Anda di halaman 1dari 23

Kehidupan sangatlah singkat dan juga terbatas.

Namun alam semesta ini


begitu luas tak terhingga, terlalu banyak hal yang terlewatkan oleh manusia, terlalu
banyak yang tidak dapat dipelajari oleh manusia. Meskipun begitu, kehidupan
manusia terus saja berjalan dan berkembang.

Namun sejauh ini manusia hanya mengembangkan ilmu pengetahuan dan


teknologinya, sedangkan mereka lupa untuk berkembang agar bisa menyeimbangi
kemajuan teknologi itu sendiri.

Hal itulah yang menimbulkan sedikit retakan pada kehidupan ini, semakin
maju teknologi maka semakin efisien pola hidup manusia, tetapi juga semakin
efisien pola hidup manusia maka semakin besar juga rasa malas yang muncul
dalam diri mereka. Kehidupan semakin mudah karena kemajuan teknologi, apakah
itu benar?

Tentu saja, tetapi mengapa semakin maju teknologi malah bisa membuat
kerusakan pada bumi ini? Lahan hijau semakin hari semakin menyempit, udara
segar kini penuh dengan polusi yang membawa berbagai penyakit.

Peperangan di mana-mana, penyakit-penyakit baru bermunculan, masalah


politik terjadi di berbagai belahan dunia, berita-berita palsu bersebaran untuk
saling menjatuhkan satu sama lain, keadilan pun di injak-injak oleh kebohongan-
kebohongan belaka, begitulah kehidupan manusia saat ini.

Padahal pada mulanya manusia menjalani hidup bersama-sama, tanpa


adanya perselisihan, tanpa saling menyakiti, tanpa saling menjatuhkan.

Sangat sulit rasanya menemukan suatu tempat yang berisikan masyarakat


seperti itu di era modern ini. Masyarakat yang saling mengerti satu sama lain, dan
tidak meninggikan egonya masing-masing.

Tapi, bagaimana jadinya kalau masih ada tempat seperti itu di luar sana?
Apakah mereka akan menjadi obat untuk dunia ini? Ataukah mereka hanya akan
terbawa arus begitu saja dan membuat dunia menjadi lebih kotor?
CHAPTER 1 : Untukmu 1000 tahun yang akan datang.

Harum aroma lavender menyeruak ke seluruh sudut ruangan melewati sela-


sela buku bersamaan dengan hembusan udara yang sedang ditiupkan oleh sebuah
Air Conditioning. Irama dentikan air hujan seakan-akan mengusir kesunyian dari
ruangan yang penuh dengan buku. Namun, tetesan air yang membombardir seluruh
wilayah kota ini juga telah mengurung jutaan orang yang ingin pergi keluar sana,
termasuk dua gadis yang sedang terjebak di sebuah toko buku ini.

Seiring dengan waktu yang terus saja berjalan mereka terlihat begitu anggun
dengan duduk manis mengelilingi meja bundar di sebelah jendela yang tertutup
oleh embun. Tetesan air hujan terus saja mengetuk-ngetuk kaca jendela itu seolah-
olah ia ingin menjadi bagian dari ruangan itu. Dua gadis bersama dengan seorang
perempuan dewasa sedang asik membaca buku yang terlihat begitu tua. kertasnya
sangat lebar serta tebal, berwarna kecoklatan, dan juga semua tulisan yang terdapat
pada buku itu tidak tertata dengan rapih. Namun meskipun begitu, Entah apa yang
dilalui mereka saat masuk dan menjelajah di dalam buku itu. Tetesan air hujan kini
ditemani oleh butiran-butiran air mata yang mulai menetes dari kelopak mata
mereka bertiga.

"Sudah kuputuskan, aku akan membeli buku ini, Luigi!" Seru seorang gadis
kepada sahabatnya. Meskipun raut wajahnya tampak serius, namun ia masih
terlihat begitu cantik dengan mengenakan sweater berwarna biru dongker yang
dilengkapi oleh scarf berwarna putih dan celana chinose hitam yang berpadu
dengan sepatu sneakers berwarna putih. Tas selempang yang ia bawa juga
membuat penampilannya semakin tampak mempesona.

"Heeh? Yelena apa kau Serius?" Tanya Luigi, gadis lainnya yang terlihat
lebih tua dari Yelena. Perbedaan tinggi badannya terlihat lebih unggul dari Yelena,
serta penampilannya yang tampak lebih mencolok dengan mengenakan sebuah
kupluk serta scarf berwarna abu-abu yang terlihat mecing dengan rambut
hitamnya. Dipadukan dengan sweater putih polos yang di naikan dibagian
lenganya sehingga membuat gelang serta jam tangan mewahnya terlihat jelas
memeluk pergelangan tangannya. Celana chinose hitam yang memadu dengan
sepatu high heels berwarna putih membuatnya terlihat lebih ramping dan elegan.
Gadis ini juga membawa tas selempang yang sama percis dengan tas milik Yelena.

"Tantu saja!” Seru Yelena sambil menghapus air dari kedua kelopak
matanya.
“k-kenapa kau mau membeli buku yang terlihat tua seperti ini? Bukunya
sudah rusak dan juga kotor!?” tanya Luigi kembali. Dia kebingungan karena
Yelena tiba-tiba ingin membeli buku jadul itu, sedangkan Luigi tau bahwa Yelena
itu merupakan seorang anak dari keluarga yang sangat kaya dan berstandar tinggi.
Bukan hanya itu, Luigi juga bingung mengapa Yelena ingin membeli buku yang
sudah ia baca, bahkan pemilik toko itu sendiri membiarkan buku yang belum dibeli
itu bisa dibaca begitu saja, yang berarti buku itu sudah benar-benar tak berharga
bukan? Setidaknya itulah yang mengiang-ngiang dalam isi kepala Luigi.

“entahlah tapi aku benar-benar suka pada buku ini. Mungkin aku juga akan
membacanya berkali-kali” Jawab Yelena.

Raut wajah Yelena menunjukan seolah-olah dia juga kebingungan dan


bertanya-tanya pada dirinya sendiri “mengapa aku bisa sangat tertarik pada buku
tua ini!?”.

“hh~ baiklah kalau begitu. Bibi, berapa harga buku ini?” Ucap Luigi dengan
menghela nafas.

Pemilik toko buku yang Luigi panggil Bibi itu hanya tersenyum tanpa
menjawab apa-apa. Hal itu membuat Yelena dan Luigi sedikit kebingungan.

“hmm?” Yelena meminta jawaban yang lebih jelas dari si pemilik toko.

“sebenarnya harga buku ini berada pada kisaran 600-700 USD(8,2 juta – 11
juta rupiah), tapi-“

“HAAAHH!?” Luigi berteriak memotong ucapan si pemilik toko.

“Yang benar saja~” ucap Yelena dengan pasrah.

“mungkin kalau harga dari hasil copy nya hanya sekitaran 9 – 11 USD(122 –
150 ribu rupiah), tapi buku yang kalian baca itu adalah buku asli yang ditulis
tangan lebih dari 1000 tahun yang lalu. Diturunkan secara turun temurun hingga
akhirnya sampailah kepadaku. Jujur saja, Sebenarnya aku tidak akan menjual
belikan buku ini sih” Pemilik toko buku itu menjelaskan.
“kalau begitu kami beli yang versi copy nya!” Seru Yelena.

“Sayangnya untuk sekarang sudah terjual habis, aku juga tidak tau mengapa
penerbitnya tidak memproduksi ulang lagi buku ini sejak 3 tahun yang lalu,
meskipun jumlah buku yang terjual itu lumayan banyak” Jawab pemilik toko
sambil memenjamkan matanya serta mengangkat kedua tangannya.

Di dalam hatinya, bibi pemilik toko ini merasa senang melihat ada orang
terlihat begitu tertarik dan bersemangat pada buku tua yang selalu ia jaga
sepanjang waktu. Tetapi Pemilik toko itu juga sempat terheran-heran dan bertanya-
tanya pada dirinya sendiri, mengapa buku tua itu bisa berada di tokonya, padahal
selama ini buku itu selalu tersimpan aman di rumahnya. Tapi untung saja Seorang
anak bernama Yelena menemukan buku itu di sebuah rak dan menanyakan ‘buku
apa ini?’ pada pemilik toko itu.

“haaahh~ jadi intinya kami tidak bisa mendapatkan buku itu ya~” Ucap
Luigi menghela nafas.

“ah apa kalian sesuka itu pada buku ini?” tanya bibi pemilik toko pada kedua
gadis cantik yang sedang duduk manis di hadapannya.

“yaa!-“

“mana mungkin aku suka dengan barang rongsokan seperti itu, aku hanya
suka pada ceritanya saja, dan juga aku sedikit suka dengan tokoh protagonist nya.
Sedikit saja! Sedikit!” Luigi memotong ucapan Yelena yang penuh dengan
semangat dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh bibi pemilik toko.

“kalau kalian ingin membacanya kembali, datanglah ke rumahku lain kali.


Kalian bisa membaca cerita ini sepuasnya” bibi pemilik toko itu mengusap kepala
Yelena dengan raut wajahnya yang menunjukan kehangatan dari senyuman manis
yang ia berikan.

Mendengar jawaban itu Yelena merasa senang, sekaligus sedikit merasa


sedih karena tidak dapat membawa pulang apa yang dia inginkan, Luigi juga tak
kunjung berhenti menggerutu karena buku rusak seperti itu memiliki harga yang
sangat mahal.

Di tengah suasana itu, tiba-tiba terdengan suara yang khas dari dalam tas
selempang yang sedang menggantung pada tubuh Yelena. Dia pun segera
mengeluarkan sebuah benda yang disebut smartphone dari dalam tasnya itu. Dan
beberapa saat setelah Yelena menatap layar smartphonenya, dia segera berdiri dari
tempat duduknya sambil mengajak Luigi.

“Bibi, terima kasih banyak ya” Ucap Yelena kepada bibi pemilik toko yang
masih duduk dihadapannya.

“hee! Kalian mau pulang sekarang? kenapa buru-buru sekali? Di luar masih
hujan loh” kata bibi pemilik toko kepada Luigi dan Yelena.

“yaah~ memang masih hujan sih, sebenarnya aku juga masih ingin berada di
sini, tapi sayangnya orang tuaku sudah menyuruh kami untuk segera pulang”
Jawab Yelena.

“yah, kalau begitu baiklah. Hati-hati di jalan” Ucap bibi pemilik toko.

Dua gadis itu pun mulai berjalan menuju pintu keluar sambil membuka tas
mereka masing-masing untuk mengambil sesuatu. Tepat di depan pintu yang sudah
Yelena bukakan untuk jalan keluar mereka berdua, Luigi tiba-tiba berhenti lalu
menoleh ke arah bibi pemilik toko. Dan dia mengatakan “sampai jumpa bibi!”
sambil membuka payung yang baru saja ia keluarkan dari tas nya itu. Setelah itu
mereka pun mulai berjalan keluar menerobos derasnya hujan.

Setelah beberapa langkah meninggalkan toko itu, Yelena mencoba untuk


memulai pembicaraan dengan Luigi.

“kasihan sekali anak itu ya?” Yelena tiba-tiba berbicara.

“hah!? Anak mana?” tanya Luigi kaget dengan pertanyaan yang tiba-tiba
dilontarkan oleh Yelena.

“ah, Maksudku, tokoh utama dalam cerita tadi” Jawab Yelena memperjelas
pertanyaannya tadi.

“eh, oh~ apa menurutmu begitu? Kalau menurutku sih, daripada merasa
kasihan, aku lebih merasa kagum dengan cara ia bisa tetap bertahan dan melewati
semua masalah yang terus saja menimpanya hingga akhirnya ia bisa mencapai
tujuannya yang mulia itu. Lalu kisahnya berakhir dengan membawa kebahagiaan
dalam ketenangan” Luigi mengungkapkan pendapatnya yang berbeda dari Yelena.
“benar juga sih, Meskipun semua yang dia miliki direnggut oleh orang lain,
tapi dia tidak pernah memiliki rasa dendam sedikitpun. Bahkan dia juga tetap
berbuat baik kepada orang lain, lalu menyelamatkan orang yang selalu
menyakitinya, dan juga melindungi orang yang pernah menghancurkan
kehidupannya” ucap Yelena setuju dengan pendapat Luigi.

“Andaikan di dunia ini beneran ada laki-laki seperti itu yaa~ aku pasti akan
menikahinya” Luigi menanggapi perkataan Yelena dengan candaan.

“ffttt~ mana ada laki-laki seperti itu mau menikah dengan mu” Yelena
mengejek Luigi dengan ekspresinya yang tengil.

“gkk! Laki-laki seperti itu pasti bisa menerima semua orang! Pasti bisa!
Pasti mau! Karena seburuk apapun perempuannya pasti ia akan membimbingnya
untuk menjadi perempuan yang lebih baik! Ya Ya! Benar begitu!” seru Luigi
merespon ejekan Yelena setelah ia tertegun.

“aaah~ begitu ya~ benar juga ya? Dia pasti mau menerima segala
kekurangan orang lain ya~” Ucap Yelena sambil menatap ke arah langit.

“ya ya! tentu saja!” Jawab Luigi dengan amat bangga, bahkan ia sampai
tersenyum lebar dan menepuk dadanya seolah-olah ia paling benar.

“kalau begitu aku akan menikahinya lebih dulu darimu” Yelena lagi-lagi
membuat Luigi tertegun dengan candaannya. Dia pun tertawa melihat ekspresi
Luigi yang menunjukan kekesalan.

Langkah demi langkah seiring bergantinya waktu detik demi detik membuat
mereka menjadi lebih dekat dengan tujuannya. Panjangnya perjalanan tak
terasakan oleh mereka berdua yang setiap langkahnya selalu diiringi oleh canda
ria, meskipun rasa dingin mulai merambat ke sekujur tubuh, namun mulut mereka
tak pernah berhenti mengeluarkan kata-kata yang saling menghangatkan satu sama
lain. Kegembiraan tak pernah kunjung pergi meninggalkan dua gadis ini.

Sebuah toko kecil yang di dalamnya terlihat penuh dengan kembang api
membuat langkah kaki dan canda tawa Yelena terhenti untuk sementara, dia
menatap poster yang menempel pada kaca toko tersebut dan bertuliskan ‘Hanya
sekali dalam kehidupan! saksikan indahnya komet Yojaka yang akan melintas di
atas langit bumi setiap 2000 tahun sekali!’
Melihat Yelena berhenti berjalan dan berhenti tertawa, dengan sendirinya
tubuh Luigi juga melakukan hal yang sama. Lalu dia menoleh ke arah wajah
Yelena sambil membuat raut wajah yang terlihat kebingungan.

“Ngapain kau senyum-senyum gak jelas seperti itu?” tanya Luigi kepada
Yelena yang sedang menatap poster itu sambil berdiri mematung dengan batang
payung yang ia sandarkan pada bagian depan bahunya.

“4000 tahun sekali, Sendhi akan melintasi lautan bintang itu untuk
menghapus batas antara desa ku dengan dunia mu” Yelena mengulangi sebuah
monolog yang ada pada buku tua tadi.

“hah?” Luigi kebingungan dengan apa yang Yelena katakan.

“dalam satu detik saja, kami akan menjadi satu dengan kalian hingga Sendhi
pergi dan memisahkan kita lagi” Yelena melanjutkan monolognya.

Ekspresi wajah Luigi yang tadinya kebingungan dengan perkataan Yelena,


kini telah sadar dan tak asing lagi dengan kata-kata itu. Raut wajahnya pun mulai
berubah menjadi tampak ringan dengan senyuman kecilnya. Luigi berjalan
mendekati Yelena dan berdiri tepat di sampingnya. Mereka pun menatapi sebuah
poster yang sama di hadapan mereka.

“Namun jika pembatas itu sudah tak bisa lagi membatasi, maka pada saat itu
dunia mu sudah bukan dunia mu lagi” mereka mengucapkannya secara bersamaan
dengan suara yang sedikit pelan.

Dalam sesaat semuanya menjadi terasa hening bagaikan waktu tiba-tiba


berhenti, entah apa yang merasuki pikiran dua gadis itu sehingga membuat mereka
mematung menatapi sebuah poster kecil berisikan gambar komet yang sedang
melintas di antara bintang-bintang pada gelapnya malam.

“cerita yang bagus bukan?” tanya Yelena dengan nada yang lembut.

“Juga mengerikan” jawab Luigi dengan nada yang sama.

Tanpa mengatakan sepatah katapun lagi, mereka mulai berjalan kembali


menyusuri sisi jalanan untuk menuju satu-satunya tempat kembali bagi mereka,
menerobos berjatuhannya sari-sari kehidupan dari langit yang sedang
membombardir seluruh wilayah luas di sekitar mereka. Dalam selintas, dua gadis
itu terbayang bagaikan mikroorganisme dalam sebuah pot tanaman yang sedang di
sirami air untuk terus menumbuhkan semua kehidupan yang ada di dalam pot itu.

Tak ada candaan lagi di antara mereka berdua, tak ada pertanyaan maupun
jawaban yang keluar dari mulut mereka berdua. Telinga mereka hanya
mendengarkan derasnya suara hujan hingga mereka sampai di sebuah
persimpangan jalan yang akan segera memisahkan mereka berdua.

“mengapa kau menangis saat membaca buku itu?” tiba-tiba Yelena dan
Luigi menanyakan hal yang sama secara bersamaan.

“eh, aku. Karena,-“

“Tuan Putri, Saya datang untuk menjemput anda, Mohon maaf atas
keterlambatan saya. Tolong segera masuk ke dalam mobil, Ayah anda sudah
menunggu akan kepulangan Anda” seorang pria berbadan besar tiba-tiba
memotong ucapan Luigi dari jendela mobil hitam yang baru saja berhenti di
samping dua gadis itu.

Pria berkacamata dan berpakaian serba hitam itu memanggil Luigi dengan
sebutan ‘Tuan Putri’, jika dilihat dari penampilannya mungkin pria itu merupakan
seorang bodyguard dari keluarganya Luigi. Karena bukan hanya Yelena saja yang
merupakan anak perempuan dari keluarga yang kaya raya, Tetapi Luigi juga adalah
seorang anak tunggal dari Keluarga Fritzgerald. Nama Fritzgerald itu sendiri
dikenal oleh semua orang di kota ini sebagai keluarga terkemuka yang mengelola
kota ini sendiri.

“he? A-ah, baiklah. Sampai bertemu lagi, Yelena” Jawab Luigi


kebingungan.

“y-ya, sampai bertemu lagi” jawab Yelena dengan suara pelan.

Bersamaan dengan mobil hitam yang sedang memutar arah, Yelena pun
melanjutkan perjalanannya ke arah yang lain sendirian ditengah-tengah derasnya
hujan sampai akhirnya dia sampai di depan sebuah gerbang besar. Seorang
perempuan tua yang mengenakan pakaian pelayan menyambutnya dari depan pintu
masuk.
“selamat datang Yelena” sambutan perempuan pelayan.

“aku pulang, bu Dyana” Jawab Yelena kepada pelayan bernama Dyana yang
baru saja menyambut kepulangannya. Mereka pun bertukar Senyuman sambil
berjalan berpapasan untuk menuju ruangannya masing-masing.

Waktu berjalan begitu cepat pada kehidupan yang begitu singkat ini. Oleh
karena itu Yelena tidak ingin melupakan segala hal yang pernah ia lalui dalam
kehidupannya. Langit biru kini sudah menjadi samudra bintang, Yelena pun mulai
menggerakan sebuah pena di atas buku diary miliknya.

“10 january, 20xx. ini bukanlah kisahku, ini bukanlah kisah dari
kehidupanku, ataupun kisah tentang keluargaku, dan ini juga bukan kisah tentang
sahabatku. Melainkan kisah dari sebuah kisah yang sempat menyengat hatiku.
Cerita tentang bunga dari desa legenda yang bermekaran di tempat yang tidak
seharusnya. Sungguh bunga yang indah, wangi, menyebarkan ketenangan dan
dicintai oleh semua orang. Namun karena rasa cinta itu pula semua orang berusaha
memetiknya, semua orang berusaha mengambilnya, semua orang berusaha untuk
mendapatkannya, sedangkan mereka lupa untuk menjaganya. Tanpa mereka sadari,
rasa cinta itu malah membunuh apa yang mereka cintai. Namun meskipun begitu,
bunga itu terus melindungi semuanya, membuat semuanya menjadi hangat nan
damai. Dengan tubuhnya yang penuh dengan luka, dia tetap membimbing semua
orang untuk saling mengerti satu sama lain, dan saling menjunjung tinggi
kebersamaan. Hingga di luar sana tak ada lagi seorang pun yang memiliki rasa
benci terhadap manusia lainnya. Bunga itu merenggut semua kebencian yang ada
pada diri mereka. tidak, bahkan dia membawa semua kebencian dan kedengkian
yang ada dalam kehidupan ini pergi jauh bersamanya, ke tempat yang sangat amat
jauh, bahkan lebih jauh dari tempat yang seharusnya bunga itu berada. Ia
membawa semua hal buruk itu pergi hingga menembus batas alam semesta ini
melalui cinta yang lambat laun membunuhnya”

“cerita yang sangat indah, dan juga menyakitkan”.

Yelena berhenti menulis dan terlihat seperti memikirkan kata-kata untuk


mengakhiri catatannya pada kali ini. Raut wajahnya menunjukan senyuman kecil
namun memiliki arti yang sangat dalam sambil menatap halaman kosong pada
buku diary nya setelah ia menghabiskan halaman sebelumnya. Dia pun mulai
meletakan mata pena nya di atas kertas kembali.
“mungkin, suatu saat akan ada seseorang yang ingin pergi untuk bertemu
denganmu, dan menemani mu untuk memikul semua beban berat yang kau renggut
dari kehidupan ini. Di mana pun kau berada, dan sejauh apapun dirimu, tunggulah
dia walaupun seribu tahun lamanya”

Chapter 2 : Hari itu

Sebuah buku diary menganga di atas meja belajar bersama sebuah pena yang
menemaninya dalam kesunyian malam yang gelap gulita ini. Namun lampu tidur
yang berbentuk bagaikan sebuah jamur di pojok ruangan telah mengusir kegelapan
itu menjadi kehangatan dalam remang-remang. Seorang perempuan mengenakan
pakaian tidur sedang menatap layar smartphone nya sembari terbaring penyamping
di atas tempat tidurnya. Dia pun tersenyum-senyum sendiri sambil mengetuk-
ngetuk layar smartphone dengan kedua ibu jarinya yang begitu lembut.

Di bawah sebuah kolom teks yang bertuliskan “besok keluargaku akan


datang ke rumahmu, jika urusan keluarga kita sudah selesai ayo kita ajak mereka
pergi bersama untuk melihat datangnya komet itu!” dengan nama LuigiFrtz tertulis
pada bagian atas layar itu, Yelena mengirim pesan teks balasan yang bertuliskan
“Aku sudah tak sabar, sampai jumpa besok! Luigi!”

Lalu saat Yelena akan menyimpan Smartphonenya ke atas meja di


sampingnya, tiba-tiba benda itu kembali berbunyi menerima sebuah pesan teks dari
LuigiFrtz kembali, “Jika nanti ada sebuah monster keluar dari bawah tempat
tidurmu, dia akan terpesona oleh kecantikanmu. Oleh karena itu jangan takut
melewati malam ini dan tidurlah dengan mimpi indahmu”. Membaca itu Yelena
pun tersenyum dan menuliskan sebuah balasan dengan menambahkan emoticon di
akhir kalimatnya “Selamat malam, Luigi <3”

Secara bersamaan, kedua gadis itu menunjukan senyuman manis yang sama
percis di tempat yang jauh berbeda, jarak yang jauh di antara mereka tak ada
artinya dibandingkan dengan hubungan erat yang selalu mengikat di mana pun
mereka berada. Luigi dan Yelena menyimpan smartphonenya lalu tertidur dalam
ketenangan malam.

Malam-malam panjang di bawah lautan bintang yang memancarkan sinar


rembulan terasa begitu singkat. Ketenangan, kedamaian, dan keheningan yang bisa
membuat jiwa-jiwa yang hidup terbebas dari segala kerumitan duniawi. Membuat
mereka semua memejamkan matanya sembari bernafas dengan begitu pelan.
Malamlah yang membuat milyaran manusia bisa melihat berbagai kebahagiaan
dalam tidurnya.

Tetapi dunia ini tidak memperbolehkan itu terjadi sepanjang waktu, Alam
semesta mengharuskan manusia untuk menjalani kehidupan yang realita setelah
mentari terbit untuk memberikan kekuatan pada semua orang, membangunkan
jiwa-jiwa yang segar setelah melewati berbagai petualangan dalam mimpi-
mimpinya semalam.

Ayam mulai berkokok, burung-burung kecil pun mulai berdecit di atas


ranting-ranting pohon hijau yang sedang menyebarkan kesejukan bersama
hembusan udara ke seluruh wilayah kota. Udara segar itu masuk ke sebuah rumah
besar melewati sela-sela jendela lalu mengelus rambut seorang gadis cantik yang
masih tertidur pulas hingga membuatnya terbangun dari mimpinya.

“mmm~!” Yelena meregangkan tubuhnya. Lalu menatap ke arah jendela


dengan pemandangan langit biru yang menjadi tempat bermainnya para burung-
burung kecil. Tak berlama-lama kemudian Yelena langsung berdiri dari tempat
tidurnya untuk segera pergi ke kamar mandi.

Harum aroma melati dari rambut panjang Yelena yang baru saja ia cuci
mulai tercium di sepanjang ruangan yang ia lewati. Kulit nya yang terlihat begitu
cerah nan halus membuatnya cocok mengenakan sebuah seragam hitam putih,
scarf maroon yang membalut di lehernya, membuat penampilannya semakin
elegan melengkapi jas biru donker yang sedang ia kenakan. Rok pendek yang
dipadukan dengan sepasang stocking hitam untuk menutupi kaki panjangnya juga
terlihat begitu mempesona.

Yelena mengambil tasnya lalu dengan langkah kaki yang lebih cepat dari
biasanya ia segera menuju pintu keluar.

“Eh, Yelena kenapa buru-buru sekali? Apa kau akan melewatkan sarapan
lagi? Tanya seorang perempuan tua yang sedang duduk pada sofa di ruang tengan
bersama dengan seorang pria tampan.

“ahh! Eh! Aku- yaa, haha! Hari ini aku ada jadwal piket dan aku sepertinya
telat bangun! Aku berangkat ibu! Ayah!” Jawab Yelena tergesa-gesa sambil
mengenakan pentofelnya.
“hee~ dasar kau ini, yasudah hati-hati di jalan! Oh iya, pastikan kau
langsung pulang seusai sekolah, Nanti sore keluarga tuan Fritzgerald akan datang
untuk melakukan pesta di rumah ini!” seru ibu.

“Ya Ya!” jawab Yelena sembari berlari melewati pintu depan.

“hahh, ada-ada saja anak itu” Ucap ibu kepada Pria di sampingnya

“haha, tapi mau bagaimanapun dia adalah satu-satunya anugerah yang


diberikan tuhan kepada kita, dia adalah harapan kita untuk menyambung keturunan
ini” Jawab pria itu.

“kau benar sayang” ucap ibu sambil menyandarkan kepalanya di atas bahu
sang suami.

“aahhh aku bahagia sekali, aku bisa punya keluarga seperti ini, aku bisa
hidup denganmu, dan belum lama kemarin aku telah sukses menghasilkan sesuatu
yang belum pernah kudapatkan sebelumnya. Bisa dibilang ini adalah pencapaian
terbesarku, karena hal itu juga lah aku jadi lebih mengetahui tentang keadaan di
kota ini” jawab ayah sambil merangkul istrinya.

“apa kau berencana untuk menyuruh Yelena meneruskan pekerjaanmu?”


tanya ibu Yelena.

“yaa mungkin saja sih, tapi keputusan itu ada padanya sendiri, dia bebas
untuk menjadi apapun yang ia mau bukan?” Jawab Ayah Yelena.

Matahari menyinari dunia dari tempat yang semakin tinggi, namun Yelena
belum juga sampai di sekolahnya. Meskipun begitu, ia tetap saja menyempatkan
untuk membuka smartphonenya yang berbunyi sambil berlari.

“HAAAHH!?” Seru Yelena setelah membaca pesan dari Luigi yang


bertuliskan “Aku tidak diizinkan untuk ikut ke rumahmu hari ini:( bagaimana ini?
:( apa aku pergi secara diam-diam saja ya? BAIKLAAAAHH, kau tunggu di
tembok belakang rumahmu ya! Harus datang! Aku akan datang untuk
menjemputmu! Lalu Kita akan melihat komet itu bersama-sama! Kita sudah janji
bukan!?”

Yelena langsung memasukan smartphonenya kembali ke dalam tas sambil


bertanya-tanya pada dirinya sendiri. “bukankah kita akan mengadakan pesta!?
Mengapa Luigi tidak dibolehkan untuk ikut? Ahh, apa jangan-jangan dia membuat
masalah di rumahnya?”

Akhirnya Yelena sampai di gerbang depan sekolahnya setelah melewati


perjalanan yang begitu tergesa-gesa serta penuh dengan kebingungan akan pesan
yang ia terima dari Luigi tadi. Yelena pun mulai menghela nafas lalu masuk ke
dalam sekolah itu dan menjalankan segala aktivitas nya di dalam sana. Dimulai
dari Menerima hukuman karena terlambat, lalu melewati pelajaran dan
mendapakan hasil test yang sempurna seperti biasanya, lalu membeli jajanan di
kantin pada waktu istirahat makan siang, dan setelah itu kembali belajar dengan
serius sampai waktu pulang tiba.

Langit mulai redup seiring dengan mentari yang akan pergi untuk menyinari
kehidupan di sisi lainnya. Yelena pun sampai di kediamannya yang begitu besar
nan megah. Sesampainya ia di kamarnya, dia langsung mengganti pakaiannya
untuk pergi keluar bersama Luigi seperti yang mereka janjikan sebelumnya. Tanpa
sadar perutnya mulai berteriak karena seharian ini belum ada makanan berat yang
masuk melalui mulutnya. Tetapi Yelena tidak terlalu menghiraukan itu dan malah
langsung pergi ke halaman belakang rumahnya.

“Ayah, ibu, aku mau kebelakang dulu sebentar!” ucap Yelena kepada kedua
orang tuanya yang sedang berdiri di ruang tamu sembari saling menilai penampilan
mereka masing-masing untuk acara pesta yang akan segera dimulai ini.

“oke, kami akan menunggu di sini untuk menyambut kedatangan keluarga


Fritzgerald bersama dengan para pelayan” jawab Ayah Yelena, dia terlihat tampan
dan menawan dengan setelan tuxedo nya. Ibu Yelena bersama dengan para pelayan
lainnya yang ada di sana terlihat begitu cantik dan mempesona.

Yelena membuka pintu dan pergi ke arah belakang rumah, saat itu ia melihat
rombongan mobil-mobil hitam masuk melewati gerbang depannya dan dia
menebak itu adalah rombongan dari keluarganya Luigi yang akan berpesta malam
ini. Tak bgeitu ia hiraukan, Yelena terus berjalan ke belakang rumahnya sambil
mengirim pesan kepada Luigi “Di mana kau sekarang?”

Luigi pun menjawab sambil mengejek Yelena “aku sedang melihatmu dari
sini, blo’on :P lihat ke sebelah kirimu”
Tampak ekspresi sedikit kesal dari wajah Yelena. Luigi sedang berdiri di
samping sepeda motornya sambil tersenyum lebar melambaikan tangannya kepada
Yelena.

“Letsgo! My friend!” seru Luigi dengan penuh semangat, sambari menaiki


sepeda motornya.

“haha! dasar kau ini” Jawab Yelena sambil membuka pintu kecil di
sebelahnya.

“Hee~ sepertinya desain rumahmu ini memang cocok untuk orang yang suka
kabur ya?” tanya Luigi sambil mengangkat Helmnya.

“hah! Apaan kau ini!?” seru Yelena.

“Itu benerkan!? Lingkungan rumahmu dikelilingi oleh pagar besi setinggi


ini, namun ternyata di bagian belakangnya ada pintu kecil untuk keluar, bukankah
sudah jelas pintu seperti ini untuk menyelinap keluar? Fffttt” ucap Luigi sembari
mengenakan helm pada kepalanya sendiri.

“Yi yi yi! Tirsirih kiw siji!” Jawab Yelena dengan kata menggunakan huruf
vokal i untuk menunjukan kekesalannya sebagai candaan.

Wajah Yelena dan Luigi terlihat kaget saat mereka mendengar sebuah suara,
seperti benda kecil yang menabrak tembok serta mampu menembus benda padat
lainnya. Lalu diikuti oleh jeritan perempuan di dalam rumah itu yang mampu
menyakar langit membuat kedua gadis ini menjadi semakin tegang. Yelena
menatap kedua mata Luigi dengan ekpresi yang begitu mengerikan, Lalu dengan
seketika dia langsung berlari menuju rumahnya kembali.

“Kau tunggu di sini!” ucap Yelena dengan nada suara dan raut wajah yang
sangat serius sambil berlari ke arah rumahnya.

Luigi yang sedang dalam kebingungan hanya bisa terdiam mematung di atas
sepeda motornya. Suara yang hampir sama terjadi secara terus menerus, membuat
tangannya mulai bergemetar bersama dengan tatapannya yang terlihat ketakutan.
Isi kepalanya mendidih memikirkan semua kemungkinan yang sedang terjadi, dan
hatinya bergejolak meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja.
Dan tak lama kemudian, Luigi mendengar jeritan dari suara yang sangat tak
asing baginya, Yaitu suara sahabatnya sendiri. Luigi langsung mencoba masuk ke
dalam rumah itu. Namun sebelum ia sampai di halaman depan rumah, ia melihat
Yelena pergi mengendarai sepeda motor automatic dengan sangat kencang
melewati gerbang depan. Tangan nya berlumuran darah serta wajahnya yang
sangat pucat terlihat jelas oleh Luigi meskipun dari jarak kejauhan ini. Sembari
berusaha menyembunyikan dirinya di belakang tembok, Luigi melihat Ayahnya
sendiri bersama bawahan-bawahannya sedang berusaha mengejar Yelena sambil
memegang senapan yang menggunakan peredam suara, Mereka masuk ke dalam
mobil-mobil yang terparkir rapi di halaman depan rumah itu lalu dengan cepat
bergegas mengejar seorang gadis muda yang telah kabur membawa kebenaran dari
apa yang barusaja terjadi.

Tentu saja saat itu insting Luigi terus-menerus memaksanya agar segera
menyusul Yelena untuk menyelamatkannya, namun dengan isi otak cerdasnya
yang masih bisa berpikir dalam situasi berat seperti itu, Luigi lebih memilih untuk
masuk terlebih dahulu ke dalam rumah Yelena dan mencari tau apa yang telah
terjadi di dalamnya. Dia ingin memastikan perbuatan apa yang telah keluarganya
lakukan terhadap orang-orang di rumah ini. Luigi juga Yakin bahwa Yelena pasti
bisa melarikan diri karena dengan menggunakan sepeda motor, Yelena pasti lebih
leluasa dibandingkan dengan rombongan mobil yang mengejar secara bersamaan,
pasti mereka akan sedikit terhambat oleh berbagai hal.

Namun sayangnya Luigi tidak berfikir sejauh mana Yelena bisa


mengendarai motor. Satu-satunya kesalahan Luigi yaitu berfikir bahwa Yelena bisa
mengendarai sepeda motor sebaik dirinya, sampai akhirnya dia mendengar sebuah
kabar dari Walkie talkie yang tergeletak di atas lantai.

“Pak! Gadis itu jatuh ke dalam jurang di belokan sebelah barat dari lokasi
rumah itu!” suara seorang pria berteriak yang terdengar dari walkie talkie itu

Raut wajah Luigi sontak berubah menjadi lebih tegang lagi, ia pun langsung
berlari menuju keluar rumah untuk mengendarai sepeda motornya. Dia tak
mempedulikan mayat-mayat di ruang tengah itu termasuk mayat dari kedua orang
tua Yelena yang sudah sangat akrab dengannya. Pintarnya, Luigi pergi sambil
membawa Walkie Talkie tadi sehingga ia bisa mendapatkan semua informasi
tentang pengejaran itu, tentang kondisi Yelena, temasuk rute untuk menuju lokasi
Yelena.
“Seberapa dalam Jurang itu!?” walkie talkie yang ada dalam genggaman
tangan Luigi itu kembali bersuara,

“suara ini? Ayah?” Ucap Luigi

“sekitar delapan meter pak!” suara pria lainnya.

“apa dia bocah itu terlihat dari sana!?” Suara Ayah Luigi kembali terdengar
menanyakan kepastian.

“etto, tidak pak-“

“Bodoh! Mengapa kalian berhenti! Terus kejar dan pastikan anak itu mati
dengan mata kalian sendiri! Jika bocah jenius itu sampai bebas maka berakhirlah
kita! Dan jika itu terjadi akan ku keluarkan isi perut kalian lalu ku jejalkan ke
mulut kalian sendiri!” Teriak Ayah Luigi yang terdengar sangat marah dari walkie
talkie itu.

“b-baik pak!” pria lainnya menjawab melalui walkie talkie itu.

Luigi mulai menancap gas untuk segera pergi ke lokasi jurang itu untuk
menyusul Yelena. Air mata Luigi mulai keluar dari sudut matanya dan
berterbangan terhempas oleh angin yang menabraknya dari depan.

“apaan dengan semua ini? Kenapa harus begini?” kata-kata itu terus
terngiang dalam kepala Luigi yang sedang mengendarai sepeda motor dengan
kecepatan tinggi.

Sinar matahari yang sudah meredup kini tak dapat menembus tempat yang
dipenuh oleh pepohonan serta tumbuhan liar. Membuatnya suasananya begitu
gelap dengan ranting-ranting tajam mengelilingi seorang gadis yang sedang
terlentang bersama dengan sebuah sepeda motor.

Air mulai mengalir membasahi pipi gadis itu, suara tangisan yang semakin
lama semakin terdengar keras dan tersedak-sedak. Begitu pasrah, dan putus asa di
dalam sebuah tempat kotor dan dikerumuni oleh nyamuk-nyamuk ganas yang
mulai menghisap darah perempuan itu secara bersamaan.

Gadis itu tak mencoba bangun sedikitpun, ia hanya menutup matanya


dengan menyilangkan sebelah lenganya sambil menangis kencang. Dengan kepala
yang tak bisa menerima tentang apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, dengan hati
yang panas membara dan tubuh bergemetar tak tertahankan. Di dalam jurang yang
liar ini sekali lagi dia jatuh kedalam jurang yang lebih dalam lagi, lebih gelap lagi,
dan lebih mengerikan lagi. Dengan tubuh yang kesakitan, dengan tubuh yang
penuh luka kini dia harus terjatuh pada keputusasaan.

Terdengar suara tanaman liar yang sedang diterobos dan juga suara patahan
ranting-ranting yang semakin dekat dengan Yelena, tanpa ia sadari tubuhnya
bergerak sendiri melawan semua keraguan dan ketakutan. Dengan sigap Yelena
berdiri dan membangunkan sepeda motonya yang hancur itu, Ia menendang sebuah
patahan dari bagian motornya yang mengganjal pada roda belakangnya. Bahkan
menendang dan melepaskan knalpot yang sudah hampir copot akibat benturan
parah saat ia terjatuh tadi.

Yelena mulai menaiki dan menyalakan sepeda motornya, lalu tanpa ragu ia
menerobos apapun yang ada di depannya. Ia terus saja terjatuh karena terpeleset
dan menabrak berbagai benda lainnya, namun sebanyak apapun ia terjatuh, Yelena
selalu bangkit kembali dan berusaha sekuat mungkin untuk menyambung
kehidupannya.

Beberapa pria yang sedang mengejar Yelena memberikan kabar kepada


kawannya melewati walkie talkie “Aku mendengar suara Motor di depan sana!
Bocah ini gila! Dia mengendarai motor di tengah-tengah hutan untuk terus
menuruni jurang ini!”

Luigi yang sedang mengendarai motor dalam keadaan pasrah kini Mendapat
dorongan besar setelah mendengar kabar itu dari walkie talkie yang ia bawa. Kabar
yang sangat berarti baginya karena menandakan bahwa sahabatnya masih hidup
dan masih memiliki semangat untuk bertahan hidup setelah melihat semua
keluarganya dibunuh secara tragis di depan matanya sendiri. Meskipun ia dihantui
oleh pikiran “apa yang harus aku lakukan ketika nanti bertatapan dengannya?”
karena ada kemungkinan Yelena akan membencinya melihat keluarga Luigi sendiri
yang membantai habis keluarga Yelena di depan matanya sendiri. Tetapi Luigi
sudah membulatkan tekadnya untuk tetap pergi menolong Yelena.

Dengan perlahan-lahan sepeda motor yang dikendarai oleh Yelena di dalam


hutan sana semakin hancur, begitupun dengan tubuh pengendara nya yang terus
saja bermunculan luka-luka baru. Dislokasi pada jari kelingiking tangan kirinya
terlihat mengeringan, luka gores di sekujur tubuhnya pun terus-menerus
mengalirkan darahnya. Meskipun mengalir dengan sangat pelan, namun jika terus
menerus pastilah ini akan berdampak buruk padanya. Dengan perutnya yang
kosong karena belum makan seharian ini pasti akan membuat tubuhnya memburuk
lebih cepat.

“Hey? Bukankah itu? Tuan putri?” tanya seorang pria kepada temannya
yang sedang berdiri di samping mobil yang terparkir pada tepi jurang di mana
Yelena terjatuh.

“e-eh? Kau benar! Apa yang dia lakuk-“

“MINGGIR BEGO!” Pria lain mendorong temannya yang hampir tertabrak


oleh Luigi, karena pria itu terdiam kebingungan melihat Luigi yang mengendarai
motor dengan lurus ke arah mereka.

Momen ini membuat waktu terasa berjalan sangat lambat, bahkan Kedua
pria yang sedang terduduk di atas tanah itu bisa merasakan seberapa
mengerikannya tatapan mata Luigi yang terbuka lebih lebar ketika ia melompat
dari sepeda motornya yang masih dalam keadaan bergerak. Luigi langsung berlari
ke arah jurang lalu ia terjun tanpa ragu sembari menunjukan ekspresi yang
memancarkan sejuta makna itu.

“HAH!?” Teriak kedua orang pria itu.

Luigi pun terjatuh ke dalam jurang itu, namun dengan keadaan yang
berbeda. Ia masih bisa menahannya walaupun pendaratannya tidak begitu mulus
karena kaki nya sempat tersangkut pada sebuah ranting, Tapi itu tak menyebabkan
hal buruk apapun. Oleh karena itu Luigi langsung berlari dengan kecepatan penuh
mengikuti jejak yang terlihat jelas, Dia tak tahu pergi ke mana, dia juga tak tau
melaju ke arah mana, timur, barat, selatan, ataupun utara, dia tak tau semua itu dan
tak peduli akan hal itu. Luigi hanya yakin dengan sepenuh hatinya jika jejak ini
pasti akan mengantarkannya pada Yelena.

Hal itu pun mulai terbukti melihat ada sekelompok pria berpakaian rapi
serba hitam berada di tengah-tengah jalur itu sedang berdiri kebingungan ataupun
sedang beristirahat. Luigi menyimpulkan bahwa mereka adalah bawahan ayahnya
yang sedang mengejar Yelena, tapi tetap saja Luigi tak peduli akan semua itu dan
dia pun berlari menerobos di antara mereka.

“HAH!? T-TUAN PUTRI!?” Teriak seorang pria, yang diikuti oleh


pertanyaan pria lainnya kebingungan “sial, apa yang dia lakukan di tempat seperti
ini?” lalu seorang pria lainnya menjawab “Tentu saja dia mengejar bocah yang kita
kejar itu idiot! Mereka adalah teman baik! Jangan hanya diam saja, jangan biarkan
dia menemukan bocah itu lebih dulu dari kita! Ayo bergegas!”

Kemudian semua pria itu mulai mengejar mengikuti Luigi yang akan
membawa mereka pada Yelena. Tapi tekad Luigi jauh lebih besar dari pada semua
orang itu, yang membuat dia bisa berlari dengan lebih cepat serta lebih lincah di
tengah hutan ini. Hari mulai gelap dengan tenggelamnya sang mentari namun
mereka belum bisa bisa melihat sosok Yelena sedikitpun selain dari jejak yang ia
tinggalkan. Bahkan Setelah Luigi berlari dan berjalan selama dua jam, dia belum
juga bisa melihat wujud dari sahabatnya.

Luigi sudah berjalan hingga ke sebuah dataran luas yang dipenuhi oleh
rumput-rumput tinggi. Karena sudah keluar dari hutan lebat, dia pun menyadari
bahwa hari sudah melam, dan tenaganya sudah terkuras habis.
Keadaan tubuh Luigi sangat tidak memungkinkan untuk terus berjalan, dia
juga sudah merasa pusing dan mual akibat terlalu memaksakan dirinya. Langkah
kaki Luigi mulai tak seimbang dan tak beraturan, namun ia tetap berjalan secara
perlahan hingga tak lama kemudian ia tak bisa menahannya lagi dan terduduk di
bawah sebuah pohon.

Luigi hanya duduk dengan tatapan kosong sambil menatap langit yang
dipenuhi oleh bintang-bintang indah, awan yang menutupi pemandangan itu mulai
pergi dengan perlahan-lahan. Bahkan cahaya rembulan pun mulai menyinari
gelapnya padang rumput ini, Luigi pun beristirahat sambil menikmati laju
bayangan dari awan-awan itu. Tak disangka, ketenangan bayangan itu menuntun
Luigi menemukan sesuatu yang membuat tenaga dan semangatnya kembali pulih.

Sebuah motor yang sudah hancur terlihat oleh kedua mata Luigi, dia pun
mendekati sepeda motor itu dan secara tak sengaja ia menyentuh mesin nya yang
masih terasa hangat. Mata Luigi yang terbuka lebar bukanlah karena tangannya
kesakitan akibat panasnya mesin itu, tapi ia tau bahwa Yelena belum lama
meninggalkan sepeda motor ini.

Padahal Luigi sudah semakin dekat dengan Yelena namun ia malah panik
karena di padang rumput ini dia tak bisa menemukan jejak Yelena seperti di tengah
hutan tadi. Dia mulai berjalan secara perlahan ke arah yang tak beraturan, Lalu
kecepatan langkahnya kakinya mulai meningkat sampai akhirnya ia berlari kembali
sambil memaksakan tubuhnya untuk mengikuti keinginannya setelah ia melihat
sebuah bukit tinggi. Luigi yakin bahwa Yelena akan pergi ke sana.
Perjalanan panjang tanpa arah dan tujuan dengan hal-hal ekstrim di setiap
waktunya, mengakibatkan seorang gadis kehilangan keindahannya dengan
membuat sekujur tubuhnya penuh dengan luka, mematahkan salah satu jari
tangannya, dan juga mematahkan kehidupannya yang selalu bahagia sebelumnya.
Namun semua kepedihan itu juga menuntunnya pada sesuatu.

Padang rumput luas yang menyelimuti bukit-bukit tinggi sekaligus menjadi


pinjakan gunung-gunung raksasa berselimut salju. Tempat ini menyimpan suatu
perhiasan yang tak bisa ditemukan di belahan bumi manapun, seperti halnya
tempat yang baru saja Yelena datangi. Sekumpulan pohon-pohon rindang berdiri
tegak membentuk suatu lingkaran untuk mengelilingi sepasang gapura merah yang
ada di tengah-tengah mereka. Jarak antara pohon-pohon dengan gerbang yang ada
di tengah-tengahnya kurang lebih sekitar delapan sampai sepuluh meter.

Yelena duduk dan bersandar pada tiang gapura merah yang ada di tengah-
tengah tempat itu, tubuhnya sudah tak mampu untuk melakukan apa yang otaknya
perintahkan. Setelah selama ini ia berlari hingga tak bisa lagi melakukannya,
namun meskipun ia tak bisa berlari lagi dia terus berjalan. Dan disaat Yelena tak
bisa lagi berjalan, ia terus merangkak, sampai akhirnya ia tak bisa lagi merangkak
dan terhenti di tiang ini.

Hembusan udara dingin pada malam hari membawa turun sekutu nya dari
atas gunung-gunung yang sedang tertidur diselimuti oleh salju putih itu membuat
suhu semakin rendah. Tubuh Yelena mulai menggigil dengan darah di sekujur
tubuhnya yang mulai mengering, tangisannya semakin dalam saat ia melihat jari
kelingking pada tangan kirinya sudah tak bisa digerakan lagi, dengan posisi jari itu
membengkok ke arah yang berlawanan. Yelena mulai meringkuk dan memeluk
tangannya sendiri bawah gerbang yang tersinari oleh cahaya rembulan.

Gadis malang itu memejamkan matanya dalam keadaan yang sangat


memprihatinkan, air matanya terus saja bercucuran tanpa henti membuat
suasananya semakin menyedihkan. Mulut gadis ini mulai bergerak dengan
suaranya yang sangat pelan dalam keadaan yang mungkin saja itu akan menjadi
saat-saat terakhir dalam hidupnya,

“oh tuhan, jika kau benar-benar ada. Bisakau kau menolongku? Wahai sang
pencipta, jika engkau memang menginginkan diriku ini untuk mati, pasti engkau
sudah mengambil hidupku ini bersamaan dengan keluargaku bukan? Namun jika
engkau masih menginginkanku untuk tetap hidup, tolong pastikan kau akan
memberikanku sebuah alasan mengapa aku harus mengelami semua hal ini.
Ataukah engkau hanya ingin membunuhku secara perlahan dengan cara yang
paling menyedihkan? Tuhan, Apakah setelah ini penderitaanku akan berakhir
dengan kematian? Ataukah aku akan tetap hidup untuk mengetahui alasan dibalik
semua ini?”

Kalimat terakhir yang Yelena ucapkan menutup dari usaha kerasnya


seharian ini, sekarang ia hanya terdiam membeku menunggu jawaban dari apa
yang ia gumamkan. Yelena sudah siap untuk menerima apapun yang akan terjadi
selanjutnya. Dia tak membuka matanya lagi, dia meringkuk, seperti saat ia tertidur
di atas ranjangnya. Bernafas dengan sangat pelan dalam ketenangan malam di
bawah sinar rembulan yang dipancarkan dari samudra bintang.

Dalam ketenangan itu Yelena sedikit tersenyum dalam tangisannya ketika


seseorang duduk di sampingnya lalu mengelus-elus kepalanya, air mata orang itu
mulai menetes di atas pipi Yelena.

“kenapa kau malah pergi sejauh ini disaat kau menyuruhku untuk
menunggumu?” Tanya Luigi sambil mengelus-elus kepala Yelena.

Yelena membuka matanya sedikit sambil mengatakan “maaf ya, Luigi”


dengan sangat pelan. Luigi langsung memeluk Yelena dengan air mata yang tak
terbendungkan, tangisan nya begitu keras bagaikan raungan singan yang bisa
terdengan oleh seluruh padang savana.

“YELENAAA!” Luigi menyebut nama sahabatnya dalam tangisannya yang


terus berlanjut.

“berisik, bego” ucap Yelena dengan suara pelan, Lalu Yelena bangun dari
pangkuan Luigi, dan bersandar kembali pada tiang gapura itu. Yelena
memejamkan matanya.

Luigi menghapus air dari kedua kelopak matanya, lalu ia juga bersandar
pada tiang gapura itu tepat di samping Yelena.

“kau pasti akan baik-baik saja” Luigi menyemangati Yelena sambil


menggenggam tangannya.

“aku harap begitu” jawab Yelena dengan mata yang masi memejam.
Mereka terdiam dalam sesaat, menahan rasa sakit yang ada pada tubuh
mereka masing-masing, mengistirahatkan hati dan pikirannya yang telah
diombang-ambing seharian ini. Dan membangun kembali semangat serta
mentalnya yang dirobohkan oleh sebuah tragedi.

“Yelena, bisakah kau membuka matamu dan melihat langit untuk sebentar
saja?” Ucap Luigi.

Yelena berusaha untuk membuka matanya meskipun itu terlihat sangat berat.
Dan Luigi yang sedang menatap langit tiba-tiba mengangkat tangannya serta
meluruskan jari telunjuknya pada sesuatu yang berkilau di atas sana, melintasi
jutaan bintang dengan anggun nya sembari menebarkan keindahan yang mewarnai
luasnya angkasa.

“yo ja ka “ Ucap Yelena dengan tempo dan suara yang pelan

“kita sudah berjanji untuk melihatnya bersama-sama bukan?” Jawab Luigi


dengan senyuman manisnya sambil menatapi indahnya langit dimalam hari yang
penuh dengan warna ini. Luigi semakin erat menggenggam tangan Yelena yang
begitu lemas tak berdaya.

“Apa sekarang kau membenciku? Ataupun keluarga-”

“cantik sekali ya, komet ini. Namun aku kelelahan, jadi. Aku ingin tidur
sekarang ya, Luigi” Yelena memotong pertanyaan Luigi sambil memejamkan
matanya.

Luigi memalingkan pandanganya ke arah wajah Yelena setelah ia tak bisa


lagi melihat komet yang sudah melintas tepat di atas mereka, melihat Yelena
menunjukan senyuman kecilnya, Luigi merasa sedikit lega dan akhirnya dia ikut
menunjukan senyumannya. Dari sudut mata Luigi ia seperti melihat cahaya
remang-remang bermunculan, bagaikan lampu kota yang terlihat dari sela-sela
ranting pohon yang saat itu sedang mengelilingi mereka. Dan disaat Luigi ingin
memastikan cahaya itu berasal dari mana, Yelena tiba-tiba menggenggam tangan
Luigi sedikit lebih erat lagi yang membuat pandangan Luigi kembali menatap
Wajah Yelena.

“Selamat malam, Luigi” Kata Yelena dengan suara yang pelan.


Luigi pun merasa tenang dan memejamkan matanya untuk seketika, lalu ia
mulai mengucapkan kata-katanya untuk menjawab Yelena sambil membuka
matanya kembali “ya, semoga mimpi indah Yele-“

Jawaban hangat yang ingin diberikan oleh Luigi tak bisa terungkapkan
sepenuhnya saat Yelena yang berada di sampingnya tiba-tiba menghilang bersama
dengan cahaya remang-remang itu.

Tidak ada sepatah kata pun yang keluar, tidak ada suatu gerakan tiba-tiba
yang membuat dunia ini terkejut, dan tak ada perasaan apapun yang berubah selain
akal yang tak dapat mengerti akan suasana malam ini. Luigi menatap tangannya
yang baru saja bergenggaman dengan tangan Sahabatnya.

4000 tahun sekali, Sendhi akan melintasi lautan bintang itu untuk
menghapus batas antara desa ku dengan dunia mu. Dalam satu detik saja, kami
akan menjadi satu dengan kalian hingga Sendhi pergi dan memisahkan kita lagi

Anda mungkin juga menyukai