PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda-
tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu World Health
Organization(WHO, 2005).
Penyakit degeneratif seperti stroke juga sudah mulai ditemui tidak hanya pada
lansia,dan penyakit ini tidak memandang usia namun juga bisa menyerang pada
siapapun, kalangan muda di karenakan gaya hidup yang kurang sehat (Indrawati,
yang mematiakan dan pembunuh nomor 3 setelah penyakit jantung dan kanker
(Waluyo 2009).
terserang stroke setiap tahunnya. Dari jumlah ini, 610.000 diantaranya merupakan
serangan stroke pertama, sedangkan 185.000 merupakan stroke yang berulang. Saat
ini ada 4 juta orang di Amerika Serikat yang hidup dalam keterbatasan fisik akibat
stroke, dan 15-30% di antaranya menderita cacat menetap Centers for Disease
serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat
ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat setiap
tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh mereka
yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia, namun yang
1
sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke meningkat dengan
bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi kemungkinan terkena
Menurut penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2013, prevalensi
penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis oleh nakes meningkat seiring
dengan bertambahnya umur.Prevalensi penyakit stroke pada umur ≥15 tahun 2013 di
Sumatera Barat naik dari 7,4% menjadi 12,2% diamana juga terjadi peningkatan
pada usia 15-24 tahun (0,2 % menjadi 2,6%) usia 25-34 tahun (0,6% menjadi 3,9%)
usia tahu 35-44 tahun (2,5% menjadi 6,4%) (Hasil Riskesdas, 2013).
manifestasi klinis mayor dan penyebab utama kecacatan dan kematian khususnya
darah menuju ke otak (Black and Hawk, 2009). Ada dua tipe stroke yaitu stroke
klinis berupa nyeri yang tidak hilang dan semakin meningkat, peningkatan intra
kranial salah satunnya seperti peningkatan pada tekanan darah sistol, tekanan darah
diastole, peningkatan rate respiration dan nadi. merupakan kasus gawat darurat
dimana cedera otak irrevesibel atau kematian dapat dihindari dengan intervensi
Penanganan pada pasien stroke yang mengalami peningkatak intra kranial atau
2
pengontrolan peningkatan TIK yaitu dengan memberikan posisi kepala posisi kepala
kepala elevasi (30o). Tindakan ini adalah tindakan mengatur posisi pasien diatas
tempat tidur demi kenyamanan pasien ataupun untuk memeperlancar suatu tindakan
yaitu adalah : kortikosteroid, gliserol, valium manitol untuk mencegah terjadi edema
acak dan timbulnya kejang. Asam traneksamat 1 gr/4 jam IV pelan- pelan selama
bekuan darah atau pendarahan ulang. Berdasarkan uraian diatas kelompok tertarik
untuk menbahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.S dengan Stroke Hemoragik
Di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto tahun 2018.
B.Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny.S dengan Stroke
C. Manfaaat
1. Bagi penulis/pemakalah
2. Bagi Pembaca
3. Bagi Mahasiswa
atau melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke haemoragik, serta
haemoragik.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. TINJAUAN TEORITIS
A.Defenisi
Stroke hemoragik adalah jika suatu pembulu darah diotak pecah sehingga timbul
ruptur sehingga terjadi pendarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Sebagian lesi vaskular yang dapat menyebabkan perdarahan subaraknoid
Mekasnime lain pada stroke hemoragik adalah pemakaian kokain atau amfetamin,
karena zat-zat ini dapat menyebabkan hipertensi berat dan pendarahan intraserebrum
B. Anatomi Fisiologi
Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP menerima
asupan sensori melalui serabut sensori (dendrite) di dalam saraf spinal dan saraf kranial
lalu mengirimkan impuls-impuls motorik melalui akson-akson dalam saraf yang sama.
SSP juga mengandung sejumlah besar neuron-neuron yang secara keseluruhan saling
dapat berada di dalam otak dan medula atau menghubungkan satu dengan yang lainnya.
