(P17420613049)
2. DEWIAYU INDAH P
(P17420613050)
3. DIAN HARDIYANTI N
(P17420613051)
BAB I
PENDUHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan alasan yang paling umum dikeluhkan oleh klien dengan
diagnosa kanker. Pada 70% klien dengan kanker mengalami nyeri yang parah yang
disebabkan oleh penyakit maupun pengobatannya. Kejadian nyeri meningkat
seiring perkembangan penyakit dan bervariasi sesuai tempat premiernya. Faktor
lain yang turut berkontribusi yaitu stadium penyakit, adanya metastasis, lepasnya
mediator-mediator kimiawi oleh sel-sel tumor, dan faktor dari klien sendiri seperti
cemas dan depresi. Nyeri pada kanker sangatlah mengganggu dan menyulitkan
klien namun perawat tidak dapat melihat dan merasakan nyeri tersebut karena nyeri
bersifat subjektif.
Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa penderita kanker mengalami lebih
dari satu tipe nyeri. Pada sebuah survey, 81% klien dilaporkan mengeluhkan dua
atau lebih tipe nyeri sedangkan 34% melaporkan lebih dari tiga tipe nyeri. 69%
klien kanker yang disurvei melaporkan bahwa nyeri berat akibat kanker membuat
mereka ingin bunuh diri dan 57% klien memprediksikan hidup mereka akan
berakhir dengan sangat nyeri. Sehingga diperlukan inovasi-inovasi untuk
meringankan nyeri kanker tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
A Untuk memenuhi target kompetensi praktik klinik keperawatan maternitas di
RSUP Dr. Kariadi.
B Untuk mengembangkan dan memperbaharui desian inovatif untuk mengatasi
nyeri pada pasien kanker.
2. Tujuan Khusus
A Mengetahui konsep nyeri
B Mengetahui mekanisme Nyeri Kanker
C Mengetahui dan memberitahu pasien manajemen Nyeri pada Kanker
D Mengetahui dan mengajarkan teknik untuk Mengatasi Nyeri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Nyeri
Nyeri adalah senssasi subjektif, rasa tidak nyaman biasanya berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial (Corwin) ketika sesuatu jaringan
mengalami ceera, atau kerusakan mngakibatkan dilepasnya bahan-bahan yang
dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium,
bradikinin, prostaglandin, dan substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri
(Kozier). Nyeri juga disebabkan stimulus mekanik seperti pembengkakakn jaringan
yang menekan pada reseptor nyeri (Taylor).
Saat seseorang mengalami nyeri, banyak faktor yang dapat mempengaruhi
nyeri yang dirasakan dan cara mereka bereaksi terhadapnya. Faktor-faktor ini dapat
meningkatkan atau menurunkan persepsi nyeri pasien, toleransi terhadap nyeri dan
mempengaruhi reaksi terhadap nyeri (Le Mone & Burke).
Reaksi fisik seseorang terhadap nyeri meliputi perubahan neurologis yang
spesifik dan sering dapat diperkirakan. Kenyataannya, setiap orang mempunyai
jaras nyeri yang sama, atau dengan kata lain setiap orang menerima stimulus nyeri
pada intensitas yang sama. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai
faktor yang saling berinteraksi mencakup umur, sosial budaya, status emosional,
pengalaman nyeri masa lalu, sumber dan anti dari nyeri dan dasar pengetahuan
pasien. Ketika sesuatu menjelaskan seseorang sangat sensitif terhadap nyeri,
sesuatu ini merujuk kepada toleransi nyeri seseorang dimana seseorang dapat
menahan
nyeri
sebelum
memperlihatkan
reaksinya.
Kemampuan
untuk
akibatnya, ia ingin nyerinya segera reda dan sebelum nyeri tersebut menjadi
lebih parah Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mencrima
peredaan nyeri yang tidak adekuat di masa lalu. Individu dengan pengalaman
nyeri
berulang
dapat
mengetahui
ketakutan
peningkatan
nyeri
dan
pada individu lansia yang sehat persepsi nyeri mungkin tidak berubah (Smeltzer
& Bare).
