Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS SINTESIS TINDAKAN PEMBERIAN HUKNAH

GLISERIN PADA Tn. T DI RUANG RAWAT INAP


KLINIK RIFDA MEDICA SRAGEN

Dosen Pembimbing : Dewi Suryandari S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
Novia Ambarwati
NIM SN201182

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN 2020
LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Pemberian Huknah Gliserin Pada Tn. T


Di Ruang Rawat Inap Klinik Rifda Medica Sragen

Hari : Kamis
Tanggal : 4 Maret 2021
Jam : 16.00

A. Keluhan Utama
Pasien mengatakan tidak BAB selama 1 minggu, dan jika BAB terasa sakit
dan keras.
B. Diagnosis medis
Konstipasi
C. Diagnosis keperawatan
1. Konstipasi b.d Ketidakcukupan diet d.d pasien sudah 1 minggu tidak
BAB, jika ingin BAB terasa keras dan sakit
D. Data yang mendukung diagnosis keperawatan
DS :
- Pasien mengatakan sudah 1 minggu tidak BAB
- Pasien mengatakan jika BAB terasa keras dan sakit
- Pasien mengatakan jarang makan buah
- Pasien mengatakan tidak mau makan sayur
DO :
- Pasien tampak lemas
- TTV : TD : 120/90mmHg S : 36oC
RR : 18x/m N : 83x/m
E. Dasar pemikiran
Konstipasi adalah kondisi di mana feses mengeras sehingga susah
dikeluarkan melalui anus, dan menimbulkan rasa terganggu atau tidak nyaman
pada rektum. Konstipasi dapat terjadi pada semua lapisan usia, yang pada
umumnya ditandai dengan frekuensi buang air besar yang rendah (kurang dari
3 kali dalam satu minggu). Konstipasi masih sering dianggap remeh oleh
masyarakat. Mereka menganggap kesulitan buang air besar bukan masalah
besar, hanya akibat dari salah makan atau kurang minum air sehingga
disepelekan dan dianggap akan sembuh dengan sendirinya. Padahal, konstipasi
dapat mengakibatkan kanker usus besar (colon cancer) yang dapat berujung
pada kematian (Sari dan Wirjatmadi, 2016).
Konstipasi bisa menjadi masalah utama atau manifestasi penyakit atau
kondisi lainnya. Konstipasi akut merupakan perubahan pada pola eliminasi
usus, yang dimana sering kali disebabkan oleh proses organik. Perubahan pola
usus yang menetap atau menjadi lebih parah mungkin karena tumor atau
obstruksi usus parsial lainnya. Dengan Konstipasi kronis adalah penyebab
fungsional yang mengganggu penyimpanan, transportasi, dan mekanisme
evakuasi menghambat saluran kotoran. Penyebab umum jika Konstipasi yaitu
aktivitas, diet, penggunaan obat pencahar, dan lain-lain (LeMone et al., 2011).
Faktor psikogenik adalah penyebab paling sering Konstipasi kronis.
Faktor-faktor ini termasuk menunda buang air besar ketika dorongan dirasakan,
dan persepsi kepuasan dengan buang air besar. Pasien sering menggunakan
obat pencahar dan enema untuk merangsang gerakan usus ketika konstipasi
dirasakan. Terlalu sering menggunakan obat ini dapat menyebabkan masalah
usus nyata yang memperburuk kondisi. Misalnya, kolon katarsis (gangguan
motilitas kolon dan perubahan struktur usus) menyerupai kolitisul sativa karena
penampilan kantong usus yang normal atau saccular dari kolon hilang
(LeMone et al., 2011).
Walaupun konstipasi kebanyakan terjadi pada orang lanjut usia, tetapi
untuk sebagian kecil dapat berakibat komplikasi yang serius yaitu impaksi
feses dan volvulus daerah sigmoid (Sudoyo dkk., 2010).
F. Prinsip tindakan keperawatan
1. Fase Orientasi
a. Memberi salam/ menyapa klien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah prosedur
e. Menanyakan kesiapan pasien
f. Mencuci tangan
2. Fase Kerja
a. Memakai sarung tangan
b. Mempersiapkan alas
c. Meletakkan perlak dan pengalas
d. Mendekatkan bengkok
e. Mengatur posisi pasien (SIMS ke kiri) miring
f. Mengisi semprit gliserin dengan cairan gliserin dengan perbandingan
1:1
g. Mengeluarkan udara dalam kanul
h. Mengolesi ujung semprit dengan jelly
i. Memasukkan semprit gliserin ke dalam colon sigmoid secara perlahan-
lahan
j. Mengeluarkan semprit gliserin dan anjurkan untuk menahan sebentar
k. Menampung feses pada pispot
l. Membersihkan area anus dengan air hangat dan sabun
m. Mengeringkan dengan handuk
3. Fase Terminasi
a. Merapikan pasien dan membereskan alat
b. Mengevaluasi tindakan
c. Mencuci tangan
d. Berpamitan
G. Analisis tindakan
Prosedur enema adalah suatu tindakan memasukkan cairan ke dalam
rectum dan colon untuk memberikan rangsangan peristaltic dengan tujuan
membersihkan sisa-sisa pencernaan, dan persiapan sebelum melakukan
tindakan diagnostik atau pembedahan. Ada dua jenis pemberian enema
berdasarkan bahan yang digunakan, yaitu penggunaan Gliserin dan Larutan
NaCl 0,9%.
Huknah adalah memasukkan larutan yang berfungsi sebagai pencahar
kedalam rectum dan kolon. Alasan utama huknah ialah untuk meningkatkan
defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Volume cairan, yang dimasukkan,
memecah masa feses, merenggangkan dinding rectum, dan mengawali reflek
defekasi. Huknah juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang
menimbulkan efek local pada mucosa rectum. Ada 3 jenis huknah, yaitu
huknah rendah, huknah tinggi dan huknah gliserin.
Huknah gliserin adalah tindakan yang dilakukan dengan memasukkan
cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin.
Tindakan ini digunakan untuk merangsang peristaltik usus sehingga pasien
dapat defekasi (khususnya pada pasien yang mengalami sembelit) dan juga
dapat digunakan untuk persiapan operasi. Kontraindikasi dari tindakan ini
adalah Pasien dengan diverticulis, ulcerative colitis, crhon’s disease, Post
operasi, Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal, hemoroid,
tumor rectum dan kolon, serta Pasien melahirkan dengan pembukaan lengkap.
H. Bahaya dilakukannya tindakan
Dampak negatif dari pemberian huknah gliserin ialah akan membakar
mukosa usus jika menggunakan larutan terlalu hangat, dan jika diberikan
larutan yang terlalu dingin diberikan akan menyebabkan kram abdomen. Jika
pasien memiliki kontrol sfingter yang buruk, maka tidak akan mampu menahan
larutan enema.
Sedangkan, dampak positif yang muncul dari pemberian huknah gliserin
ialah membersihkan kolon bagian bawah menjelang tindakan operasi, sebagai
alternatif pemberian obat, menghilangkan distensi usus, memudahkan proses
defekasi, dan meningkatkan mekanika tubuh.
I. Tindakan keperawatan lain yang dilakukan
Tindakan keperawatan lain yang bisa dilakukan menurut SIKI (2018) ialah,
sebagai berikut :
- Perawatan kenyamanan (I.08245)
 Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
 Berikan posisi yang nyaman
 Ajarkan teknik relaksasi
 Kolaborasi pemberian analgesic, jika perlu
J. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan tindakan
S : Pasien mengatakan bisa BAB tapi sedikit, agak keras, warna kekuningan
O : Pasien tampak BAB ke kamar mandi
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
K. Evaluasi diri
Harus banyak berlatih dalam melakukan tindakan keperawatan agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang baik dan benar sesuai SOP.
L. Daftar pustaka / referensi
Amelia Dyah Kartika Sari & Bambang Wirjatmadi. 2016. Hubungan aktivitas
fisik dengan kejadian konstipasi pada lansia di kota Madiun. Jurnal media
gizi Indonesia. Universitas Airlangga.
LeMone, P. Burke, K, M & Bauldoff, G, 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC

Mengetahui

Mahasisawa praktikan Pembimbing Klinik/CI

(………………….………) (………………….………)

Anda mungkin juga menyukai