Oleh :
A. Latar Belakang
Stroke adalah kondisi kedaruratan ketika terjadi defisit neurologis
akibat dari penurunan tiba-tiba aliran darah ke area otak yang terlokalisasi.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke non
haemoragik. Stroke non hemoragik terjadi akibat suplai darah ke jaringan
otak berkurang, hal ini disebabkan karena obstruksi total atau sebagian
pembuluh darah otak. Stroke haemoragik merupakan stroke yang terjadi
karena perdarahan subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah di area otak, dan biasanya terjadi pada saat penderita sedang melakukan
aktivitas LeMone, et.al. (2016 dalam Yuliyanto, dkk. 2021).
Masalah kesehatan yang muncul akibat stroke sangat bervariasi,
tergantung luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian jaringan
dan lokasi yang terkena. Bila stroke menyerang otak kiri dan mengenai
pusat bicara, kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara
atau afasia, karena otak kiri berfungsi untuk menganalisis, pikiran logis,
konsep, dan memahami bahasa. Secara umum afasia dibagi dalam tiga
jenis yaitu afasia motorik, afasia sensorik, dan afasia global. Afasia
motorik merupakan kerusakan terhadap seluruh korteks pada daerah broca.
Seseorang dengan afasia motorik tidak bisa mengucapkan satu kata
apapun, namun masih bisa mengutarakan pikirannya dengan jalan
menulis (Sofwan, 2010).
Insiden terjadinya Stroke non hemoragik memiliki presentase terbesar
yaitu sekitar 81%, dibandingkan stroke hemoragik yang hanya 19%. Dari data
tersebut dapat diketahui bahwa kejadian stroke non hemoragik memiliki
proporsi lebih besar dibandingkan dengan stroke hemoragik. Stroke memiliki
gejala seperti rasa lemas tiba-tiba dibagian tubuh, wajah, lengan, atau kaki
seringkali terjadi pada salah satu sisi tubuh, kesulitan bicara atau memahami
pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata, kesulitan
berjalan, pusing, hilang keseimbangan, sakit kepala dan hilang kesadaran atau
pingsan Black & Hawks (2014 dalam Yuliyanto, dkk. 2021).
1
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui mengetahui penerapan intervensi inovasi terapi
“AIUEO” pada pasien stroke di ruang Dahlia RS Pupuk Kaltim Bontang.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan stroke.
b. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan stroke.
c. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian pengaruh terapi
“AIUEO” terhadap kemampuan bicara pada pasien stroke yang
mengalami afasia motorik.
C. Manfaat
1. Institusi Rumah Sakit
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit terutama untuk terapi
5
A. Konsep Stroke
1. Pengertian
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal
maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak. Gangguan
peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau
pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat
asupan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan asupan
oksigen ke otak dapat memunculkan kematian sel saraf pada saraf
Neuron. Gangguan fungsi otak ini mengakibatkan stroke (Junaidi, 2011).
Stroke atau cedera cerebrovaskuler (CVA) merupakan gangguan
peredaran darah ke otak yang dapat mengakibatkan fungsi otak terganggu
dan bila gangguan yang terjadi cukup besar akan mengakibatkan
kematian sebagian sel saraf. Kematian sel saraf dapat mengakibatkan
fungsi otak berhenti dan suplai darah ke bagian otak akan berkurang
sehingga dapat menyebabkan penyakit serebrovaskuler selama beberapa
tahun. (Smeltzer, 2015).
Menurut pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa stroke
adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan peredaran darah menuju
ke otak akibat kekurangan darah dalam otak sehingga dapat
mengakibatkan kematian sel saraf dan munculnya penyakit
serebrovaskuler.
2. Etiologi
a. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
b. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
c. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak).
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.
Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang
6
7
b. Afasia Motorik
Lesi yang menyebabkan afasia Broca mencakup daerah
Brodman dan sekitarnya. Lesi yang mengakibatkan afasia Broca
biasanya melibatkan operkulum frontal (area Brodman 45 dan 44)
dan massa alba frontal dalam (tidak melibatkan korteks motorik
bawah dan massa alba paraventrikular (tengah). Kelainan ini
ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau
menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang
bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak
lancar, terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang
lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek- pendek dan monoton.
Pasien sering atau paling banyak mengucapkan kata – kata benda
dan kata kerja. Bicaranya bergaya telegram atau tanpa tata
bahasa (tanpa grammar). Contoh : “Saya … sembuh … rumah
… kontrol… ya .. kon..trol”. “Periksa …lagi …makan …banyak”.
Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan
rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya ia
mengalami kesulitan. Seorang afasia dewasa berumur 59 tahun,
kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk
ke arah barat, dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam
ucapannya. Jenis afasia ini juga dialami dalam menuangkan ke
bentuk tulisan. Jenis ini disebut dengan disagraphia (agraphia).
c. Afasia Global
Merupakan bentuk afasia yang paling berat. Afasia global
disebabkan oleh luas yang merusak sebagian besar atau semua
daerah bahasa. Penyebab lesi yang paling sering ialah oklusi arteri
karotis interna atau arteri serebri media pada pangkalnya.
Kemungkinan pulihnya ialah buruk. Keadaan ini ditandai oleh
tidak adanya lagi bahasa spontan atau berkurang sekali dan
menjadi beberapa patah kata yang diucapkan secara stereotip
( itu – itu saja, berulang), misalnya : “iiya, iiya, iiya”, atau :
baaah, baaaah, baaah”, atau : “amaaang, amaaang, amaaaang”.
14
Hasi E= P= I=
l
BAB III
STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
A. Jenis Intervensi
Penerapan Intervensi Inovasi Terapi “AIUEO” Pada Pasien Stroke Di
Ruang Dahlia
B. Tujuan
Memperbaiki ucapan supaya dapat dipahami oleh orang lain dengan
cara menggerakan lidah, bibir, otot wajah, dan mengucapkan kata-kata.
C. Waktu
Pada hari Rabu tanggal 08 Desember 2021
D. Setting
Ruang Perawatan Dahlia
E. Media/Alat Yang Digunakan
1. SOP Terapi “A I U E O”
2. Buku
3. Alat Tulis
F. Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan
SOP (STANDAR PROSEDUR OPRASIONAL)
1. Pengkajian
a. Kaji keadaan umum klien
b. Periksa tanda-tanda vital klien
2. Fase Pre Interaksi
a. Mencuci tangan
3. Fase Orientasi
a. Mengucapkan salam
19
20
Sofiatun, dkk. (2016). Efektifitas Terapi AIUEO Dan Terapi The Token Test
Terhadap Kemampuan Berbicara Pasien Stroke Yang Mengalami Afasia
Motorik Di Rs Mardi Rahayu Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan. 8(2).1-9.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/view/377
Brady, et. al. (2016). Speech and language therapy for aphasia following stroke
(Review). Cochrane Library. 6.1-5.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2724531
0/&ved=2ahUKEwjzzYDPg9P0AhXMSWwGHUh2AYQQFnoECAEQ
AQ&usg=AOvVaw2LXCdKGfMJYO1rhZr5KDDt
Breitenstein, et. al. (2021). Intensive speech and language therapy in patients with
chronic aphasia after stroke: a randomised, open-label,blinded-endpoint,
controlled trial in a health-care setting. Manchester Research Explorer.
2(2).1-59. https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/2825635
6/&ved=2ahUKEwiftNGDhNP0AhX67XMBHdhVB4cQFnoECA4QAQ
&usg=AOvVaw0B2lvs6OaTrm2Dm9pi7L29