Anda di halaman 1dari 18

PERNIKAHAN DAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM ISLAM

DIBUATOLEH:
(YOGASEYSAL)DAN(ZAKIRABBANIR.P)
A.Pengertian, hukum, syarat, rukun, dan
hikmah pernikahan
1. Pengertian pernikahan atau nikah
Artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah)
yang mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan
untuk melanjutkan ke pernikahan, sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.
Kata zawaj digunakan dalam Al-qur’an artinya adalah pasangan yang dalam penggunaannya pula juga
dapat diartikan sebagai pernikahan, ALLAH S.W.T menjadikan manusia itu saling berpasangan,
menghalalkan pernikahan dan mengharamkan zina.
2. Hukum pernikahan
1. Wajib
Hukum nikah menjadi wajib bila seseorang telah mampu, baik secara fisik maupun finansial.
Sedangkan, bila ia tida segera menikah dikhawatirkan berbuat zina.
2. Sunnah
Dasar hukum nikah menjadi sunnah bila seseorang menginginkan sekali punya anak dan tak mampu
mengendalikan diri dari berbuat zina.
3. Makruh
Selanjutnya, hukum nikah makruh. Hal itu terjadi bila seseorang akan menikah tetapi tidak berniat
memiliki anak, juga ia mampu menahan diri dari berbuat zina
4. Mubah
Seseorang yang hendak menikah tetapi mampu menahan nafsunya dari berbuat zina, maka
hukum nikahnya adalah mubah.
5. Haram
Hukum nikah menjadi haram apabila ia menikah justru akan merugikan istrinya, karena ia
tidak mampu memberi nafkah lahir dan batin.
3. Syarat dan rukun pernikahan
1. Rukun Pernikahan
adalah sesuatu yang harus ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), dan sesuatu itu
termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu. Rukun pernikahan menurut Malikiah ada lima yakni wali, Mahar,
calon suami isteri, dan Shighat, sedangkan menurut Imam Syafi‟i rukun dalam pernikahan juga ada lima
yakni suami, istri, wali, dua orang saksi, dan shighat.

2. Syarat Pernikahan
Pernikahan sebagaimana disyaratkan oleh Hukum Islam dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika
pernikahan tersebut sejak proses pendahuluannya (muqaddimat al-zawaj) berjalan sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh agama. Diantara proses yang akan dilalui itu adalah
peminangan atau disebut dengan khitbah.
4. Hikmah Pernikahan
• Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat melalui ini selain lewat perzinahan,
pelacuran, dan lain sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
• Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
• Memelihara kesucian diri
• Melaksanakan tuntutan syariat
• Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
• Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam menyediakan lingkungan yang sehat untuk
membesarkan anak-anak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orang tua akan memudahkan untuk membuat
sang anak terjerumus dalam kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan yang
direkomendasikan Islam terlihat tidak terlalu sulit serta sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-
anak
• Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab
• Dapat mengeratkan silaturahim
B. Kriteria Mencari Pasangan Menurut Hadist
Dalam sebuah hadis dijelaskan:

‫اك‬ ْ َ‫ين تَ ِرب‬


َ ‫ت يَ َد‬ ِ ‫ت ال ِّد‬ ْ َ‫ ف‬،‫ َولِ ِدينِهَا‬،‫ َولِ َج َمالِهَا‬،‫ َولِ َح َسبِهَا‬،‫ لِ َمالِهَا‬:‫ْن َك ُح ْال َمرْ أَةُ أِل َرْ بَ ٍع‬
ِ ‫اظفَرْ بِ َذا‬

“Wanita dinikahi karena 4 hal: hartanya, nasabnya, kecantikannya, dan agamanya. Pilihlah yang
memiliki agama, maka kalian akan beruntung.” (H.R. Bukhari)
Hadis yang diriwayatkan oleh dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW menjelaskan bahwa
wanita dinikahi karena empat hal, yakni sebagai berikut:
1. Hartanya
Dalam hal ini bukan memilih seorang wanita atau laki-laki yang kaya raya tapi memilih
pasangan yang memang setara dalam segi hartanya, kedudukan sosialnya karena tidak
dipungkiri banyak pernikahan tidak langgeng karena perbedaan ini.
2. Nasab atau silsilah keturunannya
Seorang wanita dan laki-laki alangkah pasangan yang kita pilih itu memiliki nasab yang baik
sebab jika memiliki nasab yang baik itu secara tidak langsung akan mempunya perilaku yang
baik juga.

3. Kecantikan dan kegantengannya


Maksudnya memilih disini seorang wanita akan menyenangkan hati seorang laki-laki saat di
pandang, dan menjaga pandangan sang suami kepada wanita lainnyam begitu juga sebaliknya
untuk seorang laki-laki.