Masing-masing dari tujuh bagian otak utama serta medula spinalis akan dibahas dengan
5
Menurut Tutu April Ariani : (2012) Sistem neurobehaviour terbagi menjadi
a. Otak
otak secara umum dapat dipandang sebagai batang yang memanjang ke atas dari
medula spinalis dengan suatu pertumbuhan seperti bunga kecil pada bagian
seperti bunga besar pada bagian superiornya (serebrum) yang menutupi sebagian
b. Medula spinalis
menjalar kebawah dan memenuhi kanalis nural sampai setinggi vertebra lumbalis
kolumna vertebra. Di bawah ujung tempat medula spinalis berakhir, kenalis neural
terisi oleh saraf spinal, yang memanjang ketempat keluarnya. Oleh karena neuron-
neuron menempati ruang lebih kecil dalam kanal pada lumbal yang lebih rendah,
disinilah medula spenalis mungkin terbentuk paling aman. Fakta anatomi ini juga
menjelaskan mengapa cidera pada lumbal dan vertebra toraks bawah dapat
menimbulkan kerusakan pada tingkat tubuh yang lebih rendah secara tidak
seimbang.
serabut motorik desenden, badan sel saraf dan dendrit somatik sekunder
(volunteer), serta motor neurons otom utama. Area sentral medula spinalis
merupakan massa abu-abu, yang mengandung badan sel saraf dan neuron
6
internunsial (seperti: sel saraf terkandung seluruhnya didalam medula). Massa
abu-abu mempunyai tonjolan dorsal dan ventral kanan dan kiri, sehingga massa
ini mampu mempunyai bentuk huruf H. Badan sel saraf dari neuron motorik yang
mensarafi otot skeletal terletak pada bagian kornuventralis. Tonjolan atau kornu
lateral kanan kiri masa abu-abu terdapat pada spinal torakal, lumbar dan sakral.
Pada bagian dalamnya terletak badan sel saraf dari neuron otonom. Mengelilingi
massa abu-abu adalah massa putih medula spinalis. Massa putih ini berisi traktus
Saraf spinal mengandung serabut motorik dan sensorik. Setiap saraf spinal
melekat pada medula spinalis dengan radiks dorsal dan ventral. Radiks dorsalis
merupakan tempat dari badan sel saraf dan serabut neuron sensorik. Serabut-
serabut motorik menyilang radiks ventral sehingga kerusakan pada satu radiks
dapat merusak sensorik tanpa merusak fungsi motorik atau sebaliknya. Cedera
pada saraf spinal dapat merusak fungsi sensorik dan fungsi motorik.
c. Neuron
Unit fungsional dasar dari sistem persarafan adalah neuron, dan semua
informasi serta aktivitas baik sensori,motorik, atau integratif yang dihasilkan oleh
neuron ini.
Ciri yang tepat dari neuron individual adalah ditentukan oleh fungsi
sampai serabut saraf yang sangat panjang. Kecepatan tranmisi pada serabut
panjang mungkin dapat mencapai sepanjang 100 m/detik, sementara neuron yang
7
m/detik. Beberapa neuron berhubungan dengan banyak neuron yang berbeda
dalam suatu “jaringan”, dan yang lainnya memiliki beberapa hubungan dengan
Menurut perkiraan ada 12 miliar neuron dalam SSP. Tiga perempat dari
melalui sistem saraf. Proses ini, seperti yang sudah diuraikan, mencakup tidak
hanya penentuan tentang respons-respons yang sesuai dan efektif, tetapi juga
penyimpanan memori dan perkembangan dari motorik asosiatif dan pila pikir.
badan sel.
