ISLAM
Nova Putri Diana, Elliyanti Nurmalita
Uin Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
Abstrak
manusia dan menghindari dari kemudharatan. Salah satu petunjuk Allah dalam
serta bagaimana pencatatan pernikahan dan hak keperdataan istri dan anak.
Melalui tema ini berusaha untuk diuraikan. Adapun kesimpulan yang dapat
dirumuskan pernikahan adalah suatu perjanjian suci antara seorang pria dan
perempuan untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Dan sah apabila
telah memenuhi rukun dan syarat. Dimana Hukum dalam pernikahan ada 5
yaitu wajib, sunnah, makruh, mubah, dan haram. Dan pernikahan yang baik itu
A. Pendahuluan
bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas
wanita sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan
Dan manusia itu tidak akan berkembang tanpa adanya pernikahan. Sebab,
pernikahan itu merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki–laki dengan
seorang perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia.
Pernikahan dilaksanakan dengan maksud agar manusia mempunyai keluarga yang sah
untuk mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat, di bawah ridha Allah SWT.
yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan, jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka
dengan kurnia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”
biologis, akan tetapi yakni menaati perintah Allah dan Rasul-Nya bernilai ibadah
yaitu membina keluarga sejahtera yang mendatangkan kemaslahatan bagi para pelaku
pernikahan, anak keturunan juga kerabat. Pernikahan sebagai suatu ikatan yang
kokoh, dituntut untuk membuat kemaslahatan bagi masyarakat juga bangsa pada
umumnya.1
atau pernikahan adalah hal yang cukup penting. Tidak aneh jika agama lain memiliki
1
Ahmad Atabik and Koridatul Mudhiiah, "Pernikahan Dan Hikmahnya Perspektif Hukum Islam",
Yudisia, Vol 5, No 2, 2014, hlm 293–294
pedoman sebagai tuntunan kepada para pemeluknya, agar pernikahan yang mereka
lakukan dapat mencapai tujuan ideal seperti diharapkan. Pernikahan merupakan naluri
yang berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, maupun hewan.2 Oleh
karena itu, di dalam hukum pernikahan yang diatur menurut hukum islam menjadi
sudut pandang penulis untuk mengkaji lebih dalam, mulai dari pengertian, hingga
B. Pembahasan
1. Pengertian Pernikahan
Dalam Al-qur’an dan Hadis Nabi Muhammad juga dalam kehidupan sehari-
hari orang Arab, sering memakai kata nikah dan zawaj yang artinya adalah
pernikahan atau perkawinan menurut literatur fiqh berbahasa arab. Menurut Islam
pernikahan adalah perjanjian suci yang kuat dan kokoh untuk membentuk keluarga
yang kekal, saling menyantuni, saling mengasihi, aman tenteram, bahagia dan kekal
antara seorang laki-laki dan perempuan yang disaksikan oleh dua orang saksi laki-
laki.
Selain itu, pernikahan juga diatur dalam hukum Islam harus dilakukan dengan
akad atau perikatan hukum antara kedua belah pihak. Pernikahan atau perkawinan
dapat diartikan sebagai sebuah ikatan, apabila sesuatu sudah diikatkan antara yang
satu dengan yang lain maka akan saling ada keterikatan dari kedua belah pihak.
seorang laki- laki dan perempuan. Sebuah pernikahan antara laki-laki dan perempuan
dilandasi rasa saling mencintai satu sama lain, saling suka dan rela antara kedua belah
pihak. Perjanjian suci dalam sebuah pernikahan dinyatakan dalam sebuah ijab dan
2
Addin Daniar Syamdan dan Djumadi Purwoadmodjo, “Aspek Hukum Pernikahan Siri Dan Akibat
Hukumnya” Notarius, Vol 12, No 1 ,2019, hal 452–466, https://doi.org/10.14710/nts.v12i1.28897
qobul yang harus dilakukan antara calon laki-laki dan perempuan yang kedua-duanya
berhak atas diri mereka. Apabila dalam keadaan tidak waras atau masih berada di
bawah umur, untuk mereka dapat bertindak wali-wali mereka yang sah.3
antara laki-laki dan perempuan, dengan adanya pernikahan ini maka laki-laki dan
perempuan mempunyai kewajiban dan haknya yang harus saling dipenuhi satu sama
bertemunya alat kelamin laki-laki dan alat kelamin wanita yang keduanya sudah
memiliki aturan hukum yang sah dan halal sehingga dapat memperbanyak keturunan.
