PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Apabila kita berbicara tentang pernikahan maka dapatlah
kita memandangnya dari dua buah sisi. Dimana pernikahan
merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan di sisi lain
adalah satu-satunya jalan penyaluran sexs yang disah kan oleh
agama.dari sudut pandang ini, maka pada saat orang
melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan
saja memiliki keinginan untuk melakukan perintah agama,
namun juga memiliki keinginan memenuhi kebutuhan
biologis nya yang secara kodrat memang harus disalurkan.
Sebagaimana kebutuhan lain nya dalam kehidupan ini,
kebutuhan biologis sebenar nya juga harus dipenuhi. Agama
islam juga telah menetapkan bahwa stu-satunya jalan untuk
memenuhi kebutuhan biologis manusia adalah hanya dengan
pernikahn, pernikahan merupakan satu hal yang sangat
menarik jika kita lebih mencermati kandungan makna
tentang masalah pernikahan ini. Di dalam al-Qur’an telah
dijelaskan bahwa pernikahan ternyata juga dapat membawa
kedamaian dalam hidup seseorang (litaskunu ilaiha). Ini
berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar
sebagai sarana penyaluran kebutuhan sex namun lebih dari
itu pernikahan juga menjanjikan perdamaian hidup bagi
manusia dimana setiap manusia dapat membangun surge
dunia di dalam nya. Smua hal itu akan terjadi apabila
pernikahan tersebut benar-benar di jalani dengan cara yang
sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan islam.
1
Mempelai laki laki dan perempuan
Adalah calon pengantin yang akan mengikat janji untuk
melaksanakan salah satu sunnah Rasul untuk
membentuk keluarga sakinnah, mawaddah, warrohmah.
Mahar
Adalah sebuah pemberian yang diberikan pihak laki
laki sesuai kesanggupan dan persetujuan pihak
perempuan. Tidak ada patokan khusus dalam Islam
mengenai jumlah dan kriteria mahar tersebut. Asalkan
pihak laki laki sanggup memenuhi dan pihak
perempuan tidak memaksakan mahar yang besar kepada
calon mempelai laki-laki, maka hal itu sudah memenuhi
syarat untuk ebuah pernikahan dalam islam.
Ijab Kabul
Adalah ucapan kalimat yang dilafalkan oleh mempelai
laki laki sebagai ikrar bahwa dia bersedia menerima
calon istrinya dan menjadikannya rekan seperjuangan
dalam berumah tangga.
Wali
Adalah pihak dari perempuan yang menyerahkan
mempelai perempuan untuk dijadikan istri bagi pihak
laki laki.
Hikmah Pernikahan
Allah SWT berfirman :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Ar-ruum,21)
Pernikahan menjadikan proses keberlangsungan hidup
manusia didunia ini berlanjut, darigenerasi ke generasi. Selain
juga menjadi penyalur nafsu birahi, melalui hubungan suami
istri serta menghindari godaan syetan yang menjerumuskan.
Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan laki-laki
dan perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam
wilayah kasih sayang dan penghormatan muslimah
berkewajiban untuk mengerjakan tugas didalam rumah
tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak, dan
menciptakan suasana yang menyenangkan. Supaya suami
dapat mengerjakan kewajibannya dengan baik untuk
kepentingan dunia dan akhirat.
Adapun hikmah yang lain dalam pernikahannya itu
yaitu :
a) Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan
jalan berkembang biak dan berketurunan.
b) Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan
nista dan mampu mengekang syahwat seta menahan
pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
c) Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn
cara duduk-duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya.
d) Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan.2[4]
2
Sasaran utama dari disyari’atkannya perkawinan dalam
Islam di antaranya ialah untuk membentengi martabat
manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang telah menurunkan
dan meninabobokan martabat manusia yang luhur. Islam
memandang perkawinan dan pembentukan keluarga sebagai
sarana efefktif untuk memelihara pemuda dan pemudi dari
kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Wahai para pemuda’’ ! Barangsiapa diantara kalian
berkemampuan untuk nikah, maka nikahlah, karena nikah itu
lebih menundukan pandangan, dan lebih membentengi farji
(kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka
hendaklah ia puasa (shaum), karena shaum itu dapat
membentengi dirinya”.
3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Islam
membenarkan adanya Thalaq (perceraian), jika suami istri
sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah,
sebagaimana firman Allah : Thalaq (yang dapat dirujuki) dua
kali, setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara ma’ruf atau
menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali dari sesuatu yang telah kamu berikan
kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa
atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah
kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-
hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dhalim.”
Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan
syari’at Allah. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila
keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah.
ALLAH berfirman : “Kemudian jika si suami
menthalaqnya (sesudah thalaq yang kedua), maka perempuan
itu tidak halal lagi baginya hingga dikawin dengan suami
yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas
suami yang pertama dan istri) untuk kawin kembali, jika
keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkannya
kepada kaum yang (mau) mengetahui “ .
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami
istri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya.
Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at
Islam adalah wajib.
4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah
kepada Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari
sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur
bagi peribadatan dan amal shalih di samping ibadat dan amal-
amal shalih yang lain, sampai-sampai menyetubuhi istri-pun
termasuk ibadah (sedekah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Jika kalian bersetubuh dengan istri-istri kalian termasuk
sedekah !. Mendengar sabda Rasulullah para shahabat
keheranan dan bertanya : “Wahai Rasulullah, seorang suami
yang memuaskan nafsu birahinya terhadap istrinya akan
mendapat pahala ?” Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menjawab : “Bagaimana menurut kalian jika mereka (para
suami) bersetubuh dengan selain istrinya, bukankah mereka
berdosa .? Jawab para shahabat :”Ya, benar”. Beliau bersabda
lagi : “Begitu pula kalau mereka bersetubuh dengan istrinya
(di tempat yang halal), mereka akan memperoleh pahala !” .
5. Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
Tujuan perkawinan di antaranya ialah untuk melestarikan
dan mengembangkan bani Adam, Allah berfirman :
“Artinya : Allah telah menjadikan dari diri-diri kamu itu
pasangan suami istri dan menjadikan bagimu dari istri-istri
kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki
yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada
yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?”.
Dan yang terpenting lagi dalam perkawinan bukan hanya
sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan
membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak
yang shalih dan bertaqwa kepada Allah.Tentunya keturunan
yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan
pendidikan Islam yang benar.
Hukum NIKAH
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu
mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat Berlaku adil. Maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat
aniaya.”(An-Nisaa’, 3)
Dari keterangan diatas disimpulkan bahwa hukum nikah ada
5:
Wajib kepada orang yang mempunyai nafsu yang kuat
sehingga bias menjerumuskannya ke lembah maksiat (zina
dan sebagainya) sedangkan ia seorang yang mampu.disini
mampu bermaksud ia mampu membayar mahar (mas
berkahminan/dower) dan mampu nafkah kepada calon
istrinya.
Sunat kepada orang yang mampu tetapi dapat mengawal
nafsunya.
Harus kepada orang yang tidak ada padanya larangan
untuk berkahwin dan ini merupakan hukum asal perkawinan
Makruh kepada orang yang tidak berkemampuan dari
segi nafkah batin dan lahir tetapi sekadar tidak memberi
kemudaratan kepada isteri.
Haram kepada orang yang tidak berkempuan untuk
memberi nafkah batin dan lahir dan ia sendiri tidak berkuasa
(lemah), tidak punya keinginan menikah serta akan
menganiaya isteri jika dia menikah.3[5]
3
b. anak dari silsilah anggota keluarga di bawah
nya, mencangkup anak, cucu, dan seterusnya ke
bawah
c. saudara laki laki
d. paman dari pihak bapak
3. Hak Dan Kawajiban Suami Istri
a. melaksanakan perintah Allah swt
b. melaksanakan dan menghidupkan sunnah nabi
Muhammad saw
c. menjaga kehormatan laki laki dan perempuan
d. terpelihara dari beragam maksiat
e.memiliki keturunan yang shalihah
f. mendidik anak dengan baik
.kewajiban anak yaitu; menghormati orang tua,
bisa membanggakan orang tua, menjaga nama
baik orang tua.
4. Nikah solusi terbaik menurut islam
-Allah menciptakan manusia secara berpasang pasangan agar
cenderung padanya. Dan Allah menjadikan diantara kalian
berpasang pasangan tentram dan kasih sayang. Pada tanda
tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berfikir. Ketika tiba
masa usia baliq , maka perasaan ingin memperhatikan dan
diperhatikanlawan jenis. Banyak perasaan aneh dan bayang
banyng suatu sosok tak karuan. Jadi, dari pada melalukukan
perkara yang kurang baik (maksiat) solusi yang terbaik adalah
menikah.
4[6] Ahmad Rafi Baihaqi, Membangun Syurga Rumah Tangga, (surabayah:gita mediah press, 2006)
hal. 44
b) Luhur budi pekertinya : seorang istri yang luhur budi
pekertinya selalu sabar dan tabah menghadapi ujian apapun
yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya.
c) Cantik wajahnya : setiap orang laki-laki cenderung
menyukai kecantikan begitu pula sebaliknya. Kecantikan
wajah yang disertai kesolehahhan prilaku membuat pasangan
tentram dan cenderung melipahkan kasih sayangnya
kepadanya, untuk sebelum menikah kita disunahkan untuk
melihat pasangan kita masing-masing.
d) Ringan maharnya : Rasullullah bersabda : “salah satu tanda
keberkahan perempuan adalah cepat kawinnya, cepat
melahirkannya, dan murah maharnya.
e) Subur : artinya cepat memperoleh keturunan dan wanita itu
tidak berpenyakitan.
f) Masih perawan : jodoh yang terbaik bagi seorang laki-laki
perjaka adalah seorang gadis. Rasullullah pernah mengikatkan
Jabbir RA yang akan menikahi seorang janda : “alangkah
baiknya kalau istrimu itu seorang gadis, engkau dapat
bermain-main dengannya dan ia dapat bermain-main
denganmu.”
g) Keturunan keluarga baik-baik : dengan sebuah hadist
Rasullallah besabda : “jauhilah dan hindarkan olehmu
rumput mudah tumbuh ditahi kerbau”. Maksudnya : seorang
yang cantik dari keturunan orang-orang jahat.
h) Bukan termasuk muhrim : kedekatan hubungan darah
membuat sebuah pernikahan menjadi hambar, disamping itu
menurut ahli kesehatan hubungan darah yang sangat dekat
dapat menimbulkan problem genetika bagi keturunannya.
Dalam memilih calon suami bagi anak perempuan
hendaknya memilih orang yang memiliki akhlak, kehormatan
dan nama baik. Dengan demikian jika ia menggauli istrinya
maka istrinya maka ia menggaulinya dengan baik, jika
menceraikan maka ia menceraikan dengan baik.
Rasullah bersabda :”barang siapa mengawinkan anak
perempuannya denga orang yang fasik makasungguh dia
telah memutuskan hubungan persaudaraan.”
Seorang laki-laki berkata kepada hasan bin ali,
“sesungguhnya saya memiliki seorang anak perempuan maka
siapakah menurutmu orang cocok agar saya dapat
menikahkan untuknya ?” hasan menjawab :”nikahkanlah dia
dengan seorang yang beriman kepada Allah SWT, jika ia
mencintainya maka dia akan memuliahkannya dan jika dia
membencinya maka dia tidak mendoliminya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Arti dari pernikahan disini adalah bersatunya dua insane
dengan jenis berbeda yaitu laki-laki dan perempuan yang
menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.
2. Hikmah dalam pernikahannya itu yaitu :
a. Mampu menjaga kelangsungan hidup manusia dengan
jalan berkembang biak dan berketurunan.
b. Mampu menjaga suami istri terjerumus dalam perbuatan
nista dan mampu mengekang syahwat seta menahan
pandangan dari sesuatu yang diharamkan.
c. Mampu menenangkan dan menentramkan jiwa denagn
cara duduk-duduk dan bencrengkramah dengan pacarannya.
d. Mampu membuat wanita melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tabiat kewanitaan yang diciptakan.
3. Tujuan pernikahan :
a) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi
b) Untuk Membentengi Ahlak Yang Luhur
c) Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
d) Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
e) Untuk Mencari Keturunan Yang Shalih
B. Saran
Dari beberapa Uraian diatas jelas banyaklah kesalahan serta
kekeliruan, baik disengaja maupun tidak, dari itu kami
harapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki segala
keterbatasan yang kami punya, sebab manusia adalah
tempatnya salah dan lupa.
DAFTAR PUSTAKA
Rafi Baihaqi, Ahmad, Membangun Surga Rumah Tangga,
(surabayah:gita mediah press, 2006)
At-tihami, Muhammad, Merawat Cintah Kasih Menurut Syriat
Islam, (surabayh : Ampel Mulia, 2004)
Muhammad ‘uwaidah, Syaikh Kamil, Fiqih Wanita,
(Jakarta:pustaka al-kautsar, 1998)