Anda di halaman 1dari 22

Pernikahan Dalam

Perspektif Agama
Disusun Oleh :
Nia Susma Nur Chalipah 185040060
Ayu ristina putri 185040062
Indah lailatul adhiyah 185040067
DEFINISI

Pengertian Nikah Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974


menurut bahasa ialah berkumpul menjadi satu tentang Perkawinan pada BAB I DASAR
(fathul Mu’in), segala sesuatu yang berkumpul PERKAWINAN Pasal 1 dinyatakan bahwa :
jadi satu disebut nikah. “Perkawinan ialaha ikatan lahir batin antara
pengertian nikah menurut syara’ (Undang-Undang seorang pria dengan seorang wanita sebagai
Agama Islam) ialah akad yang mengandung unsur suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
diperbolehkannya melakukan persetubuhan (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
dengan menggunakan lafadz nikah atau tazwij. berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sabda rasululloh SAW :

Artinya : Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu hendaklah menikah, sebab
menikah akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kehormatan. Namun jika belum
mampu, hendaklah berpuasa, karena puasa akan menjadi perisai baginya. (HR Bukhari Muslim)
NIKAH
• Pernikahan atau perkawinan ialah akad yang menghalalkan pergaulan
dan membatasi hak dan kewajiban antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang bukan mahram. Sesuai dengan firman Allah :
• Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),
maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga
atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil,
maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
PENGERTIAN
• Pada hakikatnya, akad nikah adalah pertalian yang teguh dan kuat
dalam hidup dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan
keturunannya, melainkan antara dua keluarga. Dari baiknya pergaulan
antara si istri dengan suaminya, kasih mengasihi, berpindahlah
kebaikan itu kepada semua keluarga kedua belah pihak sehingga
mereka menjadi integral dalam segala urusan sesamanya dalam
menjalankan kebaikan dan mencegah segala kejahatan. Selain itu,
dengan pernikahan, seseorang akan terpelihara dari kebinasaan hawa
nafsunya.
TUJUAN PERNIKAHAN DALAM ISLAM
• Tujuan dan niat menikah bukan untuk kepuasan lahir batin belaka,
juga bukan bertujuan ikut-ikutan, apalagi menikah hanya bertujuan
libido seks atau tendensi lain. Menikah dengan niata seperti ini tidak
memperoleh pahala, kecuali Allah akan merendahkan hidup mereka.
• Tujuan utama menikah ialah untuk beribadah kepada Allah. Disebut
beribadah kepada Allah karena anda menikah atas dorongan mengikuti
perintah Allah dan Rasul-Nya, lihat firman-Nya :
• Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara
kamu ...(QS. An-Nur : 32)
Sabda Rasulullah SAW
• ‫طاع ِم ْن ُك ُم ْالبَا َءة فَ ْليَتَ َز َّو ُج‬ ِ ‫…يا َ َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
َ َ‫ب َم ْن اِ ْست‬
• Artinya : Wahai para pemuda, barangsiapa yang telah mampu
hendaklah menikah ...(HR. Imam Bukhari Muslim)
• Bila mana dalam hati terselip niat mengikuti perintah-Nya, mengikuti
seruan dua pedoman diatas, maka kaki dan hati sudah di jalur ibadah,
segala apa yang dilakukan dalam pernikahan bahkan meramas jemari
istri (Qurratul ‘Uyun) diganjar dengan pahala yang tak terhingga,
apalagi bekerja untuk anak istri, pahala itu melimpah ruah
menyelimuti keluarga sakinah itu.
Hukum Pernikahan Dalam Islam
• Pada dasarnya hukum pernikahan adalah mubah (boleh). Semua orang
boleh menikah, namun karena pertimbangan keadaan, hukum dasar itu
bisa berubah sesuai dengan hukum lima yang ada dalam Islam.
1. Wajib
• Seseorang wajib menikah bila mana sudah memiliki kemampuan lahir
batin melangsungkan pernikahan dan membawa bahtera rumah tangga
selayaknya. Bila tidak menikah dimungkinkan dirinya lebih jauh
melakukan kemaksiatan dan kedzaliman, karena menjaga diri dari
barang haram hukumnya wajib.
Sabda Rasulullah Artinya : Jika seorang hamba telah menikah, maka
sungguh ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya.
Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam menjaga sisa(nya).(HR.
Thabrani)
Firman Allah SWT
• Artinya : Dan orang-orang yang belum mampu untuk menikah
hendaklah mereka menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah
memampukan mereka dengan karunia-Nya. (QS. An-Nur : 33).
2. Sunnah
Bila mana seseorang mampu memenuhi kebutuhan lahir batin, bisa
memberi maskawin atau kebutuhan lain, sementara dia masih kuasa
menahan godaan nafsu untuk bertahan di jalan yang benar tanpa tergoda
ke jalan yang haram, bagi dia hukumnya sunat menikah, dan masih
dianjurkan lebih baik menikah, karena menikah lebih mampu menjaga
kehormatan diri dan agamanya.
•Sabda Rasulullah Artinya : Jika seorang hamba telah menikah, maka
sungguh ia telah menyempurnakan setengah dari agamanya. Hendaklah
ia bertaqwa kepada Allah dalam menjaga sisa(nya).(HR. Thabrani)
3. Makruh
•Bilamana seseorang belum mampu memikul biaya hidup berkeluarga
serta, tidak seberapa butuh untuk melampiaskan libido seks karena
kelemahannya, orang seperti ini makruh menikah. Atau karena
pernikahannya menghancurkan diri sendiri disebabkan kurang kesiapan
lahir batin,atau justru menyengsarakan pihak wanita segi lahir batin,
karena standar hadist Rasul, ialah seruan nikah bilamana anda mampu,
bilamana tidak mampu secara tidak langsung belum dalam seruan hadist
itu.
4. Haram
• Bilamana anda mutlak tidak mampu memenuhi kebutuhan lahir batin istri
seperti kebutuhan batin dan materi, dan anda tidak mampu memenuhi
kebutuhan itu, serta anda tahu dengan pernikahan ini semakin
menyengsarakan pihak wanita, haram menikahinya.
5. Mubah
• Seseorang diperbolehkan kawin bilamana tidak ada halangan untuk
menikah,juga tidak ada bahaya lain bilamana tidak menikah. Dia punya
potensi “mampu” memenuhi kebutuhan lahir batin, namun dia masih bisa
membawa diri lebih baik dan masih ada seumpama, sesuatu yang lebih baik
dikejar daripada menikah dulu.
Syarat & Rukun Pernikahan
• Setiap perbuatan hukum harus memenuhi dua unsur yaitu rukun dan
syarat. Rukun ialah unsur pokok (tiang) dalam setiap perbuatan
hukum. Sedangkan syarat ialah unsur pelengkap dalam setiap
perbuatan hukum. Jika kedua unsur ini tidak terpenuhi maka perbuatan
itu dianggap tidak sah menurut hukum. Rukun juga bisa diartikan
dengan sesuatu yang mesti ada sebagai penentu sah dan tidaknya suatu
pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian
pekerjaan tersebut. Seperti membasuh muka untuk wudlu’ dan
takbirotul ihrom untuk sholat, atau adanya calon pengantin laki-laki
dan perempuan dalam perkawinan.
Syarat & Rukun Pernikahan
• Adanya calon suami dan istri yang akan
melakukan perkawinan,
• Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita,
• Adanya dua orang saksi,
• Adanya sighat akad nikah, yaitu ijab kabul yang
di ucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak
perempuan
• Syarat perkawinandan dijawab
merupakan dasaroleh calon suatu
sah tidaknya pengantin
perkawinan. Apabila
laki-laki. terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan
syarat-syaratnya
adanya segala hak dan kewajiban sebagai suami istri. Adapun syarat-syarat
yang harus terpenuhi dari perkawinan antara lain yaitu :
• Calon suami dengan syarat- • Calon istri dengan syarat-syarat :
syarat : • Beragama, meskipun yahudi atau
• Beragama Islam nashrani
• Laki-laki • Perempuan (bukan khuntha /
• Jelas orangnya (bukan khuntha / mushkil)
muskhil) • Jelas orangnya
• Dapat memberikan persetujuan • Dapat dimintai persetujuannya
• Tidak terdapat halangan • Tidak terdapat halangan
melakukan perkawinan melakukan perkawinan
• Wali nikah dengan syarat-syarat :
• Laki-laki
• Dewasa
• Mempunyai hak perwalian
• Saksi nikah dalam perkawinan harus memenuhi beberapa syarat berikut ini :
• Minimal dua orang laki-laki
• Hadir dalam ijab qabul
• Dapat mengerti maksud akad
• beragama islam
• bersikap adil
• dewasa
• Ijab qobul dengan syarat-syarat
• dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti kedua belah pihak (pelaku akad
dan penerima aqad dan saksi).
Usia Ideal Menikah Dalam Islam
• Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan hanya boleh
dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam
pasal 7 Undang-Undang No. 1 tahun 1974, yakni calon suami sekurang-
kurangnya berumur 19 tahun dan calon istri sekurang-kurangnya berumur 16
tahun. Bagi calon mempelai yang belum mencapai umur 21 tahun harus
mendapat izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2), (3), (4), dan (5)
UU No. 1 tahun 1974,
• Dalam khazanah ilmu fiqh ada sebagian para ulama tidak memberikan batasan
usia pernikahan, artinya berapapun usia calon pengantin tidak menghalangi
sahnya pernikahan, bahkan usia belum baligh sekalipun, hal inilah yang
menjadi dasar jaman dahulu ada yang disebut istilah kawin gantung. Namun
mayoritas ulama di dunia Islam sepakat mencantumkan
HIKMAH PERNIKAHAN

