Oleh :
Enes Astriani
NIM. R.21.04.15.023
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
permanen (Smeltzer & Bare, 2015). Menurut World Health Organization angka
kematian stroke di dunia sebanyak 3,0% dan menempati urutan nomor 3 setelah
penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) (WHO, 2018). Sementara itu,
Indonesia, terjadi peningkatan yang cukup signifikan dari jumlah penderita stroke
Stroke memiliki gejala seperti rasa lemas tiba-tiba dibagian tubuh, wajah,
lengan, atau kaki seringkali terjadi pada salah satu sisi tubuh, kesulitan bicara atau
memahami pembicaraan, kesulitan melihat dengan satu mata atau kedua mata,
kesadaran atau pingsan . Masalah kesehatan yang muncul dari serangan penyakit
stroke sangat bervariasi tergantung luas daerah otak yang mengalami infark atau
kematian jaringan dan lokasi yang terkena. Bila stroke menyerang otak kiri dan
atau afasia, karena otak kiri berfungsi untuk menganalisis, pikiran logis, konsep,
dan memahami bahasa. Secara umum afasia dibagi menjadi 3 yaitu afasia
daerah broca, yang ditandai dengan kesulitan dalam mengontrol koordinasi, bicara
lisan tidak lancar, dan ucapannya sering tidak dimengerti oleh orang lain. Salah
pada seseorang yang menderita afasia motorik adalah denngan terapi pengucapan
huruf vokal “AIUEO” pada alfabet. Menurut Yunica et.al (2019) terapi “AIUEO”
merupakan jenis terapi wicara dengan cara menggerakkan lidah, bibir, otot wajah
memperbaiki ucapan supaya dapat dipahami oleh orang lain. Metode yang
digunakan dalam terapi AIUEO yaitu dengan metode imitasi, di mana setiap
pergerakan organ bicara dan suara yang dihasilkan perawat diikuti oleh pasien.
Hasil penelitan yang dilakukan oleh Haryanto, Setyawan & Kusuma (2014)
di RSUD Tugurejo Semarang yang dilakukan 2 kali sehari selama 7 hari pada 21
orang sampel menunjukkan bahwa hasil analisis uji statistik dengan menggunakan
Paired T Test didapatkan p value 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa Ho ditolak
Mardi Rahayu Kudus dengan sampel 40 orang responden dengan menilai tingkat
dilaksanakan 1 kali dalam sehari selama 3 hari didapatkan hasil uji statistik
STIKes Indramayu
diperoleh nilai p-value 0,000 (<0,05) maka Ha diterima artinya terapi AIUEO
lebih efektif terhadap kemampuan bicara pasien stroke yang mengalami afasia
motorik.
penyakit dalam kelas III yang memiliki 3 kamar ruang rawat inap. Berdasarkan
cedera kepala, epilepsi, dan yang paling saling terjadi adalah stroke, dan salah
satu gejala dari penyakit stroke yaitu afasia motorik atau kesulitan bicara.
tentang terapi bicara berupa terapi AIUEO pada Tn.B yaitu seorang laki-laki
mengucapkan kata dengan jelas, sebelum dirawat dirumah sakit pasien sudah
menjalani terapi pijat untuk mengatasi gangguan bicara, tetapi belum berhasil,
maka dari itu penulis tertarik pada kasus tersebut untuk dijadikan sebagai bahan
karya tulis ilmiah, dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.B dengan
STIKes Indramayu
Gangguan Sistem Neurologi : Stroke di Ruang Cengkir 1 Rumah Sakit Umum
B. Rumusan Masalah
Pasien dengan masalah sistem neurologi: Stroke yaitu Tn.B seorang laki-
laki berumur 56 tahun yang mengalami afasia motorik, pasien tidak mampu
mengucapkan kata dengan jelas. Pasien sudah menjalani terapi pijat untuk
yang dialaminya.
STIKes Indramayu
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah mampu melakukan asuhan
2. Tujuan Khusus
Stroke pada Tn.B di Ruang Cengkir 1 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu.
dengan Stroke pada Tn.B di Ruang Cengkir 1 Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Indramayu.
Indramayu.
dilakukan pada pasien pasien dengan Stroke pada Tn.B di Ruang Cengkir 1
Stroke pada Tn.B di Ruang Cengkir 1 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Indramayu.
STIKes Indramayu
D. Manfaat Penulisan
itu karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara penulis dalam
pengaplikasian teori dalam praktik lapangan serta mengambil ilmu baru yang
pasien stroke
STIKes Indramayu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Stroke
1. Definisi Stroke
2019). Stroke adalah pecahnya pembuluh darah otak secara mendadak dengan
permanen (Smeltzer & Bare, 2015). Jadi, Stroke adalah adanya penyumbatan,
STIKes Indramayu
2. Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke menurut Black dan Hawks (2014) dibagi menjadi dua, yaitu :
kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya menjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadinya
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba – tiba berkembang cepat
dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
b. Stroke hemoragik
dapat dikompensasi oleh tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang apabila
STIKes Indramayu
3. Etiologi Stroke
a. Trombosit serebral
dan kejang.
b. Embolisme serebral
penyakit jantung dan infark miokard yaitu tempat dari asal emboli. Emboli
c. Perdarahan
subaraknoid atau kedalam jaringan otak. Perdarahan ini dapat terjadi karena
aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
penekanan.
d. Hipoksia umum
hipertensi yang parah, henti jantung paru, dan curah jantung turun akibat aritmia.
STIKes Indramayu
e. Hipoksia setempat
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Black dan Hawks (2014) diantara nya, yaitu :
tubuh bisa terjadi stroke. Hemiplegia menyeluruh bisa terjadi pada sisi bagian
tubuh dari wajah dan lidah, lengan dan tungkai pada sisi tubuh yang sama.
b. Defisit verbal
oleh beberapa bagian dalam otak. Stroke pada lobus parietal atau temporal bisa
d. Defisit sensorik
STIKes Indramayu
Defisit sensorik yaitu penurunan pada bagian sisi kontra lateral tubuh dan
(kehilangan sensasi pada bagian satu sisi tubuh) mungkin tidak dirasakan oleh
klien. Sensasi pada permukaan seperti nyeri, sentuhan dan tekanan. Sedangkan
parastesia digambarkan sebagi rasa nyeri terbakar yang persisten, kesemutan atau
Infark pada lobus frontal yang terjadi pada arterisereral anterior atau media
f. Defisit kognitif
Gejala yang ditandai dengan mudah lupanya klien terhadap ingatan jangka
penilaian
5. Patofisiologi
sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit
(non aktif total). Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri
STIKes Indramayu
a. Penebalan dinding arteri serebral
kejaringan (hemorrhage).
jaringan otak.
d. Edema serebri
jaringan otak.
perubahan pada aliran darah dan baru setelah stenosis cukup hebat dan
melampaui batas kritis terjadi pengurangan darah secara drastis dan cepat. Oklusi
ada. Perubahan awal yang terjadi pada korteks akibat oklusi pembuluh darah
STIKes Indramayu
adalah gelapnya warna darah vena, penurunan kecepatan aliran darah dan
sedikit dilatasi arteri serta arteriole. Selanjutnya akan terjadi edema pada
Patofisiologi penyakit stroke dapat dilihat pada gambar dibawah ini untuk
STIKes Indramayu
Stroke
Kerusakan
Gangguan atikular tidak
Kebutaan Persepsi Sensori dapat berbicara
(disatria)
Resiko jatuh
Gangguan
Gangguan Gangguan
Integritas
Komunikasi Verbal Mobilitas Fisik Kulit/Jaringan
STIKes Indramayu
6. Epidemiologi
serangan stroke pertama dan stroke berulang yaitu 18-37% dan 62%.
2014).
7. Pemeriksaan Penunjang
Luka dekubitus
Pemeriksaan penunjang pada pasien stroke menurut (Williams &
a. Laboratorium
faktor V (Leidin)
Gambar yang mengalami
2.1 Pathofisiologi Strokemutasi, antitrombin
berdasarkan NurarifIII, protein S, dan protein
(2013)
STIKes Indramayu
b. Magnetic Resonance Angiography
c. Angiografi serebral
keseluruhan.
e. Tomografi emisi-positron
Memberi data tentang metabolisme serebral dan perubahan pada aliran darah
serebral
8. Penatalaksanaan Medis
STIKes Indramayu
Tindakan medis terhadap pasien stroke meliputi diuretik untuk
a. Fisioterapi
Fisioterapi membantu pasien dengan penyakit stroke membangun
kekuatan otot dan mempertahankan rentang gerak (range of motion) dan tonus
otot di bagian otot yang tidak terkena stroke. Pasien juga dapat melatih
b. Terapi okupasi
aktivitas sehari – hari (activities of daily living/ADL) dan melatih penggunaan alat
c. Terapi bicara
STIKes Indramayu
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien stroke adalah kelemahan otot anggota gerak
sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat berkomunikasi dan penurunan tingkat
kesadaran.
kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, selain itu
STIKes Indramayu
d. Riwayat penyakit dahulu
f. Pengkajian psikososiospiritual
STIKes Indramayu
serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
tidak bisa bicara dan pada vital sign tekanan darah meningkat
2) B1 (Breathing)
kesadaran koma. Pada klien dengan tingkat kesadaran compos mentis, pengkajian
STIKes Indramayu
inspeksi pernapasannya tidak ada kelainan.
kiri.
3) B2 (Blood)
4) B3 (Brain)
keterjagaan klien dan respons terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif
STIKes Indramayu
peringkat peubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut
tingkat kesadaraan klien stroke biasanya berkisar pada tingkat letargi, stupor dan
semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma maka penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk
(1) Status mental Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara,
ekspresi wajah dan aktivitas motoric klien. Pada klen stroke tahap lanjut
(2) Fungsi Intelektual didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik
dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami brain damage yaitu
nyata.
lesi yang mempengaruhi fungsi dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer
yang dominan pada bagian posterior dari girus temporalis superior (area
lisan atau bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior dari girus
dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya
STIKes Indramayu
tidak lancar. Disartia (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara
yang sulit yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
(4) Lobus frontal, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologis didapatkan
jika kerusakan telah terjadi pada lobus frontal kasitas, memori atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak. Disfungsi ini dapat
(1) Saraf I, biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan pada fungsi
penciuman.
(2) Saraf II, Disfungsipersepsi visual karena gangguan jaras sensori primer
terlihat pada klien dengan hemiplegia kiri.Klien mungkin tidak dapat memakai
ke bagian tubuh.
STIKes Indramayu
(3) Saraf III, IV, VI. Jika akibat stroke mengakibatkan paralisis, pada satu sisi
penyimpangan rahang bawah ke sisi ipsilatera, serta kelumpuhan satu sisi otot
(5) Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan
(6) Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
(7) Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut
(8) Saraf XI. Tidak ada atrofi otot stenokleidomastoideus dan trapezius.
(9) Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi
d) Pengkajian Sistem Motorik. Stroke adalah penyakit saraf motoric atas atau
motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan kerusakan pada
STIKes Indramayu
(4) Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan tingkat kekuatan otot
(2) Pemeriksaan Refleks Patologis. Pada fase akut refleks fisiologis sisi yang
persepsi visual karena gangguan saraf sensori primer antara mata dan kortaks
5) B4 (Bladder)
STIKes Indramayu
motoric dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal
6) B5 (Bowel)
7) B6 (Bone)
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari
otak.
(paralisis pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan oksigen
STIKes Indramayu
kulit akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji beberapa tanda
2. Analisa Data
Tabel 2.1
Analisa Data Masalah Stroke
protombin
Serebral Tidak
Efektif
sulit menelan
STIKes Indramayu
DO : (glosovaringeus)
1. Batuk
2. Batuk setelah
minum
3. Tersedak Gangguan
4. Makanan Menelan
tertinggal
dirongga
mulut
sulit
n ekstremitas satu/keempat
bergerak
3. Enggan Hemiparase/plegi
pergerakan
STIKes Indramayu
saat bergerak
DO : Gangguan
menurun
2. Rentang gerak
ROM
(menurun)
3. Sendi kaku
4. Gerakan tidak
terkoordinasi
5. Gerakan
terbatas
Fisik lemah
berbicara atau
sesuai
Afasia Gangguan
Komunikasi
STIKes Indramayu
Verbal
jaringan satu/keempat
lapisan kulit
2. Nyeri Hemiparase/plegi
4. Kemerahan
Luka dekubitus
Gangguan
Integritas
Kulit/Jaringan
STIKes Indramayu
c. Gangguan Mobilitas Fisik b.d gangguan neuromuskuler d.d
4. Rencana Keperawatan
Tabel 2.2
Tujuan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI) Stroke
No. Diagnosa Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI)
Keperawatan
STIKes Indramayu
tindakan keperawatan Observasi
diharapkan gangguan 1. Monitor status
menelan teratasi dengan pernapasan
kriteria hasil : 2. Monitor bunyi
Indikator IR ER napas
Reflek 3 5 Terapeutik
menelan 1. Posisikan semi
Kemampuan 3 5 fowler (30-45
mengunyah derajat) 30
Usaha 3 5 menit sebelum
menelan memberi
Frekuensi 3 5 asupan oral
tersedak 2. Sediakan
Batuk 3 5 suction
diruangan
Edukasi
1. Ajarkan
strategi
mencegah
aspirasi
3. Gangguan Mobilitas Setelah dilakukan Dukungan Ambulasi
Fisik tindakan keperawatan Observasi
diharapkan gangguan 1. Identifikasi
mobilitas fisik teratasi toleransi fisik
dengan kriteria hasil : melakukan
Indikator IR ER ambulasi
Pergerakan 3 5 2. Monitor
ekstremitas kondisi umum
Kekuatan 3 5 Terapeutik
otot 1. Fasilitasi
Rentang 3 5 melakukan
gerak mobilisasi
(ROM) fisik
Nyeri 3 5 2. Libatkan
Kecemasan 3 5 keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
4. Gangguan Setelah dilakukan Promosi Komunikasi :
Komunikasi Verbal tindakan keperawatan Defisit Bicara
diharapkan gangguan Observasi
STIKes Indramayu
komunikasi verbal 1. Monitor
teratasi dengan kriteria kecepatan,
hasil : tekanan,
Indikator IR ER kuantitas,
Kemampuan 3 5 volume dan
bercakap- diksi bicara
cakap 2. Identifikasi
Interpretasi 3 5 perilaku
isyarat emosional dan
Pemikiran 3 5 fisik sebagai
abstrak bentuk
Pola tidur 3 5 komunikasi
Mood 3 5 Terapeutik
1. Gunakan
metode
komunikasi
alternative
2. Beri dukungan
psikologis
Edukasi
1. Anjurkan
berbicara
perlahan
Kolaborasi
1. Rujuk ke ahli
patologi bicara
STIKes Indramayu
5. Konsep Terapi Bicara/Terapi AIUEO
a. Definisi
b. Tujuan terapi
dan merubah posisi mandibula (rahang bawah) dan lidah. Proses diatas
2019).
STIKes Indramayu
segi bahasa maupun bicara, yang mana melalui rangsangan saraf
bentuk lidah, bibir, rahang, dan langit langit lembut. Pasien stroke
STIKes Indramayu
STIKes Indramayu
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah (8 buku 3).
Elsevier.
Farhan, Z. (2018). Pengaruh Latihan Vokal terhadap Perubahan Kemampuan
Menelan pada Pasien Stroke Infark di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. Slamet Garut Tahun 2015, 1(1), 43–55.