Anda di halaman 1dari 4

Tujuan nikah menurut Al Qur'an dan hadis

1. Mengikuti Perintah Allah SWT


Tujuan nikah dalam Islam yang paling utama adalah
menjalankan perintah Allah. Ini sesuai dengan ayat Al
Qur'an yang berbunyi:
"Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah
akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan
Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui." (QS. An-Nur Ayat 32).

2. Memperoleh Ketenangan
Menikah juga memiliki tujuan agar memperoleh
ketenangan hati. Ini sesuai dengan ayat Al Qur'an yang
berbunyi:
"Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
ciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (QS
al-Rum [30]: 21).

3. Mendapat keturunan
Tujuan pernikahan dalam Islam termasuk mendapatkan
keturunan. Ini merupakan salah satu jalan investasi di
akhirat, selain beribadah, termasuk pula keturunan yang
sholeh/sholehah. Tujuan nikah ini tercatat dalam Al
Qur'an yang berbunyi:
"Allah menjadikan kamu isteri-isteri dari jenis kamu
sendiri dan menjadikan bagimu isteri-isteri kamu itu,
anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki yang
baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang
bathil dan mengingkari nikmat Allah?." (QS. An-Nahl
ayat 72).

4. Penyenang hati
Tujuan menikah dalam Islam selanjutnya sebagai
penyenang hati, membentuk pasangan suami-istri yang
bertakwa pada Allah SWT. Pernikahan mampu memicu
rasa kasih dan menciptakan insan yang takwa. Bersama
memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan bermanfaat
bagi orang lain.
"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-
isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa." (QS. Al-Furqon ayat 74).

5. Membangun generasi beriman


Pernikahan juga bertujuan untuk membangun generasi
beriman. Bertanggung jawab terhadap anak, mendidik,
mengasuh, dan merawat hingga cukup usia. Jalan
ibadah sekaligus sedekah yang menjadi bekal di akhirat
kelak. Hal ini sesuai dengan ayat Al Qur'an yang
berbunyi:
"Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu
mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami
hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan
Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya." (QS. At-Thur ayat 21).

6. Separuh ibadah
Seseorang yang menikah dianggap telah
menyempurnakan ibadahnya. Menikah diibaratkan
sebagai separuh ibadah. Ini sesuai dengan hadis yang
berbunyi:
"Barangsiapa menikah, maka ia telah menyempurnakan
separuh ibadahnya (agamanya). Dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah SWT dalam memelihara yang
sebagian sisanya." (HR. Thabrani dan Hakim).

7. Sunah Rasulullah
Tujuan menikah ini sudah banyak disebutkan
masyarakat. Tujuan utama pernikahan dalam Islam ialah
menjauhkan dari perbuatan maksiat. Ini merupakan
sunah yang dianjurkan oleh Rasulullah. Berikut
hadisnya:
"Menikah adalah sunnahku, barangsiapa yang tidak
mengamalkan sunnahku, bukan bagian dariku. Maka
menikahlah kalian, karena aku bangga dengan
banyaknya umatku (di hari kiamat)." (HR. Ibnu Majah no.
1846, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash
Shahihah no. 2383).

8. Menguatkan ibadah
Ikatan suci yang bermanfaat dalam menjaga
kehormatan diri, serta terhindar dari hal-hal yang
dilarang agama. Menikah membantu membentengi diri
dari perbuatan keji dan merendahkan martabat, salah
satunya zina. Ini sesuai dengan hadis yang berbunyi:
"Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka
menikahlah. Sungguh menikah itu lebih menentramkan
pandangan dan kelamin. Bagi yang belum mampu,
maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng
baginya." (HR. Bukhari No. 4779).

Hukum Nikah
1. Wajib : Pernikahan wajib bagi orang yang sudah
mampu menikah, memiliki nafsu mendesak, dan takut
terjerumus dalam perzinaan.
2. Sunah : Pernikahan berhukum sunah jika orang yang
nafsunya telah mendesak dan mampu menikah tapi
masih dapat menahan dirinya dari perbuatan zina.
3. Haram : Nikah bisa jadi haram ketika seseorang tidak
mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada istri
serta nafsunya pun tidak mendesak.
4. Makruh : Hukum makruh dalam pernikahan terjadi
ketika seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu
memberi belanja kepada istrinya. Walaupun tidak
merugikan istri, karena ia kaya dan tidak mempunyai
keinginan syahwat yang kuat.
5. Mubah : Nikah bisa berhukum mubah jika orang yang
tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mengharamkan
untuk menikah.

Anda mungkin juga menyukai