Anda di halaman 1dari 12

Monde différent

“Di-dimana benda itu.”


“Siall aku harus menemukannya. Waktuku hanya tinggal sedikit lagi.”

Orang-orang menyebutku manusia sempurna. Aneh tapi begitulah kenyataannya. Tapi


pernyataan itu selalu membuatku terganggu dan berusaha untuk mengenal diri sendiri apakah
sebutan itu layaknya kenyataan?

Sosok laki-laki dengan badan tegap dengan bahu yang lebar, paras yang tampan dan putih
dengan mata kuning dengan mata elang yang menatap tajam. Sosok yang ahli dalam semua
pelajaran termasuk bidang atletis. Begitulah cara mereka menggambarkan tentang diriku.
Tetapi aku merasa tidak seperti yang mereka bayangkan dan hidupku selalu terasa kurang.

Setiap pagi 20 menit sebelum kelas di mulai aku sudah sampai di kelas dan sesaat aku
membuka pintu sudah ada sosok yang menyebalkan menanti.

“Hey Farhan bagi Pekerjaan rumah Biologi please.” Ucap Zakir


“Huh, sebenarnya apa yang kau kerjakan di rumah.” Ucap diriku sembari mengeluarkan buku
dan memberinya.
“Hehehe, aku hanya melakukan yang ku suka.” Zakir mengeluarkan pernyataan.
“Hmmm... Ya sudah sana kerjakan.” Jawabku

Dia adalah temanku, namanya Zakir Zaarifin. Di panggil Zakir atau si pemimpin besar
sebutannya di kalangan anak ekstrakurikuler di sekolah ini. Berbeda denganku yang pintar
dalam akademik dan olahraga. Berbanding terbalik denganku, Zakir hanya pintar dalam hal
non-akademik dan berhubungan dengan kepemimpinan dan sosial.

Alasan utama aku ingin berteman dengan Zakir karena kami berdua saling melengkapi
kekurangan. Itu membuatku terkadang tidak ragu memberikannya jawaban dan
membantunya. Renungku.

***
Bel sekolah berbunyi pertanda pelajaran pertama akan di mulai. Semuanya berjalan lancar
sampai istirahat pertama tiba.

“Hey Farhan ayo ke kantin, kali ini aku yang traktir.” Ajak Zakir
“Apa maksudnya ini? Apa kau habis di terima cewek?” Sahutku
“Apa yang kau bicarakan, mana mungkin orang sepertiku mendapatkan hal seperti itu.”
Jawab Zakir
“Yah akhirnya dia nyadar.” Ucapku dengan pelan.
“Hah?... jadi bagaimana mau ke kantin atau gak. Aku dah lapar ini.” Tanya Zakir kepada
Farhan
“Sebentar, aku mau masukin bukuku dulu.”

Pada akhirnya kami berjalan ke kantin membeli Mie instan goreng. Tapi di pertengahan
perjalanan menuju kelas aku menginjak sebuah kunci dengan gantungan. Entah mengapa
benda itu terlihat sangat berkilau di mataku saat pertama kali melihatnya. Sehingga tanpa
pikir panjang mengambilnya dan membawa ke kelas.

Karena iseng dan penasaran aku memasukkan kunci itu di lubang pintu kelas dan ternyata
bisa mengunci. Kemudian membukanya kembali dan meletakkan di dekat papan tulis
berharap petugas kebersihan menemukan.

“Hey kau dapat apa tadi?” Tanya Zakir


“Maksud?” Tanyaku dengan heran
“Yang kau ambil di bawah kursi.” Jawab Zakir
“Ouh itu hanya sebuah gantungan dengan kunci.” Jawabku
“Ouuuuh.”
“Tapi ada yang aneh dari itu. Maksudku kenapa ada tulisan monde différent di benda itu.”
Tanyaku
“Hah apa itu?” Tanya Zakir
“Entah, kelihatannya itu bahasa prancis.” Jawab ku sembari memakan Mie menggunakan
sumpit.
Ke-kenapa kepalaku pusing. Tunggu ini aneh apa aku keracunan?. Renungku sesaat sebelum
pandangan ini menghitam.
***
“Huh?.” Aku terbangun di UKS dengan cahaya remang-remang.
“Ini di UKS?” ucapku, kemudian melihat kesegala arah lalu seseorang datang membuka
pintu.

“Siapa?” Tanya Farhan dengan nada rendah.


“Kurasa saatnya kau merasakan kehidupan yang baru.”

Apa maksudnya? Kenapa suasananya berbeda begini? Perasaan ini berbeda seperti
merasakan kesepian yang hampa.

Kemudian pintu itu tertutup dengan keras. Dengan penasaran aku mendatangi dan
membukanya lalu yang kulihat hanya halaman depan UKS yang seperti pada umumnya.
Siswa berlalu lalang saat seperti istirahat.
“Apa tadi Zakir? Dia isengkah?.” Aku bertanya tanya kepada diriku sendiri.

Aku berjalan keluar dengan tubuh yang lemas dan memakai seragam SMA yang kusut.
Semuanya terlihat berjalan seperti biasa tapi ada yang menjanggal bagiku. Mata mereka
seolah tidak bernyawa. Maksud ku matanya seperti tatapan kekosongan. Apa yang terjadi
sebenarnya setelah aku tertidur pingsan.

***

Sesampainya di kelas aku menemukan teman temanku tanpa tidak berinteraksi. Pantes
suasananya terasa hening tidak seperti biasanya. Lalu kemudian seseorang datang dari
belakangku dan menepuk bahu.
“Hey, sedang apa? Kenapa wajahmu ketakutan begitu.”
“huhhh... ouh ternyata kau Zakir, bikin kaget aja.” Ucapku.
Kemudian aku tidak sengaja menatap matanya, rasanya aneh, seperti dia bukan Zakir yangku
kenal lalu dengan sedikit keberanian aku bertanya di mana Salwa.
“Salwa ada di mana Zakir?”
“Salwa di dalam.” Jawab Zakir.
Dengan sedikit keberanian lagi aku mendatangi dan bertanya di dekatnya. Walaupun sedikit
gugup karena Salwa adalah seseorang yangku sukai dan mungkin seseorang yangku kagumi
karena dia peringkat pertama murid terpintar di sekolah ini.
“Salwa apa yang terjadi?” tanyaku
“Apa maksudmu?” tanya Salwa.
“Kenapa semua orang diam?”
“Mungkin mereka lelah, lalu bagaimana dari perpustakaan bukannya kau mau meminjamkan
buku?”
“Apa maksudmu buku?” Kep perpustakaan? Aku baru saja pingsan dan tergelak di UKS.”
“Huh? Kau pingsan? Apa ada yang luka? Kenapa bisa pingsan.”

Apa maksudnya ini? Kenapa Salwa begitu perhatian Sekarang? Lalu ini bukan sifatnya
begitu juga dengan Zakir yang berisik, apa aku sedang bermimpi.
“Hey... Jawab aku”
“Heh Salwa kenapa kau mendekat? Tu-tunggu aku belum siap. Hey.”
Gawat apa yang terjadi dengan Salwa. Dia menimpaku dengan tubuhnya? Apa dia gila, dia
benar-benar gila sekarang. Tapi kenapa rasanya ngantuk begini?

***

“HUH!!!... apa tadi mimpi?... Huh baguslah kukira itu nyata. Rasanya menyeramkan jika itu
benar.”

Tiba-tiba seseorang datang dan membuka pintu dengan pelan.


“Huh? Siapa di sana?”
“Kau kenapa Farhan? Ini aku, kek orang habis lihat setan saja.” Ucap Zakir yang memasuki
ruangan bersama Salwa.
“Eh sory aku habis mimpi buruk jadi ku kira itu orang lain. Btw kenapa Salwa ikut?”Tanyaku
“Huh apa-apaan pertanyaanmu itu?” jawab Zakir dengan heran.
“Huh?”
“Kau pingsan atau Amnesia otak. Dengar ya...” Zakir datang dan membisikkan di kupingku.
“Dia itu pacarmu, jangan lupakan itu.” Bisik Zakir
“Huh? Apa maksudmu, kau bercanda kan.” Kagetku
“Heh jangan keras-keras, kalau dia dengar kau melupakannya dia pasti bakal sakit hati.” Jelas
Zakir
Ti-tidak mungkin, apa ini mimpi di dalam mimpi? Atau bagaimana, kenapa tiba-tiba dia jadi
pacarku, aku yakin dia sedang prank, tapi Zakir orang yangku percaya ucapannya.

“Jadi bagaimana keadaanmu Sayang?” Tanya Salwa.


“Sayang?” Tanya kecilku
Ini benaran? Apa lebih baik aku ikut alurnya untuk mengetahui kebenaran.
“Sayang?” Tanya Salwa sekali lagi.
“Huh iya, aku baik-baik saja.” Jawabku dengan tergesa-gesa.
“syukurlah, kalau begitu ini makan bekal buatan Salwa, Salwa mau ke kelas lagi dan Zakir
cepat kembali jangan kau manfaatkan kesempatan ini untuk bolos.” Ucap Salwa
“Iya-iya, ya sudah sana.” Jawab Zakir.

Pada akhirnya aku berdua dengan sahabatku ini. Aku ingin bertanya banyak tapi ragu sampai
dia bertanya.
“Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Zakir.
“Entah, tapi aku merasa tidak pernah berpacaran dengan Salwa, lalu yangku ingat aku
pingsan gara-gara makan mie doang.” Jawabku dengan jujur.
“Mungkin kau lelah.” Jawab Zakir
“Mungkin.” Sahutku
“Ya sudah, sekarang makan lalu tidur dan beristirahat. Jangan banyak gerak.” Saran Zakir
“Heleh seorang yang jadwalnya banyak kek kau menasehati aku.” Sindir ku terhadap Zakir
“Ya gimana lagi ha-ha-ha. Ya sudahlah aku pergi sebelum pacarmu memarahiku.” Ucap
Zakir.
“Ya.”

Pada akhirnya aku tidak mendapatkan informasi apa pun. Ya sudahlah.


“Jadi ini rasanya di berikan bekal oleh pacar.”
Aku memakan bekal itu dan rasanya membuatku ingin menangis, rasanya begitu enak.
Sudah lama aku tidak memakan bekal buatan orang lain, apalagi orang yang ku cintai.

“Baiklah saatnya ke kelas... Huh? Sudah bel.”


Bel sekolah pertanda pulang sekolah. Pada akhirnya aku tidak mendapatkan ilmu apa pun
atau informasi hari ini. Untuk sementara aku akan melanjutkan sampai terungkap yang
sebenarnya.
***

Selasa 12 Februari 2023

Aku terbangun dengan alarm yangku pasang, lalu diriku melihat Smartphone dan kemudian
aku terkejut.
“APAAAAA‽ tidak mungkin, kenapa hari ini tanggal 12 Februari 2023, padahal semalam
baru tanggal 7 Februari. Apa yang sebenarnya terjadi kepadaku.”

***

“Selamat siang buk.” Ucap seluruh siswa di kelas.


“Hari ini kita akan belajar trigonometri.” Ucap guru matematika itu.
“Tu-tunggu matematika? Seharusnya hari ini Fisika.” Ucap kagetku dengan suara kecil
berbisik.
“Kenapa Farhan?” tanya ibu guru itu.
“Maaf buk saya salah bawa buku.” Jawabku.
“Kalau begitu kamu berdiri di luar selama pelajaran saya.” Perintah guru itu

Pada akhirnya menghabiskan waktu satu setengah jam terkena hukuman, padahal seharusnya
itu bukan kesalahan yang aku perbuat.
“Sayang, kamu lelah? Sini biar duduk dulu minum.” Tiba-tiba Salwa mendatangiku saat aku
di perbolehkan masuk setelah guru itu selesai.
“Ya mayan melelahkan.” Jawabku.
Tiba-tiba dia menekan kepalaku dan memangku kepalaku dengan elusan rambut yang
lembut.
“Tu-tunggu apa yang kau lakukan?.” Kagetku dan bertanya
“Huh? Ini kan sudah biasa. Apa mauku cium?” dia menggodaku dan mencium pipi ku.

Aku yang tidak tahan menolak dan pergi sedikit menjauh.


“Kenapa menjauh, apa gak suka sayang?” Tanya Salwa dengan heran
“A-aku suka tapi jangan tiba-tiba begitu Salwa.” Jawab Salwa.
“Huh?”

Hal itu terus berlanjut seharian. Dia mengajakku makan, dia mengelus kepalaku, dia
memberikan genggaman tangan yang hangat dan bekal untukku. Sampai aku tersadar bahwa
dunia ini tidak begitu buruk juga dan aku tersadar tentang suatu hal.

“Zakir, menurutmu aku bisa di percaya gak?” Tanyaku.


“Huh?... iya di percaya, dan sekarang langsung ke inti aja apa yang kau pikirkan sampai
seberat ini.” Tegas Zakir sembari menepuk dan memegang bahu Farhan.
“Aku sebenarnya bukan dari dunia ini, aku berasal dari dunia yang berbeda dan sebenarnya
aku tidak seharusnya di sini mendapatkan cinta dari Salwa.” Jelasku dengan nada rendah
“Begitu ya.” Tanggapan Zakir
“Kau percaya?” tanyaku
“Gak,” jawab Zakir dengan singkat
“Lah tadi katanya percaya.” Protesku dengan nada tinggi
“Hey dengarkan, bahkan ilmuan NASA tidak akan semudah itu percaya dengan teorimu. Tapi
entah mengapa apa yang kau katakan menjelaskan sifatmu akhir-akhir ini.” Jelas Zakir
dengan argumentnya.
“Berubah ya? Jadi aku begitu ketahuan sifat ku berbeda dari yang kalian kenal seharusnya.”
Sahut ku dengan nada rendah.
“Jadi bagaimana? Apa kau ada cara untuk balik ke dunia asal mu?” tanya Zakir.
“Ini hanya sebatas hipotesis. Tapi aku merasa sejak menemukan sebuah kunci dan
menguncinya kembali ke sebuah pintu dari situ lah keanehan di mulai.” Jelasku dengan
singkat
“Begitu ya, jadi jika melakukan yang sama untuk kedua kalinya maka seharusnya itu selesai.”
Argumen Farhan
“Tapi bagaimana caramu bisa berpindah dunia?” Tanya Farhan
“Tertidur. yah aku merasa begitu, walaupun hanya beberapa kali tapi aku menyadari
keanehan setiap aku terbangun dari tidur.” Jelas aku lagi dengan singkat
“Kalau begitu jika efeknya masih berlaku maka kunci itu seharusnya masih di sekolah ini.
Jadi tunggu apalagi ayo cari sekarang.” Sahut Zakir dan berdiri bersiap menyari kunci itu,
tapi sayangnya di tahan oleh Farhan.
“Tunggu, aku merasa aku ingin tinggal di dunia ini dengan Salwa dan kalian, ini hidup yang
ku inginkan, jadi biarkan aku untuk mengumpulkan informasi sebelum mengambil tujuan
akhir.” Jelasku sembari menahan tangan Farhan.
“Huh... Baiklah jangan paksakan dirimu, bagaimanapun manusia butuh tidur.”
“Ya aku tau, untuk sekarang kita rahasiakan tentang ini.” Mintaku kepada Farhan.
“Yah santai aku gak sebocor itu, lagian kalau cerita ke mereka pasti gak akan ada yang
percaya.”
***

Pada akhirnya aku terus mencari informasi melalui layar komputer Selasa 3 hari nonstop.
Dengan meminum minuman energi dan beberapa tambahan obat untuk membuat ku tetap
terjaga setiap hari. Sampai pada saat aku lelah di ambang batas.
“Huh? Apa ini surat?”
Ternyata surat itu dari Salwa. Aku terkejut. Dia memintaku untuk ke jembatan penghubung
dua gedung, aku tidak tau apa yang dia lakukan nanti tapi ini sudah cukup aneh buatku.

Pada akhirnya sepulang sekolah aku mengikuti perintahnya.


“Ada apa Salwa?” tanyaku melihat Salwa dari belakang tubuhnya.
“Kamu, bukan Farhan kan?” Tanya Salwa
Huh dia tau yang sebenarnya?
“Apa maksudmu?” Tanyaku
“Cara bicaramu, cara bersikap kepadaku, cara melangkahmu, matamu. Itu semua
memperlihatkan bahwa kamu buka Farhan yang ku kenal.” Tangan Salwa
“Kau bercanda kan Salwa. Ini aku jelas-jelas Farhan dengan tubuh yang sama.” Jelasku
dengan keras sembari menunjuk diri.
“Sudah cukup berbohong, sebenarnya kamu dari dunia yang berbeda kan dan tidak
seharusnya di sini.” Ucap Salwa sembari berbalik badan dengan air mata yang bercucuran
Aku terkejut, benar-benar terkejut tentang yang ku dengar.
“Bagaimana kau bisa tau?”tanyaku dengan serius
“Aku tidak sengaja mendengar percakapan kalian berdua.” Jawab Salwa.
“Begitu ya ku kira tidak akan ada yang mempercayainya.” Sahutku.
“Huh, sungguh aneh jika tidak mempercayai pacar sendiri.”, tegas Salwa
“Jadi sekarang sudah jelas, kalau begitu selamat tinggal.” Salwa pergi meninggalkan diriku
sendiri.
Ternyata begitu.”
“Hah, sejak kapan kau di situ Zakir.” Kaget ku
“Sejak kau menyapanya.” Jawab Zakir
“Itu dari awal bruh.”
“Jadi bagaimana apa dia memutusimu?” Tanya Zakir
“Mungkin seperti itu. Walaupun rasanya sedih tapi ini adalah faktanya.” Keluhku dengan
sedikit menghela nafas.
“Iya memang. Tapi ya sudahlah kita harus menyelesaikan misi kita hari ini.” Ucap Zakir
“Kau sudah dapat kuncinya?” Tanyaku
“Karena petugas kebersihan dan petugas keamanan teman aku jadi aku bisa minjam kunci
tapi kita hanya boleh mencari sampai jam 4 sore.”
“Dan sekarang jam 15.25. kau bercanda, waktu kita singkat banget. Cepat gerak.”

***

Kami berlari di antara lorong-lorong sepi setelah di tinggal siswa yang lainnya. Membuka
setiap ruangan dan mengecek setiap laci yang ada. Satu persatu kami cek dengan teliti dan
mengejar waktu yang telah di janjikan untuk menghindari masalah lain.

“Di-dimana benda itu.”


“Siall aku harus menemukannya. Waktu ku hanya tinggal sedikit lagi.” Ucap panik aku

Tapi bukan itu yang menjadi masalah besar sekarang. Karena lelah berlari membuat tubuhku
mulai tidak kuat menerima itu semua dan mulai merasakan lemah dan ngantuk yang lebih
berat.

“Kenapa berhenti woi.”Teriak Zakir dari jauh


“Kepala ku mulai terasa berat.”Jawab ku sembari menopang tubuh
“Cih, lebih baik kau duduk. Jangan sampai tertidur okey.”Perintah Zakir

***
Seseorang datang dari tangga tapi aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Ia perlahan datang
mendekat dan berdiri di depanku sembari berkata.
“Farhan kau butuh bantuan?”
“Haaah. Salwa ta-tapi bukannya kau sudah Pergi tadi.”
“Pergi? Awalnya Salwa berpikir begitu, tapi membantu kamu cepat pergi dari dunia ini maka
mungkin akan membalikkan jiwa Farhan yangku kenal.” Ucap Salwa

Pada akhirnya aku tidak bisa melarangnya karena itu ada benarnya dan memang hal dia dan
aku juga turut bertanggung jawab.

“SALWA MENEMUKANNYA.” Teriak Salwa sembari mengangkat tinggi-tinggi tangannya


yang memegang kunci itu.

Semuanya berkumpul di titik Farhan yang duduk beristirahat dan terbaring lemas dan
ngantuk.

“Farhan sisanya bagaimana?” Tanya Zakir


“Seharunya jika aku melakukan hal yang sama setelah menemukan maka semuanya akan ke
reset.” Jelasku
“kalau begitu ayo selagi kau masih sada—.”Ucap Zakir
“Tunggu sebentar.” Sahutku memotong pembicaraan
“Apa lagiii.” Kesal Zakir
“Aku belum tau apa yang terjadi setelah semua itu. Ada kemungkinan jika aku kembali ke
dunia yang tidakku inginkan itu.”
“....”
“Dengar Farhan, kamu itu harus memutuskan sekarang. Dirimu tidak akan kuat bertahan
lebih lama lagi. Jika kamu tertidur sekarang maka semuanya akan berubah kan?” ucap Salwa
“Ya benar.” Sahur Zakir
“kalau begitu lebih baik Farhan coba yang terbaik. Farhan harus yakin sama tujuan yang
Farhan inginkan. Farhan yang Salwa suka dulunya seperti itu. Jika saya Farhan tidak bisa
bersama Salwa seperti sekarang maka Farhan bisa berjuang lagi demi Salwa.” Salwa
berusaha membujuk dan menasehati
“....”
“Mungkin kamu benar. Aku akan mencobanya.” Ucapku dengan pasrah kepada nasib
Mereka memapah Farhan menuju Pintu kelas mereka yang saat ini sedang terbuka. Ini
merupakan tempat awal pemicu terjadi. Zakir menutup pintu kelas itu kembali lalu
menyerahkan kunci itu kepada Farhan. Farhan yang ragu kemudian di bimbing tangan Salwa
dengan Genggaman erat di atas tangan Farhan.

“Salwa, aku bersyukur bisa bersama dengan mu dan menjadi pacar mu untuk beberapa hari.”
“Salwa juga, walaupun Farhan yang Salwa kenal tidak ada tapi rasanya perasaan ini tetap
sama. Tapi bagaimana pun Salwa ingin kamu menjadi Farhan yang Salwa kenal.”
“Yah kamu benar Salwa.” Farhan menancap kan kunci itu ke gagang pintu.
“Kalau begitu bersama-sama mengunci... 1... 2...3... Kunci sekarang.” Ucap Zakir sembari
ikut menuntut kunci untuk diputar.
“Terimakasih kalian berdua—.”Salwa memeluk Farhan sesaat sebelum Farhan pingsan dan
tertidur. Semuanya gelap sampai ia terbangun di tengah pelajaran Bahasa Indonesia.

***

“Apa aku sudah kembali? Aku harus mengeceknya nanti?”

Bel istirahat berbunyi semua orang berebut keluar dari kelas. Tapi tidak Farhan.
“Hey Zakir kemari sebentar.” Panggil Farhan.
“Ya apa tumben manggil.” Jawab Zakir.
“Salwa sudah punya pacar atau belum.”
“Wow ada apa ini.” Goda Zakir
“Udah jawab aja.”
“Dari info yang ku dapat dia belum ada pacar.”
“Ternyata ini akhirnya.”
Farhan mengeluarkan air mata akan kesedihan yang telah kehilangan dunia yang ia impikan
dan beberapa saat dia mengingat detik detik sebelum ia pergi dari dunia itu.
“Hey kenapa kau nangis?” Tanya Zakir
“Huh ti-tidak barusan abu masuk ke mata jadinya perih.” Jawabku berusaha tetap tegar dan
beralasan
“Hm serah... ayo ke kantin.” Ucap Zakir
“Okey.”

Begitulah akhirnya. Teori yangku rumuskan sendiri ternyata berbuah hasil yang tidak ku
inginkan tapi bagaimana pun dengan begini aku kembali ke kehidupan normal ku. Mulai
sekarang aku akan berjuang keras menjadi diriku sendiri dan mengenal jati diriku yang
sebenarnya dan mulai menghargai hidup dan takdirku sekarang. Serta lebih menikmati
proses yang ada walaupun aku sempat terlena dengan impian yang cepat tercapai tanpa
sebuah proses.

-Tamat-

Biodata penulis

Hay, namaku Afif Rantisi Hasibuan, sering di panggil Afif. Murid SMA asal Medan yang
masih menduduki kelas 2 SMA. Lahir 11-09-2006 di kota Medan. Memiliki kemampuan
menulis cerita fantasi apapun dengan banyak genre. Karya tulis pertama yang dibukukan
adalah novel kvk Experimen yang baru di terbitkan akhir tahun 2022.

Anda mungkin juga menyukai