Sosok laki-laki dengan badan tegap dengan bahu yang lebar, paras yang tampan dan putih
dengan mata kuning dengan mata elang yang menatap tajam. Sosok yang ahli dalam semua
pelajaran termasuk bidang atletis. Begitulah cara mereka menggambarkan tentang diriku.
Tetapi aku merasa tidak seperti yang mereka bayangkan dan hidupku selalu terasa kurang.
Setiap pagi 20 menit sebelum kelas di mulai aku sudah sampai di kelas dan sesaat aku
membuka pintu sudah ada sosok yang menyebalkan menanti.
Dia adalah temanku, namanya Zakir Zaarifin. Di panggil Zakir atau si pemimpin besar
sebutannya di kalangan anak ekstrakurikuler di sekolah ini. Berbeda denganku yang pintar
dalam akademik dan olahraga. Berbanding terbalik denganku, Zakir hanya pintar dalam hal
non-akademik dan berhubungan dengan kepemimpinan dan sosial.
Alasan utama aku ingin berteman dengan Zakir karena kami berdua saling melengkapi
kekurangan. Itu membuatku terkadang tidak ragu memberikannya jawaban dan
membantunya. Renungku.
***
Bel sekolah berbunyi pertanda pelajaran pertama akan di mulai. Semuanya berjalan lancar
sampai istirahat pertama tiba.
“Hey Farhan ayo ke kantin, kali ini aku yang traktir.” Ajak Zakir
“Apa maksudnya ini? Apa kau habis di terima cewek?” Sahutku
“Apa yang kau bicarakan, mana mungkin orang sepertiku mendapatkan hal seperti itu.”
Jawab Zakir
“Yah akhirnya dia nyadar.” Ucapku dengan pelan.
“Hah?... jadi bagaimana mau ke kantin atau gak. Aku dah lapar ini.” Tanya Zakir kepada
Farhan
“Sebentar, aku mau masukin bukuku dulu.”
Pada akhirnya kami berjalan ke kantin membeli Mie instan goreng. Tapi di pertengahan
perjalanan menuju kelas aku menginjak sebuah kunci dengan gantungan. Entah mengapa
benda itu terlihat sangat berkilau di mataku saat pertama kali melihatnya. Sehingga tanpa
pikir panjang mengambilnya dan membawa ke kelas.
Karena iseng dan penasaran aku memasukkan kunci itu di lubang pintu kelas dan ternyata
bisa mengunci. Kemudian membukanya kembali dan meletakkan di dekat papan tulis
berharap petugas kebersihan menemukan.
Apa maksudnya? Kenapa suasananya berbeda begini? Perasaan ini berbeda seperti
merasakan kesepian yang hampa.
Kemudian pintu itu tertutup dengan keras. Dengan penasaran aku mendatangi dan
membukanya lalu yang kulihat hanya halaman depan UKS yang seperti pada umumnya.
Siswa berlalu lalang saat seperti istirahat.
“Apa tadi Zakir? Dia isengkah?.” Aku bertanya tanya kepada diriku sendiri.
Aku berjalan keluar dengan tubuh yang lemas dan memakai seragam SMA yang kusut.
Semuanya terlihat berjalan seperti biasa tapi ada yang menjanggal bagiku. Mata mereka
seolah tidak bernyawa. Maksud ku matanya seperti tatapan kekosongan. Apa yang terjadi
sebenarnya setelah aku tertidur pingsan.
***
Sesampainya di kelas aku menemukan teman temanku tanpa tidak berinteraksi. Pantes
suasananya terasa hening tidak seperti biasanya. Lalu kemudian seseorang datang dari
belakangku dan menepuk bahu.
“Hey, sedang apa? Kenapa wajahmu ketakutan begitu.”
“huhhh... ouh ternyata kau Zakir, bikin kaget aja.” Ucapku.
Kemudian aku tidak sengaja menatap matanya, rasanya aneh, seperti dia bukan Zakir yangku
kenal lalu dengan sedikit keberanian aku bertanya di mana Salwa.
“Salwa ada di mana Zakir?”
