Anda di halaman 1dari 8

A.

Anjuran Menikah

Pernikahan merupakan sunnatullah yang berlaku bagi semua makhluk Allah Swt.


Islam sangat menganjurkan pernikahan, karena dengan pernikahan dapat melanjutkan
generasi penerus manusia. Walaupun masih merasa belum mampu untuk menikah
seperti kekurangan biaya, tetap dianjurkan untuk menikah karena dengan pernikahan
yang benar dan ikhlas, AllahSwt  akan melapangkan rezeki yang baik dan halal untuk
hidup berumah tangga.

B. Ketentuan Pernikahan

1. Pengertian Pernikahan
Menurut syariah nikah adalah akad yang menghalalkan pergaulan atara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-
masing.

2. Tujuan Pernikahan
a. Memenuhi tuntutan naluri manusia
b. Mendpatkan ketenangan hidup
c. Membentengi akhlak
d. Meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
e. Mendapatkan keturunan yang salih
f. Menegakkan rumah tangga yang islami

3. Hukum pernikahan 

a. Wajib
Orang yang telah mampu secara fisik, mental, ekonomi maupun akhlak dan memiliki
keinginan untuk menikah dan dikhawatirkan berbuat maksiat/zina.

b. Sunnah
Orang yang telah mampu tetapi tidak khawatir berbuat maksiat seperti zina.

c. Mubah
Orang yang mampu dan aman dari fitnah, dan menikah dengan tujuan untuk
bersenang-senang saja hukumnya mubah
d. Haram 
Orang yang yakin bahwa dirinya tidak mampu melaksanakan kewajiban pernikahan
baik ang berkaitan dengan hubungan seksual maupun kewajiban lainnya.

e. Makruh
Orang yang mampu menikah tetapi khawatir menyakiti, menzalimi hak-hak istri dan
buruknya pegaulan yang dimilikia atuapun tidak minat terhadap wanita.

4. Orang-orang yang tidak boleh dinikahi


Wanita yang haram dinikahi disebut mahram nikah.
Ada dua jeni mahram yaitu :

Mahram muabbad(mahram selamanya haram dinikahi)


Contoh : keturunan, satususuan, mertua perempuan, anak tiri(jika ibunya sudah
dicampuri), bekas menantu perempuan, dan bekas ibu iri.

Mahram gair muabbad 


Contoh : mahram sebab menghimpun dua perempuan yang statusnya bersaudara.

5. Rukun dan syarat pernikahan

a. Calon suami, syarat-syaratnya sebagai berikut:


1) Bukan mahram si wanita, calon suami bukan termasuk yang haram dinikahi karena
adanya hubungan nasab atau sepersusuan.
2) Orang yang dikehendaki, yakni adanya keridaan dari masing-masing pihak.
3) Mu’ayyan (beridentitas jelas), harus ada kepastian siapa identitas mempelai laki-
laki dengan menyebut nama atau sifatnya yang khusus.

b. Calon istri, syaratnya adalah:


1) Bukan mahram si laki-laki.
2) Tidak dalam masa iddah atau berstatus sebagai istri orang.

c. Wali, yaitu bapak kandung mempelai wanita, penerima wasiat atau kerabat
terdekat, dan seterusnya sesuai dengan urutan ashabah wanita tersebut, atau orang
bijak dari keluarga wanita, atau pemimpin setempat.

Syarat wali adalah:


1) orang yang dikehendaki.
2) laki-laki.
3) mahram si wanita.
4) balig.
5) berakal.
6) adil.
7) tidak terhalang wali lain.
8) tidak buta.
9) Islam.
10) merdeka.

d. Dua orang saksi


1) Berjumlah dua orang, bukan budak, bukan wanita, dan bukan
orang fasik.
2) Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi
kwalifikasi sebagai saksi.
3) Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa.

e. Ijab Kabul (sigah)


Syarat ijab kabul adalah:
1) Tidak tergantung dengan syarat lain.
2) Tidak terikat dengan waktu tertentu.
3) Boleh dengan bahasa asing.
4) Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh
dalam bentuk kinayah (sindiran), karena kinayah membutuhkan
niat sedang niat itu sesuatu yang abstrak.
5) Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijaha” dan
boleh didahulukan dari ijab.

6. Pernikahan yang tidak sah


a. Nikah Mut’ah/nikah kontrak : nikah yang dibatasi waktu tertentu
b. Nikah syighar : nikah dengan syarat barter tanpa memberi mahar.
c. Nikah muhalil : pernikahan seorang wanita yang ditalak 3 kali oleh suaminya haram
untuk dirujuk
d. Pernikahan orang yang ihram : dalam keadaan ihram umrah atau haji.
e. Pernikahan dalam masa iddah
f. Pernikahan tanpa wali
g. pernikahan dengan wanita kafir
f. Menikahi mahram.

C. UU Perkawinan 
Undang-undang yang megatur perkawinan adalah UU No. 1 Tahun 1974
Adapun pencatat pernikahan adalah Pegawai Pencatat Nikah (PPN)

D. Hak dan Kewajiban Suami Istri

1. Kewajiban timbal balik antara suami dan istri, yaitu sebagai berikut.

a. Saling menikmati hubungan fisik antara suami istri, termasuk hubungan seksual di
antara mereka.
b. Timbulnya hubungan mahram di antara mereka berdua.
c. Berlakunya hukum pewarisan antara keduanya.
d. Dihubungkannya nasab anak mereka dengan suami.
e. Berlangsungnya hubungan baik antara keduanya.
f. Menjaga penampilan lahiriah dalam rangka merawat keutuhan cinta dan kasih
sayang di antara keduanya.

2. Kewajiban suami terhadap istri

a. Memberi mahar.
b. Nafkah
c. Memimpin rumah tangga.
d. Membimbing dan mendidik.

3. Kewajiban Istri terhadap Suami

a. Taat kepada suami.


b. Menjaga diri dan kehormatan keluarga.
c. Merawat dan mendidik anak.

E. Hikmah Pernikahan

1. Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dalam
ikatan suci yang halal dan diridai Allah Swt.
2. Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan.
3. Terpeliharanya kehormatan suami istri dari perbuatan zina.
4. Terjalinnya kerja sama antara suami dan istri dalam mendidik anak dan menjaga
kehidupannya.
5. Terjalinnya silaturahim antarkeluarga besar pihak suami dan pihak istri.
1.Tujuan pernikahan sering diungkapkan dengan istilah sakinah mawadah warohmah,
maksud dari sakinah adalah….

2.Hukum menikah dapat berubah-ubah tergantung kepada niat dan tujuan menikah pelaku
nikah. seseorang menginginkan sekali punya anak dan tak mampu mengendalikan diri dari
berbuat zina, maka hukum nikahnya adalah…..

3.Bagi seseorang yang memiliki keinginan untuk menikah dan sudah mempunyai
kemampuan nafkah apabila tidak disegerakan menikah di khawatirkan terjerumus pada
perbuatan zina, maka baginya menikah hukumnya. . . .

4. Jika di dalam keluarga terdiri dari ayah tiri, ibu kandung, anak perempun, saudara laki-laki
ibu, dan saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki ayah tiri, maka yang berhak menjadi wali
pernikahan bagi anak perempuan tersebut adalah ….

Tata Cara Berwudhu – Wudhu adalah salah satu cara untuk menghilangkan hadast kecil. Pada
umumnya berwudhu dilakukan sebelum melaksanakan ibadah. Hal itu dilakukan karena ketika
ibadah diharuskan dalam keadaan suci dan bersih.
Perintah melakukan wudhu sebelum melaksanakan shalat tercantum pada surah Al-Maidah ayat
6, yang berbunyi.
‫وس ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْال َك ْعبَي ِ=ْن‬ ِ ِ‫صاَل ِة فَا ْغ ِسلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف‬
ِ ‫ق َوا ْم َسحُوا بِ ُر ُء‬ َّ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ال‬

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan usaplah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu
sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).

Syarat Sah Wudhu


Alangkah baiknya kita mengetahui syarat wudhu yang sah sesuai dengan hukum islam. Berikut
syarat sah wudhu.
1. Islam
2. Tidak berhadast besar
3. Menggunakan air yang suci dan menyucikan
4. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan sebagainya yang
melekat di atas kulit anggota wudhu.
5. Tamyiz atau dapat membedakan hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk.

Rukun Wudhu
1. Niat
Hendaklah berniat menghilangkan hadast atau sengaja berwudhu. Bacaan niat wudhu sebagai
berikut :

‫َر فَرْ ضًا هّٰلِل ِ تَ َعالَى‬


ِ ‫ث ْاالَصْ غ‬
ِ ‫ْت ْال ُوضُوْ َء لِ َر ْف ِع ْال َح َد‬
ُ ‫نَ َوي‬

2. Membasuh muka
Berdasarkan Surah Al-Maidah ayat 6 bahwa batas muka yang wajib dibasuh adalah dari tempat
tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dahu sebelah bawah; lintangnya dari
telinga ke telinga; seluruh bagian muka yang tersebut tadi wajib dilebihkan sedikit agar kita
yakin terbasuh semuanya. Menurut ahli fiqh, “sesuatu yang hanya dengan dia dapat
disempurakan yang wajib, maka hukumnya juga wajib.”

3. Membasuh dua tangan sampai ke siku


Maksud dari membasuh kedua tangan sampai ke siku adalah kita wajib membasuh tangan dari
ujung jari sampai ke siku.

4. Menyapu sebagian kepala


Walaupun hanya sebagian kecil, sebaiknya tidak kurang dari selebar ubun-ubun, baik yang
disapu itu kulit kepala atau rambut.

5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki.


Mencuci kaki kanan dan kiri mulai ujung jari kaki merata sampai mata kaki. Disunnahkan
sampai bawah lutut

6. Menertibkan rukun-rukun di atas.


Sunnah Ketika Berwudhu
1. Ketika berwudhu mendahulukan anggota badan bagian kanan daripada kiri. Rasulullah S.A.W
suka dengan anggota badan bagian kanan daripada anggota badan yang bagian kiri.

َ ‫ َوفِي َشْأنِ ِه ُكلِّ ِه َكانَ النَّبِ ُّي‬،‫ُور ِه‬


‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ ْع ِجبُهُ التَّيَ ُّمنُ فِي تَنَ ُّعلِ ِه‬ ِ ‫ َوطُه‬،‫َوت ََرجُّ لِ ِه‬

Artinya:

“Dari aisyah r.a. Ia berkata, “Rasulullah SAW, suka mendahulukan anggota kanan ketika
memakai sandal, bersisir, bersuci, dan dalam segala halnya.” (Hadist Riwayat Bukhari:163)
2. Membasuh setiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga kali, tangan tiga kali, dan
seterusnya.
3. Berturut-turut antara anggota. Maksud berturut-turut adalah sebelum kering anggota pertama,
anggota kedua sudah dibasuh, sebelum anggota kedua kering, anggota ketiga sudah dibasuh, dan
seterusnya.

4. Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa karena berhalangan,
misalnya sakit.

5. Tidak diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya dingin.

6. Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali ke badang.

7. Jangan berbicara ketika berwudhu, kecuali ada hajat.

8. Bersiwak (bersugi atau menggosok gigi) dengan benda yang kesat, selain bagi orang yang
berpuasa sesudah matahari terbenam. Disunahkan juga bersuci pada waktu-waktu tertentu, di
antaranya:
a. Ketika bau mulut berubah karena lapar atau lama diam dan sebagainya.
b. Ketika bangun dari tidur, sebab orang yang bangun dari tidur biasanya aroma mulutnya akan
berubah.
c. Ketika shalat.

9. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika berwudhu.

10. Membaca doa dan syahadat setelah selesai berwudhu.

Dalam memenuhi kebutuhan ilmu mengenai wudhu yang bersumber dari Al Qur’an, Hadits dan
kitab-kitab para ulama salaf, kamu dapat mempelajari buku Sempurnakah Wudhuku? Karena
Bersuci Pangkal Diterima Amal.

1. Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan sebanyak tiga kali
2. Berkumur-kumur sebanyak tiga kali
3. Memasukkan air ke lubang hidung sebanyak tiga kali
4. Membaca niat dan membasuh wajah sebanyak tiga kali
5. Mebasuh kedua tangan kanan dan kiri hingga siku sebanyak tiga kali
6. Membasuh kepala dan rambut sebanyak tiga kali
7. Membasuh kedua telinga luar dan dalam
8. Membasuh kaki kanan dan kiri hingga mata kaki
berikut ini adalah empat keutamaan membaca surat Al Mulk: 

1. Mencegah siksa kubur 

Mencegah siksa kubur dan dan penyelamat bagi mereka yang menghafal dan
membacanya pada malam sebelum tidur 

2. Dijauhkan dari api neraka

Kedua, surat ini akan datang pada Hari Kiamat dan menyampaikan siapa saja
para pemilik surat tersebut. Sehingga mereka akan masuk surga yang penuh
kebahagiaan dan dijauhkan dari siksa api Neraka.

3. Diganjar pahala berlipat

Ketiga, dengan rajin membaca Surat Al Mulk pada tiap malam, maka
mendatangkan banyak perbuatan baik dan pahala bagi orang yang
membacanya. Perbuatan baik ini kemudian dilipatgandakan hingga 10 kali
dan Allah SWT melipatgandakan bagi siapapun yang Dia kehendaki.

4. Syafaat di Hari Kiamat

Keempat, Surat Al Mulk akan menjadi syafaat atau penolong yang memohon
ampunan bagi orang yang rajin membacanya di Hari Kiamat kelak.

SENYUMSEK

Anda mungkin juga menyukai