4. Agamanya
Dari ketiga di atas hal yang paling bagus dan utama dalam memilih seorang pasangan yaitu di
lihat dari agamanya sebab agama adalah hal yang paling utama dalam memilih pasangan hidup.
Karena agama akan menjadi petunjuk bagi setiap orang karean isi dari agama itu aturan yang
dituangkan dalam alquran dan hadis.
C. Talak Dan Rujuk
1. TALAK
a. Pengertian
◦ Secara bahasa, talak berarti melepaskan ikatan. Dengan kata lain, talak adalah memutuskan hubungan
antara suami istri dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama. Meski demikian, Islam juga
memperbolehkan adanya rujuk setelah suami menjatuhkan talak pada istrinya, tapi tetap dengan beberapa
catatan.
◦ Sebenarnya, talak merupakan hak suami, artinya istri nggak bisa melepaskan diri dari ikatan pernikahan
kalau nggak dijatuhkan talak oleh suami. Meski begitu, suami juga nggak dibenarkan menggunakan
haknya tersebut dengan semena-mena dan gegabah dalam memutuskan talak, apalagi jika hanya
menuruti hawa nafsunya saja. Ucapan talak juga nggak bisa dianggap main-main. Ketika suami
mengucapkan talak secara mutlak, meski kondisinya sedang bercanda sekalipun, maka talak itu tetap
jatuh pada sang istri.  
b. Hukum Talak

a. Makruh
Talak yang hukumnya makruh yaitu ketika suami menjatuhkan talak tanpa ada hajat (kebutuhan) yang menuntut terjadinya
perceraian. Padahal keadaan rumah tangganya berjalan dengan baik.
b. Haram
Talak yang hukumnya haram yaitu ketika dijatuhkan tidak sesuai petunjuk shar’i. Yaitu suami menjatuhkan talak dalam keadaan
yang dilarang dalam agama kita. dan terjadi pada dua keadaan, Pertama: Suami menjatuhkan talak ketika istri sedang dalam
keadaan haid. Kedua: Suami menjatuhkan talak kepada istri pada saat suci setelah digauli tanpa diketahui hamil/tidak.
c. Mubah (boleh)
Talak yang hukumnya mubah yaitu ketika suami berhajat atau mempunyai alasan untuk menalak istrinya. Seperti karena suami
tidak mencintai istrinya, atau karena perangai dan kelakuan yang buruk yang ada pada istri sementara suami tidak sanggup
bersabar kemudian menceraikannya, namun bersabar lebih baik.
d. Sunah
Talak yang hukumnya sunnah ketika dijatuhkan oleh suami demi kemaslahatan istrinya serta mencegah kemudaratan jika tetap
Bersama dengan dirinya, meskipun sesungguhnya suaminya masih mencintainya. Seperti sang istri tidak mencintai suaminya,
tidak bisa hidup dengannya dan merasa khawatir tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai seorang istri. Talak yang dilakukan
suami pada keadaan seperti ini terhitung sebagai kebaikan terhadap istri
e. Wajib
Talak yang hukumnya wajib yaitu bagi suami yang meng-ila’ istrinya (bersumpah tidak akan menggauli istrinya) setelah masa
penangguhannya selama empat bulan telah habis, bilamana ia enggan
c. Macam-macam Talak

◦ Dilihat dari segi cara suami menjatuhkan talak pada istrinya, talak dibagi menjadi 2, yaitu:
1.Talak Sunni: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istri dalam keadaan suci atau tidak
bermasalah secara hukum syara', seperti haidh, dan selainnya.
2.Talak Bid'i: talak yang dijatuhkan suami pada istrinya dan istrinya dalam keadaan haid, atau
bermasalah dalam pandangan syar’i.

◦ Dilihat dari segi boleh tidaknya suami rujuk dengan istrinya, maka talak dibagi menjadi dua,
yaitu talak raj'i dan talak ba'in.
1.Talak Raj'i: Talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya (talak 1 dan 2) yang belum habis
masa iddahnya. Dalam hal ini suami boleh rujuk pada istrinya kapan saja selama masa iddah
istri belum habis.
2.Talak Ba'in: Talak yang dijatuhkan suami pada istrinya yang telah habis masa iddahnya.
Dalam hal ini, talak ba'in terbagi lagi pada 2 yaitu: talak ba'in sughra dan talak ba'in kubra.
2. RUJUK
a. Pengertian Rujuk
Pertama, rujuk atau dalam istilah hukum disebut Raj’ah, secara bahasa diartikan kembali. Suami
yang rujuk dengan istrinya, berarti ia telah kembali pada istrinya.

Kedua, pengertian rujuk menurut syara’ sebagaimana yang dinukil dalam kitab Fathul Mu’in
adalah mengembalikan istri yang masih dalam ‘iddah talak bukan ba’in pada pernikahan
semula.
Menurut al-Mahalli rujuk ialah kembali kedalam hubungan perkawinan dari cerai yang bukan
ba’in, selama dalam masa ‘iddah.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa rujuk hanya bisa dilakukan
ketika istri dijatuhkan talak raj’i (bukan ba’in) dan selama dalam masa ‘iddah.
b. Hukum Rujuk

