk mengobati
masalah kesehatan pasien dengan tanpa bahanbahan kimia atau tanpa tindakan
invasif. Termasuk dalam memberi nutrisi pada pasien, yang tidak disertai dengan
konsumsi air maka akan menghasilkan kerentanan terhadap alergi. Darah yang kental
dalam tubuh akan menjadikan kerja makanan sangat berat sehingga harus beredar
melalui paru-paru dan melepaskan beberapa lagi melalui penguapan di pernapasan.
Pernyataan ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa pemberian minum
air putih hangat memberikan efek hidrostatik dan hidrodinamik dan hangatnya
membuat sirkulasi peredaran darah khususnya pada daerah paru-paru agar menjadi
lancar. Secara fisiologis, air hangat juga memberi pengaruh oksigenisasi dalam
jaringan tubuh (Hamidin, 2012). Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita (2014) minum
air hangat dapat memperlancar proses pernapasan, karena pada pernapasan pasien
asma membutuhkan suasana yang encer dan cair. Pada penderita asma minum air
hangat sangat tepat untuk membantu memperlancar pernapasan karena dengan
minum air hangat partikel-partikel pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli akan
dipecah dan menyebabkan sirkulasi pernapasan menjadi lancar sehingga mendorong
bronkioli mengeluarkan lendir. Tetapi jika sesaat setelah pemberian air minum hangat
tidak juga kunjung melegakan penderita, kombinasi dengan pemberian obat
menggunakan nebulizer. Seiring dengan meningkatnya frekuensi kejadian penyakit
asma yang disertai komplikasi yang berujung pada kematian maka perhatian terhadap
penanganan asma semakin meningkat, dari penanganan dengan farmakologis maupun
penanganan dengan non farmakologis yang saling melengkapi. Data yang
menujukkan semakin meningkatnya kasus penyakit asma disuatu daerah di Bali yaitu
salah satunya di RSUD Bangli, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
ditempat tersebut selain penderita asma didaerah tersebut lumayan tinggi.
Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan karena sebagai salah satu
pengobatan non farmakologi pada pasien asma serta dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien yang lebih produktif.
Intervention
Mengkonsumsi Air Hangat
Comparasion
Dilakukan perbandingan di dalam jurnal
Outcome
Hasil analisis data yang dilakukan menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan
Mann-Whitney U-Test, ada perbedaan kelancaran jalan napas antara sebelum dan
sesudah pemberian air hangat sebelum tindakan nebulizer pada pasien asma.. Hasil ini
menunjukkan bahwa terdapatpengaruh pemberian air minum hangat sebelum tindakan
nebulizer terhadapkelancaran jalan nafas pada pasien asma..
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mengkonsumsi air hangat
sebelum tindakan nebuizer terhadap peningkatan kelancaran jalan napas pada pasien
asma.
D. Manfaat
Manfaat dalam penelitian ini adalah terdapat intervensi keperawatan dalam meningkatkan
kelancaran jalan napas penderita asma
BAB II
TELAAH JURNAL
A. DESKRIPSI JURNAL :
JUDUL JURNAL 1
Mengkonsumsi Air Hangat Sebelum Tindakan
Nebulizer Meningkatkan Kelancaran Jalan
Nafas Pada Pasien Asma
Made Sudarma Adiputra, Kadek Mahendra Novita Rahayu 2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika PPNI Bali
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari intervensi mengkonsumsi air
hangat sebelum tindakan nebulizer terhadap kelancaran jalan napas penderita asma.
Desain penelitian apa yang digunakan?
Quasi Eksperimen
Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien asma yang dirawat di UGD
RSUD Bangli.
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien asma yang dirawat di UGD
RSUD Dr Bangli. Sebanyak 20 orang pasien
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang
drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out
dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak
diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Analisa Stastistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji statistik non-
parametrik Wilcoxon Signed Rank Test dan U-Mann untuk melihat pengaru intervensi
yang diberikan
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian akan dijelaskan
mengenai penelitian setelah responden setuju untuk ikut dalam penilitian kemudian
peneliti akan melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan,
selanjutnya selama penelitian dilakukan monitoring untuk melihat hasil sebelum dan
sesudah intervensi diberikan
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian bahwa ada dilakukan uji hipotesis
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu
menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
B. DESKRIPSI JURNAL :
JUDUL JURNAL 2
Pengaruh Guided Imagery Terhadap Frekuensi Napas Pada Pasien Asma Di Wilayah
Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima Tahun 2017
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bima pada tahun 2016 sebanyak 434
kasus terdiri dari laki-laki 187 orang dan 247 perempuan. Data yang diperoleh dari
Wilayah Kerja Puskesmas Paruga Kota Bima pada tahun 2017 terhitung dari bulan
Januari s/d Oktober dengan jumlah asma sebanyak 238 kasus terdiri dari laki-laki 109
orang dan 129 perempuan.
