Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia diciptakanoleh Allah SWT dalam dua jenis kelamin laki-laki

dan perempuan. Diantaranya terdapat perbedaan,terlihat dari segi pisik dan

sifatnya. Manusia dilengkapi dengan akal pikiran dan juga nafsu birahi dalam

penciptaannya. Nafsu birahi diantaranya untuk menyalurkan kebutuhan

biologis, yang penyalurannya tidak boleh melanggar batas yang sudah di

tentukan. Untuk itu agama Islam mengatur batas-batas yang boleh dilakukan

dengan cara menyalurkannya melalui jalan yang diridhoinya yaitu

pernikahan.1

Dalam melaksanakan perkawinan, maka diperlukan persiapan yang

matang baik dari segi mteri maupun mental, sebab perkawinan itu bukanlah

hanya sekedar melepaskan hawa nafsu belaka melainkan juga dituntut untuk

tanggung jawab penuh bagi masing-masing pihak yaitu suami maupun istri.

Perkawinan merupakan suatu ikatan kuat lahir batin antara seorang

pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang

kekal dan bahagia berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

1
M. Ali Hasan, Masalah Fiqhiyah Al-Hadisah: Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 1997), hal. 79

1
Maka dari itu pengertian perkawinan dalamkonsep islam dinilai

ibadah, sehingga ditegaskan pada pasal 2 Kompilasi Hukum Islam ialah

bahwa perkawinan merupakan suatu akad yang kuat untuk mentaati perintah

allah dan melaksanakannya dinilai ibadah.2

Selain itu juga perkawinan ialah untuk menyatukan dua insan yang

berbeda latar belakang ras, suku, daerah asal ataupun garis keturunan. Maka

didalam perkawinan keluarga yang awalnya tidak saling kenal, maka dengan

sebab perkawinan menjadikannya saling kenal satu sam lain. Istilah- istilah

ini didalam islam disebut menyambung silaturrahmitentunya dari keluarga

pria maupun keluarga perempuan.

Islam juga memandang perkawinan sebagai suatu cita-cita yang ideal

yang tidak hanya mempersatukan laki-laki dan perempuan tetapi ia

merupakan kontrak sosial dengan segala aneka ragam tugas dan tanggung

jawa. Perkawinan dalam arti lain juga merupakan konsep hdup berpasangan

yang dibenarkan yang kemudian dianjurkan untuk dikembangkan dalam

kehidupan keluarga.

Oleh karenanya dalam memilih calon suami atau istri Islam sangat

menganjurkan yang baik agamanya dapat membantu melaksanakan

pendidikan agama bagi anak-anaknya. Jika tidak, maka keduanya akan

semakin jauh dari nilai-nilai agama, bahkan mencelakakan kehidupan rumah

2
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Kompilasi Hukum Islam, (cet 4), Bandung: Nusantara Aulia
2012, hal. 76

2
tangga mereka.3 Sebelum melangsungkan perkawinan Islam mengajarkan

perlunya bagi calon suami dan istri dalam menetapkan pilihan pasangan

hidupnya dengan baik dan tepat. Agar kedua calon tersebut kelak dalam

mengarungi kehidupan rumah tangga dapat hidup harmonis.

Pernikahan bagi ummat manusia adalah sesuatu yang sangat sakral

dan mempunyai tujuan yang sakral pula dan tidak terlepas dari ketetuan-

ketentuan yang ditetapkan syariat agama. Pernikahan bukan semata-mata

untuk memuaskan hawa nafsu, melainkan juga meraih ketenangan,

ketentraman dan sikap saling mengayomi diantara suami istri dengan

dilandasi cinta dan kasih sayang yang mendalam. Memang tak dapat

dipungkiri antara pria dan wanita sudah fitrahnya untuk saling mempunyai

ketertarikan dan dari ketertarikan tersebut kemudia beranjak kepada niat suci

pernikahan, proses ini mengandung dua aspek yaitu aspek biologis agar

manusia itu berketurunan dan aspek afeksional agar manusia merasa tenang

dan tentram berdasarkan kasih sayang. Dengan cinta dan kasih sayang tidak

hanya memungkinkan pasangan tersebut membentuk kehidupan keluarga

yang damai dan bahagia, tetapi juga memberi kekuatan yang dibutuhkan

untuk mengutamakan nilai-nilai kebudayaan yang lebih tinggi.

Al- Qur’an telah menerangkan sasaran tersebut, bahwa dalam

pandangan Islam konsep pernikahan merupakan konsep cinta dan kasih

sayang. Surat An-Nur ayat 32 :

3
Hesti Annisa Toyibah, “Kriteria Memilih Pasangan Hidup Menurut QS. Al-Baqarah Ayat 221 dan
QS. An-Nur Ayat 22,” Skripsi,(Mataram: UIN Mataram,2022), hlm 4.

3
ْ َ‫صلِ ِحيْنَ ِمنْ ِعبَا ِد ُك ْم َوِإ َمآِئ ُك ْْماِنْ يَ ُك ْونُو ْا فُقَ َرآ َء يُ ْغنِ ِه ُم هَّللا ُ ِمنْ ف‬
‫ضلِ ِْه َوهَّللا ُ واس ٌع‬ َّ ‫َوا ْن ِك ُحو ْا ااْل َئيَ َمى ِم ْن ُك ْم َوال‬

‫َعلِ ْي ٌم‬

Terjemahannya :

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu,dan

orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang

perempuan. Jika mereka miskin allah akan memampukan mereka dengan

kurniaNya. Dan allah maha luas (pemberian-nya) lagi maha mengetahui.4

Pernikahan adalah salah satu asas hidup yang utama dalam

masyarakat beradab dan sempurna, karena islam berpendapat bahwa

perkawinan bukan saja satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan

rumah tangga dan turunan, tetapi juga sebagai satu jalan menuju pintu

perkenalan antara satu kaum dengan kaum yang lain. 5 Berikut ini hadist

tentang pernikahan :

َ ‫ َويَ ْن َهى عَن التَّبَتَّل نَ ْهيًا‬, ‫سلَّ َم يَْأ ُم ُر با ْلبَا َء ِة‬


‫ َويَقُو ُل‬, ‫ش ِديدًا‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ ( َكانَ َر‬: ‫َو َع ْنهُ قَا َل‬
َ ِ ‫س ْو ُل هَّللا‬

َ ‫ َو‬, ‫ تَ َز َّو ُجوا اَ ْل َودُو َد اَ ْل َولُو َد اِنِّي ُم َكاثِ ُر بِ ُك ُم اأْل ْنبِيَا َء َيو َم ا ْلقِيَا َم ِة ) َر َواهُ اَ ْح َم ْد‬:
َ‫ص َّح َحهُ اِبْنُ ِحبَّان‬

Artinya :

Anas Ibnu malik r.a berkata : Rasulullah SAW memerintahkan kami

berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda:

“Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang,sebab dengan jumlahmu

4
Departemen agama Al-Qur’an dan terjemahan.
5
Husain Husain Syahatah, Mempermudah pernikahan suatu keharusan. (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2005)h. 27

4
yang banyak aku akan berbangga di hadapan para nabi pada hari kiamat.”

Riwayat Ahmad. Hadist shahih ibnu hibban.6

Keharmonisan keluarga ialah keadaan tercapainya kebahagian dan

kebersamaan aetiap anggota dalam suatu keluarga dan sedikit sekali terjadi

konflik, sehingga terbentuklah keluarga yang tentram dan bahagia. 7 Keluarga

yang harmonis adalah keluarga yang rukun, bahagia, penuh cinta kasih serta

jarang terjadi konflik dalam keluarga tersebut. Keluarga yang harmonis juga

menurut Tuan Guru Ahmad Hulaifi, LC., M.H adalah keluarga harmonis itu

keluarga yang bahagia lahir bathin dan itu adalah keluarga yang selalu taat

kepada alloh dan rasulnya8. Keluarga harmonis akan tercipta jika suami istri

taat pada agama, menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing,

saling menghormati, saling menghargai, saling mecintai, saling mengasihi,

saling memaafkan, saling berkerja sama, saling mengerti, saling

melindungi,saling menjaga aibkarna suami dan istri itu ibarat pakaian yang

saling menutupi kekurangan bukan saling mendahulukan mengataskan dan

lain sebagainya.

Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan seorang pria

dan wanita di usia yang masih muda dan belum cukup umur menurut

undang–undang yang berlaku di Indonesia. Menurut UU no.1 Tahun 1974

Pasaal 7 ayat (1), perkawinan hanya diizinkan jika pihak sudah mencapai

6
Hadist shahih No. 995
7
Asrijal, kafa’ah bingkai keharmonisan rumah tangga,(Yogyakarta: Lembaga lading
kata,2015) h. 51-52
8
Tuan Guru Ahmad Hulaifi, Wawancara, 29 Mei 2023

5
umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16

(enam belas) tahun, pada awalnya seperti itu namun penjelasan tersebut

direvisi kembali dan mengalami perubahan yang mana perkawinan dapat

dilakukan jika pihak dari laki-laki dan pihak perempuan berusia minimal 19-

21 tahun dilanjut di ayat 2 mengatakan bahwa pernikahan masing masing

calon yang mencapai usia 21 tahun akan yang belum mencapai umur 21

tahun, harus mendapat izin dari kedua orang tua, dan mendapatkan surat

disvensasi kawin dari pengadilan agama.

Pendewasaan Usia perkawinan (PUP) menurut BKKBN adalah upaya

untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga pada saat

perkawinan mencapai usia minimal 20 tahun bagi prempuan dan 25 tahun

bagi laki-laki. Seperti peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah

Republik Indonesia NO. 87 tahun 2014 pasa24 ayat (1) bagian (a),

menjelaskan tentang pendewasaan usia perkawinan.

Pernikahan dini masih terjadi di Desa Toya kecamatan aikmel

kabupaten Lombok Timur. Ada berbagai macam faktor penyebabnya

diantaranya anak yang tidak melanjutkan pendidikan sehingga kemudian

muda, anak yang di jodohkan karena keluarga sudah dekat sehingga

meskipun usia masih muda harus siap untuk menikah kemudian, di desa Toya

ini adalah desa yang mayoritas penduduknya bertani,ngarat sapi/kambing

serta ada sebagian bekerja sebagai buruh. Apabila anak sudah mampu dapat

menggarap pertanian dengan baik atau sudah mampu ngarat sapi serta sudah

6
mampu bekerja sebagai buruh di anggap telah mampu menghidupi keluarga

sehingga anak di nikahkan. Selain itu, penyebab nya Ialah remaja atau muda

yang lebih dahulu melakukan hubungan suami istri karna pergaulan bebas

dan kurangnya pengawasan dari orang tua sehingga pernikahan

dilangsungkan meskipun usia mereka masih tergolong sangat muda dan

belum siap mngarungi bahtera rumah tangga.

Pada umumnya para pasangan muda keadaan psikologis dari segi

kesehatan bisa membahayakan sang wanita karna rahimnya belum siap untuk

mengandung sehingga terjadi keguguran (Abortus), persalinan prematur,berat

badan lahir rendah dan kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia

kehamilan dan bahkan bisa menimbulkan kematian ibu. Dan dari segi

pemikikan yang belum stabil atau belum matang, sehingga masih labil dalam

mengahadapi masalah yang timbul dalam rumah tangga tidak terselesaikan

dengan baik tetapi justru semakin rumit dan berdampak pada terbentuknya

pasangan yang tidak harmonis.

Tidak jarang pasangan yang mengalami keruntuhan dalamrumah

tangga karena perkawinan yang masih terlalu muda. Perkawinan pada umur

yang masih muda akan banyak mengundang masalh yang tidak diharapkan

karena dari segi psikologisnya belum matang. Memang keharmonisan dalam

rumah itu tidak bisa dipatok oleh umur,karena keharmonisan dalam rumah

tangga itu kembali kepada pribadi masing-masing.

7
Tetapi umur yang masih muda cendrung masih stabil dalam

menghadapi masalah sehingga sering menimbulkan percekcokan yang ujung

adalah perceraian. Selain itu juga,pasangan muda belum matang dari segi

sosial ekonomi. Kebanyakan dari mereka belum memiliki pekerjaan tetap

sehingga timbul kesulitan dalam ekonomi pun menimbulkan konflik dalam

rumah tangga.

Emosi yang tidak stabil serta kurangnya pengetahuan suami istri yang

nikah muda dalam mengelola perekonomian dalam rumah tangga.