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS.
Pernikahan adalah suatu akad yang sangat kuat atau mitsaqaan ghalidzan
untuk menaati perintah Allah untuk melaksanakannya sebagai ibadah dan untuk
menjalankan Sunnah Rosul sesuai dengan Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pernikahan tersebut adalah perjanjian suci yang
sangat kuat antara laki-laki dan perempuan atas dasar kerelaan dan saling suka yang
dilakukan oleh pihak wali sesuai sifat dan syaratnya. Sehingga dapat menghalalkan
kebutuhan biologis antara keduanya dan dapat untuk meneruskan garis keturunan.
3
M Khoiruddin, ‘Wali Mujbir Menurut Imam Syafi’i (Tinjauan Maqâshid Al- Syarî’ah)”, Al-Fikra: Jurnal Ilmiah
Keislaman, Vol 18, No 2, 2019, hlm 257–84, https://doi.org/10.24014/af.v18.i2.8760.
2. Pernikahan Bertujuan untuk Melanjutkan Keturunan
Dalam ajaran agama Islam, tujuan dan hikmah pernikahan sangatlah banyak,
ق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا
َ اح َد ٍة َو َخلﹶ
ِ س َو َّ ُالن اس
ٍ ات قﹸوا َربَّ كﹸ ُم ا َّل ِذي خَ لﹶقﹶكﹸ ْم ِم ْن نَفﹾ َّ يَا أﹶيُّ هَا
َّ ََوب
ث ِم ْنهُ َما
kamu dari diri yang satu, dari padanya Allah menjadikan istri-istri, dan dari
perempuan....”4
“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
menikah juga menjadi salah satu upaya penyaluran naluri seksual suami istri dalam
sebuah rumah tangga. Sekaligus sebagai sarana dalam melanjutkan keturunan dan
4
Departemen Agama, Al-Quran,… hal 144
5
QS. An. Nahl, 16:72
6
Agustina Nurhayati, "Pernikahan dalam prespektif Alquran", ASAS, Vol. 3 Nomor 1, 1 Januari, 2011,
99
Lewat pernikahan yang sah secara agama dan hukum, manusia akan
saling mengenal pribadi satu dengan lainnya secara mendalam. Namun, dari situlah
mulai muncul rasa saling mengasihi dan menyayangi, sehingga kedunya dikaruniai
keturunan.7
Melihat dari beberapa istilah dan tujuan sebuah pernikahan di atas tidak lain
untuk meneruskan keturunan. Meskipun hal tersebut bukan menjadi faktor pendorong
utama untuk melakukan pernikahan. Sebenarnya masih banyak tujuan yang lain,
seperti melaksanakan sunnah Nabi, menjaga kemaluan diri dan pasangan, dan agar
ِإلَ ْيهَا َو َج َع َل بَ ْينَ ُك ْم َم َو َّدةً َو َرحْ َمةً ۚ ِإ َّن فِيpق لَ ُك ْم ِم ْن َأ ْنفُ ِس ُك ْم َأ ْز َواجًا لِتَ ْس ُكنُوا
َ ََو ِم ْن آيَاتِ ِه َأ ْن َخل
pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
7
Henderi Kusmidi, "Konsep Sakinan, Mawaddah dan Rahmah dalam Pernikahan", El-Afkar, Vol. 7
Nomor 2, Juli- Desember 2018
8
Wahyu Wibisana, "Pernikahan dalam Islam", Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 14 Nomor 2,
Februari 2020, 185
9
QS. Ar-Rum, 30:21
Rumah tangga yang baik sebagai fondasi mesyarakat yang baik. Sebab
pernikahan diibaratkan sebagai ikatan yang sangat kuat, bagaikan ikan dalam kolam,
pernikahan tidak saling kenal, dan suku yang berbeda. Akan tetapi, dalam
bangunan. Apabila batu-batu itu rapuh karena kualitas batu itu sendiri, ataupun karena
kualitas perekatnya, maka akan rapulah seluruh bangunan itu. Sebaliknya apabila
batu-batu dan perekatnya itu kuat, maka akan kokohlah bangunan tersebut. Jadi
kalau kedua insan yang berlainan jenis kelamin terdiri dari kumpulan yang kokoh,
maka kokoh pulalah keluarga tesebut, akan tetapi apabila keluarga sebagai fondasi
ْ َْض َّوا
ًخَذنَ ِم ْن ُك ْم ِّم ْيثَاقًا َغلِ ْيظ ٍ ض ُك ْم اِلى بَع ٰ َو َك ْيفَ تَْأ ُخ ُذوْ نَهٗ َوقَ ْد اَ ْف
ٰ ُ بَ ْعpضى
bergaul satu sama lain (sebagai suami-istri). Dan mereka (istri-istrimu) telah
10
Jarbi Muktiali, Pernikahan Menurut Hukum Islam, Pendais, Vol. 1, No.1, 2019
Sebagai sebuah perjanjian, maka ibarat perjanjian dalam bentuk apa pun itu
bisa juga dipertahankan. pernikahan dalam Islam bukan sembarang perjanjian, tapi
"Perjanjian Agung"
ghaliza (ikatan yang kuat) yaitu perjanjian agung, kuat dan berbeda dengan yang lain,
sehingga pernikahan bukanlah yal yang dianggap biasa. Agama merupakan unsur
(menjaga agama).
sampai bersabda bahwa perbuatan yang dibolehkan tapi paling dibenci Allah adalah
perceraian.
Mendasarkan pada dua dalil naqli tersebut, maka dalam Islam, seseorang yang
sudah terikat dalam sebuah pernikahan tak bisa main cerai seenaknya saja. Tak
pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah
yang telah dikemukakan nampak jelas sekali terlihat bahwa pernikahan adalah fitrah
isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagikaum yang berfikir.
Dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Orang yang diberi rizki oleh
Allah SWT seorang istri shalihah berarti telah dibantu oleh Allah SWT pada separuh
Al-Hakim 2/161)
dilepaskan tanpa batas dan tanpa ikatan. Untuk itulah maka diharamkannya zina dan
seluruh yang membawa kepada perbuatan zina. Tetapi di balik itu Islam juga
menentang setiap perasaan yang bertentangan dengan gharizah ini. Untuk itu maka
dianjurkannya supaya kawin dan melarang hidup membujang dan kebiri. Seorang
muslim tidak halal menentang pernikahan dengan anggapan, bahwa hidup membujang
itu demi berbakti kepada Allah, padahal dia mampu kawin; atau dengan alasan supaya
menjauhkan diri dari duniawi dan meninggalkan perempuan (tidak kawin dan tidak
menggaulinya) serta akan hidup membujang. Maka berkata Rasulullah s.a.w, dengan
lantaran keterlaluan, mereka memperketat terhadap diri-diri mereka, oleh karena itu
Allah memperketat juga, mereka itu akan tinggal di gereja dan kuil-kuil. Sembahlah
Allah dan jangan kamu menyekutukan Dia, berhajilah, berumrahlah dan berlaku
dari apa yang dihalalkan Allah untuk kamu dan jangan kamu melewati batas, karena
sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang melewati batas. (QS. Al
Maidah/5: 87)
Pernikahan yang berbunyi, ayat (1) pernikahan adalah sah, apabila dilakukan menurut
hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya itu; ayat (2) Tiap-tiap
(1) dan ayat (2) berbunyi agar terjamin ketertiban pernikahan bagi masyarakat Islam
setiap pernikahan harus dicatat dalam Pencatatan Pekawinan tersebut pada ayat (1)
dilakukan oleh pegawai Pencatat Nikah sebagaimana yang diatur dalam Undang-
UUP no.1 tahun 1974 yang menyatakan bahwa pernikahan dianggap sah apabila
Pencatatan perjanjian pernikahan di atas kertas termasuk masih asing dan baru dalam
11
Wibisana Wahyu, Pernikahan dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta'lim, Vol. 14, No. 2,
2016
peraturan keluarga Islam. Masih didiskusikan tentang kesaksian yang dibutuhkan
dalam ijab qobul dan tidak membahas perlunya mencatat perjanjian pernikahan.12
syariat islam, dan apabila tidak dilaksanakan maka pernikahan tersebut akan
pihak dari istri yang berpisah dengan suami tidak memiliki bukti dokumen kuat
istri,11 yaitu : 1) Terhadap istri, pernikahan yang tidak dicatatkan ini berdampak
sangat merugikan bagi istri dan perempuan. Dari segi hukum istri tidak
dianggap sebagai istri yang sah, dengan demikian istri tidak berhak atas nafkah
dan warisan dari suami jika suami meninggal dunia. Dari segi sosial, istri akan
tangan sering dianggap telah tinggal serumah dengan laki-laki tanpa ikatan
pernikahan (alias kumpul kebo) atau anda dianggap menjadi istri simpanan. 2)
pihaj suami karena bebas untuk menikah lagi, karena pernikahan sebelumnya
yang di bawah tangan dianggap tidak sah dimata hukum. 3) Terhadap anak,
12
Oyoh Bariah, “Rekonstruksi Pencatatan Pernikahan Dalam Hukum Islam”, Solusi, Vol 1, No 4, 2015, hlm
20–29
tidak sahnya pernikahan bawah tangan menurut hukum negara memiliki
dampak negatif bagi status anak yang dilahirkan di mata hukum, yaitu :
a) Status anak yang dilahirkan akan dianggap sebagai anak yang tidak sah
karena tidak ada anak hanya akan meimiliki hubungan perdata dengan
c) Anak tidak berhak atas biaya kehidupan dan pendidikan, nafkah dan
istri dari segi hak dan kewajiban apabila sampai terjadi perceraian. Pernikahan di
bawah tangan apabila sampai terjadi perceraian maka istri tidak akan
terjadi perceraian maka untuk hak dan kewajibannya akan tetap sama.
Pernikahan yang tidak tercatat atau yang tidak dapat dibuktikan dengan
surat nikah, tidak mempunyai akibat hukum apapun. Artinya jika suami atau
istri tidak memenuhi kewajibannya, maka salah satu pihak tidak dapat
berlangsung. Bahkan jika salah satu pihak meninggal dunia (suami/istri) maka
Pernikahan dibawah tangan atau tidak tercatat ini risiko hukumnya sangat
tinggi dan sangat merugikan kaum perempuan terutama pada anak-anak yang
akan tetapi sampai saat ini masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya. Hal
ini mungkin sebagian masyarakat muslim masih ada yang berpegang teguh
kitab-kitab fikih sudah terpenuhi, tidak perlu ada pencatatan di Kantor Urusan
Agama dan tidak perlu surat nikah sebab hal itu tidak diatur pada zaman
C. Kesimpulan
Pernikahan atau pernikahan itu merupakan ikatan lahir dan batin antara
seorang laki–laki dengan seorang perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang
mempunyai keluarga yang sah untuk mencapai kehidupan bahagia di dunia dan
akhirat.
merupakan sebagai bentuk ibadah. Selain itu, pernikahan juga bertujuan untuk
D. Daftar Pustaka
Addin Daniar Syamdan dan Djumadi Purwoadmodjo, “Aspek Hukum Pernikahan Siri
1 Januari, 2011
Jarbi Muktiali, Pernikahan Menurut Hukum Islam, Pendais, Vol. 1, No.1, 2019
Vol 1, No 4, 2015
Wahyu Wibisana, "Pernikahan dalam Islam", Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.
14 Nomor 2, 2020