Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MUNAKAHAT

(PERNIKAHAN)

MAKALAH

MUNAKAHAT

(PERNIKAHAN)

OLEH:
BAB I

PENDAHULUAN

Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu dengan berpasang-pasangan, ada lelaki ada

perempuan, salah satu ciri makhluk hidup adalah berkembang biak yang bertujuan untuk

meneruskan generasi atau melanjutkan keturunan. Oleh sebab itu Allah SWT memberikan

manusia karunia berupa pernikahan untuk memasuki jenjang hidup baru yang bertujuan untuk

melanjutkan dan melestarikan generasinya.

Untuk merealisasikan terjadinya kesatuan dari dua sifat tersebut menjadi sebuah hubungan yang

benar-benar manusiawi, maka Islam telah datang dengan membawa ajaran pernikahan yang

sesuai dengan syariat-Nya. Islam menjadikan lembaga pernikahan,agar lahir keturunan secara

terhormat, maka pernikahan adalah satu hal yang wajar jika  dikatakan sebagai suatu peristiwa

dan sangat diharapkan oleh mereka yang ingin menjaga kesucian fitrah.

Adapun makalah ini akan membahas mengenai pengertian dan hukum pernikahan,tujuan

pernikahan,persiapan sebelum pernikahan, rukun dan syarat pernikahan, sunnah dalam akad

nikah, dan hikmah pernikahan,serta pernikahan yang terlarang.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan HukumPernikahan

1. Pengertian Pernikahan

Pernikahan berasal dari kata dasar nikah. Kata nikah menurut bahasa Indonesia

berarti berkumpul atau bersatu. Menurut istilah syariat, nikah artinyaPerjanjian (akad)

antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan muhrimnya untuk

membangun rumah tangga dan dengan pernikahan dapat menghalalkan hubungan

kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia

yang diridhoi oleh Allah SWT.[1] Menurut Undang-Undang Perkawinan Nomor 1

Tahun 1974, pengertian pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan

wanita sebagai suami-istri untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan

rahmah.[2]

2. Hukum Pernikahan

Hukum menikah itu sesuai dengan keadaannya yaitu:[3]

a.    Wajib yaitu bagi orang yang sudah mampu nikah, dan khawatir akan terjerumus

dalam perzinahan. Maka orang tersebut diwajibkan untuk menikah.

b.    Sunnah yaitu bagi orang yang telah mampu untuk menikah (baik fisik, mental,

maupun biaya) , tetapi tidak khawatir akan terjerumus kedalam kemaksiatan karena

mampu menjaga dirinya.

c.    Mubah artinya diperbolehkan. Mubah ini merupakan asal hukum pernikahan.

d.    Makruh yaitu orang yang akan melakukan pernikahan telah mempunyai keinginan

atau hasrat yang kuat, tetapi ia belum mempunyai bekal untuk memberi nafkah
tanggungannya. Pernikahan semacam ini dikhawatirkan mendatangkan

kemudharatan.

e.    Haram bagi orang yang menikah atas dorongan nafsu belaka, orang yang ingin

merenguk keuntungan materi dan orang yang mempunyai niat untuk menyakiti

perempuan yang dinikahinya.

B.     Tujuan Pernikahan

1. Untuk Membentuk Keluarga Sakinah, Mawadah dan Rahmah

Salah satu tujuan pernikahan ialah membentuk keluarga sakinah,

mawadah dan rahmah yang artinya membentuk keluarga yang penuh ketentraman,

kebahagiaan dan penuh kasih sayang.[4] Firman Allah SWT.

‫ اِ َّن‬,ً‫ ة‬C‫ َل بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َم‬C‫ا َو َج َع‬CCَ‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُوْ ا اِلّ ْيه‬َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِهٖ اَ ْن َخل‬
َ ِ‫فِ ْي ٰذل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
. َ‫ت لِّقَوْ ٍم يَّتَفَ َّكرُوْ ن‬
Artinya: “Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cendrung dan merasa
tentram kepadanya, dan Dia menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh,
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang berpikir”. (Q.S. Ar-Rūm : 21)

2. Untuk Mendapat Keturunan yang Sah

Selain membangun keluarga sakinah, mawadah dan rahmah, pernikahan

juga bertujuan untuk mendapatkan keturunan. Anak dari perkawinan merupakan

penerus perjuangan ibu dan bapaknya. Nikah merupakan jalan terbaik untuk

mendapatkan keturunan mulia (terhormat) yang halal dan mendapat ridha Allah SWT

melalui pernikahan, keturunan menjadi banyak, kehidupan menjadi lestari, dan

keturunan terpelihara sehingga kelangsungan hidup suatu negara atau bangsa dapat

terwujud.[5]
Keturunan juga merupakan perhiasan didalam rumah tangga sebagaimana

Allah SWT berfirman :

َ ‫ل َو ْالبَنُ ْو َن ِز ْينَةُ ْا‬Cُ َ ‫اَل ْمــــا‬


)٤٦ : ‫لح ٰيو ِة ال ُّد ْنيَا(الكهف‬
Artinya: “Harta dan anak-anak adalah merupakan perhiasan kehidupan
dunia....”(Q.S. Al-Kahfi : 46).

3. Untuk Menghindari Perzinahan

Manusia dilahirkan dilengkapi dengan hawa nafsu (biologis), artinya

manusia memiliki keinginan terhadap lawan jenisnya. Keinginan tersebut hendaknya

dikendalikan melalui pernikahan, namun jika belum sanggup maka hendaklah

berpuasa seperti hadis berikut. Rasulullah SAW bersabda :

ِ ْ‫ص ُن لِ ْلفَر‬
‫ج‬ َ ْ‫ص ِر َوَأح‬
َ َ‫ب َم ِن ا ْستَطَا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءةَ فَ ْليَتَزَ َّوجْ فَِإنَّهُ َأغَضُّ لِ ْلب‬ ِ ‫يَا َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
(‫صوْ ِم فَِإنَّهُ لَهُ ِو َجا ٌء (رواه البخارى و مسلم‬ َّ ‫َو َم ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِال‬
Artinya: ”Hai para pemuda, barang siapa diantara kamu telah sanggup menikah,
maka nikahlah. Karena nikah itu dapat menundukkan mata dan memelihara faraj
(kelamin) dan barang siapa tidak sanggup maka hendaklah berpuasa karena puasa itu
dapat melemahkan syahwat”. (HR. Bukhori-Muslim).

C.    Persiapan Sebelum Nikah

Sebelum menikah sebaiknya memperhatikan beberapa hal agar pernikahan

berlangsung dengan sebaik-baiknya dan dapat membawa manusia ke arah kesejahteraan

yang didambakan[6].

1. Usia Nikah

Setiap dua insan yang ingin menikah hendaklah memiliki usia yang telah mencapai

usia nikah. Usia nikah ini meli[puti fisik dan jiwa yang dianggap sebagai orang yang

sudah matang untuk berumah tangga, karena calon pengantin akan memikul tanggung

jawab yang berat dalam membina keluarga.


Menurut UU Perkawinan RI No.1 Tahun 1974 seseorang diperbolehkan menikah bagi

laki-laki apabila telah berusia minimal 19 tahun, dan untuk perempuan minimal usia

16 tahun.

2.      Biaya Kehidupan

Bagi seorang laki-laki yang akan melaksanakan pernikahan hendaklah mempersiapkan

terlebih dahulu biaya pernikahan dan bekal hidup untuk mengarungi kehidupan di

dalam berumah tangga. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari kehancuran, karena

biasanya rumaah tangga tanpa didukung oleh biaya hidup pasti akan mengalami

kekacauan dan kehancuran.

3.      Pekerjaan

Bagi seorang laki-laki yang akan melaksanakan pernikahan hendaklah Ia terlebih

dahulu memiliki pekerjaan yang dapat membiayai keperluan rumah tangganya.

Pekerjaan yang harus dimiliki oleh seorang laki-laki ini dapat berupa apa saja, asal

pekerjaan tersebut masih mengikuti norma-norma di agama Islam.

