Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah gangguan fungsi system saraf pusat yang terjadi secara

mendadak berupa sumbatan pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah

diotak dan biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluh darah di otak. Gejala ini

berlangsung cepat berkembang dalam 24 jam atau lebih yang dapat menyebabkan

kematian yang disebabkan karena gangguan peredaran darah otak non traumatic

(Rizaldy,2010)

Menururt data World Health Organization (WHO, 2016) bahwa stroke

merupakan penyebab kedua kematian dan penyebab keenam yang paling umum dari

cacat. Sekitar 15 juta orang menderita stroke yang pertama kali setiap tahun, dengan

1/3 dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengakibatkan kematian. Stroke adalah

masalah kesehatan di Negara dengan penghasilan rendah dibanding Negara dengan

berpenghasilan tinggi.

Jumlah penderita penyakit stroke di Indonesia tahun 2013 berdasarkan

diagnosis tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan sebanyak 1.236.825 orang (7,0‰),

sedangkan berdasarkan diagnosis Nakes/gejala diperkirakan sebanyak 2.137.941

orang (12,1‰). Berdasarkan diagnosis Nakes maupun diagnosis/gejala, Provinsi Jawa

Barat memiliki estimasi jumlah penderita terbanyak yaitu sebanyak 533,895 orang

penderita stroke. (Data Riset Kesehatan Dasar, 2013)

Berdasarkan data yang diperoleh Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung

di Ruang Flamboyan pada tahun 2019 terhitung selama bulan juni dan juli stroke

merupakan penyakit yang tergolong urutan no 1 hingga 10 terbesar. Di ruang

1
Flamboyan terhitung 135 pasien dengan stroke yang terdiri dari rentang usia yang

beragam. (Rekam Medik Ruang Flamboyan, 2019)

Manifestasi penyakit stroke adalah mengalami kelemahan pada otot

ekstremitas maupun pada anggota tubuh yang lain, kehilangan sensasi rasa pada kulit

atau kebas, kesulitan dalam berkomunikasi, gangguan pengelihatan, posisi mulut yang

tidak simetris, gangguan daya ingat, nyeri kepala hebat, vertigo, kesadaran yang

terganggu dan gangguan fungsi otak lainnya. (Arif, Muttaqin 2009)

Pengobatan pada klien dengan stroke dapat dibagi menjadi 2 yakni terafi

farmakologi dan terapi non farmakologi. Sebagai terapi non farmakologi dikenal juga

dengan nama terapi komplementer yang mana terapi komplementer sendiri memiliki

makna cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada

pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan lain diluar dari pengobatan

medis yang konvensional. (WHO, 2016)

Beberapa tipe terapi medis alternative meliputi terapi akupuntur, ayurveda,

pengobatan homeopatik, praktik Amerika latin, praktik Amerika asli, pengobatan

neuropatik, pengobatan tradisional China (Asian). Dalam praktik pengobatan

tradisional China terdapat berbagai terapi yakni akupuntur, akupresure dan

muxibistion (menggunakan panas dari herbal yang dibakar). (Mubarak, 2009)

Salah satu terapi yang kini popular di masyarakat adalah terapi akupresure.

Terapi akupresure adalah perkembangan terapi pijat yang berlangsung siring dengan

perkembangan ilmu akupuntur karena teknik pemijatan akupresur adalah turunan dari

ilmu akupuntur. Teknik dalam pelaksanaan terapi ini menggunakan tangan sebagai

pengganti jarum tetapi dilakukan pada titik-titik yang sama seperti yang digunakan

pada terapi akupuntur. (Mubarak, 2009)

2
B. Tujuan

Tujuan dari tugas dan laporan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana terapi

akupresure dapat diaplikasikan pada klien dengan gangguan rentang otot stroke serta

untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah yakni Evidence

Base Practice.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari tugas Evidence Base Practic ini adalah sebagai berikut :
1. Memperluas cakrawala berfikir mahasiswa tentang praktik asuhan keperawatan
yang dapat diaplikasikan di berbagai lingkup dalam hal ini berkaitan dengan
terapi komplementer
2. Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan terutama dalam profesi
keperawatan
3. Hasil dari laporan ini dapat dijadikan sebagai data tambahan yang dapat
dikembangkan oleh instansi terkait sebagai pertimbangan dalam inovasi asuhan
keperawatan.

