Anda di halaman 1dari 51

PERTAMA

Terlambat Ialah kata yang sangat mengerikan bagi


aku yang baru menginjak kelas 1 SMA. Mungkin bagi murid
yang lain itu hanya hal yang biasa, tetapi bagi aku itu hal
yang tidak lazim. Kenalkan, aku Chira Al Fairuz atau biasa di
panggil chair. Aku termasuk tipe - tipe cewek yang paling
anti masuk ruang BK, dan juga sedari kecil dikenal sebagai
anak yang berprestasi oleh guru - guru yang sudah
mengenal ku.

“Mampus deh gue!” aku menepuk jidat ku sambil berjalan


kearah gerbang secara pelan - pelan sambil mata ku melihat
ke arah gerbang yang sudah di gembok seraya melihat
pergelangan kiri ku untuk melihat jam kesayangan.

“Sudah terlambat lima belas menit!” gumam ku pelan.


Tangan ku pun semakin berkeringat, jantung ku semakin
tidak karuan saat melihat seorang guru yang sepertinya
bertugas patroli. Aku terkejut saat tiba tiba tangan ku di tarik
dengan seseorang.

“Sssst jangan berisik!” perintah orang yang tadi narik tangan


ku yang ternyata dia seorang siswa. Sekarang keberadaan ku
sama dia aman karena tidak terjangkau penglihatan guru
patroli.
“Terlambat?” tanya siswa itu sambil merapihkan baju yang
berantakan dan tak memakai atribut yang lengkap. Yang aku
jawab hanya dengan anggukkan.

“Waktu mos lo nggak masuk?” tanya siswa itu tepat sasaran


sambil memakai dasi. Memang waktu mos atau pengenalan
masuk sekolah.

“Iyaa!” jawab ku dengan nada yang canggung dengan masih


memikirkan bagaimana cara agar masuk tanpa ketahuan
guru.

“Pantes saja gue nggak pernah liat lo!” tuturnya dengan


santai yang membuat. Seusai itu hanya hening yang
menguasai keadaan.

“Oh iya gua tau gimana caranya untuk masuk ke sekolah


tanpa lewat gerbang!” ucapnya yang membuat perhatian ku
penuh terhadapnya.

“Bagaimana caranya?” tanya ku excited.

“Tetapi agak ekstrim si!” ujar cowo tak ku kenal.

“Ya sudah lah gak apa - apa, dari pada gue masuk bk!”
pasrah chira.

“YUUKKKK . . . .” serunya sambil tangan ku di tarik oleh nya


untuk ke belakang sekolahan. Dan aku pun hanya pasrah
mengikuti nya.
Sesampainya di tempat yang ternyata aku dan siswa
itu sudah berada di gerbang belakang sekolah, dan aku - pun
di buat terkejut saat melihat gerbang yang menjulang tinggi.

“Cepat naik . . . , bisa kan?” tanya nya yang membuat ku


terkejut.

“Apa perlu gua di bantu?” tanyanya lagi menawarkan ku.

“Oh . . . nggak usah, gue bisa sendiri!” ujar ku dengan


kurang percaya di lubuk hati.

“Ya sudah cepat naik!” perintahnya.

Aku - pun menaiki gerbang belakang sekolah ku dengan rasa


takut dan tubuh ku sedikit gemetar, tetapi aku tetap
memaksa naik karena ketimpang malu dengan kata - kata ku
dengan siswa itu.

“Woi udah belumm lu?” teriak cowok itu dari bawah.

“Sebentar lagi!” ujar ku dengan teriak tak kalah kencang.

“Cepat dong . . . Lama banget!” teriak lagi dengan tak sabar.

“Udah nih bawel!” ujar ku lagi agak sedikit sebal dengan dia.

“Ok . . . tangkep nih tas gua!” perintahnya dengan seruan


kencang sambil melempar tasnya.

Tidak lama kemudian cowok itu pun sudah berada di


samping ku.
“Yuk cepat pergi dari sini!” ajak cowok itu dengan tidak
sadar menggandeng tangan ku. Aku pun hanya diam
menuruti.

▫▫▫

Saat sesampainya di koridor kelas 1 yaitu


notabennya gedung ku, cowok itu memecahkan keheningan.

“Oh iya . . . ngomong - ngomong gue belum kenal nama lo


nih!” sambil menyenggol bahu ku dengan sengaja.

“Haa . . . kenapa?” ujar ku yang sedang menengok kanan kiri


karena takut ketahuan guru.

“Nama lo siapa?” tanya cowok itu lagi.

“Oh nama gue Chira Al Fairuz atau panggil aja ira, bisa juga
chair. Suka - suka lo deh!” ucap ku ketika tiga langkah lagi
sampai ke kelas yang sebelumnya sudah di beri tahu dapat
kelas mana.

“Eh gua masuk kelas duluan yak ....” ujar ku dan langsung
masuk tanpa memperdulikan cowok itu lagi.

***
Sesampainya di kelas hanya tertinggal satu bangku
paling depan, segera aku menempatinya dan berkenalan
dengan teman sebangku ku. Dan seusai berkenalan dengan
murid di kelas ini aku duduk dengan tenang sambil
membuka buku pelajaran baru untuk mengisi waktu luang,
karena pelajaran pun belum di mulai.

“Kamu terlambat?” tanya Fina teman sebangku baru ku


memecah keheningan.

“Iya nih Fin aku terlambat!” kata ku yang sambil mengelapi


dahi ku yang sedikit berkeringat.

“Loh kok kamu bisa masuk . . . bukanya di gerbang sudah ada


guru yang jaga yaa?” tanya Fina beruntum.

“Iya Fin tadi aku lewat gerbang belakang, aku manjat dari
situ!” jawab ku sambil merilekskan tubuh seusai baca buku.

“HAH . . . . kamu manjat gerbang sama siapa? kamu berani


berani aja deh kamu kan cewek!” ucapnya lagi beruntun
yang aku tidak tanggapi.

“Ngomong - omong kamu udah tau kan Chai waktu mos


kemarin guru pembimbing bilang pas kita sudah resmi jadi
murid sekolah ini kita sudah di beri PR bab awal!” ucapnya
memberi tahu.
“Oh itu tahu kok . . . bentar deh!” ucap ku sambil mengecek
dalam tas ku.

“Lah buku matematika ku dimana!” seru ku panik dan


terkejut.

“Kamu lupa bawa buku matematika?” tanya Fina yang


sepertinya terkejut dengan ucapan ku.

“Iya aku lupa bawa nih, aduh gimana . . . , padahal aku udah
ngerjain pr nya!” panik ku sambil sedikit menekan kepala.

“Ya ampun . . . kenapa bisa lupa sih!” Fina sama paniknya


dengan ku tetapi tidak bisa berbuat apa - apa karena guru
tiba - tiba sudah masuk.

“Assalamualaikum anak - anak. Hari ini bapak akan mengajar


materi matematika dasar!” ucap guru matematika itu.

“Sebelum memulai, tolong kumpulkan tugas yang sudah di


tugaskan waktu mos!” ujarnya yang membuat ku tegang.
Satu persatu siswa dan siswi maju ke depan untuk
mengumpulkan buku. Di kelas ini hanya aku yang tidak
mengumpulkan buku karena rata rata murid di kelas ini
adalah pilihan yang pandai. Sebelum Fina ke depan
mengumpulkan buku, dia sempat bilang aku harus bilang
sejujurnya ke guru itu yang bernama Syahril.

“Bukunya kurang, ada yang belum mengumpulkan?”


tanyanya yang sudah menghitung jumlah buku.
“Saya belum pak!” aku berdiri dengan sedikit takut.

“Nama kamu siapa?” tanyanya seperti mengintrograsi.

“Chira Al - Fairuz!” jawab ku sedikit takut.

“Kenapa kamu tidak mengumpulkan?” tanyanya lagi.

“Saya lupa pak, semalam sehabis mengerjakan langsung saya


taruh di meja belajar!” jawab ku jujur.

“Ya sudah untuk saat ini bapak kasih kesempatan!”


jawabnya yang membuat ku lega dan berjanji tidak akan
ceroboh dengan hal yang sama.

Lalu dia mulai menjelaskan materi. Saat setengah jam


pelajaran pak Syahril ada rasa yang masih mengganjal.

“Eh fin, di sekolah ini cowo yang begajulan siapa ya?”


tanyaku kepada fina dengan berbisik agar tidak terdengar
pak Syahril.

Fina lalu berfikir, “Hah . . . cowo yang begajulan, siapa?”


katanya berbalik tanya dengan bingung.

“Itu loh, tadi dia bantuin aku!” ujar ku masih berbisik.

“Hah . . . Memang ciri-cirinya gimana?” tanya fina juga


denga berbisik.

Mendapatkan pertanyaan seperti itu aku - pun berusaha


mengingat ciri - ciri cowo itu.
“Itu rambutnya agak berantakan, warna kulitnya agak putih.
Oh iya . . . terus juga dia punya gingsul di sebelah kanan pipi
nya.” jawab ku menjeleskan.

Dapat ku lihat Fina terkejut, “Oh dia yang ternyata bantuin


kamu?” tanya fina.

Aku pun mengangguk, “Iya tadi aku di bantu sama dia, kamu
kenal?” tanya ku penasaran.

“Kenal . . . kalau gak salah namanya . . .” ucapan Fina


terputus.

“Hey . . asik sekali ngobrolnya!” tegur pak Syahril dengan


nada tegas. Yang membuat aku dan Fina sontak terkejut.

“Hah engga pak ini . . . Chira nanya, itu hasilnya dapet dari
mana!” ucap Fina berbohong.

“Alasan saja kau Fina . . . bapak tahu ini ulah Chair yang
mengajak kamu ngobrol. Kamu tuh ya masih enak sudah
bapaj beri kesempatan eh tetapi seling beberapa meni
berbuat kesalahan lagi yang membuat bapak naik darah!”
omel pak Syahril memandang akuyang menunduk dengan
tatapan tajam.

“Sini kamu ke depan Chira!” suruh pak Syahril itu.

Lalu aku pun berjalan ke depan. Pak Syahril memandangi ku


dengan tatapan tajam.

“Ada apa pak?” tanyaku dengan rasa takut.


“Ayok ikut bapak!” perintahnya yang ku turuti.

Pak Syahril langsung keluar kelas,dengan rasa cemas aku pun


hanya diam mengikuti. Aku sempat melihat ke arah teman
baru ku yang menyemangati ku. Lalu kami berhenti di
lapangan. Sesampainya di lapangan. Aku pun bingung
mengapa guru ku membawa ku kesini. Aku pun bertanya;

“Pak, saya di bawa kesini mau di apain?” tanya ku bingung.

“Sudah diam saja. Bapak tau kamu tadi telat padahal kamu
masih berstatus murid baru. Apakah kamu tidak tahu
peraturan yang ada di sekolah ini?” ucapnya balik nanya.

Aku merasa sangat terkejut dengan penuturan pak Syahril


yang mengetahui bahwa telat, “Eh iya pak saya tau!” ucapku
sambil menunduk takut.

“Kalau kamu tahu, kenapa di langgar. Hah sudah lah kamu


diam saja disini, nikmati panas nya matahari!” perintahnya
sambil berlalu.

Aku pun menurutinya, “Biar saja deh dari pada tambah


masalah” pasrah ku dengan nada pelan.

Tidak lama setelah guru itu pergi, cowo yang aku temui tadi
pagi tiba - tiba datang, lalu berdiri di sampingku.

“Loh, kenapa lo disini?” tanya ku heran serta sedikit terkejut.

Dia menoleh, dan juga terkejut. “Loh lo lagi . . . Lo kenapa


disini?” dia malah bertanya balik.
“Ditanya malah balik nanya!” gerutu ku yang hanya di
respom dengan kekehannya.

Aku pun menjawab pertanyaanya tadi, “Iya gue disini di


hukum gara - gara gue ngobrol saat pak Syahril lagi
menjelaskan materi.”

“Oh gitu, Cuma gitu doang?” tanyanya dengan santai.

“Cuma gitu doang ndas mu!” gerutu ku dan lagi - lagi di


respon dengan kekehannya. Lalu keadaan hening dengan
aktifitas masing - masing.

“Eh, lo belum jawab pertanyaan gue!” ucap ku memecahkan


keheningan.

Dia menoleh menaikkan alis, “Apaan?” tanyanya.

“Lo kenapa bisa disini?” ucap ku mengulang.

“Oh, gue disini gara - gara tidur di kelas pas jam pelajaran
bahasa inggris!” ucapnya menjelaskan, “Biasa nenek - nenek
bawel!” lanjutnya.

Aku menggangguk - angguk paham. “Oh gitu!”

“Nama gue Rasya!” ucapnya memperkenalkan diri dan aku


hanya mengangguk.

“Ini tangan gue di anggurin?” tanyanya yang membuat ku


tertawa.
“Manis!” ucapnya yang tidak dapat ku dengar sepenuhnya.

“Hah?” tanya ku.

“Apanya?” katanya balik bertanya.

“Itu tadi!” jawab ku.

“Ketawa lo manis!” tuturnya dengan senyum tulus.

KRING . . . KRING

suara bel pun berbunyi.

“Eh udah istirahat tuh, ayok ke kantin!” ajak Rasya.

“Hah, memang boleh?” tanya ku memastikan.

Dia menoleh ke arah ku, “Boleh lah, lo nggak lapar?”


tanyanya.

Aku pun hanya terdiam.

“Ayok balik, kenapa diam saja?” tanya nya.

“Hah . . . duluan saja deh, gue bawa bekel!” jawab ku jujur


dan alibi karena tidak enak jika baru kenal sudah ke kantin
berdua.

“Oh ya sudah, gue duluan ya!” lalu dia pun pergi


meninggalkan ku. Dan segera aku melangkahkan kaki
menuju kelas.

***
Saat di perjalanan kelas aku bertemu dengan pak
Syahril.

“Pak saya minta maaf atas tindakan saya tadi, saya berjanji
tidak akan melakukan itu lagi!” ucap ku meminta maaf.

“Saya pegang janji kamu ya Chira!” katanya memincingkan


mata, aku yang di tatap seperti itu langsung meneguk ludah.

“I . . . iya pak siap!” ucap ku sedikit gugup.

“Ya sudah sana balik ke kelas!” perintahnya sambil beranjak


pergi. Aku - pun hanya menuruti setelah pamit.

***

Sesampainya di kelas, aku pun segera duduk di samping fina.

Fina terkejut mendapati kehadiranku.

“ ya ampun chair, tadi kamu ngapain aja?” tanya fina panik

Aku pun menceritakan kejadian yang terjadi.

“ lo tau gak sih tadi gue di hukum di lapangan, tiba-tiba si


cowo ituu datang berdiri samping gue.” ujarku sambil
menepuk bahu fina.

Fina yang mendengarkan pun terlihat antusias, “ hah, si itu


yang tadi pagi bantuin lo?” tanya nya. “ kenapa si rasya ikut
berjemur?” tanya nya lagi.
Aku pun heran, “ OHH NAMANYA RASYA?”

Fina mengangguk, “ iyaa namanya rasya. Si cowo begajulan.


Kenapa dia?”

Aku menjelaskan, “ katanya sih dia tidur di kelas, terus


akhirnya guru nya marah dan menjemurnya.”

“ ya elah itu mah hal biasa bagi dia.” ucap fina dengan nada
santai.

Aku pun semakin bertanya-tanya, dengan rasa penasaran.

“ memang senakal apa sih dia?” tanyaku ke fina.

“ sudah lah tidak usah menanyakan dia, nanti juga kamu


tau.” ucap fina yang membuat ku semakin penasaran.

Disaat aku sedang berfikir-fikir tentang dia, fina tiba-tiba


menoleh, “kenapa kok diam saja? Suka yaa.” ledek fina yang
sontak membuatku terkejut.

“ ihh apa sih, aneh-aneh saja lo” ucapku lalu mendorong


fina.

“ haha, bercanda kali. Dianggap serius saja.” ucap fina. “eh


udah pulang nih, yuk balik” lanjut nya.

Aku pun merapihkan buku ku yang berserakan di meja lalu


bergegas pulang.

Sesampainya di gerbang, aku pun berpisah dengan fina.


“ dadah fina, balik duluan ya!!” teriakku lalu menaiki ojek ku
yang sudah sampai.

“ iya dadah” ucap fina sambil melambaikan tangan.

▫▫▫

‘aduh capek sekali’ keluhku dalam hati begitu sampai


dirumah ku.

Setelah sampai di kamar, aku berganti baju lalu tiduran.

Tringtinggg

Ponsel ku berbunyi. Ada notif rupanya. Segera saja aku buka.

Betapa terkejutnya aku,

Rasya

P 16.00

Lo yang tadi pagi manjat kan? 16.00

Aku begitu terkejut ketika melihat hp ku. ‘ dari mana dia


dapat nomor ku?’ batin chair.

Aku pun membalas,

Chira Al F

16.01 Iyaa kenapa?


Rasya

Ga kok, gapapa. 16.01

Aku pun tidak membalas lagi. ‘aneh, darimana dia dapat


nomor ku ya? Padahal kita baru saja bertemu.’pertanyaan
itu terus berputar di kepala ku.

Karena aku penasaran, aku membuka info kontaknya. Aku


terkejut saat melihat info statusnya.

Tertera nama‘Dyah A,14’

‘oh, sudah punya kekasih rupanya.’begitu fikirku ketika


melihat statusnya. Lalu dia mengirimkan pesan lagi.

Rasya

Lo kelas berapa memangnya? 16.10

‘ ada apa ya dengan cowo ini, dia kan sudah punya pacar.’
fikirku. Ah sudah lah tidak apa-apa, mungkin dia ingin
berteman.

Chira Al F

16.10 Gue kelas 10 IPS 6

Rasya

Oh kalo gitu salam kenal, gue kelas 10 IPS 3 16.10


Lalu aku sudah tak membalas pesanya, untuk apa aku
membalasnya? Dia sudah milik orang, nanti yang terjadi
malah salah faham.

Segera saja aku tidur.

▫▫▫▫

KEDUA.

Jangan salahkan waktu ketika sebuah pertemuan itu


menjadikan kalian dekat.

Saat ini, aku sedang melaksanakan ujian tengah semester.


Aku di ruangan 12. Ruanganku sekelas dengan kakak kelas
12. Di ruangan ini untungnya aku satu ruangan dengan fina.
Fina duduk tidak jauh dari tempatku. Nama c ke f tidak jauh
bukan?.

“ eh chair pengawas kita siapa ya?” tanya fina.

Aku menggelengkan kepala, “ mana aku tau fin. Apalagi aku


anak baru tidak hafal guru-guru yang ada di sini.” ucapku.

“ oh iya ya, aku lupa.”

Belum lama fina berbicara, pengawas sudah memasuki


ruangan kami.

Kami pun lalu duduk di bangku masing-masing. Begitu aku


menoleh, ternyata aku duduk dengan seorang laki-laki.
Mukanya tidak asing menurutku, “seperti pernah lihat
sebelumnya, tetapi siapa ya?” batin ku.

Ah, mungkin perasaanku saja. Aku pun bergegas


mengerjakan soal.

Setelah 90 menit mengerjakan soal, bel pun berbunyi.

“KRINGGKRING, jam ujian sudah selesai.”

Langsung saja aku bergegas merapihkan papan ujianku. Tiba-


tiba

“ bagi duit dong” ucap seseorang yang tidak asing suaranya


yang tidak jauh dari posisi ku.

Aku pun menoleh, ‘ loh kok ada dia, ngapain dia disini?’
fikirku.
Lalu laki-laki yang disampingku tadi memberikan uang ke
rasya. Aku yang melihatnya hanya diam.

