Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Dukungan Teori dan Jurnal Pendukung


Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul secara mendadak dan dapat
menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
serta gangguan proses berfikir. Afasia motorik merupakan salah satu kelainan
yang menyebabkan kelemahan otot sehingga seseorang mengalami kesulitan
dalam berbicara. Salah satu bentuk terapi rehabilitasi gangguan afasia adalah
dengan memberikan terapi wicara (Mardjono & Sidharta, 2004). Hasil penelitian
yang berjudul, “Pengaruh terapi AIUOE terhadap kemampuan bicara pada pasien
stroke yang mengalami afasia motorik di RSUD Tugurejo Semarang“
menunjukan bahwa terapi AIUEO dapat memengaruhi kemampuan bicara pasien
stroke yang mengalami afasia motorik. Hasil penelitian ini didukung oleh Hudak
& Gallo (2014) yang menyatakan bahwa terapi AIUEO dapat dijadikan sebagai
penanganan dini ketika pasien terdeteksi mengalami afasia karena dapat
meningkatkan artikulasi pasien saat berbicara. Penderita stroke mengalami lesi
pada daerah broca yang berperan untuk mengontrol otot-otot artikulasi sehingga
menyebabkan pasien mengalami afasia motorik.

Penelitian yang dilakukan oleh Kendall (2015) menunjukan bahwa melalui terapi
AIUEO dapat meningkatkan artikulasi sehingga komunikasi pasien dangan lawan
bicaranya menjadi lebih jelas. Terapi AIUEO dapat memengaruhi ekspresi
pengucapan kata melalui gerak otot tersebut. Gerak otot motorik dalam berbicara
dan berbahasa meupakan domain dari area Broca pada otak penderita stroke.
Perbaikan pengucapan tersebut terjadi karena adanya reorganisasi fungsional
bahasa pada orang dengan afasia yang melibatkan interaksi intra dan
interhemispherik. Pengaktifan daerah belahan otak kiri yang dominan selama
tugas yang berhubungan dengan bahasa secara kosisten telah terbuksi memiliki
pengaruh paling baik pada hasil bahasa dan mencakup pengaktifan kembali
strukstur lesi pada area broca yang terserang iskemi (Elizabeth & Barrett, 2014)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2015) juga menunjukan bahwa
adanya pengaruh terapi AIUEO terhadap kemampuan komunikasi pasien afasia
motorik pasca stroke di Kota Pontianak. Terapi AIUEO merupakan terapi
fenomotor dimana penderita mengucapkan fenom bahasa A,I,U,E,O secara
berulang. Pengulangan bunyi masing-masing alfabet sebagai awal pelatihan dapat
diupayakan pada penderita stroke sedini mungkin sejak terdeksi sehingga dapat
mengembalikan kemampuan bicara penderita afasia secara perlahan. Pelatihan
pengucapan fenom A,I,U,E,O menyediakan dasar vokal untuk artikulasi dari suku
kata sehingga penamaan benda dapat terdengar lebih jelas dengan begitu
komunikasi penderita dengan lawan bicara menjadi lebih jelas.

Analisis SWOT
Strength  Terapi AIUEO mampu meningkatkan kemampuan bicara
secara signifikan pada pasien stroke yang mengalami afasia
motorik.
 Terapi AIUEO dapat diterapakan pada pasien yang
mengalami gangguan bicara ringan sampai gangguan
gangguan bicara berat.
 Terapi AIUEO dapat meningkatkan kepercayaan diri pasien
stroke dalam berinteraksi sosial. Komunikasi menjadi salah
satu faktor penting dalam interaksi sosial. Kesulitan dalam
berkomunikasi tentunya akan menimbulkan isolasi diri dan
perasaan tidak percaya diri saat bertemu dengan lawan bicara.
 Pemerian terapi AIUEO dapat menunjukan perbaikan kondisi
dalam waktu singkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa
kemampuan bicara mulai mengalami peningkatan pada hari
ke 3 setelah diberikan terapi AIUEO, sedangkan pengaruh
terapi AIUEO menjadi bermakna dalam meningkatkan
kemampuan bicara dimulai pada hari ke 5 sampai hari ke 7.
Hal ini dikarenakan latihan yang diberikan secara intensif
dapat meningkatkan neuralplasticiy, reorganisasi peta
kortikal dan meningkatkan fungsi kotorik.
Weakness -
Opportunity  Peningkatan prevalensi stroke. WHO mengestimasi terjadi
peningkatan jumlah pasien stroke dibeberapa negara seperti
Eropa terjadi peningkatan 1,1 juta petahun. DI Indonesia,
menurut laporan Riskesdas 2007 stroke merupkan penyebab
kematian tertinggi dibandingkan penyakit lainnya yaitu
sebesar 15,4%. Prevalensi stroke di Indonesia sebesar 8,3
pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 12,1% pada tahun
2013 (Kemenkes RI, 2013).
 Afasia motorik menjadi salah satu masalah yang sering
dialami oleh pasien stroke. Afasia motorik merupakan
kerusakan terhadap seluruh korteks pada area broca. Area
broca berfungsi untu mengatur atau mengendalikan
kemampuan bicara yang teretak di lobus frontalis kiri
berdekatan dengan daerah motorik korteks yang mengontrol
otot-otot artikulasi. Seseorang dengan afasia motorik akan
mengalami gangguan bicara.
Threat  Kurangnya dukungan keluarga dalam proses perawatan
pasien stroke dapat menurunkan motivasi pasien untuk
mencapai kesembuhan. Dukungan keluarga berperan sangat
penting untuk menjaga dan memaksimalkan pemulihan fisik
dan kognitif. Pelaksanaan terapi AIUEO juga melibatkan
peran keluarga untuk membimbing dan mengamati proses
terapi.

Implikasi dalam praktik keperawatan


Intervensi pada jurnal diharakapan dapat bermanfaat dalam mengembalikan
kemampuan pasien dalam berkomunikasi sehingga dampak yang dapat diasakan
dalam praktik keperawatan adalah :
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pemberian asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan secara mandiri oleh perawat. Berkaitan
dengan hal tersebut diharapkan perawat memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang baik dalam menerapkan intervensi ini sehingga dapat
bermanfaat bagi pasien dalam meningkatkan kemampuan komunikasinya.
b. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi intervensi yang dapat
diterapkan perawat dalam perawatan pasien stroke. Pasien stroke rentan
mengalami afasia motorik. Afasia motorik merupakan kerusakan terhadap
seluruh koteks area broca yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara
seseorang. Terapi AIUEO menjadi salah satu terapi yang dapat digunakan
untuk melatih otot-otot sehingga dapat meningkatkan kejelasan artikulasi.
Puspitasari, D. (2015). Pengaruh terapi aiueo terhadap kemampuan komunikasi
pada afasia motorik pasien pasca stroke di kota pontianak. Jurnal Prones, Vol 3,
No 1
Mardjono, M & Sidharta, P. (2004). Neurologis Klinis Dasar. Jakarta : PT Dian
Rakyat
Hudak, C & Gallo. (2014). Keperawatan kritis : pendekatan holistik. Jakarta :
EGC
Kendall, D et al. (2015). The influens of phenomotor treatment on word retrieval
abilities in 26 individuals with aphasi. Journal of speech, Leanguage, Hearing
Reaseach
Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai