"Tolong aku".
Hah…
Orang di sebelah kiri adalah pria kurus berwajah culas dan orang di sebelah kanan adalah
orang yang memiliki bentuk fisik yang bagus tapi dengan kulit yang tidak terawat.
Tapi seketika aku melihat seragamnya itu adalah seragam dari SMA tempatku mengajar.
"Maaf anda bilang tadi mengatakan bahwa saya itu murid anda"
"Ok kalau begitu anda tau guru dari SMA saya yang tinggal di daerah sini?"
Aku coba mengingat-ngingat bahwa tidak ada guru lain yang tinggal di daerah dekat
rumahku
"Kurasa tidak ada, dan kalau boleh tau siapa nama gurumu itu?"
Dengan tangan gemetar dan wajah yang gugup ternyata itu adalah dompetku yang jatuh
entah dari mana.
"Terima kasih, ternyata kamu yang nemu dompet saya, dan kamu memunya dimana?"
"Sama-sama pak"
"Hah…"
"Sudah anggap saja kalau saya mau balas budi kepada kamu"
Saat kita duduk ada pelayan yang datang dan menanyakan pesanan
Aku pun menghela nafas karena dia dia bukan dari kelas yang aku ajar.
Beberapa saat hening dan diantara kita tidak ada yang bisa memulai topik.
Ahh… mungkin waktu rapotan kemarin aku menaruh disana dan lupa mengambilnya….
Ah… bodo amat lah sama sesuatu yang kayak gitu.
Tapi aku melihat ekspresi gelisah di wajahnya.Aku mengumpulkan keberanian dan bertanya
"Kamu kenapa?"
Bahwa dia akan dijodohkan oleh guru di sekolahnya. Yang membuat dia kesal adalah dia
akan bertunangan dengan orang dipilihkan oleh kedua orang tuanya. Tapi itu bisa dihindari
asalkan dia punya pacar dan memiliki prospek masa depan yang bagus
Kalau dipikir-dipikir lagi memang memangnya orang luar akan diizinkan untuk mencampuri
urusan keluarga tapi bagaimana kalau dia ditunangkan dengan salah satu guru yang
melakukan pelecehan seksual, ya walau sekedar rumor aku masih khawatir.
"Ok tapi syaratnya kamu gak boleh mempublish hubungan kita di sekolah"
"Hanya itu saja pak, terimakasih bapak"
Setelah selesai makan aku mengantarnya pulang, ketika aku sampai disana aku terkejut
dengan adanya mamaku di rumah nabila.
Ahh kurasa itu pertanyaan logis. Tapi disaat itu juga ada seorang ibu-ibu dengan ekspresi
yang cukup mengerikan.
"Nabila kemana aja kamu hari ini, biasanya kamu pulangnya gk kemaleman?"
Dengan nada yang sedikit menyesal lalu dia masuk kedalam rumahnya.
Suasana tiba-tiba berubah menjadi hening dan aku merasa seperti tersambar petir di siang
bolong
"enggak mama serius, mama itu sudah capek liat kamu berjuang dan mengalah terus,
sudah waktunya kamu punya kebahagian sendiri"
"mama pulang nya agak malam, kalau kamu pulang sekarang silahkan"
Tanpa sepatah kata pun aku pergi dengan sepeda motorku menuju rumah untuk istirahat
dan bersiap untuk besok pagi.