Diperkirakan lebih dari 85% dewasa tua mempunyai sedikitnya satu
masalah kesehatan kronis yang dapat menyebabkan nyeri. Lansia cenderung
mengabaikan lama sebelum melaporkannya atau mencari perawatan kesehatan
karena sebagian dari mereka menganggap nyeri menjadi bagian dari penuaan
normal. Sebagian lansia lainnya tidak mencari perawatan kesehatan karena
mereka takut nyeri tersebut menandakan penyakit yang serius. Penilaian tentang
nyeri dan ketepatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan
pereda ketimbang didasarkan pada usia (Smeltzer & Bare).
4. Jenis Kelamin
Menurut Oakley (1972) jenis kelarnin (sex) merupakan perbedaan yang
telah dikodratkan Tuhan, olch sebab itu, bersifat permanen. Perbedaan antara
laki-laki dan perempuan tidak sekadar bersifat biologis, akan tetapi juga dalam
aspek sosial kultural. Perbedaan secara sosial kultural antara laki-laki dan
perempuan merupakan dampak dari sebuah proses yang membentuk berbagai
karakter sifat gender. Perbedaan gender antara manusia berjenis kelamin lakilaki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Terbentuknya
perbedaan-perbedaan gender disebabkan oleh berbagai faktor terutarna
pembentukan, sosialisasi, kemudian diperkuat dan dikonstruksi baik secara
sosial kultural, melalui ajaran keagamaan maupun negara (Ahyar & Anshari).
Karakteristik jenis kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan
tingkat kerentanan memegang peranan tersendiri. Berbagai penyakit tertentu
ternyata erat hubungannya dengan jenis kelatnin, dengan berbagai sifat tertentu.
Penyakit yang hanya dijumpai pada jenis kelamin tertentu, terutama yang
berhubungan erat dengan alat reproduksi atau yang secara genetik berperan
dalam perbedaan jenis kelarnin (Noor).
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang berbeda dapat belajar
dengan cepat untuk mengabaikan nyeri daripada mengeksploitasi nyeri untuk
rnemperoeh perhatian dan pelayanan dari anggota keluarga. Anak-anak mungkin
belajar bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam
mengekspresikan nyeri. Anak perempuan boleh pulang ke rumah sambil
menangis ketika lututnya terluka, sedangkan anak laki-laki diberitahu untuk
berani dan tidak menangis. Laki-laki dan perempuan dewasa mungkin
6. Nilai Agama
Pada beberapa agama, individu menganggap nyeri dan penderitaan sebagai
cara untuk membersihkan dosa. Pemahaman ini membantu individu menghadapi
nyeri dan menjadikan sebagai sumber kekuatan. Pasien dengan kepercayaan ini
mungkin menolak analgetik dan metode penyembuhan lainnya; karena akan
mengurangi persembahan mereka (Taylor & Le Mane).
7. Lingkungan dan Dukungan Orang Terdekat
Lingkungan dan kehadiran dukungan keluarga juga dapat mempengaruhi
nyeri seseorang. Banyak orang yang merasa lingkungan pelayanan kesehatan
yang asing, khususnya cahaya, kebisingan, aktivitas yang sama di ruang
perawatan intensif, dapat menambah nyeri yang dirasakan.
Pada beberapa pasien, kehadiran keluarga yang dicintai atau teman bisa
mengurangi rasa nyeri mereka, namun ada juga yang lebih suka menyendiri
ketika merasakan nyeri. Beberapa pasien menggunakan nyerinya untuk
rnemperoleh perhatian khusus dan pelayanan dari keluarganya (Taylor & Le
Mone).
B. Mekanisme Nyeri Kanker
Nyeri kanker umumnya diakibatkan oleh infiltrasi sel tumor pada struktur
yang sensitif dengan nyeri seperti tulang, jaringan lunak, serabut saraf, organ
dalam, dan pembuluh darah. Nyeri juga dapat diakibatkan oleh terapi pembedahan,
kemoterapi, atau radioterapi. Meskipun penyebab nyeri kanker dan tipenya
bervariasi, mekanisme yang mendasarinya telah dipahami sebagai fenomena
neurofisiologik dan neurofarmakologik.
Dua golongan nyeri kanker dipaparkan sebagai nyeri nosiseptif, terdiri dari
nyeri somatik dan nyeri viseral, dan nyeri neuropatik. Pengetahuan akan tipe nyeri
kanker penting dalam penatalaksanaan nyeri kanker yang adekuat.
C. Manajemen Nyeri pada Kanker
Terdapat 3 unsur penting dalam managemen nyeri kanker yaitu:
1. Melakukan penilaian nyeri secara tepat dan tetap
2. Pemberian opioid yang tepat
3. Melakukan intergrasi dengan terapi nyeri lain
Penatalaksanaan nyeri kanker dimulai dengan penilaian jenis nyeri,
tingkatan derajat nyeri, hal-hal yang dapat memperberat rasa nyeri atau mengurangi
nyeri. Termasuk kondisi umum pasien, untuk dapat menerima pengobatan yang
diberikan. Semua ini disiapkan dengan baik, yang dikenal dengan penilaian nyeri.
Step ladder WHO yang merupakan pedoman untuk penatalaksanaan nyeri kanker,
merekomendasikan bahwa pada kasus nyeri kanker ringan, cukup dengan
pemberian parasetamol, AINS (Anti-Inflamasi Non Steroid); kalau perlu
ditambahkan ajuvan. Penambahan ajuvan dapat diberikan pada semua tingkatan
nyeri. Untuk nyeri sedang dapat diberikan opioids ringan, seperti kodein atau
tramadol. Untuk nyeri kanker berat, bisa diberikan opioids berat seperti morphine.
Penanggulangan nyeri yang sempurna, merupakan sesuatu yang penting dalam
pengobatan kanker. WHO membolehkan kombinasi analgetik opiate dan non opiate
pada penderita kanker, dengan tingkat nyeri menengah hingga berat. Opiate
merupakan analgetik sentral, yang menghambat transduksi saraf di medulla
spinalis. Sedangkan analgetik non opiate, dalam hal ini analgetik anti-inflamasi non
steroid (AINS), merupakan analgetik perifer yang bekerja dengan menghambat
aktivitas cyclooxignase, dalam pembentukan prostaglandin sehingga sistem
noriseptor perifer tidak teraktivasi.
D. Teknik untuk Mengatasi Nyeri
A Psikoterapi
Psikoterapi menurut Hollender adalah salah satu bentuk terapi dimana
diperlukan interaksi antara si sakit dan yang merawat (therapist) sehingga akan
terjadi tukar pikiran yang dirangsang berdasarkan kebutuhan penderita, dan
terapis dengan dasar empati yang besar dapat menangkap, mengingat dan
menginterpretasikanpesan-pesan dan secara berhati-hati merubah perasaan,
pikiran dan tingkah laku penderita. (DiSaia et al, 2002)
Perawatan paliatif adalah perawatan paripurna yang bertujuan meningkatkan
kualitas hidup semaksimal mungkin dan mempersiapkan penderita untuk
menghadapi kematian dalam iman.Dalam penanganan terminal, psikoterapi
tidak saja ditujukan bagi penderita, tetapi juga keluarga bahkan team medis yang
merawat penderita. (DiSaia et al, 2002)
a. Psikoterapi pada penderita
Banyak penderita yang tidak tahu bahwa ia mengidap penyakit yang
tidak dapat disembuhkan lagi, dan dalam perawatan terminal justru
memberitahukan bahwa ia dalam kondisi terminal adalah yang tersukar.
Perlu pengkajian yang seksama melalui kerja sama yang baik dengan
keluarga. Oleh karena itu reassurance (jaminan kembali) bahwa team medis
akan berusaha semaksimal mungkin mengatasi gengguan fisik selain selalu
berada dekat adalah hal yang penting untuk diutarakan. Bila ketenangan
sudah diperoleh maka selanjutnya diupayakan agar ada jaminan keluarga
untuk tetap mencintai dan selalu berada ditempat bila dibutuhkan. Jadi
penting diketahui bahwa sebelum atau bersamaan dengan psikoterapi si
sakit, keluargapun harus mendapat psikoterapi juga. (DiSaia et al, 2002)
Seorang yang memberikan psikoterapi harus dapat menangkap pesanpesan yang dikomunikasikan penderita. Oleh karena itu mengetahui latar
belakang kehidupan penderita seperti tingkat pendidikan, budaya dan sifatsifat sebelum sakit memudahkan terapis untuk membaca apa yang tersirat
dari pembicaraan dengan penderita. Kesimpulan tidak adapat diambil dari
satu kali pertemuan, apalagi penderita terminal sudah menunjukkan tandatanda depresi atau penurunan kesadaran / apatis. Adakalanya bantuan alatalat audio visual termasuk coretan-coretan dan gambar-gambar sangat
diperlukan. Setelah interaksi terjalin baik barulah pembicaraan mengenai
tujuan hidup dan perubahan-perubahannya dapat dilakukan. (DiSaia et al,
b.
