Anda di halaman 1dari 2

NAMA : SISKA NURAINI

NIM : 071202031

LAPORAN PENDAHULUAN

RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. DEFINISI PERILAKU KEKERASAN


Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria, 2009).
B. TANDA DAN GEJALA
Menurut Fitria,  (2009), tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, adalah sebagai berikut:
1) Fisik: pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah, serta
postur tubuh kaku.
2) Verbal: mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras dan
kasar, sikap ketus.
3) Perilaku: menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan,
sikap menentang, dan amuk/agresif.
4) Emosi: jengkel, selalu menyalahkan, menuntut, perasaan terganggu, dan ingin berkelahi.
5) Intelektual: mendominasi, cerewet atau bawel, meremehkan, suka berdebat, dan
mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6) Sosial: penolakan untuk didekati, mengasingkan diri, melakukan kekerasan, suka
mengejek, dan mengkritik.
7) Spiritual: merasa diri berkuasa, tidak realistik, kreatifitas terlambat, ingin orang lain
memenuhi keinginannya, dan merasa diri tidak berdosa.
C. FAKTOR PENYEBAB
Perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga
diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh
perilaku sesuai dengan ideal diri. Faktor presipitasi
 Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan
sebagainya.
 Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
 Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan
dalam menyelesaikan konflik.
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya
sebagai seorang yang dewasa.
 Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme
dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
D. RENTANG RESPON MARAH
Respon adaptif                                                
Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk/RPK


Keterangan:
1.    Asertif, adalah perilaku yang bisa menyatakan perasaan dengan jelas dan langsung, jarak bicara
tepat, kontak mata tapi tidak mengancam, sikap serius tapi tidak mengancam, tubuh lurus dan
santai, pembicaraan penuh percaya diri, bebas untuk menolak permintaan, bebas
mengungkapkan alasan pribadi kepada orang lain, bisa menerima penolakan orang lain, mampu
menyatakan perasaan pada orang lain, mampu menyatakan cinta orang terdekat, mampu
menerima masukan/kritik dari orang lain. Jadi bila orang asertif marah, dia akan menyatakan
rasa marah dengan cara dan situasi yang tepat, menyatakan ketidakpuasannya dengan
memberi alasan yang tepat.
2.    Frustasi,   merupakan respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak realistis atau
hambatan dalam pencapaian tujuan.
3.    Perilaku Pasif, orang yang pasif merasa haknya di bawah hak orang lain. Bila marah, orang ini
akan menyembunyikan marahnya sehingga menimbulkan ketegangan bagi dirinya. Bila ada
orang mulai memperhatikan non verbal marahnya, orang ini akan menolak dikonfrontasi
sehingga semakin menimbulkan ketegangan bagi dirinya.
4.    Agresif, merupakan perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak
destruktif tapi masih terkontrol. Perilaku yang tampak berupa muka masam, bicara kasar,
menuntut, kasar.
5.    Amuk (perilaku kekerasan), yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan
kontrol diri, sehingga individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
E. FASE – FASE PERILAKU KEKERASAN
1. Triggering incidents
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.
2. Escalation phase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan dengan respon fight or
flight.
3. Crisis point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de escalation gagal mencapai
tujuannya.Pada fase ini klien sudah melakukan tindakan kekerasan.
4. Settling phase
Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi marahnya.Mungkin masih ada rasa
cemas dan marah dan berisiko kembali ke fase awal.
5. Post crisis depression
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan berfokus pada kemarahan
dan kelelahan.
6. Return to normal functioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi, dan kelelahan.
F. POHON MASALAH

Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

PerilakuKekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri :HargaDiri Rendah


G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Resiko Perilaku Kekerasan (

Anda mungkin juga menyukai