• Agama Islam mengajarkan bahwa pernikahan adalah sesuatu yang


suci, baik dan mulia. Pernikahan menjadi dinding kuat yang
memelihara manusia dari kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang
disebabkan oleh nafsu birahi yang tak terkendalikan. Banyak sekali
hikmah yang terkandung dalam pernikahan, antara lain sebagai
kesempurnaan ibadah, membina ketentraman hidup, menciptakan
ketenangan batin, kelangsungan keturunan, terpelihara dari noda dan
dosa dan lain-lain.
Beberapa Hikmah Pernikahan

• 1. Pernikahan Dapat menciptakan Kasih Sayang dan Ketentraman


• 2. Pernikahan Dapat Melahirkan Keturunan yang Baik
• 3. Dengan Pernikahan, Agama dapat Terpelihara
• 4. Pernikahan dapat Memelihara Ketinggian Martabat Seorang Wanita
• 5. Pernikahan Dapat Menjauhkan Perzinahan
KESIMPULAN
• Pernikahan dalam Islam ialah ibadah. Itu berarti jika dilaksanakan mendapat
pahala. Hal itu berlaku bila dalam sebuah pernikahan dilakukan dengan
tujuan untuk meraih Ridha Allah dengan menjalankan perintah-Nya.
• Namun hal tersebut sepertinya sudah jarang ada di dunia nyata. Kebanyakan
mereka yang menikah ialah karena faktor cinta, dan kedepannya dilakukan
dengan dasar untuk memperoleh keturunan. Hal itu sah-sah saja. Akan tetapi
akan jauh lebih baik jika kita menjalankan pernikahan sesuai dengan syariah
Islam, mulai saat persiapan pernikahan hingga sampai saat membina rumah
tangga. Dengan demikian kedepannya akan dipenuhi keindahan rumah
tangga bersama anak-anak shalih dan shalihah.
• Sejalan dengan program pemerintah melalui pasal 7 UU No. 1 tahun
1974 yang menetapkan batas usia pernikahan, alangkah baiknya jika
kita patuhi. Hal ini berpengaruh pada masa depan sebuah pernikahan.
Jika kita masih dalam usia yang belum cukup, maka mental kita juga
belum siap untuk membina rumah tangga. Jadi alangkah baiknya jika
kita menikah dengan usia yang cukup sesuai pasal diatas dan juga
dilengkapi mental yang kuat untuk membangun bahtera rumah tangga
•T E R I M A K A S I H

Anda mungkin juga menyukai