Berdasarkan kondisi di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penilitian dengan judul. “pernikahan dini dan pengaruhnya terhadap

keharmonisan rumah tangga”

8
B. Identifikasi dan batasan masalah

1. Fenomena pernikahan dini dalam perspektif hukum islam di desa Toya

kecamatan Aikmel Lombok Timur

2. Pengaruh pernikahan dini terhadap keharmonisan dalamrumah tangga di

Desa Toya kec. Aikmel kab. Lombok Timur

3. Tingginya tingkat perkawinan itu sendiri dari segi lingkungan sosialnya

atau pergaulannya dan prekonomiannya tidak stabil

4. Pandangan masyarakat Desa Toya Kecamatan Aikmel Kabupaten

Lombok Timur

5. Hubungan antara pernikahan dini dengan keharmonisan dalam rumah

tangga di Desa Toya Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis menyusun rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Pengaruh pernikahan dini terhadap keharmonisan dalam

rumah tangga di Desa Toya kec. Aikmel kab. Lombok Timur

2. Bagaimana Hubungan antara pernikahan dini dengan keharmonisan

dalam rumah tangga di Desa Toya Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur

9
D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan penelitian,maka penelitian ini bertujuan

untuk :

A. Untuk mengetahui Pengaruh pernikahan dini terhadap keharmonisan

dalamrumah tangga di Desa Toya kec. Aikmel kab. Lombok Timur

B. Untuk mengetahui Hubungan antara pernikahan dini dengan keharmonisan

dalam rumah tangga di Desa Toya Kec. Aikmel Kab. Lombok Timur

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis adalah manfaat yang digunakan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan secara teoritis dalam arti data yang

diperoleh dilapangan saat mengadakan penelitian nanti diharapkan dapat

dijadikan bahan analisis dan kajian untuk dijadikan pola dukung

pengembang ilmu secara teoritis diantaranya sebagai berikut :

a. Dapat menambah khazanah penilitian dan obyek penelitian mahasiswa

jurusan hukum ekonomi syari’ah (HES)

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dan

pengetahuan, baik bagi para pembaca atau terutama bagi para praktisi

yang terkait dalam pembinaan rumah tangga.

10
2. Manfaat praktis

Manfaat pratis adalah dapat dimanfaatkan secara langsung dalam

hidup dan kehidupan sehari-hari dalam arti kata data yang diperoleh dari

saat mengadakan penelitian dapat dijadikan bahan tambahan pengalaman

dan pengetahuan baru, diantaranya sebagai berikut :

a. Dalam penelitian ini penulis berharap dapat memberikan bahan

masukan bagi aparatur yang berwenang dalam urusan pernikahan

dan juga rumah tangga, agar tetap berani dalam memberikan

pengarahan-pengarahan kepada masyarakat tentang pernikahan dini.

b. Dapat menambah wawasan dan pengatahuan yang baru dalam

masalah ini, di samping sebagai perbandingan antar teori yang di

dapatkan dari bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di

lapangan.

F. Kajian Pustaka

1. Hasil penelitian dari hasan Bustomi, Pernikahan Dini dan Dampaknya

(Tinjauan Batas Umur Perkawinan menurut Hukum Islam dan Hukum

Perkawinan Indonesia). Artikel penelitian pustakaan ini membahas

tentang perkawinan anak di bawah umur yang terjadi di Indonesia

dengan menggunakan analisis isi peraturan perkawinan. Dan juga

membahas tentang konsekuensi dari perkawinan anak. Peraturan

perkawinan membuka peluang untuk perkawinan anak dalam hal

kebutuhan.

11
Ini merupakan implementasi dari al-zari’ah untuk mencegah agar tidak

terjadi masalah yang lebih besar lagi. Namun, perkawinan anak sering

menimbulkan dampak negatif bagi pengantin wanita baik secara sosial,

ekonomi, maupun psikologis. Hasil penelitian Rahmatillah HL, Studi

Kasus Perkawinan di Bawah Umur, Perkawinan anaka di bawah umur

merupakan faktor meningkatnya angka perceraian dan kekerasan

dalamrumah tangga (KDRT). Perkawinan anak di bawah umur biasanya

masih bersifat egois dan masih menggunakan harta dari orang tua. Agar

tercipta sebuah keluarga yang bahagia dan kekal mestinya Pegawai

Pencatat Nikah(PPN) yang berperan sebagai pencatat dan pengawas

setiap perkawinan harus lebih jeli dan tegas dalam menjalankan tugas

dan perannya.

2. Hasil penelitian dari kurdi, pernikahan di Bawah Umur Perspektif

Maqashid Al-Qur’an. Dalam penelitian ini membahas tentang

perkawinan anak melalui tinjauan maqashid (tujuan-tujuan) Al-Qur’an.

Yang berlandaskan kepada beberapa fakta dari hasil penelitian.

Perkawinan anak ini menimbulkan beberapa pengaruh tidak baik.

Pengaruh tidak baik ini mengancam atas terwujudnya perlindungan

terhadap jiwa (hifz nafs), perlindungan terhadap harta kekayaan (hifz

maal), perlindungan terhadap agama (hifz al-din), dan perlindungan

terhadap keturunan (hifz an-nasl). Di dalam Al-Qur’an tidak ada ayat-

ayat yang secara tegas melarang perkawinan anak, tetapi dengan

12
timbulnya pengaruh yang tidak baik itu menimbulkan pengaruh juga

terhadap tujuan perkawinan yang ada di dalam Al-Qur’an.

Masih muda yang menjadi penyebab munculnya pengaruh yang tidak

baik di atas. Di dalam keadaan tertentu perkawinan anak juga

menimbulkan pengaruh yang baik juga, seperti terhindarnya seseorang

dari perbuatan zina. Akan tetapi setia sisi positif dan negatif harus

menjadi pertimbangan yang berlandaskan nilai kemaslahatan.