4.      Pendidikan/Pengetahuan

Laki-laki atau perempuan yang ingin menikah hendaklah keduanya telah memiliki

pengetahuan atau pendidikan yang cukup. Yang berperan ampuh meningkatkan

martabat kemanusiaannya. Dan dengan pendidikan akan dapat memecahkan

permasalahan didalam rumah tangga.

5.      Mahar

Mahar atau maskawin ialah pemberian dari seorang laki-laki kepada seorang

perempuan baik berupa uang atau benda-benda yang berharga yang disebabkan karena

pernikahan diantara keduanya. Memberi mahar hukumnya wajib bagi mempelai laki-

laki[7]. Allah SWT berirman:


َ ‫فَ َماا ْستَ ْمتَ ْعتُ ْم بِهٖ ِم ْنه َُّن فَ ٰاتَوْ هُ َّن اُجُوْ َرهُ َّن فَ ِر ْي‬.....
َ ‫ضةًۗ َواَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي َما ت ََرا‬
‫ض ْيتُ ْمبِ ِه ِم ْن‬
)۲٤:‫(النساء‬......ۗ‫ضـــــــــة‬ ِ ‫ْض ْالفَ ِر ْي‬ ِ ‫بَع‬
Artinya: “Maka istri-istri yang telah kamu nikmati (campuri) diantara mereka,
berikanlah kepada mereka maharnya (dengan sempurna) sebagai suatu kewajiban;
dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang telah kamu saling
merelakannya, sesudah menentukan mahar itu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.....”.(Q.S. An-Nisa’:24).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa mahar itu hukumnya wajib. Namun mahar bukan

termasuk rukun, jika istri rela tanpa mahar maka tidak mengapa untuk melanjutkan

pernikahan.

Adapun besar ukuran mahar itu tidak ditentukan dalam Islam, tapi menurut kekuatan

suami dan keridhaan istri. Besar kecilnya mahar berdasarkan permintaan dari calon

istri kepada calon suami. Oleh sebab itu sebaiknya dari pihak perempuan meminta

mahar yang dapat terjangkau oleh calon suaminya atau diadakan musyawarah untuk

menentukan besar kecilnya mahar sebelum akad nikah[8].

Allah SWT berfirman:

َ ‫َو ٰاتُواالنِّ َسآ َء‬


)٤ : ‫ص ُد ٰقتِ ِه َّن ْن ِحلَةًۗ فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْيٍئ ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ْٓيًئا َّم ِر ْيًٓئا (النساء‬
Artinya: “Berikanlkah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu
sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya” (Q.S. An-Nisa’).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam memberi mahar harus dengan rasa yang

ikhlas, dengan demikian akan tercipta rasa pengertian antara keduanya. Bahkan

Rasulullah menganjurkan agar mahar itu tidak memberatkan kepada pihak laki-laki.

Rasulullah SAW bersabda:

)‫اح بَ َر َكةً اَ ْي َس ُرهُ ُمْؤ نَةً (رواه احمد‬


ِ ‫اِ َّن اَ ْعظَ َم النِّ َك‬
Artinya: “Sesungguhnya nikah yang paling besar berkahnya ialah yang paling sedikit

belanjanya”(H.R. Ahmad).
D. Rukun dan Syarat Pernikahan

Pernikahan agar berlangsung sah berikut rukun dan syaratnya yaitu[9]:

1.    Calon suamisyaratnya antara lain

a. Beragama Islam.

b. Benar-benar pria

c. Tidak karena terpaksa

d. Bukan muhrim (dari perempuan calon istri)

e. Tidak sedang ihram haji atau umrah

2.    Calon istri syaratnya antara lain

a. Beragama Islam

b. Benar-benar perempuan

c. Tidak karena terpaksa

d. Bukan muhrim (dari laki-laki calon suami)

e. Halal bagi calon suami

f. Tidak bersuami dan tidak dalam iddah

g. Tidak sedang ihram haji atau umrah

3. Wali

Wali adalah orang yang menikahkan, seperti bapak dari calon istri.

‫أيما امرأة نكحت بغير إذن وليها فنكاحها باطل‬


Artinya:“Barangsiapa diantara perempuan yang menikah dengan tanpa izin walinya,
maka pernikahannya batal” (Riwayat Empat Ahli Hadis kecuali Nasa’I).

Adapun syarat wali yaitu:

a. Beragama islam

b. Dewasa atau balig

c. Saleh (tidak fasik)

d. Berakal dan adil

e. Tidak dipaksa
f. Laki-laki

g. Mempunyai hak untuk menjadi wali

Mengenai susunan dan urutan yang menjadi wali adalah sebagai berikut[10]:

a. Bapak kandung.

b. Kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai perempuan.

c. Saudara laki-laki seibu sebapak.

d. Saudara laki-laki sebapak.

e. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu sebapak.

f. Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.

g. Paman (saudara laki-laki bapak).

h. Anak laki-laki paman.

i. Anak laki-laki dari saudara bapak yang sebapak.

j. Wali hakim.

Wali hakim berlaku apabila wali yang tersebut di atas semuanya tidak ada, sedang

berhalangan, atau menyerahkan kewaliannya kepada hakim.

Adapun yang bertindak sebagai wali hakim di Negara Indonesia adalah badan yang

ditunjuk oleh negara. Dalam hal ini yaitu Kantor Urusan Agama (KUA).[11]

4.      Dua Orang Saksi

Adalah yang menyaksikan akad nikah karena pernikahan yang dilakukan tanpa saksi
tidak sah[12].

(‫ال نكاح إال بولي وشاهد عدل (رواه أحمد‬


Artinya: “Tidak sah nikah kecuali dengan wali dengan 2 saksi yang adil” (HR.
Ahmad)

Adapun syaratnya yaitu:

a. Laki-laki

b. Beragama Islam

c. Saleh

d. Baligh (dewasa)

e. Berakal sehat dan adil

f. Merdeka (tidak sedang ditahan)

g.      Kedua saksi bisa mendenagar

h.      Memahami bahasa yang digunakan ijab qabul

5. Ijab Kabul

Ijab kabul yaitu serah-terima pernikahan. Ijab ialah ucapan seperti kata wali yang

berisi pernyataan menikahkan. Kabul ialah ucapan dari calon suami yang berisi

pengakuan dan penerimaan nikah. Contoh:

Ijab : “Saya nikahkan kamu dengan anak saya bernama ............ dengan maskawin

(mahar) sekian rupiah tunai”

Kabul : “Saya terima nikah dengan anak bapak bernama ............dengan maskawin

(mahar) sekian rupiah tunai”.

E. Sunnah dalam Akad Nikah

Setelah akad nikah selesai dilaksanakan maka disunnahkan melaksanakan tiga hal

sebagai berikut[13].

1. Khutbah Nikah

Khutbah nikah sangat dianjurkan menurut agama Islam karena di dalam khutbah

ini banyak nasehat-nasehat yang sangat berguna bagi suami-istri dalam


mengarungi kehidupan berumah tangga sesuai dengan tuntunan Islam. Khutbah

nikah ini dimulai dengan bacaan basmalah, tahmid dan shalawat kepada Nabi

Muhammad SAW setelah itu nasehat-nasehat untuk kedua mempelai dan diakhiri

dengan do’a.

2. Doa untuk Kedua Mempelai

Setelah khutbah nikah disunnahkan berdoa untuk kedua mempelai. Adapun doa

yang sering dikemukakan oleh Rasulullah SAW untuk orang yang baru saja

melangsungkan pernikahan adalah:

)‫ْك َو َج َم َع بَ ْينَ ُك َما فِى َخي ٍْر(رواه أحمد والترمذى‬


َ ‫ك َعلَي‬
َ ‫ار‬ َ َ‫ار َكاهلل ل‬
َ َ‫ك َوب‬ َ َ‫ب‬
Artinya: “Mudah-mudahan Allah memberikan berkah kepadamu dan
mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan”(H.R. Ahmad dan At Tirmidzi)

3.      Walimah

Walimah artinya pesta, dan walimah untuk pernikahan disebut Walimah Ursُ‫َولِ ْي َمة‬

ِ ْ‫ ْالعُر‬. Walimah Urs adalah pesta atau perayaan pernikahan, yang bertujuan untuk
‫س‬

menyiarkan pernikahan itu. Agar masyarakat tidak curiga ketika mereka

melakukan hubungun suami istrinantinya. Memeriahkan pernikahan sesuai

dengan sabda Rasulullah SAW sebagai berikut:

‫اح َواجْ َعلُ ْوهُ فِى‬


َ ‫يﷺقَا َل اَ ْعلِنُ ْوا هَ َذاالنِّ َك‬ َّ ِ‫َع ْن َعاِئ َشةَ اَ َّن النَّب‬
)‫ف (رواه أحمد والترمذى وحسنه‬ َ ‫اج ِد َواضْ ِرب ُْوا َعلَ ْي ِه ال ُّدفُ ْو‬ ِ ‫ْال َم َس‬
Artinya: “Dari Aisyah ra, bahwasanya Nabi SAW bersabda: Syiarkanlah nikah

ini, adakanlah di masjid-masjid dan pukullah rebana-rebana untuk kemeriahan

pernikahan ini”.(H.R. Ahmad dan At Tirmidzi, hadis ini termasuk hadis hasan).

Dalam hadis lain:

)‫اَوْ لِ ْم َولَوْ بِ َشا ٍة (متفق عليه‬

Artinya: “Adakanlah walimah walau hanya memotong seekor kambing”. (Muttafaqun Alaihi)
Dan bagi yang diundang dalam pesta pernikahan hendaklah menghadiri jika tidak berhalangan.

F.     Hikmah Pernikahan

1.      Memenuhi Kebutuhan Biologis

Manusia secara biologis membutuhkan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Allah SWT

menganjurkan yaitu dengan cara yang halal dan mendapat ridha-Nya yakni melalui cara

pernikahan. Hubungan seksual tanpa melalui pernikahan yang sesuai dengan ajaran Islam

termasuk perzinahan.[14]

2.      Mendapat Ketentraman Hati

Manusia sebagai makhluk yang mempunyai kelengkapan jasmaniah dan rohaniah sudah pasti

memerlukan ketenangan jasmaniah dan rohaniah. Kebutuhan jasmaniah perlu dipenuhi dan

kepentingan rohaniah perlu mendapat perhatian. Ada kebutuhan pria yang pemenuhnya

bergantung kepada wanita. Demikian juga sebaliknya. Pernikahan merupakan lembaga yang

dapat menghindarkan kegelisahan.Pernikahan merupakan lembaga yang ampuh untuk membina

ketenangan, ketentraman, dan kasih sayang keluarga.[15]

3.      Menambah Hubungan Silaturahmi

Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturahmi antar keluarga, sehingga memupuk rasa sosial

dan dapat membentuk masyarakat yang kuat serta bahagia.[16]

4.      Menyalurkan Naluri Keibu-Bapakan

Mereka yang telah menikah dan memperoleh anak, naluri keibu-bapakanakan tumbuh saling

melengkapi dalam suasana hidup kekeluargaan. ini akan menimbulkan perasaan ramah, saling

mencintai, dan saling menyayangi antara satu dengan anggota keluarga lainnya[17].

5.      Memperpanjang Usia


Hasil penelitian masalah-masalah kependudukan yang dilakukan PBB tahun 1958, menunjukkan

bahwa pasangan suami-istri mampunyai kemungkinan lebih panjang umurnya dari pada orang-

orang yangtidak menikah selama hidupnya.[18]

Ada lima manfaat kesehatan yang didapat dari sebuah pernikahan menurut AOL Health

penelitian dari beberapa Universitas di berbagai negara[19].

1.      Menikah dapat Mengurangi Stres

Studi dari University of California menemukan, bahwa orang yang menikah akan lebih bahagia

dan mampu mengurangi kadar stresnya dibandingkan dengan orang yang tidak menikah. Peneliti

mengambil sampel air liur partisipan untuk menguji tingkat kortisol (hormon stres). Dan dari

penelitian tersebut diketahui tingkat hormon kortisol dari orang yang menikah itu lebih rendah.

2.      Menikah dapat Mengurangi Kemungkinan Terkena Stroke

Studi terbaru yang dilakukan oleh Tel Aviv University menunjukkan, bahwa pernikahan bahagia

dapat mencegah stroke fatal pada laki-laki. Laki-laki yang tidak menikah memiliki resiko 64%

lebih tinggi terkena stroke fatal dibanding dengan laki-laki yang sudah menikah.

3.      Menikah dapat Menurunkan Tekanan Darah

Berdasarkan penelitian dari Bigham Young University diketahui bahwa orang yang menikah

akan memiliki tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan lajang. Hal ini karena pada

umumnya orang-orang tersebut memiliki sistem yang lebih teratur dan lebih perhatian  dengan

kesehatan dirinya sendiri.

4.      Menikah Dapat Menjauhkan Diri dari Depresi

Pernikahan umumnya memberikan dukungan sosial dan juga emosional sehingga dapat

mengurangi depresi serta kecemasan seseorang. Bahkan studi menunjukkan orang yang sudah

depresi akan mendapatkan dorongan psikologis dari pernikahannya. Studi ini dilaporkan dalam

Journal of Health and Social Behavior.


5.      Menikah dapat Menjauhkan Seseorang dari Tindakan Beresiko

Seseorang yang sudah bekeluarga umumnya lebih memperhatikan kondisi tubuhnya dan

meninggalkan kebiasaan yang lebih beresiko buruk. Karena ada yang diperhatikan selain dirinya.

Begitu juga ketika ia sudah mempunyai anak, cendrung akan berperilaku sehat.

G.    Pernikahan yang Terlarang

1.      Nikah Mut’ah

Nikah mut’ah adalah pernikahan yang diniatkan dan diakadkan untuk sementara waktu saja

(hanya untuk bersenang-senang), misalnya seminggu, satu bulan, atau dua bulan. Masa

berlakunya pernikahan dinyatakan terbatas[20]. Nikah mut’ah telah dilarang oleh rasulullah saw.

sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadits:

Dari Rabi’ bin Sabrah al-Juhani bahwasannya bapaknya meriwayatkan, ketika dia bersama

rasulullah saw., beliau bersabda: “wahai sekalian manusia, dulu pernah aku izinkan kepada

kamu sekalian perkawinan mut’ah, tetapi ketahuilah sesungguhnya Allah telah

mengharamkannya sampai hari kiamat”. (HR. Muslim)

2.      Nikah Syigar

Nikah syigar adalah apabila seorang laki-laki mengawinkan anak perempuannya dengan tujuan

agar seorang laki-laki lain menikahkan anak perempuannya kepada laki-laki (pertama) tanpa mas

kawin (pertukaran anak perempuan). Perkawinan ini dilarang dengan sabda Rasulullah saw.

Dari Ibnu Umar ra., sesungguhnya Rasulullah saw. melarang perkawinan syigar. (HR. Muslim)

3.      Nikah Muhallil

Nikah muhallil adalah pernikahan yang dilakukan seorang laki-laki terhadap seorang perempuan

yang tidak ditalak ba’in, dengan bermaksud pernikahan tersebut membuka jalan bagi mantan

suami (pertama) untuk nikah kembali dengan bekas istrinya tersebut setelah cerai dan habis masa

iddah.
Dikatakan muhallil karena dianggap membuat halal bekas suami yang menalak ba’in untuk

mengawini bekas istrinya[21]. Pernikahan ini dilarang oleh Rasulullah SAW. dengan hadits yang

diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud:

Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. melaknat muhallil (yang mengawini setelah ba’in) dan

muhallil lalu (bekas suami pertama yang akan mengawini kembali). (HR. Al-Kamsah kecuali

Nasai).

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

1.      Nikah artinya Perjanjian (akad) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang

bukan muhrimnya untuk membangun rumah tangga dan dengan pernikahan dapat menghalalkan

hubungan kelamin antara keduanya dengan dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia

yang diridhoi oleh Allah SWT.

2.      Hukum menikah itu ada lima yaitu Wajib, Sunnah, Mubah, Makruh, dan Haram.

3.      Tujuan pernikahan antara lain: Membentuk Keluarga Sakinah, Mawadah dan Rahmah,

Mendapat Keturunan, Menghindari Perzinahan, Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturahmi

antar keluarga.

4.      Persiapan sbelum pernikahan yaitu umur menikah, biaya kehidupan, pendidikan, pekerjaan

dan mahar.

5.      Rukun dan Syarat pernikahan yaitu: ada Calon suami, Calon Istri, Wali, Dua Orang Saksi,

dan Ijab-Kabul.

6.      Sunnah dalam akad nikah yaitu Khutbah Nikah, Doa untuk kedua mempelai, dan Walimah.
7.      Hikmah pernikahan yaitu : Memenuhi Kebutuhan Biologis, Mendapat Keturunan,

Mendapat Ketentraman Hati, Menambah Hubungan Silaturahmi, Menyalurkan Naluri Keibu-

Bapakan, Memupuk Rasa Tanggung Jawab, dan Memperpanjang Usia.

8.      Lima manfaat kesehatan dalam pernikahan seperti mengurangi setres, mengurangi

kemungkinan terkena stroke,  menurunkan tekanan darah, menjauhkan diri dari depresi, dan

menjauhkan seseorang dari tindakan beresiko.

9.      Nikah yang terlarang yaitu Nikah Mut’ah, Nikah Syigar, dan Nikah Muhallil.

B.     Saran

Marilah kita mengikuti aturan-aturan di dalam pernikahan agar kita tidak terjerumus kedalam

perzinahan dan mendapa ridha Allah SWT.

DAFTAR RUJUKAN

Amir Abyan. (1996). Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas 3. (Semarang: Karya Toha

Putra).

Margiono, dkk. (2007). Pendidikan Agama Islam Lentera Kehidupan 3 SMA. (Jakarta:

Yudhistira).

Udin Wahyudin.(2012).Advanced Learning Islamic Education 3. (Bandung: Grafindo Media

Pratama).

http://ahmadsulaimanpai3.blogspot.co.id/2013/03/makalah-fiqih-pernikahan_5.html. Diakses

pada hari Jum’at 28 April 2017.

http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html. Diakses pada

hari Jum’at 28 April 2017.


[1] Margiono, dkk. Pendidikan Agama Islam Lentera Kehidupan 3 SMA, (Jakarta: Yudhistira,

2007), h.63.

[2] Udin Wahyudin, Advanced Learning Islamic Education 3, (Bandung: Grafindo Media

Pratama,2012), h.82.

[6] Amir Abyan, Fiqih untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas 3, (Semarang: Karya Toha

Putra,1996), h.43-44.

[9]http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html, Diakses

pada hari Jum’at 28 April 2017.

[11] Wahyudin. Advanced, h.86.

[12]http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html. Diakses

pada hari Jum’at 28 April 2017.

[13]Abyan, Fiqih, h.48-50.

[14] Wahyudin, Advanced, h.94.

[15]http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html, Diakses

pada hari Jum’at 28 April 2017.

[16] http://ahmadsulaimanpai3.blogspot.co.id/2013/03/makalah-fiqih-pernikahan_5.html ,

Diakses pada hari Jum’at 28 April 2017.

[17] http://mynewblogmariya.blogspot.co.id/2015/09/makalah-fiqih-ibadah-tentang-

munakahat.html, Diakses pada hari Jum’at 28 April 2017.

[18] Wahyudin. Advanced, h.95.

[20]http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/10/makalah-pendidikan-agama-islam.html, Diakses

pada hari Jum’at 28 April 2017.

Anda mungkin juga menyukai