“Salwa di dalam.” Jawab Zakir.
Dengan sedikit keberanian lagi aku mendatangi dan bertanya di dekatnya. Walaupun sedikit
gugup karena Salwa adalah seseorang yangku sukai dan mungkin seseorang yangku kagumi
karena dia peringkat pertama murid terpintar di sekolah ini.
“Salwa apa yang terjadi?” tanyaku
“Apa maksudmu?” tanya Salwa.
“Kenapa semua orang diam?”
“Mungkin mereka lelah, lalu bagaimana dari perpustakaan bukannya kau mau meminjamkan
buku?”
“Apa maksudmu buku?” Kep perpustakaan? Aku baru saja pingsan dan tergelak di UKS.”
“Huh? Kau pingsan? Apa ada yang luka? Kenapa bisa pingsan.”
Apa maksudnya ini? Kenapa Salwa begitu perhatian Sekarang? Lalu ini bukan sifatnya
begitu juga dengan Zakir yang berisik, apa aku sedang bermimpi.
“Hey... Jawab aku”
“Heh Salwa kenapa kau mendekat? Tu-tunggu aku belum siap. Hey.”
Gawat apa yang terjadi dengan Salwa. Dia menimpaku dengan tubuhnya? Apa dia gila, dia
benar-benar gila sekarang. Tapi kenapa rasanya ngantuk begini?
***
“HUH!!!... apa tadi mimpi?... Huh baguslah kukira itu nyata. Rasanya menyeramkan jika itu
benar.”
Pada akhirnya aku berdua dengan sahabatku ini. Aku ingin bertanya banyak tapi ragu sampai
dia bertanya.
“Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Zakir.
“Entah, tapi aku merasa tidak pernah berpacaran dengan Salwa, lalu yangku ingat aku
pingsan gara-gara makan mie doang.” Jawabku dengan jujur.
“Mungkin kau lelah.” Jawab Zakir
“Mungkin.” Sahutku
“Ya sudah, sekarang makan lalu tidur dan beristirahat. Jangan banyak gerak.” Saran Zakir
“Heleh seorang yang jadwalnya banyak kek kau menasehati aku.” Sindir ku terhadap Zakir
“Ya gimana lagi ha-ha-ha. Ya sudahlah aku pergi sebelum pacarmu memarahiku.” Ucap
Zakir.
“Ya.”
Aku terbangun dengan alarm yangku pasang, lalu diriku melihat Smartphone dan kemudian
aku terkejut.
“APAAAAA‽ tidak mungkin, kenapa hari ini tanggal 12 Februari 2023, padahal semalam
baru tanggal 7 Februari. Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.”
***
Pada akhirnya menghabiskan waktu satu setengah jam terkena hukuman, padahal seharusnya
itu bukan kesalahan yang aku perbuat.
“Sayang, kamu lelah? Sini biar duduk dulu minum.” Tiba-tiba Salwa mendatangiku saat aku
di perbolehkan masuk setelah guru itu selesai.
“Ya mayan melelahkan.” Jawabku.
Tiba-tiba dia menekan kepalaku dan memangku kepalaku dengan elusan rambut yang
lembut.
“Tu-tunggu apa yang kau lakukan?.” Kagetku dan bertanya
“Huh? Ini kan sudah biasa. Apa mauku cium?” dia menggodaku dan mencium pipi ku.
Hal itu terus berlanjut seharian. Dia mengajakku makan, dia mengelus kepalaku, dia
memberikan genggaman tangan yang hangat dan bekal untukku. Sampai aku tersadar bahwa
dunia ini tidak begitu buruk juga dan aku tersadar tentang suatu hal.
Pada akhirnya aku terus mencari informasi melalui layar komputer Selasa 3 hari nonstop.
Dengan meminum minuman energi dan beberapa tambahan obat untuk membuat ku tetap
terjaga setiap hari. Sampai pada saat aku lelah di ambang batas.
“Huh? Apa ini surat?”
Ternyata surat itu dari Salwa. Aku terkejut. Dia memintaku untuk ke jembatan penghubung
dua gedung, aku tidak tau apa yang dia lakukan nanti tapi ini sudah cukup aneh buatku.
***
Kami berlari di antara lorong-lorong sepi setelah di tinggal siswa yang lainnya. Membuka
setiap ruangan dan mengecek setiap laci yang ada. Satu persatu kami cek dengan teliti dan
mengejar waktu yang telah di janjikan untuk menghindari masalah lain.
Tapi bukan itu yang menjadi masalah besar sekarang. Karena lelah berlari membuat tubuhku
mulai tidak kuat menerima itu semua dan mulai merasakan lemah dan ngantuk yang lebih
berat.
***
Seseorang datang dari tangga tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Ia perlahan datang
mendekat dan berdiri di depanku sembari berkata.
“Farhan kau butuh bantuan?”
“Haaah. Salwa ta-tapi bukannya kau sudah Pergi tadi.”
“Pergi? Awalnya Salwa berpikir begitu, tapi membantu kamu cepat pergi dari dunia ini maka
mungkin akan membalikkan jiwa Farhan yangku kenal.” Ucap Salwa
Pada akhirnya aku tidak bisa melarangnya karena itu ada benarnya dan memang hal dia dan
aku juga turut bertanggung jawab.
Semuanya berkumpul di titik Farhan yang duduk beristirahat dan terbaring lemas dan
ngantuk.
“Salwa, aku bersyukur bisa bersama dengan mu dan menjadi pacar mu untuk beberapa hari.”
“Salwa juga, walaupun Farhan yang Salwa kenal tidak ada tapi rasanya perasaan ini tetap
sama. Tapi bagaimana pun Salwa ingin kamu menjadi Farhan yang Salwa kenal.”
“Yah kamu benar Salwa.” Farhan menancap kan kunci itu ke gagang pintu.
“Kalau begitu bersama-sama mengunci... 1... 2...3... Kunci sekarang.” Ucap Zakir sembari
ikut menuntut kunci untuk diputar.
“Terimakasih kalian berdua—.”Salwa memeluk Farhan sesaat sebelum Farhan pingsan dan
tertidur. Semuanya gelap sampai ia terbangun di tengah pelajaran Bahasa Indonesia.
***
Bel istirahat berbunyi semua orang berebut keluar dari kelas. Tapi tidak Farhan.
“Hey Zakir kemari sebentar.” Panggil Farhan.
“Ya apa tumben manggil.” Jawab Zakir.
“Salwa sudah punya pacar atau belum.”
“Wow ada apa ini.” Goda Zakir
“Udah jawab aja.”
“Dari info yang ku dapat dia belum ada pacar.”
“Ternyata ini akhirnya.”
Farhan mengeluarkan air mata akan kesedihan yang telah kehilangan dunia yang ia impikan
dan beberapa saat dia mengingat detik detik sebelum ia pergi dari dunia itu.
“Hey kenapa kau nangis?” Tanya Zakir
“Huh ti-tidak barusan abu masuk ke mata jadinya perih.” Jawabku berusaha tetap tegar dan
beralasan
“Hm serah... ayo ke kantin.” Ucap Zakir
“Okey.”
Begitulah akhirnya. Teori yangku rumuskan sendiri ternyata berbuah hasil yang tidak ku
inginkan tapi bagaimana pun dengan begini aku kembali ke kehidupan normal ku. Mulai
sekarang aku akan berjuang keras menjadi diriku sendiri dan mengenal jati diriku yang
sebenarnya dan mulai menghargai hidup dan takdirku sekarang. Serta lebih menikmati
proses yang ada walaupun aku sempat terlena dengan impian yang cepat tercapai tanpa
sebuah proses.
-Tamat-
Biodata penulis
Hay, namaku Afif Rantisi Hasibuan, sering di panggil Afif. Murid SMA asal Medan yang
masih menduduki kelas 2 SMA. Lahir 11-09-2006 di kota Medan. Memiliki kemampuan
menulis cerita fantasi apapun dengan banyak genre. Karya tulis pertama yang dibukukan
adalah novel kvk Experimen yang baru di terbitkan akhir tahun 2022.