3. Hasil penelitian Budiman Y. Hasan, 2015. Nim. 121 409 003. Dampak

Pernikahan Dini Terhadap Kehidupan Keluarga Di Desa Tabongo

Timur Kecamatan Tabongo. Skripsi. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah9.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana

Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kehidupan Keluarga Di Desa

Tabongo Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Tujuan

penelitian untuk mengetahui Dampak Pernikahan Dini Terhadap

Kehidupan Keluarga Di Desa Tabongo Timur Kecamatan Tabongo

Kabupaten Gorontalo. Jenis Penelitian yang digunakan adalah metode

penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah

observasi, wawancara, dan studi dokumen. Tekhnik analisis data yang

digunakan adalah mengumpulkan semua data yang diperoleh, serta

memisahkan berdasarkan jenis data, membuat penafsiran data dari hasil

wawancara dan pengamatan untuk mendeskripsikan Dampak Pernikahan

Dini Terhadap Kehidupan Keluarga Di Desa Tabongo Timur Kecamatan


9
Budiman Y. Hasan, `Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kehidupan Keluarga (Studi
Kasus) Di desa Tabongo Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo,( Jurusan Pendidikan
Luar Sekolah Fak. Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo,2015)

13
Tabongo Kabupaten Gorontalo. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa

Dampak Pernikahan Dini Di Desa Tabongo Timur Kecamatan Tabongo

Kabupaten Gorontalo sangat berpengaruh terhadap kehidupan keluarga

yang berdampak pada perceraian, ekonomi, resiko penyakit kangker

rahim pada wanita, dan psikis dan mental. Kesimpulannya bahwa

Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kehidupan Keluarga Di Desa

Tabongo Timur Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo adalah

dampak yang timbul dari perkawinan usia dini meliputi dampak pada

suami istri yaitu terjadinya pertengkaran dan percekcokan kecil dalam

rumah tangga sehingga berujung pada perceraian, faktor ekonomi dimana

tingginya ketergantungan kepada orang tua baik untuk mencukupi

kebutuhan rumah tangga karena belum mapan secara ekonomi maupun

mencari rasa aman, tidak stabilnya pertumbuhan kejiwaan (psikis dan

mental) istri karena harus hamil dan mengasuh anak dalam kondisi yang

belum siap, tidak memiliki pemahaman/pengetahuan terhadap pola asuh

anak, kondisi keluarga deperesi, dan terjadinya resiko penyakit kanker

rahim pada wanita. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diberikan

saran. Bagi remaja hendaknya lebih memahami dampak dari perkawinan

usia dini sehingga diharapkan tidak akan melangsungkan pernikahan usia

tersebut. Bagi para remaja diharapkan lebih memperdalam agama agar

segala bentuk peristiwa mengenai pergaulan dan kenakalan remaja

mampu dibendung dengan pemahaman agama yang kuat. Kata Kunci:

Dampak Pernikahan Dini, Kehidupan Keluarga.

14
4. Hasil Penelitian Sri Murni NIM. 11540016 (2015) Dampak Pernikahan

Dini Terhadap Perilaku Sosial Keagamaan (Studi Kasus Pada Pelaku

Pernikahan Dini Di Dusun Nongkosawit, Desa Kentengsari, Kecamatan

Candiroto, Kabupaten Temanggung)10. Penulisan skripsi ini di awali

ketertarikan penulis terhadap kasus korban pelaku pernikahan dini di

Dusun Nongkosawit yang sering terjadi. Pernikahan dini disini adalah

pernikahan yang dilakukan oleh anak-anak yang belum cukup umur 18

tahun, karena dalam berfikir belum matang. Sekripsi ini membahas

tentang faktor-faktor pengarauh pernikahan dini dan bentu pelaku

pernikah dini di Dusun Nongkosawit sebagai pelaku pernikahan dini di

masyarakat dan perilaku dalam keagamaan. Kerangka teori yang

digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori Max Weber tentang

tindakan yang terintifikasi 4 (empat) yaitu rasionalitas saran-tujuan,

rasionalitas nilai, tindakan afektual, dan tindakan tradisional untuk

mengkaji perilaku Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

kualitatif. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian lapangan yang

langsung di lakukan dari Desa Kentengsari. Adapun subyek penelitian

adalah pelaku pernikahan dini di Dusun Nongkosawit. Analisis data yang

di gunakan adalah deskriptif-analisis.

10
Sri Murni, Dampak Pernikahan Dini Terhadap Prilaku Sosial Keagamaan
(Studi Kasus) Di Dusun Nongkosawit,Desa Ketengsari, Kecamatan
Candiroto,Kabupaten Temanggung,(Jurusan Sosiologi Agama Fak. Ushuludin dan
Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2015)

15
Hasil Penelitian yang diperoleh penulis dari data observasi dan

wawancara. Setelah melakukan observasi dan wawancara penulis

mengetahui sangat terbatasnya pengetahuan dan wawasan orang tua dan

anak pelaku pernikahan dini karena sudah menjadi tradisi masyarakat

secara umum. Selain itu juga ada faktor yang lain seperti paksaan dari

orang tua dan kurang dalam pemahaan ajaran agama. Karena umumnya

pelaku nikah dini pada tingkat pendidikan hanya tamatan SD dan SMP.

Adapun dampak positif dan negatif dari pelaku nikah dini. Dapak positif

yaitu menghindari zina dan pergaulan bebas sedangkan dapak negatif

yaitu beban mental dan kesehatan reproduks.

5. Hasil penelitian Akhzani Muaz, 2020. Upaya Membentuk Keluarga

Sakinah Pada Pernikahan Dini Di Desa Karanggede Kecamatan

Arjosari Kabupaten Pacitan. Skripsi.Jurusan Hukum Keluarga Islam

Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

Pembimbing Dr. H. Moh.Munir,Lc.,M.Ag11. Kata Kunci : Pernikahan

dini, Membentuk Keluarga Sakinah Pernikaan dini adalah akad atau

perikatan antara laki-laki dan perempuan yang belum memiliki kesiapan

baik secara fisiologis maupun psikologis dalam rangka membentuk

keluarga sebagaimana dalam KHI Pasal 3 bahwa tujuan pernikahan yaitu

membentuk keluarga yang sakinah,mawaddah dan warrahmah.

Pernikahan dini erat kaitannya dengan tidak adanya kesiapan menikah,

seperti kesiapan ilmu, kesiapan harta atau materi dan kesiapan secara
11
Akhzani Muaz, Upaya Membentuk Keluarga Sakinah Pada Pernikahan
Dini (Studi Kasus) Di Desa Karanggede Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan
(Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Fak. Syari’ah IAIN Ponorogo, 2020)

16
fisik dan kesehatan. Namun lima pasangan yang melakukan pernikahan

dini di Desa Karanggede membuktikan bahwa pada faktanya dengan

melakukan pernikahan dini tidak menjadi penghalang untuk mewujudkan

keluarga sakinah. Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut; (1) bagaimana latar belakang pernikahan

dini di Desa Karanggede Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan (2)

bagaimana upaya mewujudkan keluarga sakinah pada pernikahan dini di

Desa karanggede kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan? Dengan

pendekatan diskriptif kualitatif, skripsi akan menggambarkan beberapa

data yang diperoleh dari lapangan (field reseach) baik dengan

wawancara, observasi, sebagai metode pengumpulan data dan menarik

kesimpulan dengan metode analisis data. Selain itu, proses Analisa

tersebut juga didukung dengan kajian pustaka sebagai refrensi untuk

memperkuat data yang diperoleh dari lapangan. Dari hasil penelitian ini

dapat disimpulkan bahwa 1) Latar belakang keluarga pernikahan dini di

Desa Karanggede disebabkan beberapa faktor antara lain pertama faktor

kemauan sendiri untuk menikah dini, kedua faktor rendahnya pendidikan

baik dari orang tua ataupun si anak sendiri. Faktor ketiga adanya faktor

konstruksi budaya dari lingkungan masyarakat yang mendorong mereka

menikah dini. 2) Terkait upaya yang dilakukan keluarga pernikahan dini

untuk mewujudkan keluarga sakinah di Desa Karanggede terdapat

beberapa yang sesuai sebagaimana dalam teori tetapi ada beberapa yang

tidak terdapat dalam teori. Selain itu keluarga pernikahan dini di Desa

17
Karanggede tidak seluruhnya melakukan sepuluh upaya seperti dalam

teori. Melainkan hanya beberapa upaya yang nyata dilakukan oleh

keluarga pernikahan dini di Desa Karanggede.

Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan

adalah meneliti pernikahan dini. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya

dengan penelitian yang dilakukan adalah (1) pernikahan dini yang hanya

berdasarkan pada hukum islam saja (2) tempat penelitian yang berbeda

dimana yang dilakukan sekarang berlokasi pada Desa Toya, Kec. Aikmel.

G. Landasan Teori

A. Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan

pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban antar seorang laki-laki dan

seorang perempuan yang bukan mahram. Allah SWT. Berfirman dalam

surat An-Nisa ayat 3 :

َ ُ‫نى َوث‬oo‫آ ِء َم ْث‬o‫س‬


‫لث‬ َ oَ‫ا ط‬o‫ا ْن ِك ُح ْوا َم‬ooَ‫اى ف‬oo‫طُ ْوا فِى ا ْليَتَا َم‬o‫س‬
َ ِّ‫اب لَ ُك ْم ِّمنَ الن‬o ِ ‫َواِنْ ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تُ ْق‬

‫اح َدةً اَ ْو َما َملَ َكتْ اَ ْي َمانُ ُك ْْم َذالِكَ اَدْنى اَاَّل تَ ُع ْولُ ْو ْْا‬
ِ ‫َو ُرب َْع فَاِنْ ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تَ ْع ِدلُ ْوا فَ َو‬

18
Artinya :

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya) maka kawinilah wanita-

wanita (lain) yang kamu sengani : dua, tiga atau empat.

Kemudian, jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka

(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang

demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”12

Anwar Harjono (1987-220) mengatakan bahwa perkawinan

adalah bahasa (Indonesia) yang umum dipakai dalam pengertian yang

sama dengan nikah atau zawaj dalam istilah fiqh. Para fuqaha dan

madzhab empat sepakat bahwa makna nikah atau zawaj adalah suatu

akad atau suatu perjanjian yang mengandung arti tentang sahnya

hubungan kelamin. Perkawinan adalah suatu perjanjian untuk melegalkan

hubungan kelamin dan untuk melanjutkan keturunan.13

ٌ o‫ ” ِن َك‬yang merupakan
Kata “nikah” berasal dari bahsa Arab “ ‫اح‬o

masdar atau asal dari kata kerja “ ‫”نَ َك َح‬. Sinonimnya “‫ َز َّو َج‬oَ‫ ”ت‬kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan perkawinan. Kata

“nikah” telah dibakukan menjadi bahasa Indonesia. Oleh karena itu,

perkawinan secara sosial, kata pernikahan dipergunakan dalam berbagai

12
Al-Qur’an, 4:3.
13
Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si, Fiqh Munakahat, (bandung : CV Pustaka Setia, 2001)
hal. 9

19
upacara perkawinan. Di samping itu, kata “pernikahan” tampak lebih etis

dan agamis dibandingkan dengan kata “perkawinan”. Kata “perkawinan”

lebih cocok untuk makhluk selain manusia.14

Nikah dari segi bahasa artinya berkumpul. Termasuk kata nikah

dengan arti berkumpul adalah ucapan orang arab : “Tanakahat al asyjar.”

Artinya pohon-pohon saling berdekatan miringnya dan sebagian

terkumpul kepada sebagian yang lain. Sedangkan menurut Istilah fiqh,

nikah itu akad yang mengandung halalnya senggama dengan nikah atau

tazwij (keduanya berarti menikahkan). Kata nikah itu hakekat jika berarti

senggama. Demikian menurut pendapat yang benar.15

B. Rukun dan Syarat Pernikahan

Syarat adalah sesuatau yang harus ada dalam suatu perbuatan

(pernikahan) dan itu bisa jadi penentu sah atau tidak nya suatu perbuatan

(pernikahan). Sedangkan rukun adalah sesuatu yang wajib ada dalam

perbuatan (pernikahan) dan menjadi bagian dari perbuatan tersebut. Akan

tetapi sebagian dari rukun nikah merupakan dari persyaratan nikah. Suatu

ibadah dikaakn sah atau tidaknya jika sudah terpenuhi rukun dan

syaratnya. Berikut rukun pernikahan yaitu esebagai berikut :

14
Ibid, hal. 10

15
Syaikh Zainuddin bin Abdul Azis al Mlibariy, Kitab fat-hul mu’in,terj. Haidar
Muhammad Asas (Surabaya: Pustaka Agung Harapan :t.th) hal 161.

20
1. Adanya calon suami dan istri yang akan melangsungkan pernikahan.

2. Adanya wali yaitu ayah dari pihak wanita atau wahsiy (yang

diwasiatkan), keturunan dari ayah atau orang yang berilmu dari

keluarganya.

3. Saksi dalam pernikahan, di dalam pasal 26 ayat (1) Undang-Undang

No. 1 Tahun 1974 mengatur sebagai berikut : “pernikahan yang

dilangsungkan di muka Pegawai Pencacatan Pernikahan yang tidak

berwenang, wali nikah yang tidak sah, atau yang di langsungkan tanpa

dihadiri oleh Dua (2) orang saksi dapat dimintakan pembatalan oleh

para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami dan

isteri, jaksa dan suami atau isteri. Dari pasal tersebut dapat

disimpulkan bahwa mengadirkan dua (2) orang saksi adalah perkara

yang wajib, jika tidak di hadirkan maka bisa dimintakan pembatalan

pernikahan seperti yang sudah di sebutkan pada pasal tersebut.

4. Mahar adalah suatu pemberian yang diberikan oleh calon suami

kepada orang tua dari calon isterinya karna ingin menikahi anaknya.

5. Sighat akad nikah yaitu pernyataan sepakat dari pihak suami dan

pihak calon isteri untuk mengikat diri mereka dengan tali perkawinan

dengan menggunakan ijab-qobul.

Selanjutnya syarat-syarat pernikahan yaitu asas atau sesuatu yang

menjadi penentu sahnya suatu pernikahan, dan akibat dari terpenuhinya

syarat-syarat pernikahan tersebut, maka timbullah hak dan kewajiban

21
bagi suami dan isteri. Berikut secara garis besar syarat-syarat pernikahan

ada dua, yaitu sebagai berikut :

a. Calon isteri yang akan dinikahi tidak haram untuk dinikahi, baik

haramnya sementara maupun selama-lamanya.

b. Pernikahan disaksikan oleh dua orang saksi yang telah memenuhi

syarat-syarat untuk bisa menjadi saksi, yakni muslim, baligh, berakal,

tidak buta dan tuli.16

C. Nikah dalam Perspektif Hukum Islam

hukum asal nikah adalah Sunnah, akan tetapi hukum nikah

persfektif fiqh Islam adalah terkadang bisa sunnah, terkadang bisa

wajib atau terkadang juga mubah saja. Dalam kondisi tertentu bisa

menjadi makruh,bahkan haram. Berikut penjelasannya ;

1. Pernikahan yang Wajib Hukumnya

Menikah itu wajib hukumnya bagi orang yang sudah mampu

secara finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan.

Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri dari zina adalah wajib. Maka

bila jalan keluarnya hanya dengan cara menikah, tentu saja menikah

bagi orang tersebut hukumnya wajib. Jika ia tidak segera menikah, ia

dapat terjerumus ke dalam perzinahan. Ulama yang berpandangan

seperti itu akan menyarankan seseorang tidak perlu khawatir dengan

masalah ekonomi, karena Allah akan memberikan rezeki kepadanya,

sebagaimana firman-nya :
16
Faisal Hadi, “Fenomena pernikahan dini dalam perspektif hukum islam,” skripsi,
( Pancor : IAIH Pancor,2021), hlm,23,24, dan 25.

22
َ َ‫صلِ ِحيْنَ ِمنْ ِعبَا ِد ُك ْم َواِ َمآِئ ُك ْْم اِنْ يَّ ُك ْونُ ْوا فُق‬
‫رآ َء يُ ْغنِ ِه ُم‬oo َّ ‫ ااْل َيَامى ِم ْن ُك ْم َوال‬o‫َواَ ْن ِك ُحوا‬

ْ َ‫هَّللا ُ ِمنْ ف‬
ِ ‫ضلِ ِْه َوهَّللا ُ َوا‬
‫س ٌع َعلِ ْي ٌْم‬

Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian

di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-

hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahanyamu yang

prempuan. Jika mereka miskin allah akan memampukan mereka

dengan kurnia-nya. Dan Allah maha luas (pemberian-nya ) lagi maha

mengetahui (QS. An-Nur :32).

2. Pernikahan yang Sunnah Hukumnya

Pernikahan menjadi Sunnah jika mereka yang sudah mampu

namun mereka yakin tidak akan terjerumus dalam perzinaan. Bagi

mereka, penundaan perkawinan di sini dimaksudkan untuk

mematangkan usia atau secara psikologis sampai benar-benar siap

menghadapi hidup berkeluarga. Pertimbangan mereka di antaranya

kehidupan keluarga tidak hanya masalah seksual, tetapi lebih

kompleks lagi adalah masalah ekonomi.17

3. Pernikahan yang Haram Hukumnya

Menikah juga haram. Bagaimana bisa di haramkan ? pertama,

jika pemuda tidak mampu memberi nafkah. Kedua, jika tidak

mampu melakukan hubungan seksual. Namun ada perkecualian, bila

sebelumnya telah berterus terang dan calon istrinya itu mengetahui

dan menerima keadaannya.

17
Cholil Nafis, Buku Fiqih Keluarga, (Jakarta Selatan : Mitra Abadi Press, t.th), hlm,5,6
dan 7.

23
Ada pula pernikahan yang dianggap haram, seperti tidak

memenuhi syarat dan rukun, seumpama nikah tanpa wali atau tanpa

saksi. Atau nikah dengan niat untuk mentalak (menjadi muhallil),

nikah untuk sementara waktu (mut’ah), dan nikah sirri yang

bertujuan hanya untuk kesenangan belaka.

4. Pernikahan yang Makruh Hukumnya

Hukum menikah makruh jika; orang tidak punya penghasilan

sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan

seksual. Kecuali, bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa

mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka

untuk menikah meski hukumnya makruh.

Dalam islam, yang diwajibkan menanggung nafkah keluarga

adalah suami, bukanlah isteri. Bila kondisi di mana isteri rela

menanggung beban nafkah dan berpengaruh kepada ketaatan dan

ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya

menjadi jauh lebih besar.

5. Pernikahan yang Mubah Hukumnya

Orang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal

yang mendorong keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang

mencegahnya untuk menikah, maka baginya hukum menikah itu

menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah

namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya.

24
Pada kondisi tengah-tengah seperti ini, maka hukum nikah baginya

adalah mubah.18

D. Pembatasan Umur

Yang dimaksud dengan pembatasan umur adalah usia

minimal calon suami-isteri untuk diperbolehkan melangsungkan

pernikahan. Islam tdiak mengatur batasan minimal usia perkawinan.

Maksud pernikahan di bawah umur adalah pernikahan orang yang

belum mencapai baligh bagi pria dan belum mencapai menstruasi

(haidh) bagi wanita.

Memang syariat islam secara eksplisit tidak mengatur atau

memberikan batasan usia tertentu untuk melaksanakan suatu

pernikahan. Namun secara implisit syariat menghendaki orang yang

hendak melakukan pernikahan adalah benar-benar orang yang sudah

siap mental, fisik, dan psikis, dewasa, dan paham akan arti sebuah

pernikahan.19

Berdasarkan UU No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1)

menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16

tahun, usulan perubahan pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1)

perkawinan dapat dilakukan jika pihak laki-laki dan prempuan

berusia minimal 19 tahun, ayat (2) untuk melangsungkan pernikahan

18
Ibid, hlm, 9-10.
19
Ibid, hlm, 22.

25
masing-masing calon mempelai yang belum mencapai umur 21

tahun, harus mendapat izin kedua orang tua.20

E. keharmonisan Dalam rumah tangga

keharmonisan keluarga merupakan keadaan tercapainya

kebahagian dan kebersamaan setiap anggota dalam suatu keluarga

dan sedikit sekali terjadinya konflik, sehingga terbentuklah keluarga

yang tentram dan bahagia,atau bisa disebut keluarga yang sakinah,

mawaddah dan warohmah.

1. Aspek-aspek keharmonisan rumah tangga

Ada enam (6) aspek yang harus diperhatikan untuk

meciptakan keluarga yang harmonis yaitu sebagai berikut:

1. Kehidupan beragamadalam keluarga

2. Mempunyai waktu untuk bersama

3. Mempunyai pola komunikasi yang baik bagi sesama anggota

keluarga (ayah, ibu dan anak)

4. Saling menghargai satu dengan yang lainnya

5. Masing-masing anggota keluarga marasa terkait dalam ikatan

keluarga sebagai kelompok

6. Bila terjadi suatu permasalahn dalam keluarga mampu

menyelesaikannya secara positif dan konstruktif.

20
M. Hafizul Wathoni, Analisis Dampak Pernikahan Dini Terhadap Psikologis Remaja Di
Kelurahan Kelayu Jorong, skripsi, (Pancor : IAIH Pancor, 2021), hlm, 1.

26
Beberapa aspek yang sudah disebutkan di atas mempunyai

hubungan yang sangat erat anatar satu dengan

lainnya.keharmonisan dalam rumah tangga sangat ditentukan oleh

tercapainya beberapa aspek di atas.

2. Faktor penentu keharmonisan rumah tangga

Untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis masing-

masing pasangan suami isteri harus mengetahui dan menjalakna

faktor-faktor yang dapat mendukung dan mendatangkan

keharmonisan dalam rumah tangga yaitu faktor utama dan faktor

pendukung sebagai berikut .

a. Faktor utama

1. Terpenuhinya kebutuhan lahiriyah

Maksudnya terpenuhinya kebutuhan lahiriyah yang

berkaitan dengan pemenuhan hak dan kewajiban suami

isteri dalam kehidupan berumah tangga.

2. Terpenuhinya kebutuhan bathiniyah

a. Terpenuhinya kebutuhan biologis

Yaitu kebutuahn seksual anatar suami dan isteri

b. Bersikap lemah lembut

Seorang suami istri sangat dianjurkan untuk

masing-masing bersikap lemah lembut. Suami bersikap

lemah lembut kepada isteri, dan begitu sebaliknya,

27
tidak boleh dan hindari lah saling menyakiti baik dari

perkataan apalagi dengan kekerasan fisik.

3. Terpenuhinya kebutuhan spritual

Kebutuhan spritual adalah kebutuhan akan

pendidikan dan ilmu agama. Terpenuhinya keutuhan

pendidikan ini terkait dengan tingkat pendidikan.

b. Faktor pendukung

1. Memanggil pasangan dengan sebutan yang paling di

seganinya

2. Mengetahui kesenangan pasangannya

3. Bersabar dan saling menasehati dengan baik ketika

pasangan melakukan hal-hal yang tidak di senangi

4. Hendaknya suami menjadi teladan bagi keluarga

5. Saling pengertian, saling memahami, saling memepercayai

dan saling menghormati

6. Selalu bermusyawarah atau berkomunikasi ketika ada suatu

kesulitan atau permasalahan

7. Dapat mengusahakan sumber kehidupan yang layak untuk

keluarga

Berdasarkan faktor-faktor penentu keharmonisan keluarga di

atas dapat di ketahui bahwa pernikahan dini juga merupakan faktor

yang tidak mempengaruhi terciptanya keluarga yang tidak harmonis.

Halitu dapat dilihat dari:

28
1. Pasangan pernikahan dini belum matang secara ekonomi. Pada

umumnya mereka belum memeiliki pekerjaan yang tetap.

2. Pasangan pernikahan dini belum matang secara psikologis.

3. Pengaruh pernikahan dini terhadap keharmonisan rumah tangga

Pernikahan dini merupakan yang dilakukan oleh pasangan

yang masih berusia muda/remaja.Umumnya para pasangan

muda/remaja keadaan psikologisnya masih belum matang, sehingga

masih labil dalam menghadapi masalah yang timbul dalam

perkawinan. Hal itu dapat menyebabkan permasalahan yang timbul

dalam rumah tangga tidak terselesaikan dengan baik tetapi bisa saja

justru membuat masalah semakin rumit.21

H. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field reseach), yang bersifat deskriptif dengan

dukungan data kualitatif, yaitu dengan penelitian lapangan yang datanya

diperoleh langsung dari lapangan, baik berupa hasil observasi, interview

dan dokumentasi. Sedangkan maksud dari kualitatif adalah penelitian

yang digunakan untuk menyelediki, menemukan, menggambarkan yang

21
Winik Juniasti,pernikahan dini dan pengaruhnya terhadap keharmonisan dalam rumah
tangga di desa bonto jati kec. Pasimasunggu timur Kab. Kepulauan selayar, skripsi, (makassar :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Makassar,2017/2018), hlm. 27-32.

29
bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian.

2. Pendekatan Penelitian

pada penelitian ini penulis menggunakan pendekatan sosiologi

dengan metode studi kasus, dan fakta sosial mengenai objek penelitian.

Pendekatan ini juga melihat bagaimana aktifitas sosial masyarakat untuk

memenuhi kebutuhannya, sehingga dapat ditemukan fakta-fakta tentang

aktifitas masyarakat, dan bagaimana cara masyarakat untuk memenuhi

kebutuhannya.

Studi kasus digunakan untuk memfokuskan terhadap

permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti terhadap pernikahan dini

dan pengaruhnya terhadap keharmonisan rumah tangga di Desa Toya

Kec. Aikmel.

3. Sumber Data

sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.

Apabila peneliti akan menggunakan teknik wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden (orang yang

merespon/menjawab pertanyaan-pertanyaan dari peneliti). Apabila

peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber datanya berupa

benda/proses sesuatu.

30
Apabila peneliti menggunakan tehnik dokumentasi, maka catatan

(data) yang diperoleh menjadi sumber data. Ada dua jenis sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan sekunder.

a. Data Primer

data primer merupakan data yang didapat dari sumber utama

baik individu ataupun perseorangan, seperti hasil wawancara dan

Observasi Dalam penelitian ini yang menjadi dat primer yaitu hasil

wawancara dari para remaja/remaji di Desa Toya kec. Aikmel.

b. Data Sekunder

Data ini mendukung pembahasan dan penelitian, untuk itu

beberapa sumber buku atau data yang diperoleh akan membantu dan

mengkaji secara kritis penelitian tersebut. Untuk memperoleh data

tersebut peneliti mengambil beberapa reefrensi, buku literatur, jurnal

standar, dan yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan

bahan untuk menyusun suatu informasi. Dalam usaha pengumpulan data,

penulis gunakan dalam penelitian ini merupakan.

31
a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencacatan yang sistematis

terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu

teknik pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian,

direncanaan dan dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol

keandalan (reliabilitas) dan validitasnya.

b. Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti

langsung berdialog atau tatap muka dengan responden untuk mencari

atau menggali imformasi dari responden. Pada dasarnya terdapat dua

jenis wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawancara bebas

tidak terstruktur.

Metode ini penulis menggunakan dengan cara tanya jawab

langsung secara lisan antara peneliti dengan para remaja/remaji

yang ada di Desa Toya, kec. Aikmel.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode untuk mendapatkan

data-data yang berupa pedoman atau barang tertulis. Maka metode

dokumentasi berarti mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrif, buku, dan sejenisnya. Dalam hal ini

32
penulis mengumpulkan data-data buku, jurnal standar, dan lain

sebagainya yang berhubungan dengan penelitian ini.

5. Teknik Analisis Data

Menurut miles dan hubermen, analisis terdiri dari tiga alur

kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu : reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan/verifikasi. Mengenai ketiga alur tersebut

secara lebih lengkapnya sebagai berikut :

1) Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari

suatu data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah

direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan.Dalam reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-

pilihan terhadap data yang hendak disusun, mana yang dibuang dan

mana yang merupakan ringkassan dan diambil, cerita-cerita apa yang

seddang berkembang.

2) Penyajian Data

Penyajian sebagai sekumpulan imformasi tersusun yang

memberi kemingkinan adanya kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam proses ini peneliti dapat apa yang sedang terjaddi melalui

beberapa grafik, matrik, bagan, dan jaringan yang terkait dalam

33
penelitian pernikahan dini dan pengaruhnya terhadap keharmonisan

rumah tangga. Menarik kesimpulan yang benar ataukah terus

melangkah melakukan analisi yang menurut saran yang digambarkan

oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

3) Verifikasi dan Kesimpulan

Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung

sejak awal pengumpulan data, peneliti harus membuat kesimpulan

sementara. Dalam tahap akhir, kesimpulan-kesimpulan tersebut harus

dicek kembali (diverifikasi) pada cacatan yang telah dibuat oleh

peneliti dan selanjutnya kearah kesimpulan yang mantap. Penarikan

kesimpulan dapat diawali dengan kesimpulan tentatif yang masih

perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan

diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya dihasilkan kesimpulan

akhir lebih bermakna dan lebih jelas.

6. Keabsahan data

Tringulasi dalam penguji kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan

berbagai waktu. Dengan demikian terdapatlah berbagai tringulasi yakni :

34
a. Tringulasi sumber

Tringulasi sumber ini pungsinya untuk menguji kredibilitas

data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh

melalui beberapa sumber.

b. Tringulasi teknik

Tringulasi teknik ini pungsinya untuk menguji kredibilitas

data yang dilakukan dengan cara yang dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda.

c. Tringulasi waktu

Tringulasi waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data.

Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada

saat narasumber masih keadaan segar, belum banyak masalah, akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.

I. sistematika pembahasan

Adapun penulis membagi pembahasan ke dalam lima sub bab, yang

masing-masing babnya terdapat sub bab. Sistematika pembahasan dalam

penulisan skripsi ini anatar lain :

Bab I pendahuluan. Bab ini merupakan gambaran umum untuk

memberi rangka pemikiran keseluruhan mulai dari latar belakang masalah,

35
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kajian pustaka,nmetode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II landasan teori. Bab ini berisikan pengertian pernikahan, rukun

dan syarat pernikahan, nikah dalam persfektif hukum islam, pembatasan

umur, dan keharmonisan dalam rumah tangga.

Bab III Deskripsi umum Des Toya, kec. Aikmel dan paparan temuan

data. Bab ini berisikan mengenai profil dan gambaran umum pada Desa Tya,

kec. Aikmel. Selain itu pada bab ini juga memaparkan hasil wawancara dari

narasumber yang sudah ditentukan secara tak terstruktur.

Bab IV pernikahan dini dan pengaruhnya terhadapkeharmonisan dalm

rumah tangga study kasus Desa Toya,kec. Aikmel. Pada bab ini di uraikan

bagaimana pernikahan dini dan pengaruhnya terhadap keharmonisan dalam

rumah tangga di Desa Toya, kec. Aikmel.

Bab V bab ini merupakan bab penutup yang di dalamnya terdapat

kesimpulan dari penelitian dan saran-saran penulis.

36

Anda mungkin juga menyukai