Dampak masalah jika tidak diatasi?
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh
peneliti ?
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh dari intervensi Guided Imager
terhadap frekuensi napas penderita asma
Quasi Eksperimen
Dilakukan randomisasi
Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan
randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?
Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Populasi dalam penelitian ini yaitu semua pasien mengalami asma di wilayah kerja
Puskesmas Paruga kota Bima
Siapa sampel penelitian? Apa kriteria inklusi dan eksklusi sampel?
Sampel dalam dalam penelitian ini yaitu semua pasien mengalami asma
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Menggunakan metode stratified random sampling
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa
yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang
drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out
dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai
selesai saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak
diikutkan dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Analisa Stastistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji statistik wilcoxon
test
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian akan dijelaskan
mengenai penelitian setelah responden setuju untuk ikut dalam penilitian kemudian
peneliti akan melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan,
selanjutnya selama penelitian dilakukan monitoring untuk melihat hasil sebelum dan
sesudah intervensi diberikan
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah
hipotesis penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )?
Apakah hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian bahwa ada dilakukan uji hipotesis
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam
penelitian berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai
dengan hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu
menjelaskan rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
JUDUL JURNAL 3
Effectiveness of slow deep breathing for adults with asthma
Gabriela Chaves, Guilherma Fregonezi
Berdasarkan masalah penelitian, apa tujuan dan hipotesis yang ditetapkan oleh peneliti ?
Dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas terapi slow deep breathing
terhadap tingkat keparahan asma
Quasi Eksperimen
Dilakukan Randomisasi
Jika peneliti melakukan randomisasi, bagaimana prosedurnya, apakah dilakukan
randomisasi sederhana, blok, stratifikasi? Siapa yang melakukan randomisasi?
Jika ternyata pada data dasar (base line) terdapat perbedaan karakteristik/variable
perancu pada kedua kelompok, apakah peneliti melakukan pengendalian pada uji
statistic dengan stratifikasi atau uji multivariate?
Semua Pasien yang telah terdiagnosa asma oleh American Thoracic Society (ATS), European
Respiratory Society (ERS) or British Thoracic Society (BTS).
Sampel dalam penelitian ini yaitu semua pasien yang telah didiagnosa asma oleh American
Thoracic Society (ATS), European Respiratory Society (ERS) or British Thoracic Society
(BTS).
Bagaimana metode sampling yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi
target?
Berapa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian? Metode atau rumus apa yang
digunakan untuk menentukan jumlah sampel?
Siapa yang melakukan pengukuran atau pengumpulan data? Apakah dilakukan pelatihan
khusus untuk observer atau yang melakukan pengukuran?
ANALISIS DATA
Uji Statistik apa yang digunakan untuk menguji hipotesis atau menganalisis data?
Uji Mann Whitney.
Intention to treat adalah menganalisis semua sampel yang megikuti penelitian, baik yang
drop out, loss follow up atau berhenti sebelum penelitian selesai. Sampel yang drop out
dianggap hasil intervensi yang gagal.
On treatment analysis hanya menganalisis sampel yang mengikuti penelitian sampai selesai
saja, sedangkan sampel drop out diannggap tidak mengikuti penelitian dan tidak diikutkan
dalam analisis.
Program atau software statistic apa yang digunakan peneliti untuk menganalisis data?
Analisa Stastistik dilakukan dengan menggunakan SPSS dengan uji statistik non-parametrik
Uji Mann Whitney.
HASIL PENELITIAN
Bagaimana alur (flow) penelitian yang menggambarkan responden yang mengikuti
penelitian sampai selesai, drop out dan loss follow up?
Responden yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian akan dijelaskan mengenai
penelitian setelah responden setuju untuk ikut dalam penilitian kemudian peneliti akan
melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah ditetapkan, selanjutnya selama
penelitian dilakukan monitoring untuk melihat hasil sebelum dan sesudah intervensi
diberikan
Menderita asma dengan tingkat keparahan asma dari ringan sampai berat. Bersedia menjadi
responden dengan menandatangani lembar persetujuan sebagai responden. Bisa
berkomunikasi dengan baik dan mengikuti prosedur penelitian sampai tahap akhir.
Pada penelitian eksperiment apakah variable perancu (counfounding variable) dalam data
base line tersebar seimbang pada setiap kelompok? Jika tidak seimbang apa dilakukan
peneliti untuk membuat penelitian bebas dari pengaruh variable perancu?
Apa hasil utama dari penelitian? Jika peneliti melakukan uji hipotesis, apakah hipotesis
penelitian terbukti atau tidak terbukti (bermakna atau tidak secara statistic )? Apakah
hasil penelitian juga bermakna secara klinis?
Tidak dijelaskan didalam jurnal penelitian bahwa ada dilakukan uji hipotesis
DISKUSI
Bagaimana interpretasi peneliti terhadap hasil penelitian? Apakah peneliti membuat
interpretasi yang rasional dan ilmiah tentang hal-hal yang ditemukan dalam penelitian
berdasarkan teori terkini? Catatan: meskipun hasil penelitian tidak sesuai dengan
hipotesis, namun suatu penelitian tetap berkualitas jika peneliti mampu menjelaskan
rasional secara ilmiah mengapa hipotesisnya tidak terbukti.
Hasil Uji Mann Whitney didapatkan hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,002 dimana 0,002
< 0,05 maka H1 diterima H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaru terapi slow deep breathing terhadap tingkat keparahan asma pada pasien asma.
Dapat disimpulkan bahwa terapi slow deep breathing mempunyai pengaruh dalam
penurunan tingkat keparahan asma pada pasien asma. Dengan demikian terapi slow
deep breathing dapat digunakan sebagai terapi tambahan yang efektif untuk
mengurangi tingkat keparahan asma selain dengan terapi farmakologi.
Bagaimana applicability hasil penelitan menurut peneliti ? Apakah hasil penelitian dapat
diterapkan pada tatanan praktik keperawatan ditinjau dari aspek fasilitas, pembiayaan,
sumber daya manusia, dan aspek legal?
Apakah mungkin penelitian ini direplikasi pada setting pratik klinik lainnya?
( 2017 )
2017
3 Effectiveness of Sampel Sistematik Slow deep Hasil Uji Mann Whitney (IIa) Kekuatan :
slow deep dalam random breathing didapatkan hasil Asymp. Sig.
breathing for penelitian ini sampling (2-tailed) = 0,002 dimana Peneliti menjelaskan secara jelas
adults with yaitu 0,002 < 0,05 maka H1 diterima terkait latar belakang, tujuan,
H0 ditolak sehingga dapat
asthma berjumlah metode dan hasil penelitian
disimpulkan bahwa terdapat
Gabriela 120 pasien penelitian ini merupakan
pengaruh terapi slow deep
Chaves, yang telah breathing terhadap tingkat penelitian eksperimen semu,
Guilherma didiagnosa keparahan asma pada pasien penelitian ini menggunakan
Fregonezi asma oleh asma. Dapat disimpulkan kelompok pembanding dalam
American bahwa terapi slow deep penenelitian.
2013 Thoracic breathing mempunyai
Society pengaruh dalam penurunan
(ATS), tingkat keparahan asma pada
European pasien asma. Dengan demikian
Respiratory terapi slow deep breathing
dapat digunakan sebagai terapi
Society
tambahan yang efektif untuk
(ERS) or mengurangi tingkat keparahan
British asma selain dengan terapi
Thoracic farmakologi.
Society
(BTS).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawat daruratan pernafasan akan penyakit asma salah satu bentuk peradangan
kronis jalan napas yang menyebabkan penurunan kualitas hidup bahkan jika tidak
langsung ditangani akan menyebabkan kematian. Penyakit ini memiliki beberapa
gejala seperti nafas tersenggal-senggal, nafas pendek, dada sesak, dan batuk dengan
intensitas yang bervariasi, bersamaan dengan keterbatasan kemampuan dalam
ekspirasi. Penyakit asma adalah peradangan pada paru-paru kronis yang bereaksi pada
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala berulang berupa batuk, sesak nafas,
atau rasa berat didada yang bersifat tidak menentu saat penyerangannya. Serangan
asma yang terjadi pada umumnya memiliki pola yang tidak menentu, baik dari sisi
waktu, kondisi, derajat asma, dan faktor-faktor penyebabnya. Hal tersebut bila terus
terjadi dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup penderita dan pada kasus-kasus
yang lebih serius dapat menyebabkan kematian.
Berbagai macam terapi dapat digunakan untuk mengurangi rasa esak dan tingkat
keparahan asma yang dirasakan oleh pasien asma diantaranya terapi terapi
mengkonsumsi air hangat, tguided imagery dan slow deep breathing
B. Saran