3
BAB II
TIANJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Definisi Stroke

Stroke adalah penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani
secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja (Arif Mutaqqin, 2008).
Stroke adalah defisit dopler (gangguan) fungsi sistem saraf yang terjadi
mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. (Pinzon,
Asanti, 2010).

2. Klasifikasi

Stroke dapa dikasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :

a. Stroke Haemorhagi

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid.


Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak
tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif,
namun bisa juga terjadi saat istirahat.

Kesadaran pasien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah


disfungsi neurologi fokal yang akut dan disebabkan oleh perdarahan
primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena
trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembuluh arteri, vena
dan kapiler.

Perdarahan otak dibagi dua yaitu

1) Perdarahan intraserebral : pecahnya pembuluh darah


(mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah
masuk kedalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan
jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang
terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena
4
hipertensi sering dijumpai didaerah putamen, talamus, pons dan
serebelum.

2). Perdarahan subarachnoid : perdarahan ini berasal dari pecahnya


aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluh darah sirkulasi willisi dan cabang cabangnya yang
terdapat diluar parenkim otak dan pecahnya arteri dan keluarnya ke
ruang sub arachnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,
meregangnya strukur peka nyeri dan vasospasme pembuluh darah
serebral yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala,
penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan hemi
sensorik, afasia).

b. Stroke Non Haemorogic (CVA infark)


Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya
terjadi saat setelah lama beistirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari.
Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan
hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran
umumnya baik.

Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:

1. TIA (Trans Iskemik Attack).

Gangguan neulorogis setempat yang terjadi selama beberapa menit


sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan
spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. Stroke Involusi

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan


neurologis terlihat semakin jelas dan bertambah buruk. Proses dapat
berjalan 24 jam atau

2. Stroke Komplit

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen.


Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan
TIA berulang (Andra Saferi, 2013).

5
3. Etiologi

Penyebab stroke dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Tromosis Serebi

Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah


penyebab utama trombosis serebral adalah penyebab paling umum dari
stroke trombosis ditemukan pada 40% dari semua kasus stroke yang
telah dibuktikan oleh ahli patologi. Biasanya ada kaitannya dengan
kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat aterosklerosis.

b. Emboli Serebri

Embolisme serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab


utama stroke. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibandingkan
dengan penderita trombisis. Kebanyakan emboli serebri berasal dari
suatu trombus dalam jantung sehingga masalah yang dihadapi
sesungguhnya merupakan perwujudan penyakit jantung

c. Hemoragi

Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (hemoragi ekstra dural atau


epidural) dibawah durameter (hemorogi subdural), di ruang sub
arachnoid (hemoragi subarachnoid) atau dalam substansial otak
(hemorogi intra serebral). (Andra Saferi, 2013).

4. Patofisiologi

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan


oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat krena trombus dan
embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih
seperti keilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu
yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik neuron neuron.
Area nekrotik kemudian disebut infark. Kekurangan oksigen pada awalnya
mungkin akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau
hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke
6
karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, udara, palque,
ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemoragi maka faktor
pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat
terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragi.

Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia


dna infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas
setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas.
Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat
terkena.

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam
arteri arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteria karotis interna dan
system vertebrobasilar dan semua cabang cabangnya. Secara umum, apabila
aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 samapi 20 menit, akan
terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu
arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh
arteri tersebut.

Alasannya adalah bahwa mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang


memadai daerah tersebut. Proses patologik yang mendasari mungkin salah
satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pebuluh darah yang
memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa:

a. Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti


aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau
peradangan.

b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau


hiperviskosistas darah

c. Gangguan aliran darah akibat bukuan atau embolus infeksi yang berasal
dari jantung atau pembuluh ekstrakranium

d. Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.


(Price 2005 dalam Andra Saferi, 2013).

7
5. Manifestasi Klinis

Menurut Andra Saferi manifestasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu:

a. Perdarahan intraserebral (PIS)

Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodormal yang tidak jelas,


kecuali yeri kepala karena hipertensi. Serangan sering kali setiap hari,
saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali.
Mual dan muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan.
Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang
dari setengah jam, 23% antara ½ s.d 2 jam dari 12% terjadi setelah 2
jam, sampai 19 hari).

b. Perdarahan subaraknoid (PSA)

Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodnormal berupa nyeri


kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi.
Ada gejala atau tanda rangsangan meningiel. Edema papil dapat terjadi
bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri
komunikans anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis yang
timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan
likasinya. Manifestasi stroke dapat berupa:

1)Kelumpuhan wajar dan anggota badan yang timbul mendadak

2)Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan

3)Perubahan mendadak status mental

4)Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan


memahami ucapan)

5)Ataksia anggota badan

6)Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala


(Mansjoer, 2000 dalam Andra Saferi, 2013).

8
6. Penatalaksanaan Stroke

Menurut Tarwoto & Wartonah dibagi menjadi dua yaitu

a. Penatalaksanaan umum

1) Pada fase akut

a) Pertahankan jalan nafas, memberikan oksigen penggunakan ventilator

b) Monitor peningkatan tekanan intrakranial

c) Monitor fungsi pernafasan: analisa gas darah

d) Monitor jantung dan tanda tanda vital, pemeriksaan EKG

e) Evaluasi status cairan dan elektrolit

f) Kontrol kejang jika ada dengan pemberian anti konvulsan dan cegah resiko
injuri

g) Lakukan pemaangan NGT untuk mengurangi konpresi dan pmberian


makanan

h) Monitor tanda tanda neurologi seperti tingkat kesadaran, keadaan pupil,


fungsi sensorik dan motorik, nerpus kranial dan repleks.

2) Fase rehabilitasi

a) Pertahankan nutrisi yang adekuat

b) Program managemen bladder dan bowel

c) Mempertahankan keseimbangan tubuh dan rentang gerak sendi (ROM)

d) Pertahankan integritas kulit

e) Pertahankan komunikasi yang efektif

f) Pemenuhan kebutuhan sehari hari

g) Persiapan pasien pulang

9
b. Pembedahan

Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih dari 3 cm atau


volume lebih dari 50 ml untuk dekompresi atau pemasangan pintasan
ventrikulo peritonial bila ada hidrosefalus obstruksi akut.

c. Terapi obat obatan

Terapi pengobatan tergantung dari jenis stroke nya

1) Stroke iskemia

a) Pemberian trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue


plasminogen)

b) Pemberian obat obat jantung seperti digoksin pada aritmia


jantung atau alfa beta, kaptropil, antagonis kalsium pada
pasien dengan hipertensi

2) Stroke haemoragik

a) Antihipertensi : katropil, antagonis kalsium

b) Diuretik : manitol 20%, furosemide

7. Komplikasi

Menurut (Andra Saferi, 2013)

a. Berhubungan dengan immobilisasi

1) Infeksi pernafasan

2) Nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan

3) Konstipasi

4) Tromboflebitis

b.Berhubungan dengan mobilisasi

1) Nyeri pada daerah punggung

2) Dislokasi sendi

c. Berhubungan dengan kerusakan otak


10
1) Epilepsi

2) Sakit kepala

3) Kraniotomi

d. Hidrosefalus

B. Akupresur
1. Pengertian
Akupresur merupakan suatu metode tusuk jari yang didasarkan pada
pengetahuan bahwa semua organ tubuh manusia dihubungkan satu sama lain
oleh suatu saluran (meridian) yang menjelajahi seluruh permukaan tubuh
untuk menghantarkan energi ke seluruh tubuh (Sunetra, 2010). Akupresur
adalah salah satu bentuk pelayanan kesehatan tradisional jenis keterampilan
dengan cara merangsang titik tertentu melalui penekanan pada permukaan
tubuh dengan menggunakan jari maupun benda tumpul untuk tujuan
kebugaran atau membantu mengatasi masalah kesehatan (Kemenkes, 2011).
Menurut Wong, (2011), menjelaskan perbedaan akupresur dengan
akupunktur, akupresur dilakukan dengan menggunakan jari tangan
sedangkan akupunktur dengan menggunakan jarum, namun menggunakan
titik tekan yang sama pada meridian organnya. Meridian merupakan
jalur-jalur aliran energi vital yang ada pada tubuh manusia yang
menghubungkan masing-masing bagian tubuh membentuk sebuah kesatuan
yang utuh dalam tubuh.

2. Macam – macam rangsangan


Akupuntur adalah ilmu akomodatif yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Penekanan dengan atau tanpa alat (akupresur), jarum
(akupunktur), panas (thermis), listrik, magnet, getaran suara, obat-obatan,
laser, serta kombinasi dari berbagai manipulasi itu adalah berbagai cara
manipulasi yang telah digunakan dalam pelayanan akupuntur/akupresur
(Dharmojono, 2010).

11
3. Mekanisme kerja
Menurut Saputra, (2000) menjelaskan bahwa mekanisme kerja dari
akupunktur/akupresur masih belum bisa dijelaskan secara tuntas oleh para
peneliti. Hal tersebut juga didukung oleh Sunetra, (2004) yang menjelaskan
bahwa berbagai penelitian yang dilakukan oleh peneliti di negara China dan
negara-negara barat, belum dapat menjelaskan secara menyeluruh tentang
mekanisme kerja dari akupuntur/akupresur. Teori (endorfin) dan teori
kekebalan tubuh menjelaskan bahwa penekanan pada permukaan tubuh akan
merangsang keluarnya zat-zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.

4. Cara penekanan
Penekanan atau pemijatan pada titik akupresur dilakukan dengan
mempertimbangkan reaksi “yang“ yaitu reaksi yang menguatkan energi (qi)
sedang yang melemahkan energi (qi) disebut reaksi “yin”. Reaksi “yang dan
yin” dipengaruhi oleh lamanya penekanan atau arah penekanan. Penekanan
yang bereaksi menguatkan “yang”, dilakukan sebanyak 30 kali tekanan
dengan putaran mengikuti arah jarum jam atau searah dengan jalannya
meridian. Sedangkan penekanan untuk melemahkan atau menguatkan “yin”
dilakukan sebanyak 50 kali, putaran yang berlawanan dengan jarum jam,
berlawanan arah dengan meridiannya (Sunetra, 2004).

5. Manfaat

Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit,


penyembuhan, rehabilitasi, menghilangkan rasa sakit, serta mencegah
kekambuhan penyakit (Sunetra, 2004). Di dalam tubuh manusia terdapat 12
(dua belas) meridian umum dan 2 (dua) meridian istimewa yang mewakili
organ-organ dalam tubuh, yang dapat dimanipulasi untuk melancarkan
energi (qi), sehingga tubuh menjadi seimbang/sehat (Wong, 2011). Menurut
Kemenkes, (2015) menjelaskan bahwa akupresur dapat digunakan untuk
meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran darah, mengurangi
rasa sakit, serta mengurangi stres/menenangkan pikiran. Penelitian uji klinis
tentang pengaruh akupresur pada titik neiguan pada pasien sectio caesaria
12
yang dilakukan di Rumah Sakit Sin-Lau, Taiwan, menyimpulkan bahwa
akupresur pada titik tersebut dapat menurunkan kecemasan, persepsi nyeri,
serta meningkatkan kenyamanan pasien selama dilakukan tindakan operasi.
Hal senada juga disimpulkan dalam penelitian Reza et al., (2010) yang
menyimpulkan bahwa akupresur efektif untuk memperbaiki kualitas tidur
pada usia lanjut yang dirawat di rumah di Negara Iran. Penelitian uji klinis
yang dilakukan oleh Gharloghi dalam Mukhirotin (2016) juga menjelaskan
bahwa akupresur pada titik (Sp.6) dan (Sp. 8) dapat mengatasi nyeri pada saat
haid.

6. Larangan pemijatan

Akupresur sebaiknya tidak dilakukan pada daerah yang terasa nyeri,


suhu badan meningkat, influenza berat, nyeri rematik, tidak sadar, daerah
kemaluan, serta tidak dilakukan pada kamar yang lembab (Sunetra, 2004).
Pemanfaatan akupresur sebaiknya tidak dilakukan pada pasien dalam
keadaan terlalu lapar, kenyang, capai, emosi, setelah donor darah, serta
setelah berolahraga (Kemenkes, 2015). Menurut Kemenkes, (2015)
menjelaskan bahwa tindakan akupresur perlu dilakukan secara hati-hati atau
dikonsultasikan dengan dokter sebelum melakukan akupresur mandiri,
seperti pada pasien yang mengalami gangguan pembekuan darah, kasus
gawat darurat, memerlukan tindakan operasi, menggunakan obat pengencer
darah, tumor ganas, serta dalam keadaan hamil.

C. Pemijatan Akupresure Terhadap Klien Dengan Stroke Iskemik Dengan


Gangguan Tentang Gerak Otot

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lalu Hersika dkk (2018) yang

berjudul Effect of 14 Point Acupressure On Upper and Lower Extremityu Muscle

Strength Level In Patients With Non Haemorrhagic Stroke menunjukan hasil

penelitian pemijatan 14 titik akupresure efektif untuk meningkatkan kekuatan otot

13
ekstremitas atas dan bawah pada pasien dengan stroke non haemoragic. Diperkuat

dengan penelitian M Adam (2014) akupresure untuk meningkatkan kekuatan otot

dan rentang gerak ekstremitas atas pada pasien stroke dengan hasil akhir

penelitiannya berhasil membuktikan bahwa terapi akupresure dapat meningkatkan

kekuatan otot dan rentang gerak ekstremitas atas. Mustopa (2017) juga menjelaskan

hasil penelitiannya yang berjudul peningkatan fungsi motoric melalui akupresur

pada klien pasca stroke, dengan hasil akupresure dapat meningkatkan kemampuan

pergerakan tangan, aktifitas tangan lanjutan dan fungsi lanjutan pergerakan rentang

otot yang tidak signifikan.

Teknik-teknik akupresure memiliki efek kumulatif pada tubuh. Setiap kali


dilakukan stimulus pada titik tekanannya maka saat itu pula sedang terjadi
penyeimbangan keadaan tubuh dengan pada sebagian orang akan dirasakan hasil
secara langsung sedangkan pada yang lainnya memerlukan beberapa perawatan.

14
Terkait pelaksanaan akupresure itu sendiri dapat dilakukan sesering mungkin
beberapa kali 1 hari atau beberapa kali dalam 1 jam. Dari beberapa penelitian
menyarankan akupresure dilakukan setiap hari dengan intensitas 2x hingga 3x
sehari. (Michael, Reed 1981)

Kondisi yang mendasari dapat dilakukannya akupresure adalah ketika badan


responden sedang rilex terbebas dari stress dan stimulus yang lain seperti gangguan
dari suara handphone terutama dilakukan pada tempat yang personal dengan
modifikasi lingkungan berupa musik instrumental yang membuat rileks. (Michael,
Reed 1981) dan (Kevin T, Boyd 2011)

Beberapa kondisi yang mendukung terapi akupresure adalah

 Mengenakan pakaian yang nyaman dan longgar

 Melakukan akupresure 1 jam setelah makan dan tidak dianjurkan untuk


melakukan akupresure sebelum makan

 Tidak dianjurkan meminum minuman dingin karena hal tersebut akan


menonaktifkan efek akupresure

 Tidak melakukan akupresure saat kondisi badan sedang panas karena aktifitas
fisik atau 30 menit setelah mandi saat kondisi badan sedang rilekx (Kevin T,
Boyd 2011)

15
BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Waktu
Waktu pelaksaan dilakukan pada 2x dalam 1 hari
B. Sasaran
Klien pasca stroke iskemik atau dalam kondisi kelemahan otot
C. Tempat
Ruang Flamboyan Kelas II dan III RSUD Kota Bandung
D. Setting
a. Persiapan Pelaksanaan
1) Menentukan rencana kegiatan
2) Mengajukan proposal kegiatan
3) Melakukan konsultasi, perbaikan proposal, dan kegiatan yang akan dilaksanakan
4) Menentukan waktu kegiatan dan mempersiapkan alat yang akan digunakan dalam
pelaksanaan
5) Mengumpulan data tentang pasien dengan pasien post stroke
b. Pelaksanaan
1) Meminta izin kepada kepala ruangan ataupun CI sebelum melaksanakan intervensi
pada pasien
2) Mahasiswa menemui pasien dan keluaga, mengucapkan salam, mengevaluasi
keadaan pasien, menjelaskan tentang tujuan, manfaat terapi akupresure kemudian
memberikan informed consent.
3) Pasien atau keluarga yang menyetujui dijadikan responden diminta untuk
menandatangani lembar informed consent.
4) Melakukan pengkajian data fokus
5) Mengimplementasikan terapi akupresure sesuai dengan SOP
6) Melakukan evaluasi tindakan
7) Catat pada pelaporan tindakan / catatan perkembangan

16
A. Instrument
1. Alat dan bahan pengumpulan data
a. Alat yang dibutuhkan sesuai dengan SOP.
b. Rekam medis pasien
c. Format evaluasi tindakan
2. Alat dan bahan pelaksanaan
a. Alas bantu pemijatan
b. Sarung tangan (bila perlu)
c. Kapas alcohol
d. Bengkok

B. Prosedur
 Persiapan pasien
1. Pastikan identitas klien
2. Kaji kondisi klien terakhir
3. Beritahu dan jelaskan pada klien atau keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
4. Jaga privasi klien
5. Posisikan klien senyaman mungkin
6. Pasien sebaiknya dalam keadaan berbaring, duduk atau dalam posisi yang nyaman
 Persiapan alat
1. Alas bantu pemijatan
2. Sarung tangan (bila perlu)
3. Kapas alcohol
4. Bengkok
 Cara kerja
Tahap orientasi

1. Berikan salam, panggil klien dengan nama kesukaannya


2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga
4. Berikan kesempatan kepada klien atau keluarga untuk bertanya sebelum terapi
dilakukan
Tahap kerja

17
1. Jaga privasi klien dengan menutup tirai
2. Atur posisi klien dengan memposisikan klien pada posisi terlentang (supinasi),
duduk, duduk dengan tangan bertumpu di meja, berbaring miring, atau tengkurap
dan berikan alas
3. Bantu melepaskan pakaian klien atau aksesoris yang dapat mennghambat tindakan
akupresur yang akan dilakukan, jika perlu
4. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan bila perlu
5. Cari titik-titik rangsangan yang ada di tubuh, menekannya hingga masuk ke sistern
saraf. Bila penerapan akupuntur memakai jarum, akupresur hanya memakai gerakan
dan tekanan jari, yaitu jenis tekan putar, tekan titik, dan tekan lurus.
6. Kemudian lakukan penekanan pada 12 titik atau jalur meridian utama tubuh dan 2
titik meridian tubuh tambahan. Meridian tubuh adalah saluran untuk menyebarkan
chi (energi vital) ke seluruh tubuh.
7. Penekanan dilakukan sekitar 10-15 menit atau sampai rasa sakitnya mulai
berkurang.
Terminasi

1. Jelaskan pada klien bahwa terapi sudah selesai dilakukan


2. Kaji respon klien setelah dilakukan terapi
3. Berikan reinforcement positif kepada klien
4. Rapikan pakaian klien dan kembalikan ke posisi yang nyaman
5. Rapikan alat-alat

C. Pengelolaan Pasien
1. Pengkajian Fokus
Tanggal/ Pasien Kelolaan Data Fokus
Jam

18
2. Implementasi & Evaluasi
No. Pasien Tanggal Skala Otot Pre Skala Otot Post
Kelolaan Implementasi Terapi Akupresure Terapi Akupresure

3. Evaluasi Tindakan
Skala Hasil
No Evaluasi yang di Nilai
0 1 2 3 4 5

19
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi & Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Ii Keperawatan Dewasa Teori
Dan Contoh Asuhan Keperawatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Data Rekam Medik Ruang Flamboyan 2019

Data Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2013

Dharmojono. 2010. Kapita Seleksa Kedokteran Veteriner. Pustaka Populer Obor : Jakarta

Kementrian Kesehatan. 2015. Terapi Komplementer Sebagai Inovasi Dunia Kesehatan

Lalu Hersika Dkk (2018). Effect Of 14 Point Acupressure On Upper And Lower Extremityu
Muscle Strength Level In Patients With Non Haemorrhagic Stroke. Belitung Nursing
Journal

M Adam (2014) Akupresure Untuk Meningkatkan Kekuatan Otot Dan Rentang Gerak
Ekstremitas Atas Pada Pasien Stroke. Jurnal Keperawatan Indonesia

Medical Research Council. Aids To The Examination Of The Peripheral Nervous System,
Memorandum No. 45, Her Majesty’s Stationery Office, London, 1981.

Mubarak, Wahid Iqbal 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep Dan Aplikasi Jakarta :
Salemba Medika

Mukhoirotin 2016. Pengaruh Akupresure Pada Titik Sanyinjiao Dan Slow Stroke Back
Massage Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid. Skripsi Keperawatan 2016

Mustopa (2017) Peningkatan Fungsi Motoric Melalui Akupresur Pada Klien Pasca Stroke.
Jurnal Keperawatan BSI

Muttaqin, Arif 2009. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta Salemba Medika

R, Reza 2010. Pengaruh Akupresre Terhadap Kualitas Tidur Pada Usia Lanjut. Airlangga
University Press: Surabaya

Rizaldy, Pinzon , Asanti 2010. Awas Stroke! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan Dan
Pencegahan. Yogyakarta: Andi

Saputra. 2000. Akupuntur Dalam Pendekatan Ilmu Kedokteran. Airlangga University Press.
Surabaya

Standar Operasional Prosedur. RSCM. 2014. Departemen Akupunktur Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo.

Sunetra. 2010. Hidup Sehat Dengan Akupresure. Denpasar : Qualty Printing

20
Wong, Ferry. 2011. ACUYOGA: Kobinasi Akupresur Dan Yoga. Penebar Swadaya Group.
Depok

World Health Organization, 2016. Stroke : A Global Response Is Needed

Michael, Reed (1981). How to apply Pressure to Accupresure Point. Tokyo; Japan
Publication Page 121-247

Kevin T, Boyd (2011). Pointfinder Classic For Accupresure Guide. Publishing ; Shaman

21

Anda mungkin juga menyukai