 Mubah (boleh), adalah hukum asalnya


 Wajib, yaitu ketika suami memiliki istri lebih dari satu dan pernyataan talak dijatuhkan
sebelum menyelesaikan hak-hak istri tersebut, maka wajib hukumnya bagi suami untuk
kembali (rujuk) pada istri yang di talak-nya.
 Sunnah, yaitu ketika percerian berdampak buruk bagi kedua belah pihak dan keluarga, maka
rujuk adalah jalan terbaik.
 Makruh, yaitu apabila setelah perceraian segalanya menjadi lebih baik dibanding harus
kembali (rujuk).
 Haram, yaitu apabila dimaksudakan untuk menyakiti dan menganiaya salah satu pihak.
c. Macam-macam Rujuk

1. Rujuk untuk talak 1 dan 2 (talak raj’iy)


Dalam suatu hadist disebutkan : dari Ibnu Umar r.a. waktu itu ia ditanya oleh seseorang, ia
berkata, “Adapun engkau yang telah menceraikan ( istri) baru sekali atau dua kali, maka
sesungguhnya Rasulullah SAW telah menyuruhku merujuk istriku kembali” (H.R. Muslim)

2. Rujuk untuk talak 3 (talak ba’in)


Hukum rujuk pada talak ba’in sama dengan pernikahan baru, yaitu tentang persyaratan adanya
mahar, wali, dan persetujuan. Hanya saja jumhur berpendapat bahwa utuk perkawinan ini tidak
dipertimbangkan berakhirnya masa iddah.

3. Talak tebus dinamakan juga “ bain sugra” dalam talak ini suami tidak sah rujuk lagi, tetapi
boleh menikah kembali, baik dalam iddah maupun sesudah iddah-nya.
D. KARAKTERISTIK KELUARGA ISLAMI
• Pertama adalah memelihara ketauhidan,
Inilah selayaknya yang menjadi perhatian utama setiap rumah tangga muslim dan muslimah; yaitu
memelihara ketauhidan atau menjaga aqidah seluruh anggota keluarganya. Inilah ‘kegelisahan’ yang
seharusnya selalu tertanam dalam diri setiap pasangan muslim sampai akhir hayatnya.
Sebagaimana Nabi Yakub ‘alaihis salam memperhatikan tanggung jawab pemeliharaan ketauhidan
atau aqidah anak keturunannya, dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Baqarah, ayat ke-133: Allah SWT
berfirman:
“Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-
anaknya: ‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku?’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan
kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.’”
Kegelisahan terhadap kecukupan hal-hal yang bersifat materi untuk anak keturunan adalah hal yang
wajar, namun hal itu tidak seharusnya mengalahkan kegelisahan berkenaan keselamatan aqidah dan
ketauhid-an mereka kepada Allah Azza wa Jalla.
• Kedua adalah Memperhatikan Ibadah,
Rumah setiap muslim hendaknya menjadi madrasah atau sekolah bagi seluruh anggotanya.
Selain tempat penanaman aqidah, rumah tangga seorang muslim dan muslimah pun,
sepantasnya dijadikan tempat pengajaran ibadah. Salah satu contohnya adalah ibadah shalat,
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Perintahkan anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun, dan jika
sudah berusia sepuluh tahun pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahlah
tempat tidur mereka”. (HR Bukhari)
• ketiga, Rumah Tangga Muslim dan Muslimah Adalah Untuk Menyemai
Akhlak Islami
Allah Ta’ala, mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya adalah dalam
rangka memperbaiki akhlak manusia, sebagaimana (HR. Ahmad):
“Bahwasanya aku diutus adalah untuk menyempurnakan kebaikan akhlak.
Maka, berdasarkan hadis sahih ttersebut, hal ini pun menjadi bagian dari tugas setiap rumah
tangga muslim dalam rangka ittiba’ kepada Rasulullah SAW. Setiap rumah tangga muslim harus
menjadi tempat penyemaian nilai-nilai mulia, berupaya meneladani akhlak nabi yang mulia,
Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Sesungguhnya akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Al-Qur’an” (HR. Muslim)
• Keempat Adalah Terwujudnya Perhatian dan Kebaikan,
Rumah tangga muslim harus menjadi tempat bernaung yang menentramkan anggotanya. Hal ini
diantaranya dilakukan dengan cara menebarkan aura kebaikan di dalamnya; mengajarkan dan
menebarkan cinta, kasih sayang, kepedulian, dan perhatian kepada anggota keluarga kita.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Tirmidzi:
“Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang
paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.”
• Kelima Adalah Berpartisipasi dalam Dakwah dan Perjuangan Islam
Sebagaiman Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur'an Surah At-Taubah, ayat ke-71:
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang makruf, mencegah
dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
Ayat di atas menyebutkan tentang kesatuan hati yang terjalin diantara seorang mu’min dan
mu’minat. Mereka terikat oleh tali keimanan yang membangkitkan rasa persaudaraan, kesatuan,
saling mengasihi dan saling tolong menolong. Kesemuanya itu didorong oleh semangat setia
kawan yang menjadikan mereka sebagai satu tubuh atau satu bangunan tembok yang saling
kuat-menguatkan dalam menegakkan keadilan dan meninggikan kalimat Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai