PENDAHULUAN
1.2 Definisi
Kata nikah berasal dari bahasa Arab yang berarti (al-jam’u) atau “bertemu,
berkumpul”. Menurut istilah, nikah ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan
perempuan untuk hidup bersama dalam suatu rumah tangga melalui akad yang dilakukan
menurut hukum syariat islam.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), dijelaskan bahwa perkawinan adalah
pernikahan, yaitu akad yang kuat atau mitsaqan ghalizhan untuk mentaati perintah Allah Swt.
Dan melaksanakannya merupakan ritual ibadah. Sementara itu, menurut Undang-Undang
No.1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan Pasal 1, dijelaskan bahwa perkawinan ialah ikatan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang kekal dan bahagia berdasarkan ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
1
1.3 Dalil
Dalam surah An-Nur ayat 32, Allah Swt. berfirman:
ص لِ ِح ْي َن ِم ْن عِ َب ا ِد ُك مْ َو ِا َم ۤا ِٕى ُك ْ ۗم ِا ْن
ّ ٰ ام ى ِم ْن ُك مْ َو ال ٰ َو اَ ْن ِك ُح وا ا اْل َ َي
ٌ اس ٌع َع لِ ْي م ِ ض لِ ٖ ۗه َو هّٰللا ُ َو ْ َّي ُك ْو ُن ْو ا فُ َق َر ۤا ءَ ُي ْغ ِن ِه م ُ هّٰللا ُ ِم نْ َف
32. “Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-
orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan.
Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya.
Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”
“Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku, bukan bagian dariku.
Maka menikahlah kalian, karena aku bangga dengan banyaknya umatku (di hari kiamat)” (HR. Ibnu
Majah no. 1846, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no. 2383).
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.4 Hukum
Menurut sebagian besar ulama, hukum asal nikah adalah mubah, dalam artian boleh
dikerjakan dan boleh ditinggalkan. Meskipun demikian, ditinjau dari segi kondisi orang yang
akan melakukan pernikahan, hukum nikah dapat berubah menjadi wajib, sunah, makruh, dan
haram.
a. Jaiz atau mubah, artinya dibolehkan dan inilah yang menjadi dasar hukum nikah.
b. Wajib, yaitu orang yang telah mampu/sanggup menikah. Bila tidak menikah, khawatir ia
akan terjerumus ke dalam perzinaan.
c. Sunnah, yaitu orang yang sudah mampu menikah, tetapi masih Sanggup mengendalikan
dirinya dari godaan yang menjurus Kepada perzinaan.
d. Makruh, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan dan telah Memiliki keinginan atau
hasrat, tetapi ia belum mempunyai bekal Untuk memberikan nafkah tanggungannya.
e. Haram, yaitu orang yang akan melakukan pernikahan, tetapi ia Mempunyai niat yang buruk,
seperti niat menyakiti perempuan Atau niat buruk lainnya.
1.5 Tujuan
Secara umum tujuan pernikahan menurut Islam adalah untuk memenuhi hajat manusia
(pria terhadap wanita atau sebaliknya) dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang
bahagia, sesuai dengan ketentuan-ketentuan agama Islam. Secara umum tujuan pernikahan
dalam islam dapat diuraikan sebagai berikut:
3
.
Tujuan utama pernikahan dalam Islam ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat. Sebagai
seorang muslim, kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Alangkah
baiknya bisa meniru yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satunya menjalankan
pernikahan dengan niat yang baik.
• Menyempurnakan Agama
Terasa lebih indah bila menjalani kebahagiaan dunia dan akhirat bersama rekan yang tepat
dalam biduk rumah tangga. Tujuan pernikahan dalam Islam selanjutnya untuk
menyempurnakan separuh agama. Separuhnya yang lain melalui berbagai ibadah.
4
Tujuan menikah dalam islam selanjutnya sebagai penyenang hati, membentuk pasangan
suami-istri yang bertakwa pada Allah Swt. Pernikahan mampu memicu rasa kasih dan
menciptakan insan yang takwa. Bersama memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan
bermanfaat bagi orang lain.
• Memperoleh Ketenangan
Sebuah pernikahan dianjurkan dengan tujuan dan niat yang memberi manfaat. Perasaan
tenang dan tentram atau sakinah, akan hadir seusai menikah. Bukan sekedar untuk
melampiaskan syahwat atau perasaan biologis saja, karena hal ini bisa mengurangi
ketenangan tersebut.