Anda di halaman 1dari 6

Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah Faktor Resiko Terjadinya Low Back Pain Mekanisme terjadinya

Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain. Nyeri yang


lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini Faktor resiko secara fisiologi. ada pada low Back Pain ada 2 macam:
sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 1. Umur ( 20 – 50 tahun ). 1. Nyeri Nosiseptif
2015). 2. Kurangnya latihan fisik.
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah
3. Postur yang kurang anatomis.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor
4. Kegemukan.
pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara 5. Scoliosis parah. (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum
tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan 6. HNP. kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut
seperti fisik,mental,social dan ekonomi. 7. Spondilitis. mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam 8. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ) stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor
lumbal,biasanya disebabkan oleh terdesaknya para vertebral 9. Osteoporosis. dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab
otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus 10. Merokok. dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan
pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang Faktor resiko dari lingkungan. substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsi
belakang (Brunner,2014). 1. Duduk terlalu lama.
nyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan
2. Terlalu lama pada getaran.
3. Keseleo atau terpelintir. mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung
ETIOLOGI 4. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk
1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer bola ). mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot
dan sekunder. 5. Vibrasi yang lama. yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan
2. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya Faktor resiko dari psikososial. iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu
kecelakaan. 1. Ketidak nyamanan kerja. (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.
3. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, 2. Depresi Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang
osteoporosis, spondilitis, stenosis spinal, 3. Stress merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan
spondilitis,osteoartritis. sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri
4. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan
5. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan
6.  Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi. LOW BACK PAIN (LBP)
7. Kegemukan. nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang
8. Mengangkat beban dengan cara yang salah. diakibatkan oleh aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri
9. Keseleo. nosiseptif
10. Terlalu lama pada getaran. 2. Nyeri Neurepatik Pada LBP
11. Gaya berjalan. Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau
12. Merokok. disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system
13. Duduk terlalu lama. syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP
14. Kurang latihan (oleh raga).
berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena 
15. Depresi /stress.
16. Olahraga (golp,tennis,sepak bola). Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan kanalis
spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya,
Manifestasi Klinis
fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan
1. Perubahan dalam gaya berjalan. oleh tumor dan sebagainya
a) Berjalan terasa kaku.
b) Tidak bias memutar punggung.
c) Pincang.
2.  Persyarafan Pemeriksaan Penunjang
a) Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami a) Electromyography (EMG)
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
b) Tidak terkontrol Bab dan Bak. b) CT – Scan
3. Nyeri.
a) punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan. c) MRI
b) Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
c) Nyeri otot dalam. d) Pemeriksaan darah lengkap
d) Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f) Nyeri pada pertengahan bokong
g) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat
Pengkajian Keperawatan
Lanjutan 1. Pengkajian Data Dasar
a) Aktivitas/istirahat
Penatalaksanaan Menunjukkan adanya kelemahan, kelelahan, terlalu lemah, latergi,
1. Penatalaksanaan Keperawatan. penurunan masa otot/tonus.
a) Informasi dan edukasi. b)Sirkulasi
Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), Menunjukkan adanya gagal jantung kronis, kanker, distritmia, bunyi
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas jantung ekstra, distensi vena abdomen.
termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi c) Eliminasi
tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang d) Makanan/cairan
(tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat) Kurang Nafsu Makan
b) NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, e) Neurosensori
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, Menunjukkan adanya perubahan mental.
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas. f) Nyeri/kenyamanan
2. Penatalaksanaan Medis Menunjukkan adanya nyeri pada pinggang, berhati-hati pada diri sendiri.
a) Formakoterapi. g) Pernapasan
b) Invasif non bedah Menunjukkan adanya dispnea, takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas
c) Bedah tambahan, ekspansi paru terbatas, asites, hipoksia.
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi : h) Keamanan
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat Menunjukkan adanya pruritas, demam, ikterik, ekimosis, eritema.
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif, Defisit i) Seksualitas
neurologik memburuk, Sindroma kauda, Stenosis kanal : setelah 3) Pemeriksaan fisik
terjadi konservatif tidak berhasil, Terbukti adanya kompresi a) Penurunan tonus otot
radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik b)Malaise
c) Berat badan menurun
d)Nyeri pada pinggang
e) Nyeri Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
f) Nyeri otot dalam.
g)Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
h)Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
i) Nyeri pada pertengahan bokong.
j) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
k)Ekspresi wajah meringis
l) Suhu tubuh meningkat
SDKI : Resiko Jatuh D.0143 SDKI : Defisit Perawatan Diri D.0109 SDKI : Gangguan Mobilitas Fisik SDKI : Nyeri Akut D.007
SLKI : SLKI : D.0054 SLKI :
Tingkat Jatuh L.14138 Perawatan Diri L.11103 SLKI : Mobilitas Fisik L.05042 Tingkat nyeri L.08066
1. Pergerakan ekstremitas 1. Keluhan nyeri
1. Jatuh dari tempat tidur 1. Kemampuan mandi 2. Kekuatan otot 2. Meringis
2. Jatuh saat berjalan 2. Kemampuan mengenakan pakaian 3. Nyeri Kontrol nyeri L.08063
4. Kecemasan 1. Kemampuan mengetahui nyeri
3. Jatuh saat berdiri Kemampuan makan 5. Gerakan terbatas 2. Melaporkan nyeri terkontrol
4. Jatuh saat dikamar mandi 3. Kemampuan ke toilet 6. Kelemahan fisik 3. Kemampuan menggunakan
SIKI : Dukungan Mobilisasi 1.05173 teknik non – farmakologi
5. Jatuh saat membungkuk 4. Mempertahankan kebersihan Aktifitas – aktifitas : SIKI : Manajemen Nyeri (1.08238)
SIKI : Pencegahan Jatuh (1. 14550) SIKI : Observasi : Aktifitas – aktifitas :
Aktivitas – aktivitas: Dukungan perawatan diri 1.11348 1. Identifikasi adanya nyeri atau Observasi
keluhan fisik lainnya 1. Identifikasi skala nyeri
Observasi Aktifitas – aktifitas : 2. Identifikasi toleransi melakukan 2. Identifikasi lokasi, durasi ,
1. Identifikasi faktor resiko jatuh Observasi : pergerakan intensitas , karakteristik nyeri
3. Monitor kondisi umum selama 3. Identifikasi faktor yang
2. Identifikasi faktor lingkungan yang 1. Identifikasi kebiasaan aktifitas melakukan mobilisasi mempengaruhi tingkat nyeri
meningkatkan resiko jatuh misal : lantai perawatan diri sesuai usia Terapeutik Terapeutik
1. Fasilitasi melakukan pergerakan 1. Berikan teknik non farmakologi
licin, kurangnya penerangan 2. Monitor tingkat kemandirian 2. Libatkan keluarga untuk untuk mengurangi nyeri
3. Monitor kemampuan pasien untuk 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu membantu pasien dalam (relaksasi nafas dalam,
meningkatkan pergerakan positioning)
berpindah dari tempat tidur kebersihan diri, berpalaian berhias Edukasi Kolaborasi
Terapeutik dan makan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Kolaborasi pemberian analgesik
mobilisasi
1. Pastikan roda tempat tidur pasien Terapeutik 2. Anjurkan mobilisasi dini
terkunci 1. Sediakan lingkungan yang
2. Pasang handrall tempat tidur terapeutik
SDKI : Gangguan Pola Tidur D. 0055
3. Atur posisi tempat tidur pada posisi 2. Dampingi dalam melakukan
SLKI : Pola tidur L.05045
terendah perawatan diri (mandi, 1. Keluhan sulit tidur memebaik
4. Berikan alat bantu berjalan BAB/BAK,mandi , berpakain , 2. Keluhan tidak puas tidur membaik
3. Keluhan istirahat tidak cukup membaik
5. Dekatkan bel pada jangkauan pasien makan/minum)
4. Keluhan seting terjaga membaik
Edukasi Edukasi SIKI : Dukungan Tidur 1.05174
1. Anjurkan tidak menggunakan las kaki 1. Anjurkan melakukan perawatan Observasi
diri secara konsisten sesuai 1. Identifikasi pola aktivitas tidur
yang licin
kemampuan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
2. Anjurkan memanggil atau meminta Terapeutik
bantuan keluarga saat ingin berpindah 1. Modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, suhu, dan tempat tidur)
2. Fasilitasi menghilangkah stress sebelum tidur
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
2. Anjurkan menghindari makan/ minuman yang mengganggu tidur
WOC LOW BACK PAIN (LBP)

Disusun Oleh :
SISKA NURAINI
NIM. 071202031

PROGAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta,
2014
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta,
2015
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia, 2012
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12 Februari 2014. 
PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.2018.Standar intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia:Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Perubahan postur tubuh biasanya karena
trauma primer dan sekunder.

Usia lansia Obesitas

Fibrokartilago padat Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit


TTrauma primer seperti : Trauma secara Kelebihan beban
HNP, osteoporosis, spondilitis, stenosis
dan tak teratur lumbalsakral
spontan, contohnya kecelakaan. spinal, spondilitis,osteoartritis

Stres mekanis diskus Pembentukan kurva


Kontraksi punggung
lumbal bawah lumbal abnormal

Terdesaknya otot para vetebra


Perubahan degenarasi berat Rusaknya
pembungkus saraf
Tulang belakang menyerap goncangan ventrikal
Herniasi nukleus purposus
Hiperalgesia sekuder pada
neuron di sekitar lesi pada resio
Penekanan akar saraf ketika Terjadi perubahan struktur dengan diskus susun atas
lumbal skral
keluar dari kanallis spinalis fibri fertilago dan matrik gelatinus

Nyeri punggung bawah


(Low Back Pain)
Resiko jatuh Kelemahan otot

Rasa tidak
Nyeri Akut
Mobilitas fisik terganggu Jarang bergerak Kelemahan fisik umum nyaman pada fisik

Defisit Perawatan Diri Gangguan pola


Gangguan mobilitas fisik
tidur

Anda mungkin juga menyukai