disebut selubung myelin. Selubung ini tampaknya dibentuk oleh kerja dan
perifer diselimuti oleh neurilema. Selubung ini dibentuk oleh sel-sel schwann,
Jika sebuah serabut saraf dipotong, bagian distal sampai badan sel akan
mati. Bagian yang masih menempel ke badan sel akan beregenerasi. Pada neuron-
neuron perifer, neurilema sendiri memberikan saluran yang dapat diikuti oleh
8
e. Sistem motorik
Istem motorik secara teknis termasuk area otak, traktus serabut desenden,
gerakan, atau penyesuaian tonus otot jantung dan otot polos, serta dalam mengatur
Sederhananya, jantung biasanya tidak termasuk dalam sistem ini. Otot dan
Sistem mototrik dapat dibagi atas dasar neuron motorik utama dan organ
efektor menjadi subdivisi somatik dan otonom. Yang terakhir melibatkan otot
skeletal dan neuron mototrik yang mempersarafinya. Subdivisi otonom terdiri atas
f. Refleks
Pada dasarnya refleks adalah respon motorik seketika dan ototmatis terhadap
asupan sensori. Refleks ini timbul dari hubungan anatomi yang khusus di antara
otonom, dan organ-organ efektor. Efektor adalah organ terkhir yang menerima
implus motorik, seperti halnya otot skeletal, otot polos dan otot jantung, atau
Neuron sensori somestetik yang terlibat dalam arkus refleks yang biasanya
memepunyai akson yang bercabang: satu cabang berperan dalam arkus refleks,
sementara cabang lain menjalar ke serebelum melalui jalur kolumna dorsalis atau
yang terlibat, persepsi yang demikian bukan bagian dari arkus refleks. Oleh karna
diperlukan waktu sedikit lama agar data sensori mencapai korteks dari pada untuk
9
mencapai suatu interneuron., seseorang sering menjadi sadar tentang sensasi
hanya selama atau setelah kejadian arkus refleks. Selain itu, refleks medula dapat
terjadi bahkan ketika medula atau otak, yang terkhir akan dipertimbangkan
pertama.
adalah sensasi yang memicu refleks ini. Nyeri menstimulasi neuron sensori, yang
menimbulkan tarikan bagian tubuh (dalam hal ini,tangan) dari stimulasi nyari
“rangkaian” sepanjang neuron sensori dan motorik di dalam medula spinalis. Jika
ini menjadi tidak berfungsi (seperti: pada syok spinal atau trauma fisik), maka
h. Refleks Otak
Refleks otak berlangsung dengan cara yang sama seperti pada refleks medula
spinalis, keculi jika oatak merupakan tempat penghubung, bukan medula spinalis.
Oleh karena lengan motorik dan sensori dari frekuensi jantung dan refleks
vasopresur sudah banyak dikenal, maka hanya refleks pupil yang akan
dibicarakan.
Cahaya pada retina akan menyebabkan stimulasi saraf opitikus. Serabut ini
10
yang menjalar ke otot polos irirs. Peningkatan pada implus parasimpatik (melalui
saraf kranial III ) atau penurunan implus sismpatis menyebabkan konstriksi pupil
C. Etiologi
MenurutSudoyo dkk, (2006) etiologi dari stroke terbagi menjadi empat yaitu:
pembulu darah serebral dengan pendarahan kedalam jaringan otak atau seluruh ruang
1. Hemoragik obstrudural.
2. Hemoragik subdural.
3. Hemoragik subarkhranoid.
4. Hemoragik entraserebral
atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis
dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah
pemisahan jaringan otak yang berdekatan sehingga otak akan membengkak, jaringan
11
D. Faktor Predisposisi
2. Penyakit Kardiovaskuler
4. DM (peningkatan anterogenesis)
12. Hiperkolesterolemia
13. Infeksi
14. Kelainan pembuluh darah otak (karena genetik, infeksi dan ruda paksa)
15. Lansia
E. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan motorik
a. Hemiplegis,hemiparesis
2. Kehilangan komunikasi
a. Disatria
12
b. Difagia
c. Afagia
d. Afraksia
3. Gangguan konseptual
hemiplagia kiri)
kerusakan neurologisekstensif).
13
Hudak dan Gallo (1996) mengatakan jika dilihat dari bagian hemisfer yang
b. Penilaian buruk
d. Memperlihatkan ketidaksadaran
d. Disfagia global
e. Afasia
f. Mudah frustasi
F. Klasifikasi
Hal ini terjadi karna adanya penyumbatan pembuluh darah otak. Infark
iskemik terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang disebabkan oleh
14
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang
samping itu, daerah yang mengalir ke subtansi otak atau ruang subarachnoid dapat
menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah
G. Komplikasi
3. Gangguan jantung
4. Infeksi/sepsis
9. Hidrocephalus
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
15
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber pendarahan seperti
2. Pemeriksaan laboratorius
I. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
aneurisme.
16
b. Asam traneksamat 1gr/4 jam iv pelan-pelan selama tiga minggu serta
b.Penatalaksanaan Keperawatan
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
17
18
II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A.Pengkajian
1) Identitas Klien
Meliputi biodata klien, meliputi: nama ,umur, agama, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor MR, diagnosa medis. Termasuk juga
2) Keluhan utama
3) Riwayat kesehatan
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separuh badan
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
19
d) Riwayat psikososial
4) Pengumpulan data
a. Aktivitas/istirahat
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira.
20
d. Eliminasi
e. Makan/cairan
Gejala : Nafsu makan hilang. Mual muntah pada fase akut (peningkatan TIK).
Kehilangan sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, dan tenggorok. Adanya
resiko)
f. Neurosensori
Gejala : Sinkope/pusing (sebelum serangan CSV). Sakit kepala: akan sangat berat
yang ditemukan dalam berbagai derajat pada stroke yang lain). Sisi yang
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : biasanya terjadi karna pada tahap awal
adalah trombosis yang bersifat alami. Pada wajah terjadi paralisis. Afatis
21
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas yang berbeda-beda (karena arteri karotis
terkena
h. Keamanan
objek dari sisi kiri (pada stroke kanan) hilangnya kewaspadaan terhadap
bagian tubuh yang sakit, tidak mampu mengenali objek, warna kaca, dan
wajah yang dikenalnya dengan baik Kesulitan dalam menelan dan tidak
i. Intraksi sosial
j. Penyuluhan/pembelajaran
lingkungan rumah.
(Doengus.Marlyn.E. 2000)
22
B. Diagnosa Keperawatan
23
c. Intervensi
peningkatan tekanan
24
intrakranial (tidak Terapi Oksigen:
2. Mendemonstrasikan secret
Berkomunikasi intruksi
kemampuan. humidifier
informasi. ventilasi
tingkat kesadaran
gerakan gerakan
involunter
25
2 Hambatan komunikasi Setelah dilakukan Mendengar Aktif
gambar terapi
26
dasar
terapy
rencana perawatan
meningkatkan kemampuan
komunikasi pasien
mengatsi ketidakmampuan
27
Daily Living (ADLs) c. Sediakan bantuan sampai
mendorong pelaksanaan
aktivitas sehari-hari.
28
diharapkan klien dapat lihat respon pasien saat
4. Memperagakan kemampuan
memerlukan.
29
i. Ajarkan pasien bagaimana
dengan disfungsi selama 3 x 24 jam, teknik chin lift atau jaw thrust
30
(mampu k. Atur intake untuk cairan
mengeluarkan mengoptimalkan
normal (tekanan
darah, nadi,
pernafasan
31
D. Implementasi
berguna untuk memenuhi kebutuhan klien mencapai tujuan yang diharapkan secara
berkesinambungan.
E. Evaluasi
32
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny.S
Nomor RM : 37.83.04
Usia : 58 tahun
Alamat : Lunto
Agama : Islam
Penanggung jawab
Nama : Tn. W
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Lunto
33
2. Alasan masuk
Ny.S datang kerumah sakit dengan keluhan utama tiba-tiba terjatuh dan
lemas, kepala sakit-sakit, riwayat sakit kepala (+) sering, sebelum jatuh
merasakan sakit kepala dan lemah anggota gerak sebelah kiri, mual (+), muntah
3. Keluhan utama
Lemah pada anggota gerak sebelah kiri dan tidak bisa digerakan, mulut
klien selalu tersedak jika diberikan makan (makanan cair) dan minum, klien
mengalami gangguan pada saat menelan makan dan minum, personal hygiene
kurang seperti klien sudah 2 hari tidak mandi/dilap, rambut tampak kotor.
4. Riwayat Kesehatan
Tangan kanan dan kaki kiri klien lemah dan tidak bisa di gerakakan, bibir
umum: baik klien sadar, bicara pelo/tidak jelas. GCS : 15 (E:4 V:5 M:6),
94%, Klien sulit menelan dan mengunyah, klien sering tersedak pada saat
makan dan minum, setiap makan dan minum yang diberikan selalu
34
kotor,kebersihan mulut:kotor, genetalia kotor). Klien tampak pucat dan
konjungtiva anemis.
Klien pernah dirawat dengan stroke ± 11 tahun yang lalu dan klien juga
mellitus.
d) Riwayat psikososial
1. Genogram
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Klien
= tinggal serumah
35
f) Kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi – Cairan
Jumlah makanan yang masuk : 1/2 porsi (nasi, ikan dan sayur)
Diet khusus : MC
36
2. Eliminasi
Bau : khas
Konsistensi : lembek
Konsistensi : lembek
g) Data psikologis
Koping : menurun
37
Koping diri : menurun
Stressor : menurun
i) Pola kognitif-persepsi
Kemampuan memahami : ya
Vertigo : tidak
Nyeri : tidak
k) Pola keyakinan-nilai
Agama : islam
38
l) Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran
Nadi : 64x/menit
Suhu : 36.6o C
RR : 24 x/menit
TB : 130 cm
BB : 45 kg
c. Mata/penglihatan
Konjungtiva : normal
Sclera : aninterik
Kornea : normal
Pupil : isokor
39
d. Hidung/penciuman
e. Telinga/pendegaran
f. Sistem pernafasan
40
Suara nafas : vesikuler
g. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi Perifer
Akral : hangat
Sirkulasi Jantung
h. Sistem pencernaan
Mulut
Bau mulut : ya
Stomatitis : tidak
41
Gingivitis : tidak ada
i. Abdomen
Asites : tidak ada, Spidernevi : tidak ada, luka bekas post operasi : tidak
ada
Perkusi : timpani
j. Sistem urogenital
Kebersihan : kotor
42
Jumlah urine : 1000 cc (pada saat pengkajian tanggal 03-08-2018 pukul
10.00 WIB)
Penggunaan kateter : ya
k. Muskuloskeletal
5555 3333
l. Laboratorium
43
Asam urat 2,5 mg/dl L: 3,4 - 7
P: 2,4 -5,7
Calsium 9,2 mg/dl 8,1 - 10,4
2 Citicolin
3 Omeprazole
1 x 20 mg / 24 jam
4 Asam folat
1 x 2 ml /24 jam
5 Neurodex
1 x 100 mg / 24 jam
44
ANALISA DATA
KEPERAWATAN
Do:
45
keterampilan motorik kasar
5555 3333
menelan makan/minum
Do :
46
- Klien terpasang NGT
sering tersedak
keluarga
Do :
47
- Klien bedrest diatas tempat tidur
kotor
48
B. Diagnosa keperawatan
49
C. Intervensi Keperawatan
50
banyak terganggu (2) fisik sosial, spiritual dan kognisi.
tergangguan (2) di 2. Terapi latihan : mobilitas 1. Jelaskan pada pasien atau keluarga
pergerakkan/aktivitas
51
dengan batuan sesuai indikasi
2 Resiko aspirasi b/d Setelah dilakukan 1. Pencegahan Aspirasi 1. Periksa posisi NGT sebelum pemberian
lewat slang/NGT selama 3x 24 jam resiko 2. Posisiskan (kepala pasien) tegak lurus,
52
dengan kriteria hasil : sampai 90 derajat (pemberian makan
(2) dilakukan ditingkat 2. Pengaturan Posisi 1. Monitor status oksigenasi sebelum dan
53
(2) dilakukan ditingkat 4. Jangan menempatkan pasien pada
pasien
membran mukosa)
54
memonitor pasien.
3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan 1. Memandikan . 1. Bantu memandikan pasien dengan cara
banyak terganggu di
tinggalkan sedikit 2. Bantuan perawatan diri 1. Letakan handuk, sabun deodoran, alat
-mencuci badan bagian atas perlukan disisi tempat tidur atau kamar
55
tinggkatkan kesedikit 2. Sediakan lingkungan yang terapeutik
mandiri.
yang lembut
56
pertahanan posisi
yang terkena
kulit
57
D. Implementasi dan evaluasi
CATATAN PERKEMBANGAN
1 Jumat Hambatan mobilitas fisik A. Terapi aktivitas S: Keluarga mengatakan tangan kiri
03 -08- 2018 berhubungan dengan 1. Mempertimbangkan kemampuan dan kaki kiri klien lemah
58
fungsi dan kesehatan terkait peran P: intervensi dilanjutkan ke nomor
indikasi
ketidaknyamanan selama
pergerakkan/aktivitas
59
3. Memantu pasien mendapatkan posisi
aktif
indikasi
C.Monitor neurologi
TD : 176/94 mmhg
N: 64x/i
P : 24x/i
60
S : 36,60C
03-08-2018 makan lewat slang/NGT 1. Memeriksa posisi NGT sebelum S :Keluarga klien mengatakan klien
61
5. Meletakkan pompa NGT sesuai C. Terapi Menelan: 1,2,3,4,5
B. Pengaturan Posisi
posisi
ROM aktif
nyeri
62
membalikkan tubuh pasien
C. Terapi Menelan
membran mukosa)
5. Menginstruksikan keluarga
pasien.
63
3 Jum’at Defisit perawatan diri A. Memandikan
2. Memandi dengan air yang kiri dan kaki kiri lemah, klien
4. Memonitor kondisi kulit saat mandi - Mencuci badan bagian atas dan
64
di perlukan disisi tempat tidur atau B.bantuan perawatan diri no 5
secara mandiri.
C. Pengaturan posisi
65
badan klien akan di balik
pertahanan posisi
kondisi kulit
gangguan neuromuskular fisik secara teratur seperti - Keluarga klien mengatakan klien
66
4. Mengintruksikan pasien dan O:
67
ROM sesuai dengan bantuan sesuai P: Intervensi dilanjutkan
TD : 151/78 mmhg
N : 67x/i
S: 36,20C , P : 20x/i
04-08-2018 makan lewat slang/NGT 1. Memeriksa posisi NGT sebelum S :Keluarga klien mengatakan klien
68
2. Memposisiskan (kepala pasien) - Keluarga mengatakan klien
ROM aktif
69
5. Meminimalisir gesekan atau cedera
C. Terapi Menelan
membran mukosa)
5. Menginstruksikan keluarga
70
pasien.
mempunyai suhu yang nyaman tangan kiri dan kaki kiri secara
terauma jaringan. O:
71
benar benar mampu merawat sendiri - Mengeringkan badan dan
gangguan neuromuskular fisik secara teratur seperti ambulasi, - Keluarga klien mengatakan klien
tepat. O:
72
dalam beraktifitas secara fisik sosial, cukup terganggu
posisi tubuh yang optimal untuk - Klien sudah mulai bisa membolak
pergerakan sendi pasif maupun aktif. balik badan ke kiri dan ke kanan
C.Monitor neurologi
- Nadi : 70 x/i
- Suhu : 36,60C
73
-Pernafasan : 20x/i
05-08-2018 makan lewat slang/NGT 1. Memeriksa posisi NGT sebelum S :- Keluarga klien mengatakan klien
74
sebelum dan setelah perubahan
posisi
ROM aktif
C. Terapi Menelan
75
membran mukosa)
mempunyai suhu yang nyaman tangan kiri dan kaki kiri secara
terauma jaringan. O:
76
benar mampu merawat sendiri - Mengeringkan badan dari
77
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
analisa situasi Ny.S. Dari hasil pengkajian tanggal 03 Agustus 2018 didapatkan
hasil keluarga klien mengatakan tangan kiri dan kaki kirinya klien lemah dan tidak
bisa di gerakakan, keluarga mengatakan klien tidak bisa bergerak, keluarga klien
mengatakan ibunya mempunyai riwayat stroke 11 tahun yang lalu dan riwayat
hipertensi. Saat pengkajian GCS :15 (E4 M6 V5 ), bibir pasien tampak pelow ke
5555 3333
:36,6°c, Berat Badan : 45 kg, Tinggi Badan : 150 cm, Trombosit: 205.000 sel/mm3,
Leukosit :9.200 sel/mm3. SpO2 : 96%. Personal hygiene urang. Data penunjang:
Haemoglobin 14,1 gr/dl, konjungtiva klien tampak anemis, bibir klien tampak pucat
dan kering.
utamanya adalah klien mengalami hemiparise atau kelemahan pada anggota gerak
baik sebelah kiri maupun sebelah kanan .klien bicara pelo, bibir pencong dan
yang dilakukan susah sesuai dengan teori ada dimana klien mengalami tanda dan
78
gejala yang dialami pasien stroke pada umum nya seperti kelemahan ekstermitas atas
dan bawah kekuatan otot pengalami penurunan, bicara pelo, bibir pencong dan klien
2. Diagnosa
yakni:
sepenuhnya oleh keluarga, klien juga mengalami kelehan pad anggota gerak atas
dan bawah sebelah kiri dan susah digerakan, pada intervensi dilakukannya
tindakan kepearawatan seperti ROM pasif dan aktif pada pasien, hal ini
adanya benda asing didalam rongga mulut bisa mengakibatkan klien mual dan
: fagus, sehingga jika klien muntah akan teraspirasi cairan muntah tersebut yang
bias menyebabkan klien susah bernafas (dispneu) dan bias terjadi gangguan
pada penafasan.
79
3. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan gangguan neuromuskular
klien kurang.dimana jika personal hygiene tidak ditangani hal ini bisa
maka akan memberikan rasa aman nyaman pada klien dan resiko infeksi tidak
terjadi.
pengkajian, diakrenakan tidak adanya data yang mendukung kearah diagnosa yang
tidak dimunculkan secara teori tersebut, data yang diitemukan hanya mengacu dan
3. Perencanaan
80
2. Resiko aspirasi berhubungan dengan pemberian makanan melalui slang/NGT
4. Pelaksanaan tindakan
setelah dilakukan tindakan oleh perawat, serta tenaga kesehatan yang sudah
5. Hasil Evaluasi
Hasil evaluasi dari setiap diagnosa mengalami peningkatan dari mula kondisi
buruk berangsur dengan kondisi yang berangsur membaik. Hasil yang dicapai
sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan sesuai dengan kriteria hasil yang
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Stroke adalah
sindrom yang terdiri dari tanda dan/atau gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat
fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit). Gejala-gejala
ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian, selain menyebabkan
kematian stroke juga akan mengakibatkan dampak untuk kehidupan. Dampak stroke
mengalami penurunan kualitas hidup yang lebih drastis, kecacatan fisik maupun
mental pada usia produktif dan usia lanjut dan kematian dalam waktu singkat
B. Saran
1. Bagi pembaca
2. Bagi mahasiswa
82
3. Bagi Perawat
dengan optimal.
awal bagi pasien dengan stroke haemoragik, maupun pelatihan lainnya, agar
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98