Sesaat sebelum rasya pergi, dia sempat menoleh ke arahku,


lalu memperhatikan wajahku lekat-lekat. Aku yang
mengetahui hal itu, lekas membuang muka dan pura-pura
tidak tau. Dan akhirnya rasya pun pergi.

‘ ada apa ya rasya menatapku seperti itu? Aneh’ fikirku.

Lalu aku pun bergegas pulang.

▫▫▫
Sudah dua hari, aku melaksanakan ujian. Sudah dua hari
pula rasya selalu meminta uang kepada laki-laki yang ada
disampingku.

‘sebenarnya siapa laki-laki yang di sampingku ini?’ fikirku


setiap saat. Aku pun penasaran. Hingga akhirnya aku berniat
mencari tau, siapa lelaki ini.

Tidak lama, yang sedang difikirkan pun datang. Aku pun


berniat untuk mendengar pembicaraan mereka.

“ eh bagi uang dong”ucap rasya ke laki-laki itu.

“ apa sih uang mulu.” jawab laki-laki itu.

Aku yang berada tidak jauh dari tempat mereka berbincang,


hanya fokus mendengarkan.
“ lu nanti langsung pulang kan?” tanya rasya.

Laki-laki itu hanya mengangguk, “iya ntar gue balik. Ada


apa memang? Tumben lu nanya.”

“ iya itu si mamah nitip rujak katanya. Tadi pc lu gak


dibales”ucap rasya.

Aku yang mendengar hal itu, sontak terkejut. “wah


ternyata selama ini laki-laki itu adalah kakak nya rasya
pantas saja muka nya seperti tak asing” ujarku dalam hati.

“ iya yaudah nanti gue beli buat mamah.” jawab laki-laki


yang bernota bene kakaknya rasya.

“ yaudah, gue balik duluan.” ucap rasya.

Aku pun panik, karena tiba-tiba rasya keluar kelas dan


mendapati ku sedang berdiri.

Dia menatapku aneh, “ lo ngapain disini?”tanya nya.

Aku merasa panik, tapi berusaha untuk tidak gelagapan. “


hah, enggak tadi barang gue ketinggalan” ucapku.

Sesaat dia pun terdiam. Tiba-tiba,

“lo gak pulang?”tanya nya dengan nada santai.

Aku menjawab, “ ini gue mau pulang.”

“ naik apa? Memang rumah lo dimana?” tanya nya lagi.


“ baru mau mesen ojek online, rumah gue di jalan
cendrawasih 3.”jawabku.

“oh searah sama rumah gue dong, mau gue anterin


gak?”tanya rasya.

Aku pun sempat terdiam sebentar.

“eee gak usah deh, gue naik ojol aja”jawabku.

Dia pun mengangguk, “ yaudah gue balik duluan ya.”lalu


dia pergi meninggalkan.

setelah menaiki ojol dan sampai dirumah, aku pun bergegas


berganti baju.

Tringgtingg

Ponselku berbunyi,segera saja ku buka. Lalu terdapat pesan


dari rasya.

Rasya

Mau ikut gue gak ke cafe? Ngerjain kisi-kisi bareng, sekalian


ajarin gue mtk,gua denger-denger lu kan jago tu. 16.30

Aku berfikir keras untuk menerima tawaran rasya atau tidak.


Tapi saat ini aku berada sendirian di rumah, bagaimana
kalau aku menerima saja tawaranya. Tetapi, bagaimana jika
kekasih nya tau jika rasya bersama ku?
Ah, tidak usah kali.

Aku pun memikirkan lagi sambil melihat info kontak rasya.

Begitu terkejut aku ketika melihat nama yang kemarin


tertera di status, kini sudah menghilang.

“ wah mengapa sudah tidak ada? Apa mereka sudah


putus” fikirku.

Lalu ketika sedang memikirkan hal itu, rasya kembali


mengirimkan pesan.

Rasya

Bagaimana chair, mau tidak? 16.15

Aku yang tadi nya sempat ragu, akhirnya memutuskan untuk


menerima ajakanya. Karena ku fikir dia sudah tidak bersama
kekasihnya, jadi tidak akan ada yang marah.

Chira A F

16.15 Yasudah, aku ikut.

▫▫▫

Sesampainya di cafe. Pelayan pun datang menghampiri kita.

“ ini silahkan menu nya.” ucap pelayan sambil memberi


menu.
Aku dan rasya pun akhirnya memesan makanan. Setelah
makanan kami sampai, rasya memulai pembicaraan. Sambil
memakan kentang goreng yang berada di atas meja.

“ ayo chair ajarin gue matematika, gue bodoh pelajaran


itu.” ucapnya dengan mulut yang penuh dengan makanan.

Aku pun tertawa mendengar ucapan rasya. Rasya pun


terheran melihat ku tertawa.

“kenapa tertawa, memang apanya yang lucu?”ujar rasya


dengan heran.

“Haa tidak ada ko” ucapku dengan senyum mengeledek.

Setelah menyelesaikan tugas kami pun mendengarkan


alunan musik yang berada di cafe itu,

Hampa kesal, dan amarah seluruhnya ada di benakku.

Tandai seketika, hati yang tak terbalas

Oleh cintamuu

Ku ingin marah.

“ya marah aja” tiba-tiba rasya menyahuti alunan lagu itu.

Aku yang melihatnya heran, “ ada apa?”

Rasya menoleh, “iya nih gue pengen marah” jawabnya.

Aku bingung, “ marah ke siapa?”


Lalu rasya bercerita bahwa dia sedang kesal dengan
kekasihnya, rasya bercerita hubunganya sedang renggang
belakangan ini, bahkan sudah diambang perpisahan.

Aku yang mendengarnya lalu berniat menasehatinya,

“ sebaiknya kamu perbaiki dulu, jangan mudah menyerah


dengan keadaan.”

Rasya menggeleng, “ enggak, udah berkali-kali seperti ini


terus. Gue capek chai. Gak tau harus menghadapi nya
seperti apa lagi.” ucapnya dengan muka pasrah.

Aku langsung melihat jam di ponselku. Sudah jam 11


rupanya.

“ sya, udah jam segini, maaf sekali aku harus pulang”

Rasya pun menoleh dan berkata, “ ya sudah, ayo pulang.”

Sesampainya dirumah, rasya pun pamit untuk pulang.

“ makasih ya chai, lo udah mau nemenin dan ngajarin gue


tadi. Maaf banget ganggu waktu lo”ucapnya sambil
memakai helm.

“gak apa-apa ko sya, gue seneng bisa bantu lo”ucapku.

“ semangat ya chai untuk besok ulangan


terakhirnya”ucapnya dengan diakhiri senyuman. “ gue
balik dulu, assalamualaikum”lanjut rasya lalu dia
menjalankan motornya.

▫▫▫

TIGA.

Ujian pun telah usai. Aku sudah tidak bertemu rasya lagi
tetapi aku selalu berkomunikasi dengan nya, dia selalu
membuat ponsel ku berwarna karena lulucon nya.

*KRING KRING*

Ponsel ku bergetar aku diam saja karena menurutku masih


jam 5 akhirnya ponselku tak bersuara lagi dengan setengah
sadar aku pun mengambil ponselku, “ ternyata telefon dari
rasya”ucapku dalam hati sambil mengucak mata.

Rasya

Selamat pagi chair, berangkat sekolah sama siapa? 05.12


Chira A F

05.13 Berangkat sama ayah.

Rasya

Sama gue aja yuk? 05.14

Chira AF

05.15 Ga deh sya gua sama ayah aja.

Rasya

Oh yasudah, hati hati di jalan yak 05.15

Yaap aku selalu di tawari untuk berangkat bareng dengannya


tapi selalu aku tolak.

17 SEPTEMBER 2018

Rasya

Hai gendut, lagi apa? 18.18

Chira A F

18.19 Gua ga gendut ish!

Rasya

Iya iya lo ga gendut, lagi apa nih? 18.19


Chira A F

18.20 Lagi tiduran aja.

Rasya

Gue mau ngomong boleh ga? 18.21

Chira A F

18.22 Boleh ko, ngomong apa?

Rasya

Guee sebenernya dari awal kita di cafe gue tertarik sama


lo,jujur gua sayang sama lo, lo mau ga jadi pacar gue? 18.23

Aku pun terkejut melihat pesan rasya yang seperti itu aku
hanya terdiam di story chat tersebut. Karena perasaan ku
tak tertarik dengan dia aku pun menganggap dia sperti
teman laki laki biasa yang ku kenal.

Rasya

Chair? Ko lo gak bales? Kenapa lo ga mau ya? 18.30

Saat ku memikirkan aku balas sperti apa, Tiba tiba rasya pun
pc ku lagi aku tambah kebingungan. Akhirnya aku langsung
mengalihkan pembicaraan rasya.
Chira A F

18.31 Kemarin futsal nya menang ga?

Rasya

Hmm dialihin nih, yaudah gapapa deh chaii :) 18.32

Rasya

Alhamdulillah menang guee 18.32

Chira A F

18.33 Alhamdulillah

Rasya

Besok nonton futsal yuk di ans? 18.34

Chira A F

18.35 Oh lo main futsal ? gue ga bisa dateng deh kayanya

Rasya

Iya gua main futsal, kenapa ga bisa dateng? 18.36

Chira A F

18.36 malu gue, gue pasti di sana sendirian

Rasya
Kan ada gue, gue temenin lu nanti gua main babak pertama
doang deh. 18.38

Rasya

Ayoo chaiir pliss ikut ayo nonton 18.39

Chira A F

19.00 Iya besok aja liat deh

Chira A F

19.00 emang jam berapa sya?

Rasya

Jam 4 sore, dateng yak gue tunggu lo awas aja kalo ga


dateng 19.02

Chira A F

19.03 Dasar maksa wo! Gue mau ngerjain pr sosiologi dulu


yak, bai sya!

Rasya

Oke tuan putri, semangat belajarnya princces 19.03

*TRINGGGGG*
Alarm ku bergetar aku pun terkaget saat melihat jendela
begitu bercaya aku pun berteriak “ mampus gua
kesiangan” aku pun langsung beranjak dari tempat tidur
dan berlari untuk bergegas mandi.

“MAHHH”

“MAMAH”

“UANG SAKU KU MANA?”ucapku berteriak sambil


memakai sepatu.

“Nih uang nya”ucap mamah sambil mengasih uang dan


bekel.

“makanya kalo tidur jangan malem malem”ujar mamah.

“ aku tuh tadi malem abis ngerjain pr tau”ucapku

Aku melihat jamtangan yang menempel di pergelangan


sudah pukul 6.55 “yaudah mah aku berangkat dulu ya”
ucapku sambil terburu buru.

“ Ayah ayo berangkat, pasti telat ini” ucapku

Ayah pun langsung menyalakan motor dan bergegas


berangkat. “mahh aku berangkat”ujar ayah ku.

“iya hati hati yakk”ucap mamah ku sambil melambaikan


tangan nya.
Aku berangkat dengan ayahku sperti biasa akan tetapi ini
berbeda di jalan ternyata ban ayah ku bocor.

“Yah kenapa berhenti” tanyaku dengan heran.

“ Iya ban nya bocor chair, kamu naik angkot saja sana nanti
terlambat kalau nunggu ayah” ucap ayah.

“Baiklah yah aku naik angkot”ucap ku dengan gelisah


karena “5 menit lagi ditutup gerbangnya gimana
nih”ucapku dalam hati.

“ Bang stopp bang”ayah ku memberhentikan angkotan


umum. “Udah ga usah salim chair, hati hati di jalan nak”
ujar ayah ku.

“chair berangkat ya yah”ucapku tergesa gesa.

Sesampai nya di sekolahan betul saja guru piket sudah


berjaga di depan gerbang untuk menunggu anak anak yang
telat.

“Chair kamu telat”ucap bu siti guru piket pada hari jumat.

“Iya bu”ucapku dengan nada pasrah, sambil memandangi


anak anak yang berjejer baris dengan rapih.

“mampus gada temen seangkatan gue lagi, ini kaka kelas


semua, gimana dong” ucapku dalam hati.
“Kamu catat ya nama lengkap kamu lalu ke perpustakaan
bantuin ka nia beresin buku”ucap bu siti sambil memberiku
kertas dan pulpen.

“Nih bu udah” ucapku

“Yasudah kamu langsung ke perpustakaan yak, nanti kamu


tanya ka nia”

Aku pun bergegas ke perpusatkaan dengan anak-anak yang


telat. Setibanya di sana aku menyelesaikan tugas yang ka nia
beri pada anak anak yang terlambat.

“Akhirnya tugas ku sudah selesai” ucapku dengan lelah


lalu aku bergegas ke kelas sendirian dengan wajah ku yang
berkeringat sehabis membawa buku dari ruang pkg ke
perpustakaan yang jarak nya cukup jauh.

Setibanya di kelas suasana di kelas cukup ramai ternyata


anak anak kelas sedang membicarakan futsal pada nanti
sore.

“chair lu telat ya?” tanya fina.

“Iya fin gua telat, untung gua ga di pulangin fin” ucapku


sambil menurunkan bangku.

“Nanti sore nonton futsal yu?”

“Yah ga bisa gue, gue lagi pms hari pertama sakit banget”

“Kenapa si lo gamau, ayo temenin gue nonton”


“Yaudah nanti gua pikir pikir lagi”

“Jangan kelamaan mikirnya”ucap fina sambil menyenggol


bahu ku

Bel pun berbunyi Jam istirahat tiba.

“Ayuk chair kita ke kantin, gue lupa bawa bekel” ucap fina
dengan menarik tangan ku.

“Sebentar fin, gue rapihin buku gue dulu” ucap ku dengan


aga kesal.

Aku pun dan rasya pergi ke kantin dan sesampainya di


kantin. Aku memesan mie ayam.

“Duduk di sini aja chair” ucap fina

“Oh yasudah” ucap ku

“Pesen mie ayam sana, gue yang nungguin tempat duduk


nya” ucap fina

“Oke, lu kaya biasa? Ga make sawi kan?” ucap ku sambil


berdiri.

“Betul sekalihh, sudah sana gih yang lama ya”ucap fina


dengan konyol.

Aku pun berjalan ke budeh mie ayam dan memesan pesanan


aku dan fina, aku menunggu mie ayam itu siap karena kalau
aku balik lagi pasti cape karena lumayan cukup jauh tempat
meja ku duduk dengan tempat mie ayam tersebut. Setelah
mie ayam itu jadi aku pun berjalan ke tempat duduk ku,
sangat terkejutnya aku melihat rasya yang duduk di samping
fina yang sedang berbincang.

“Eh udah jadi mie ayam nya nih, asikk sini chaii gue udah
laper banget” ucap fina.

Tiba tiba rasya berdiri dari bangku yang ia dudukki dan pergi.

“Fin gua ke kelas dulu ya” ucap rasya dengan muka yang
cuek.

Aku sangat terkejut melihat rasya yang berbeda dengan


yang ku kenal.

“biasanya dia menyapa ku mengapa dia berubah seperti ini


, biasanya juga pagi pagi sudah ke kelas ku tapi ko tadi ga ke
kelas ya ada apa denga rasya?” Tanya ku dalam hati.

“Woi chaii bengong aja lo”ucap fina dengan menepuk


tangan ku.

“Iya ada apa fin?” ucapku dengan terkejut.

“Oiiya tadi rasya ngobrol apan sama lo?”ucap ku

“Ko tiba tiba nanyain rasya nih? Ada apan nih?” ucap fina

“Baru dateng dia, terus ada lo langsung balik” ucap fina


sambil melihat ke arah lain.
“Oh, dia beda deh fin sama gue , lo paham kan biasanya dia
kaya gimana ke gue, hari ini beda banget dia ke gue , cuek
banget dia ada apa ya fin?” tanya ku

“Loh tanya gue? udah ayo kita makan dulu”ucap fina yang
mengalihkan pembicaraan tentang rasya.

Aku sangat bingung mengapa fina megalihkan pembicaraan


itu, yasudah lah biarkan saja makan dulu deh dari pada
mikirin rasya dalam hati ku.

Saat ini pukul satu siang.

Tiba tiba bel pulang berbunyi * KRINGG KRINGG *

Semua anak anak bergegas pulang dengan cepat dan


berlarian dengan gembira.

“fin ada apa ko pulang cepet sih?” ucapku sambil


memasukan buku ke tas.

“katanya sih guru ada rapat, makanya anak anak dipulangin


dengan cepat” ucap fina.

Aku dengan fina pulang bareng, fina main di rumah ku entah


sangat tumben sekali fina ke rumah ku biasanya dia main
bersama pacarnya. Apa mungkin fina kerumah ku di suruh
rasya ? untuk membujuk ku agar bisa nonton futsal kali ya.

“sana gih chair siap-siap”suruh fina.

Aku bingung. “ siap-siap kemana fin?”

“ kita jalan-jalan. Temenin aku nyari baju” ujarnya

Aku pun bersiap siap mandi dan berganti baju. Setelah


rapih, aku dan fina pun berangkat.

“Fin kok kesini sih?” tanyaku heran tiba-tiba kami sampai


di futsal.

“ katanya mau nyari baju”ujarku hanya dijawab tawa oleh


fina.

“Sebenarnya gue mau ngajak lo ke futsal chair


hehe”ujarnya tertawa.

“Ihh tuh kan benar dugaanku”

“Udah udah ayok masuk aja”lalu kami pun masuk.

Saat sedang berjalan memasuki futsal, rasya yang sedang


bermain futsal kian tersadar lalu menatapku. Tapi hal itu
tidak berlangsung lama, dia langsung membuang mukanya
setelah itu.
Aku dan fina pun duduk dan menonton futsal. Tidak lama
rasya keluar dari dalam lapangan. Lalu bergegas merapihkan
dirinya ke kamar mandi.

“Eh itu tadi rasya kemana?” tanya fina.

Aku hanya menggeleng “ ih tidak tau aku, kayanya ke


kamar man---”

“ Kenapa? Ngomongin gue ya?”ucap rasya

Sontak suara orang yang aku sedang bicarakan itu


membuatku malu setengah mati. ‘haduh lagi ngomongin
dia lagi’

“ Tidak, lagi ngomongin fina ini”aku beralibi. Lalu rasya


hanya menertawaiku.

“ Udah sih gue juga tau lo ngomongin gue” ucapnya


sambil duduk di sebelahku.

Aku hanya diam menahan malu. Anak-anak futsal pun


selesai bermain lalu mereka keluar. Akhirnya disekelilingku
sangat ramai.

Tiba-tiba hal tak terduga terjadi,rasya memegang tanganku


lalu menatapku lekat. Aku sangat terkejut dengan sikap dia
yang tiba-tiba ini.

“ Eh kenapa? Ada apa megang tangan?”tanyaku heran


dengan sikapnya yang tiba-tiba ini.
Dia tertawa kecil, lalu semakin lekat menatapku. “ lo mau
tidak chair jadi pacar gue?”

Deg. Aku sangat terkejut. Tidak menyangka dia akan begini.


Belum aku selesai berfikir,

“ Ini bunga sama coklat buat lo, sekali lagi gue tanya, mau
gak jadi pacar gue chair?”tanyanya lagi lalu memberikan ku
sebucket bunga mawar dengan coklat berpita.

Sontak hal ini membuat orang disekitar kami


memperhatikan kami, “ Cieee, ciee, udah terima aja”kata-
kata itu diucap berulang kali oleh orang disekitar kami.

Aku hanya diam menahan malu, aku yakin pasti saat ini
pipiku memerah.

“Gimana chair mau gak?”tanya nya ke sekian kali sambil


menatap mataku lekat.

‘aduh, terima gak yaa, udah terima aja deh malu banyak
orang’ujarku dalam hati.

Aku pun mengangguk, “ Iyaa gue mau”

Aku bisa melihat raut wajahnya sangat senang, sontak hal itu
membuat orang-orang disekitar kami riuh bertepuk
tangan dan teriak.
‘ tidak apa deh aku terima, daripada dia malu. Siapa tau
nantinya perasaanku muncul begitu terbiasa
denganya’fikirku meyakinkan diri sendiri.

▫▫▫

EMPAT.

Hari ini aku berangkat sekolah dengan rasya. Ya, berangkat


bareng untuk yang pertama kali.

Setelah bersiap-siap aku pun bergegas salim dan berangkat.


Begitu keluar rumah, sudah ada rasya rupanya. Dengan
motor vespa kuningnya, memakai jaket denimnya.

“Udah lama ya? Maaf ya” ujarku begitu menghampirinya.

Dia menoleh, “ Eh tidak kok cuma sejam nunggu disini”


ujarnya bercanda.

Aku pun tertawa, “ Yaudah yuk berangkat.”

Kami pun berangkat.


Sesampainya di sekolah, banyak orang memperhatikan kami.
Ya aku tau pasti aku dan rasya akan menjadi perbincangan
hangat.

Lalu saat kami berjalan menelusuri lapangan, aku melihat


mantanya rasya di ujung lapangan. Dia memperhatikan aku
sangat tajam dan sinis. Tatapan tidak suka saat melihat aku
dan rasya berjalan.

Aku hanya membiarkanya, tidak perduli akan hal itu. Lanjut


saja aku berjalan menuju kelas lalu belajar.

KRINGGGKRINGGG.

Jam istirahat berbunyi, aku dan fina lalu bergegas kekantin.

Sesampainya di kantin, aku jajan di pocus. Salah satu kantin


yang berada di sekolahku.

“ po beli donat” ujarku.

Sambil menunggu pesananku, tiba-tiba suara dari keramaian


terdengar dari segerombolan orang.

“ Eh itu, si chair sama rasya jadian kan ya?”

Aku yang mendengar hal itu, kian menunduk untuk


mendengarkan perbincangan mereka.

“ Iya itu kan chair yang belum lama pindah itu, pacaran sama
si rasya anak nakal itu?”
“Kok mau ya padahal chair kan kalem, sedangkan rasya
haduh nakalnya naudzubillah”

Aku yang mendengar hal itu terus menerus terdiam


mendegarkan. ‘Bodo deh di omongin apa juga’ fikirku.

Aku pun bergegas pergi setelah pesananku sampai. “


makasih pocus” ucapku lalu pergi.

Sesampainya dikelas lalu belajar.

▫▫▫

“ayok pulang” ucap rasya begitu ku sampai di parkiran.

“ ayok” lalu kami pun pulang.

Sesampainya dirumah aku tosan dengan ciri khas ku


denganya.

“ Makasih ya, maaf ngerepotin”

“ Tidak apa apa ko, aku suka kalo di repotin sama kamu”

Aku tertawa mendengar perkataanya.

“ Yaudah aku masuk ya sya” ujarku dijawab anggukan oleh


rasya. “iyaa yasudah aku pulang ya chair.”

“ iyaa hati hati ya sya”


Lalu rasya pun menjalankan motornya. Sesaat dia
menjalankan motornya lalu aku ingin masuk ke dalam
rumah.

“ chair!” sontak aku menoleh,

“i love you” ucapnya lalu dia tertawa.

▫▫▫

Saat ini aku kembali berangkat bersama rasya. Ya saat ini


aku sudah menjalin hubungan dengan rasya, sekiranya 3
minggu.

Ketika aku sudah rapih dan keluar rumah, aku melihat rasya
sedang berbincang dengan mamah ku. Kulihat mamah
sedang tertawa dengan rasya.

‘ ngomongin apa ya mereka?’ tanyaku dalam hati

“ eh udah ada tuh chairnya, udah gih berangkat.” ujar


mamah begitu melihatku datang.

Aku bertanya, “ tadi ngomongin apa sih ketawa-tawa?”

“ Engga tidak ada apa apa ko” ucap mamah sambil melirik
mata rasya. “ udah sana jalan nak rasya, hati-hati ya”

Kami pun salim dengan mamah lalu berangkat.

Di motor
“ ngomongin apa sih tadi sya sama mamah?” tanyaku sangat
penasaran.

Rasya menggeleng “ engga kok gak ngomong apa- apa”

“ ih serius gitu deh” aku memohon masih penasaran.

“enggak udah nanti tunggu aja, udah yuk udah sampe nih”
ujar rasya. Dan ternyata benar kami sudah sampai di
sekolahan.

Aku pun turun dari motor vestic nya itu. Tidak lama kami
turun, aku lihat ada mantanya rasya yang sudah berhari-hari
menatapku sinis. Ya, itu dyah. Mantanya yang dia putuskan
saat mendekatiku.

Tatapan mata dyah seakan mengibaratkan bahwa aku


perusak. Padahal jelas-jelas tidak. Aku dekat dengan rasya
begitu mereka renggang bahkan menuju selesai. Aku tatap
balik aja mata dyah, aku tidak peduli.

Begitu ku menatapnya dyah buang muka. ‘huh takut kali’


fikirku.

lalu kami berjalan ke kelas, lalu berpisah setelah melewati


tangga. Sesampainya dikelas, aku melihat fina yang sedang
mencatat sambil memakai earphone.

“DOR!!”
“astagfirullah!!!” sontak fina terkejut lalu mencari siapa
yang mengejutkanya. “ kaget weh chair” ucapnya begitu
melihatku.

Aku hanya tertawa, “ sengaja fin haahaha”lalu aku duduk.

“ eh fin” panggilku.

“hmmm” fina menoleh. “ kenapa chair?”

“ tadi kan gue bareng rasya ya. Begitu sampai di parkiran,


baru aja turun dari motor, gue ngeliat si dyah mantanya sinis
ke gue, lu tau dyah kan?” jelasku panjang lebar.

Fina mengangguk, “ iya tau, dia serius sinis sama lo chair?”

“ iyaa fin aneh kan ya”

Fina terlihat berfikir, “ dia cemburu kali sama lo, karena


sekarang lo yang pacaran sama rasya. Udah gitu ya rasya kan
terkenal kan, bawa vestik pula, siapa sih yang gak mau?”

Aku mengangguk setuju dengan ucapan fina. “ iyaa juga sih,


cuman kan gue aja pacaran sama rasya gak liat dari
motornya”

“ ya beda chai, mungkin dia masih belum ikhlas lu sama


rasya” ujar fina.

“ ah tau ah pusing mikirinya biarin aja gak peduli gue”


ucapku.
KRINGGGKRINGG

“ EH udah istirahat tuh chair kantin yuk?” ajak fina.

“ lagi males banget nih, duluan aja fin ntar aku nyusul” lalu
fina pun jalan sendiri ke kantin.

Saat aku sedang mendengarkan earphone, aku merasa ingin


buang air kecil, aku berusaha menahanya. Namun tidak
berhasil.

“ ah gak kuat kamar mandi aja” lalu aku bergegas ke kamar


mandi.

Sesampainya di kamar mandi, aku bertemu dengan dyah dan


teman-temanya. Aku lewati saja mereka semua. aku pun
segera buang air kecil tanpa memperdulikan mereka.

Setelah buang air kecil, “ huftt lega” ujarku. “udah ah mau


balik ke ke----”

Brukkk.

“ awww” ujarku meringis kesakitan. “ siapa sih yang


nabrak?”

Begitu ku menaikan pandangan, rupanya dyah yang


menabrakku. “ maaf ya gak sengaja” ucapnya namun
dengan muka yang sinis.
Aku yang melihatnya kesal, aku sinisin balik saja dia. Hingga
aku ingin berjalan. “pelakor” bisik dyah ke temanya. namun
aku bisa mendengarnya.

Aku bergegas mundur, “ apa kamu bilang? Ngomong sekali


lagi.”emosi ku memuncak, karena aku tidak seperti apa yang
dyah bilang.

Dyah menatapku remeh, “ pelakor“

Aku sudah emosi namun aku masih menahanya. “maaf ya


kalo ngatain orang pelakor liat dulu punya bukti atau tidak,
jelas-jelas rasya yang deketin aku duluan. Sedangkan pelakor
sendiri kan cewenya yang ngerebut. Kalo emang kamu
merasa iri karena gak bisa bareng rasya lagi, bilang ke
orangnya. Jangan begini. “ sontak ucapanku membuat dyah
diam.

Aku tau dia pasti berfikir. Aku memang begitu, membuat


orang berfikir melalui kata-kataku. Lembut namun menusuk.
Setelah itu aku pergi dari tempat itu.

Saat aku kembali ke kelas, sudah ada fina yang baru saja
kembali dari kantin.

“ lu kenapa chai? Kok muka lu kaya kesel gitu” tanya fina


begitu melihatku sampai.

“ gue tadi dilabrak fin sama dyah, dia kaya sinisin gua gitu”
jelasku.
“ ih demi apa sih gimana coba chair” akhirnya aku pun
menjelaskan panjang lebar ke fina.

Setelah itu tidak lama ada guru masuk kelas, kami pun
belajar.

▫▫▫

Saat ini sudah pulang sekolah, aku dan rasya sedang


berjalan-jalan mencari jajanan.

Aku sedari tadi diam saja, aku merasa tidak mood. Aku bisa
merasakan dari tadi rasya merasa gelisah, tetapi aku diam.

“ chair kamu kenapa? Dari tadi diam saja.” ujar rasya. Aku
yang mendengarnya hanya menutupi.

“ enggak ko gak ada apa apa” jawabku.

‘ tidak usah di kasih tau chair, biarin aja cukup masalah dyah
melabrakmu tadi hanya kamu yang tau’ ujarku dalam hati.

Aku berusaha menutupi permasalahan tersebut dengan


rasya dan aku pun mengalihkan pembicaraannya dengan
memikirkan aku harus beralibi apan nih serontak aku
mentap thaitea yang berada di ujung jalan sebelah kanan
aku pun serontak berteriak.

“ Syaa... itu ada thaitea beli dulu yu?” suruh ku.


“Dimana chaii?” tanya rasya.

“Itu di ujung loh di sebelah kanan” ucapku sambil menunjuk


thaitea yang ramai oleh pembeli.

“Rame banget chaii, seriusan lo mau itu? Tanya rasya.

“Iya gua lagi mau thaitea itu” ucap ku dengan ragu.

“Oke tuan putri” ucap rasya.

Aku dan rasya pun akhirnya membeli thaitea tersebut lalu


bergegas memesannya, setelah memesanya aku menunggu
nomer ku di panggil.

“321!!” ucap abang-abang thaitea.

Aku serontak berdiri “Ngapain kamu?” ucap rasya sambil


memegang tanganku sambil menatapku.

“Mau bayar lah” ucapku sambil alis ku aga menaik.

“Shutt... ga usah udah sana tunggu di motor aja, aku yang


bayar” ucap rasya sambil menodorong ku kearah keluar.

Ya begitulah rasya, dia selalu memarahi ku saat aku


membayar jajanan.

Bahkan pernah aku bertengkar di tukang jus untuk membeli


kan mamahku, sampai orang-orang yang berada di sekitar
memperhatikan ku dengan rasya.
Setelah membeli thaitea aku mencari jajannan yang lain
sambil menikmati jalanan bsd dengan vestic kuningnya.

▫▫▫

LIMA.

Hari ini adalah hari dimana tanggal jadian ku yang ke3


bulan. Rasya mengajak ku untuk pergi keluar aku dan
rasya pun pergih ke dufan karena sekarang hari liburan
akhir semester.

Rasya

Selamat pagi sayang, udah bangun belum? 04.15

Chira A F

04.16 Pagi juga bb, udah dong.


Rasya

Sholat subuh dulu sana 04.16

Chira A F

04.16 Okey.

Rasya

Kamu kalo udah rapih kabarin aku yak, biar aku


langsung otw rumah kamu. 04.17

Chira A F

04.17 Siap bos!

Aku berangkat tidak hanya dengan rasya, aku


berangkat dengan fina dan haykal. Haykal adalah pacar
barunya fina. Kita berkumpul di rumah rasya.

Aku sudah rapi aku pun bergegas menelfon rasya agar


rasya menjemput ku. Beberapa menit kemudian bel ku
berbunyi *TEEENGG*
“chair itu bel bunyi, rasya udah di depan kali” teriak
mamahku.

“iya mah bentar aku make kerudung dulu” ucap ku.

Mamah chair pun membuka kan pintu.

“Eh rasya ayoo sini masuk dulu” ucap mamahku.

“iya tante, chair nya mana ya?” tanya rasya.

“katanya sih lagi make kerudung” ujar mamahku.

Aku pun bergegas lari dari kamarku ke ruang tamu, lalu


mamah menyuruh aku dan rasya untuk sarapan
terlebih dahulu sebelum berangkat.

“chair sarapan dulu sini ajak rasya juga” teriak mamah


dari ruang makan.

“loh mah kalo fina sama haykal udah di rumah rasya


gimana” ucap ku sambil berjalan ke arah ruang makan.

“ya kamu pc dulu dong ke fina bilang ke dia kalo kamu


sama rasya sarapan dulu, nanti kalo kamu ga sarapan
ini siapa yang abisin mubazair ini makannan.” ucap
mamah.

“udah chair ayo sarapan dulu gapapa ko.” ucap rasya


yang tiba tiba berada di sampingku.

Anda mungkin juga menyukai