2002)
Psikoterapi pada keluarga
Tujuan memberikan psikoterapi ini adalah: (DiSaia et al, 2002)
Membuat keluarga menerima kenyataan bahwa penderita tidak lama lagi
akan pergi untuk selamanya
Mengatur kekompakkan keluarga agar penderita selalu merasa tetap di
lingkungan keluarga yang mencintainya
Memberi keputusan yang baik bagi penderita tanpa merugikan kehidupan
keluarga pada masa yang akan datang
Membantu perencanaan pasca kematian/ fase duka cita
Melatih keluarga melihat kenyataan yang buruk sangatlah sukar. Untuk
itu penting menyeleksi siapa key person dalam keluarga. Dalam
kehidupan emosionil yang sangat terganggu adakalanya penalaran tidak
begitu baik. Oleh karena itu the key person pada umumnya adalah
mereka yang emosinya sangat stabil dan dapat merupakan penentu keluarga
tersebut. Seleksi berikutnya adalah mencari anggota keluarga yang selalu
dikambinghitamkan sebagai penyebab sakit atau bertambah parahnya si
sakit. Suatu contoh seorang remaja yang nakal dituduh sebagi penyebab
sakit ibunya dll, hal ini perlu mendapat perhatian dalam psikoterapi terhadap
keluarga. Hal yang sangat penting diberitahukan bahwa penderita
mengharapkan kasih saying terakhir, takut dengan rasa kesendirian dan
bantuan moril pada saat menghadapi nyeri dan kerusakan fisik. (DiSaia et
al, 2002)
Kematian anggota keluarga yang tidak dipersiapkan akan membawa
dampak besar antara lain perasaan bersalah, saling menyalahkan bahkan
tidak jarang rebutan warisan dll. Lama berkabung dimana emosi tidak stabil
dapat berlangsung 2-3 tahun. Selama keadaan ini perubahan perilaku dapat
terjadi dan yang ditakuti adalah sifat buruk yang menetap dengan gangguan
c.
BAB III
METODOLOGI
A. Topik
B. Sub Topik
: manajemen nyeri
: manajemen nyeri kanker
C. Kelompok
1. Choirun Nisa Nur Aini
2. Dewiayu Indah Pratama
3. Dian Hardiyanti Ningrum
D. Tujuan Umum
A Untuk memenuhi target kompetensi praktik klinik keperawatan maternitas di
RSUP Dr. Kariadi.
B Untuk mengembangkan dan memperbaharui desian inovatif untuk mengatasi
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Tahap
Praeduk
asi
Jenis kegiatan
-
Mempersiapkan media
Kontrak waktu dan tempat dengan pasien
Pembukaan
Mengucapkan salam
Perkenalan
Menjelaskan tujuan
Metode
Dialog
langsung
Media
-
Waktu
5 menit
Edukasi
Lembar
mengatasi nyeri
- Diskusi Tanya
jawab
klien
15
leaflet
dengan
fasilitator
Pasca
edukasi
dilakukan
- Evaluasi pengetahuan klien tentang materi
Leaflet
5 menit
klien
Klien yang kooperatif
C. Faktor Penghambat
Adapun factor penghambat saat pelaksanaan adalah sediaan tempat yang terbatas.
D. Evaluasi Kegiatan
1. Evaluasi perasaan klien setelah edukasi dilakukan
Pasien mengaku merasa senang karena terbantu untuk mengatasi nyeri yang
selalu timbul dibuktikan dengan pasien berkali-kali mengucapkan terimakasih
kepada tim desain inovatif. Pasien juga merasa tenang dan nyaman karena ada
orang yang peduli.
2. Evaluasi pengetahuan klien tentang materi edukasi yang diberikan
Pasien mengatakan paham dengan apa yang dijelaskan oleh tim desain inovatif,
dibuktikan dengan pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan dengan tepat.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA