Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH STROKE

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat 2

Kelompok 2 :

Dimas Pandu Dewangga Fathonah Eka Pratiwi

Dwi Krisma Dayanti Febriana Lukita Wulandari

Eka Nur Rani Fruisca Valentine Febriana

Eldha Kumala Sari Gilang Yuangga Mukti

Evinatalia Heni Rohayati

Fariza Ilham

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penderita stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan pada
hamper semua pelayanan rawat inap penderita penyakit syaraf. Karena, selain
menimbulkan beban ekonomi bagi penderita dan keluarganya, stroke juga menjadi beban
bagi pemerintah dan perusahaan asuransi kesehatan.
Berbagai fakta menunjukkan bahwa sampai saat ini, stroke masih merupakan
masalah utama di bidang neurologi maupun kesehatan pada umumnya. Untuk mengatasi
masalah krusial ini diperlukan strategi pengulangan stroke yang mencakup aspek preventif,
terapi rehabilitasi dan promotif.
Keberadaan unit stroke di rumah sakit tak lagi sekedar pelengkap, tetapi sudah
menjadi keharusan, terlebih bila melihat angkapenderita stroke yang terus meningkat dari
tahun ke tahun di Indonesia. Karena penanganan stroke yang cepat, tepat, dan akuratakan
meminimalkan kecacatan yang ditimbulkan. Untuk itilah penulis menyusun makalah
mengenai strokeyang menunjukkan masih menjadi salah satu pemicu kematian tertinggi di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang ditemukan sebelumnya maka beberapa masalah yang
akan dirumuskan dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi stroke?
2. Apa saja etiologi stroke?
3. Apa saja klasifikasi stroke?
4. Apa saja tanda dan gejala dari stroke?
5. Apa saja factor resiko stroke?
6. Bagaimana patofisiologi dan pathway dari stroke?
7. Bagaimana cara pencegahan stroke?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Dapat mengetahui definisi stroke
2. Dapat mengetahui etiologi stroke
3. Dapat mengetahui klasifikasi stroke
4. Dapat mengetahui tanda dan gejala stroke
5. Apa saja factor resiko stroke?
6. Dapat memahami patofisiologi dan pathway stroke
7. Dapat memahami cara pencegahan stroke

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat
gangguan aliran darah otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan
anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk
kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
Black dan Hawks (2005) mengatakan bahwa stroke adalah perubahan
neorulogis yang diakibatkan oleh interupsi aliran darah menuju kebagian – bagian otak
tertentu. Stroke adalah gangguan aliran darah ke otak secara tiba-tiba atau mendadak
(Stroke, center, 2017).
Menurut Smeltezer & Bare 2008, stroke atau cedera Serebrovaskuler (CVA)
adalah ketidaknormalan fungsi Sistem Saraf Pusat (SSP) yang disebabkan oleh
gangguan aliran darah serebral. Stroke adalah defisit nuerologi yang menpunyai awitan
mendadak dan berlangsung dalam waktu 24 jam sebagai sebab dari Sereberal
VaskulerDisease (CVD) (Hudak, 1996). Dari semua defenisi di atas secara singkat
dapat disimpulkan bahwa stroke adalah terjadi perubahan pada beberapa fungsi
neurologis yang ringan sampai berat yang diakibatkan oleh gangguan pembuluh darah
otak. Gangguan diluar penyebab ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai stroke.

B. Etiologi

1. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan edema dan kongesti
di sekitarnya. Trombosis dapat terjadi akibat aterosklerosis, hiperkoagulasi pada
polisitemia, arteristis (radang pada arteri) dan emboli.
2. Hemoragi (perdarahan)
Pendarahan intrakraminal atau intraserebral temasuk perdarahan dalam ruang
subaraknoid atau kedalam jaringan otak sendiri sebagai akibat dari pecahnya
pembuluh darah. Pecahnya pembuluh darah diakibatkan oleh adanya aterosklerosis
dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga
otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, edema
dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia umum
Hipoksia umum disebabkan oleh hipertensi yang parah, henti jantung paru, dan
curah jantung turun akibat aritmia yang mengakibatkan aliran darah ke otak
terganggu.
4. Hipoksia setempat
Hipoksia setempat diakibatkan oleh spasme arteri serebral yang disertai perdarahan
subaraknoid dan vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.

C. Klasifikasi

Menurut Lumbantobing, (2004) menyatakan bahwa secara umum stroke dapat


terbagi atas dua bagian yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke dapat
diklasifikasikan dengan beberapa jenis dari kedua bagian besar stroke tersebut yaitu :
1. Stroke Iskemik
Adalah kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak mencukupi. Stroke
iskemik disebabkan penggumpalan darah.Penyebab utamanya adalah aterosklerosis
pembuluh darah dileher dan kepala.Stroke iskemik terdiri dari :
a. Stroke Iskemik Trombotik
Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah ke otak.
Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit ateroklerosis.
b. Stroke Iskemik Embolik
Stroke ini terjadi tidak dipembuluh darah otak, melainkan ditempat lain, seperti
jantung. Penggumpalan darah terjadi dijantung, sehingga darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
c. TIA (Transient Ischemic Attack)
Serangan iskemik sementara. Gejalanya mirip stroke, tapi hanya terjadi dalam
beberapa menit. Tidak sampai berjam- jam. Gejalanya antara lain: wajah pucat,
tangan atau kaki – kanan atau kiri- lumpuh. Vertigo (sakit kepala) juga menjadi
salah satu gejala, juga disfagia (sulit menelan), lemahnya kedua kaki, mual, dan
ataksia (jalan sempoyongan).
2. Stroke Hemoragik
Ini jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak atau pembuluh
darah otak bocor. Ini bisa terjadi karena tekanan darah ke otak tiba-tiba meninggi,
sehingga menekan pembuluh darah. Stroke hemoragik terdiri dari :
a. Stroke Hemoragik Intraserebral
Pada kasus ini, sebagian besar orang yang mengalaminya bisa menderita lumpuh
dan susah diobati. Pada stroke jenis ini pendarahan terjadi didalam otak.Biasanya
mengenai basal ganglia, otak kecil, batang otak, dan otak besar.Jika yang terkena
didaerah talamus, sering penderitanya sulit dapat ditolong meskipun dilakukan
tindakan operatif untuk mengevakuasi perdarahannya.

b. Stroke Hemoragik Subaraknoid


Memiliki kesamaan dengan stroke hemoragikintraserebral. Yang membedakannya,
stroke ini dipembuluh darah diluar otak, tapi masih didaerah kepala, seperti di
selaput otak bagian bawah otak. Meski tidak didalam otak, perdarahan itu bisa
menekan otak. Hal ini terjadi akibat adanya aneurisma yang pecah atau AVM
(arteriovenous malformation). Peneliti memasukkan teori tentang klasifikasi
stroke, dikarenakan hal ini memberikan informasi kepada peneliti tentang
penyebab dari jenis jenis stroke yang dialami oleh penderita stroke.
Stroke dapat diklasifikasikan menurut etiologi dan perjalanan penyakitnya.
1. Klasifikasi stroke menurut etiologinya
a. Stroke non hemoragik adalah stroke yang menimbulkan jaringan otak mengalami
iskemik dan berlanjut pada nekrosis. Terjadi karna adanya proses trombosis,
emboli dan spasme pembuluh darah otak.
b. Stroke hemoragik adalah stroke yang menimbulkan pendarahan pada intrakarnial
seperti intraserebral hemoragik, epidural hematom, subdural hematom,
subarachnoid hematom yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak baik
karna hipertensi yang berlebihan atau pecahnya aniorisma serebral.
2. Klasifikasi stroke menurut perjalan penyakitnya
Stroke diklasifikasikan juga sesuai dengan perjalan penyakitnya. Perjalanan tersebut
juga dapat dilihat dari kronologis kejadian awal dan mulainya serangan stroke.
Menurut perjalanan penyakitnya, maka stroke dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Transient ischemik attacks (TIA)
TIA merupakan gangguan neurologis fokal yang timbul secara tiba-tiba dan pulih
kembali dalam beberapa detik sampai beberapa jam, paling lama 24 jam. Tanda
dan gejala dari kelompok ini adalah gangguan neurologis lokal, terjadi selama
beberapa detik sampai beberapa jam dan gejala hilang sempurna kurang 24 jam.
b. Reversible ischemik neurologic deficit (RIND)
RIND mirip dengan TIA’s tetapi kejadiannya lebih lama dari pada TIA’s dimana
gejala hilang lebuh dari 24 jam tetapi lebih dari satu minggu
c. Stroke progresif (stroke in evalution)
Stroke in evalution merupakan perkembangan stroke kearah yang lebih berat yang
terjadi secara perlahan yang dapat menyebabkan kelainan neurologis menetap
(permanen) dengan karakteristik seperti: selain gejala TIA’s diatas yang paling
menonjol adalah muncul tanda dan gejala makin lama makin bertambah buruk
yang dapat terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
d. Stroke komplet (stroke complete)
Stroke komplet atau stroke lengkap adalah stroke yang menunjukkan gangguan
neurologis yang permanen sejak awal serangan dan sedikit sekali memperlihatkan
perbaikan. Karakteristik utama yang menjadi kriteria kelompok ini adalah berawal
dari serangan TIA’s yang berulang diikuti oleh stroe in evalution. Kelainan
neurologi yang terjadi bersifat menetap. Perbaikan gangguan neurologis terjadi
sedikit dan akan banyak menimbulkan gejala sisa. Selanjutnya, mungkin akan
menetap sampai beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun.

D. Tanda dan Gejala


Manifestasi stroke sangat beragam, tergantung dari arteri serebral yang terkena dan
luasnya kerusakan jaringan serebral. Manifestasi klinik yang sering terkena dan luasnya
kerusakan jaringan serebral. Manifestasi klinik yang sering terjadi diantaranya adalah
kelemahan pada alat gerak, penurunan kesadaran, gangguan penglihatan, gangguan
komunikasi, sakit kepala dan ganguan keseimbangan. Tanda dn gejala ini biasanya terjadi
secara mendadak, fokal dan mengenai satu sisi (LeMeno & Burke, 2008).
Geoffery, et al (2008) menentukan bahwa sebagian besar pasien paksa serangan
stroke memiliki keterbatasan gerak, gangguan penglihatan, gangguan bicara dan gangguan
kognitif. Selain aspek fisik ditemukan pula bahwa pasien paksa serangan stroke mengalami
gangguan psikologis seperti depresi, cemas, ketakutan dan menarik diri dari kehidupan
sosial.
Menurut Hickey (1997) tanda dan gejala stroke iskemik dihubungkan dengan
bagian arteri yang terkena sebagai berikut:
1. Arteri karotis interna
Lokasi lesi yang paling biasanya pada bifurkasio arteri karotis komunis yang bercabang
menjadi arteri karotis interna dan karotis eksterna. Dapat timbul berbagai sindroma dan
polanya tergantung dari jumlah sirkulasi kolateral yang berbentuk. Gejalanya yanag
sering tampak adalah :
a. Paralisis pada wajah, tangan dan kaki bagian yang berlawanan
b. Gangguan sensori pada wajah, tangan dan kaki bagian yang berlawanan
c. Afasia jika yang terkena adalah daerah hemisfer dominan (hemisfer kiri)
khususnya area Broca’s atau Werhinic’s atau kedua-duanya
2. Arteri serebri anterior
Arteri ini paling jarang terkena dan bila terkena akan menimbulkan gejala sebagai
berikut :
a. Paralisis pada kaki sisi yang berlawana
b. Gangguan keseimbangan
c. Gangguan sensori pada kaki dan jari daerah berlawanan daerah terkena
d. Gangguan kognitif
e. Inkontinensia urin
3. Arteri serebri posterior
Gejala yang sering mencul pada kelompok ini khususnya dalam lobus otak tengah atau
talamus adalah :
a. Gangguan kesadaran sampai koma
b. Kerusakan memori
c. Gangguan penglihatan
4. Arteri serebral media
Gejala dominan yang ditunjukan bila terkena pada daerah ini adalah :
a. Hemiplegia kontralateral pada kedua ekstremitas
b. Kadang-kadang hemianopia kontralatreran (kebutaan)
c. Afasia global (kalau hemisfier dominan yang terkena) yaitu gangguan semua
fungsi yang ada hubungannya dengan percakapan dan komunikasi.
Menirut Geoffery, et al (2008), berdasarkan lokasinya gejala-gejala stroke terbagi
menjadi berikut:
1. Bagian sistem saraf pusat: Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi
sensorik Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau,
mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi
wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
2. Cerebral corteks: aphasia (kehilangan kemampuan memakai atau memahami kata-
kata), aproksia (tidak mampu melaksanakan instruksi-instruksi), daya ingat menurun,
kebingungan. Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam,
dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack(TIA), dimana merupakan serangan kecil
atau serangan awal stroke.

E. Factor Resiko
Utami (2009) mengemukakan factor resiko stroke yang tidak dapat diubah adalah
sebagai berikut:
1. Keturunan
Para ahli kesehatan meyakini terdapat hubungan antar resiko stroke dengan faktor
keturunan, walaupun secara tidak langsung. Risiko stroke meningkat pada seseorang
dengan riwayat keluarga stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih
cenderung menderita diabetes dan hipertensi (Hertzberg, dkk, 2006). Hal ini
mendukung hipotesa bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang
stroke adalah akibat diturunkannya factor risiko stroke.
2. Jenis kelamin
Menurut studi kasus yang sering ditemukan, laki-laki lebih berisiko terkena stroke tiga
kali lipat dibanding dengan wanita. Namun, menurut laporan American Heart
Association Statistics Subcommittee and Stroke Statistics Subcommittee (2007)
menyebutkan bahwa kematian akibat stroke lebih banyak dijumpai pada wanita dari
pada laki-laki. Hal ini diduga akibat pengaruh hormone pasca monopouse didukung
oleh penelitian dari Women’s Health Initiative (2004) yang mengemukakan bahwa
pemakaian hormone esterogen dan progesterone pada wanita pasca monopouse
meningkatkan risiko terjadinya stroke tipe iskemik sebesar 44%.
3. Umur
Mayoritas stroke menyerang semua orang berusia diatas 50 tahun. Namun, dengan
pola makan dan jenis makanan yang ada sekarang ini tidak menutup kemungkinan
stroke bisa menyerang mereka yang berusia muda.
Faktor risiko yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes, merokok, dislipidemia dan
obesitas:
1. Hipertensi
Hipertensi didefinisikan tekanan darah persistem dimana tekanan darah sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Sedangkan pada lansia
dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya 160/90 mmHg. Hipertensi
dapat mengakibatkan stroke khususnya stroke hemogarik (perdarahan) akibat
tekanan yang kuat kepembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi bisa diakibatkan
oleh diameter pembuluh darah yang kurang elastis atau adanya sumbatan berupa
thrombus dan emboli (Brunner & Suddarth 2002).
2. Diabetes
Diabetes merupakan salah satu factor resiko stroke iskemik. Diabetes akan
meningkatkan resiko stroke karena mengakibatkan peningkatan fiskositas darah
sehingga mempermudah terbentuknya emboli. Peningkatan kadar gula darah
berbanding lurus dengan resiko stroke artinya semakin tinggi kadar gula darah
seseorang maka semakin mudah terkena stroke.
3. Merokok
Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan resiko
penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). Merokok memacu peningkatan
kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di
dinding pembuluh darah.
4. Dislipidemia
Banyak penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kolestrol darah yang tinggi
dapat meningkatkan resiko stroke. Penelitian Amerenco, dkk (2006) pada 492 pasien
stroke iskemik (sumbatan) menunjukkan bahwa kadar kolestrol LDL (kolestrol jahat)
dan kolestrol total yang tinggi meningkatkan resiko stroke sampai dua kali lipat.
5. Obesitas
Seseorang dengan berat badan berlebih memiliki resiko yang tinggi untuk menderita
stroke. Kurukulasuriya, atal (2006) mengatakan bahwa seseorang disebut mengalami
obesitas jika indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 30 kg/m2. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh ≥ 30 kg/m2 memiliki
resiko stroke 2,4 kali dibanding yang memiliki indeks massa tubuh < 30 kg/m2.
Seseorang yang mengalami obesitas akan memicu terjadinya thrombosis, penyakit
arteri koroner, dan meningkatkan resiko stroke.

F. Patofisiologi dan Pathway


Ada dua bentuk cerebro vascular accident (CVA) bleding.
1. Perdarahan intra serebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi nebgakibatkan
bdarah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang
menekan jaringan otak dan, dan oedem di sekitar otak. Peningkatan trans iskemik
attack (TIA) yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang
mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra serebral sering dijumpai di daerah
pituitary glad, thalamus, sub kortikal, nucleus kaudatus, pon, dan cerebellum.
Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding pembuluh darah
berupa liphyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2. Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering
didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willis.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak,
ataupun di dalam ventrikel otak dn ruang subarachnoid. Pecahnya arteri dan
keluarnya darah ke ruang subarachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan
tekanan intra kranial yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehingga
timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda
rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatan tekanan kranial yang mendadak juga
mengakibatkan perdarahan subarachnoid pada retina dan penurunan kesadaran.
Perdarahan subarachnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah
serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan,
mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5.
Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal
dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri
di ruang subarachnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase, gangguan
hemisensorik, afasia, dll). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak
dapat terpenuhi. Energy yang dihasilkan di dalam sel sarafhampir seluruhnya
melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan kekurangan
aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungs. Demikian
pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolism otak. Tidak boleh
kurang dari 20% karena akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak
25% dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma
turun sampai 70% akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia,
tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolic anaerob, yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak

Pathway :
G. Pencegahan
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan primodial dilakukan untuk mempertahankan keadaan risiko
rendah terhadap penyakit stroke atau mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial dapat
dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang
bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat
menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat
dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan
informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media elektronik
dan billboard.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan untuk mengontrol factor-faktor risiko yang
dimiliki individu, tetapi belum terkena stroke dengan cara melaksanakan gaya
hidup sehat bebas stroke, antara lain:
a. Menghindari: rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan,
obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya.
b. Mengurangi: kolesterol dan lemak dalam makanan.
c. Mengendalikan: Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium,
infark miokard akut, penyakit jantung reumatik), dan penyakit vaskular
aterosklerotik lainnya.
d. Menganjurkan konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran,
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan
beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan susu
rendah lemak serta dianjurkan berolah raga secara teratur.
3. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder diberikan kepada penderita yang baru terkena atau
terancam akan menderita stroke melalui diagnosis dini serta pemberian pengobatan
yang cepat dan tepat untuk mencegah stroke berulang atau agar stroke tidak
berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah:
a. Obat-obatan, yang digunakan: asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai
obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-
320 mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko
penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan
kondisi koagulopati yang lain.
b. Clopidogrel dengan dosis 1x75 mg. Merupakan pilihan obat antiagregasi
trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra
indikasi terhadap asetosal (aspirin).
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat
hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi
obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti
mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak

4. Pencegahan Tersier
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke
agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat, memperkecil penderitaan,
dan membantu penderita stroke untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian
terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi (mengurangi ketergantungan
pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari). Pencegahan
tersier dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial.
Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli
fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran
serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang
pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan
sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan,
koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas di tempat tidur. Terapi yang kedua
adalah terapi okupasional (Occupational Therapist atau OT), diberikan untuk
melatih kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti
mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi
wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam
menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi
dengan orang lain.
b. Rehabilitasi Mental
Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat
mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak
bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan
mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses
rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan
melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahki psikologi klinis.
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke
menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup,
hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas
sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan
badan-badan bantuan sosial.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. WHO mendefinisikan stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal
maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam
akibat gangguan aliran darah otak. Stroke sering menyebabkan cacat berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir, daya ingat dan
bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak.
2. Etiologi stroke antara lain thrombosis serebral, hemoragi, hipoksia umum, hipoksia
setempat. Stroke diklasifikasikan atas stroke iskemik dan stroke hemoragik.
3. Tanda dan gejala stroke antara lain :
Bagian sistem saraf pusat: Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi
sensorik Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan
membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks
menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah
lemah.
Cerebral corteks: aphasia (kehilangan kemampuan memakai atau memahami kata-
kata), aproksia (tidak mampu melaksanakan instruksi-instruksi), daya ingat
menurun, kebingungan. Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24
jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack(TIA), dimana merupakan
serangan kecil atau serangan awal stroke.
4. Factor resiko stroke yang dapat diubah adalah keturunan, jenis kelamin, dan umur.
Sedangkan factor resiko stroke yang tidak dapat diubah adalah hipertensi, diabetes,
merokok, dyslipidemia, dan obesitas.
5. Pencegahan stroke dibagi menjadi beberapa yaitu :
a. Pencegahan primodial dilakukan untuk mempertahankan keadaan risiko rendah
terhadap penyakit stroke atau mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi
individu yang belum mempunyai faktor risiko.
b. Pencegahan primer dilakukan untuk mengontrol factor-faktor risiko yang
dimiliki individu, tetapi belum terkena stroke dengan cara melaksanakan gaya
hidup sehat bebas stroke.
c. Pencegahan sekunder diberikan kepada penderita yang baru terkena atau
terancam akan menderita stroke melalui diagnosis dini serta pemberian
pengobatan yang cepat dan tepat untuk mencegah stroke berulang atau agar
stroke tidak berlanjut menjadi kronis.
d. Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke
agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat, memperkecil
penderitaan, dan membantu penderita stroke untuk melakukan penyesuaian-
penyesuaian terhadap kondisi-kondisi yang tidak dapat diobati lagi
(mengurangi ketergantungan pada orang lain dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari).

B. Saran
1. Penulis mengharapkan kritikan apabila didalam penulisan makalah ini ada
kekurangan, supaya kedepan lebih baik.
2. Dengan adanya penulisan makalah tentang stroke ini dapat menambah pengetahuan
mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai