Anda di halaman 1dari 4

PLAYING SCHOOL

By: Sri Juliawati Bu’ulolo


Class: XI- IPS
“Eureka…aaa, tugas literaturmu belum selesai??!!
Kamu harus mencari bahan literaturmu digudang sekolah
setelah itu segera kamu kirimkan lewat email ibu!!!
Batasnya nanti sore, sekarang keluar dari kelas ibu cari
bahan literaturmu digudang”!!!!
Teriak ibu Joyce dikelas pagi itu, suasana pagi yang cukup mendung
dimulai dengan omelan ibu Joyce. Setelah mendengar hal itu aku berjalan
lunglai menuju luar kelas tepatnya digudang sekolahku.
Aku memasuki area gudang sekolah Ku untuk melaksanakan hukuman yang
diberikan oleh ibu Joyce kepadaku. Aku bernama Eureka Brilen, sekolahku
bernama Genielity High School dan saat Aku sudah sampai di gudang
sekolah Aku dapat melihat berbagai hal yang sudah lama disana.
Seharusnya Aku mencari literaturku diperpustakaan tetapi ibu Joyce
menginginkan literatur klasik yang sudah perlahan dimakan oleh rayap.
Ketika Aku sedang melihat-lihat buku di bagian rak buku tiba-tiba saja
suara keras membuat diriku terkejut.
“ohh kupikir apaaan tuh yang jatuh, rupanya lukisan ini,
kok bisa jatuh ya??? Aha, mungkin karena kayu
penyangganya sudah lapuk”
Kataku sambil mememegang dadaku,ketika Aku mengangkat lukisan
yang sudah jatuh itu, Aku menemukan sebuah rak buku kecil dan semua
literatur klasik yang masih bagus ada disana tetapi ada sebuah kotak yang
berhasil membangunkan rasa penasaranku. Ketika membukanya Aku
menemukan sebuah buku yang sangat tua yang berjudul “Playing School”

Aku mengambil kemudian melap buku itu dengan tanganku supaya debu
yang menempel bisa terlepas dari buku tersebut agar Aku dapat membaca
secara jelas tulisan keemasan yang tertulis dibawah buku itu, disitu
tertulis tulisan yang cukup panjang yang menuliskan,
“Frightened To Darkness Make You To At
And To Cuss Between To Stay Or Surrender”
(Ketakutanmu pada kegelapan membuatmu memainkan peran yang
membuatmu memilih antara bertahan atau menyerah).

“Apa artinya ini??? Mengapa buku yang seperti ini ada


disini???”
tanyaku pada diriku sendiri, Aku mengambil buku tersebut dan
menyatukannya dengan buku yang telah kuambil di gudang sekolahku. Aku
memutuskan untuk pulang dan segera menutup pintu gudang sekolahku.
Aku melihat jam tangan yang ada di pergelangan tanganku menunjukan
pukul 18.30,
“Haaa!! setengah tujuh!!?? yang benar saja, papa pasti sudah
menungguku dari tadi …dan sepertinya…. aku tidak lama
deh digudang, ihhh …gara-gara memilih buku tua ini aku
jadi lama” kataku gusar sambil mengentak-entakkan kakiku.
Aku berjalan menuju kelasku sambil melihat sekelilingku yang sekarang
semakin lebih gelap, Aku kesulitan untuk menemukan kelasku padahal
sudah 2 tahun aku bersekolah disini namun aku baru melihat perubahan
yang berbeda bahkan sangat-sangat berbeda.
“yaampun apakah aku tersesat aku ada dimana sekarang
perasaaan sekolahku tidak mempunyai lukisan ini, lalu
mengapa sekarang sekolahku berubah warna catnya??
perasaan ...tadi pagi tidak ada acara khusus atau
pemberitahuan ada renovasi”
Sambil menunjuk lukisan lalu memegang dan mengamati sekitar
sekolahku. Ketika aku sedang mencoba untuk mencerna apa yang sedang
terjadi, tiba-tiba ada yang memegang bahuku dari belakang, dan...
“Sedang apa malam-malam disini kak... apa kakak salah
satu peserta playing school?” tanya perempuan tersebut sambil
mengamatiku lekat-lekat dengan manik mata hazelnya.
Aku yang melihatnya dari atas sampai kebawah menatapnya dengan
pandangan horor, “aaaaahh.... ka... ka..mu siapa aku bukan salah
satu dari yang kamu sebutkan tadi, dan aku sekarang ada
dimana? Mengapa sekolahku berubah dalam hitungan jam”
Kataku sambil memegang rambutku frustasi, aku semakin gelisah ketika
dia menari tanganku menuju ruangan yang aku yakini baru kumasuki selama
aku bersekolah di Genielity high school.
“Aduk kak, shhhhhh, diam dulu nanti kita ketahuan,
sembunyi disini bersamaku supaya kita tidak ketahuan pada
anggota playing school, pasti kakak adalah orang yang ingin
menyelidiki kasus yang menimpa para korban anggota playing
school bukan??”Kata gadis itu sambil berusaha menembunyikan diri
dibelakang lemari bersama denganku, aku menatapnya dan memikirkan
baik-baik perkataannya barusan,
“jangan bilang aku terperangkap dimasalalu sekolahku, aku
baru ingat cerita playing school ini pernah masuk di blog
sekolahku, sialan lagi bagaimana aku bisa keluar dari cerita
ini....”Aku mencoba mengingat sesuatu, “Sebentar ini pasti karena
buku playing school tadi....ahhhh!!!”
Aku berteriak dalam batinku yang sudah sangat tertekan dengan apa
yang sudah aku dapatkan dari perkataan dan apa yang sedang aku pikirkan,
namun tiba-tiba saja pintu yang sudah kami masuki tadi perlahan terbuka
dengan sangat pelan, kami berdua yang sudah sangat tegang menjadi
semakin merapatkan kaki kami pada badan kami supaya tubuh kami tidak
terlihat pada cahaya remang-remang lampu kecil dari sudut ruangan itu.
“Mereka tidak ada disini,Rey....itu pasti hanya
perasaanmu saja tadi, mari pergi dari sini...” kata seorang
perempuan. “kamu benar, ayok kita lanjutkan permainan dengan
anak-anak” balas seorang laki-laki dan merekapun berdua berjalan pergi
dari ruangan tersebut.

“Benar-benar gila !!! apa itu mungkin dilakukan pada


siswa sekolah ???itu bukan permainan tapi pembullyan fisik
dan mental, aku tidak percaya ini.....!!!!” Kataku dengan nada yang
cukup kesal setelah orang-orang tadi pergi aku dan gadis tadi yang
bernama Flo bercerita panjang lebar tentang mengapa Flo ingin
menyelidiki kasus playing school yang ia curigai berlaku semena-mena pada
korban yang telah dipilih secara acak oleh pelaku.
“Tapi ini masih dari sudutpandangku dan juga
berdasarkan cerita teman-teman yang gosipnya sampai
ditelingaku dan aku ingin membuktikan hal itu agar dugaanku
dapat dibuktikan kebenarannya.”Kata Flo sambil melihat kanan-
kirinya agar tidak ketahuan, aku memandanginya dengan perasaan yang
cukup menggelitik daripada disebut detektif dia lebih cocok menjadi
maling ayam kampung, aku tertawa sendiri memikirkan hal itu. Aku tidak
memberitahunya bahwa aku berasal dari masa depan dan aku ingin
membantunya untuk menyelesaikan kasusnya ini, untung-untung mencoba
dimana talentaku sesungguhnya.

Setelah sampai dibelakang sekolah kami berdua langsung disuguhi


pemandangan dimana siswa-siswa sedang berpestaria, benar-benar tidak
mencerminkan perilaku siswa sesungguhnya. Kami melihat semua hal itu
dari balik dinding besar yang membatasi taman dan area belakang sekolah,
Flo segera mengabadikan hal itu didalam kamera polaroidnya, aku yang
hanya mengamati apa yang sedang terjadi menyadari sesuatu kalau aku
melihat ada beberapa siswa yang sedang dijadikan pelayan untuk melayani
orang-orang tersebut dan masih memakai pakaian sekolah,
“Flo... Lihat arah pukul tiga ada teman-teman sekolahmu,
disana”kataku pada Flo sambil menunjuk arah tersebut, dan Flo segera
mengambil ponselnya dan menelepon seseorang yang tidak aku ketahui
siapa. “mari, Eureka kita kesana, rupanya seseorang kukenal ada
disana dan membiarkan playing ini terjadi!!
Heyyy kalian sedang apa!!! membiarkan teman-temanku
menjadi seperti ini, Huhhh...”kata Flo sambil berteriak kesal, “Ohh..
Bapak rupanya ikut berpesta ria, dan mengancam akan
menurunkan nilai anak-anak tidak bersalah ini, dasar... bapak
pengecut!!!”
Aku melihat bagaimana Flo setelah itu hampir ditusuk dengan pisau
oleh bapak yang ia sebut tadi yang merupakan salah satu guru mereka,
namun sebelum itu terjadi polisi sudah ada ditempat kejadian dan segera
menangkap oknum yang sangat menghina pendidikan dengan
menyalahgunakan kekuasaan mereka.
“Thank you Eureka...”
Sesaat setelah itu semuanya menjadi gelap gulita.

Anda mungkin juga menyukai