Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH AGAMA ISLAM

Munakahat 2
Talak dan Perceraian

Disusun Oleh :
1.Khairunnissa
2.Khomarudin
3.Lusiana

Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami

sehingga kami telah berhasil menyelesaikan makalah ini


yang Alhamdullilah tepat pada waktunya.Terimakasih juga
tidak luput kami ucapkan kepada Bapak Masfur Siddik,S.Th
yang
telah
memberikan
tugas
serta
bimbinganbimbingannya dalam pembuatan dan penyusunan makalah
ini.
Makalah ini membahas mengenai hukum-hukum talak dan
perceraian dalam pernikahan atau munakahat.Diharapkan
jua semoga makalan ini nantinya dapat memberikan
pengetahuan serta manfaat kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan.Akhir
kata semoga Allah SWT senantiasa memberi petunjuk dan
hidayah-Nya kepada kita semua,Amin amin ya Robal Allamin.

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar belakang

Pernikahan merupakan sesuatu yang sakral dalam


pandangan Islam. Pernikahan juga merupakan suatu dasar
yang penting dalam memelihara kemaslahatan umum. Kalau
tidak ada pernikahan, maka manusia akan memperturutkan
hawa nafsunya, yang pada gilirannya dapat menimbulkan
bencana dalam masyarakat.
Pada dasarnya, dua orang (laki-laki dan perempuan)
melangsungkan pernikahan dan membangun rumah tangga
dengan tujuan untuk memperoleh kebahagian atau dikenal
dengan istilah membentuk keluarga sakinah, mawaddah,
warahma. Akan tetapi, pada kenyataannya tidak semua
rumah tangga yang terbentuk melalui pernikahan dilimpahi
kebahagiaan. Kadang ada saja masalah yang menimbulkan
perselisihan yang dapat berujung pada perceraian.
Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur
segala hal tentang kehidupan, termasuk pernikahan,
perceraian (talak), rujuk, idah, dan sebagainya. Talak dapat
dilaksanakan dalam keadaan yang sangat membutuhkan,
dan tidak ada jalan lain untuk mengadakan perbaikan. Hal ini
antara lain dibolehkan apabila suami istri sudah tidak dapat
melakukan
kewajiban
masing-masing
sesuai
dengan
ketentuan agama, seingga tujuan rumah tangga yang pokok
yaitu mencapai kehidupan rumah tangga yang tenang dan
bahagia sudah tidak tercapai lagi. Apalagi kalau rumah
tangga itu dapat mengakibatkan penderitaan-penderitaan
dan perpecahan antara suami istri tersebut, maka dalam
keadaan demikian perceraian dapat dilaksanakan, yaitu
sebagai jalan keluar bagi segala penderitaan baik yang
menimpa suami atau istri.
Namun demikian, bagi wanita yang dicerai oleh suaminya,
baik cerai biasa atau cerai mati (ditinggal mati), tidak boleh
langsung menikah lagi dengan laki-laki lain, melainkan ia
harus menunggu untuk sementara waktu lebih dahulu. Masa
menunggu bagi wanita yang bercerai itu disebut iddah.
Diadakan masa iddah itu dimaksudkan untuk mengetahui
apakah selama masa iddah itu wanita tersebut hamil atau
tidak, dan jika ternyata hamil maka anak tersebut masih
sebagai anak dari suami yang pertama. Selain itu, iddah
dimaksudkan sebagai masa untuk berpikir ulang bagi
suami istri untuk menetukan kelanjutan hubungan mereka.
Jika ternyata dalam masa iddah itu, suami istri menyesali

perceraian mereka, mereka bisa rujuk atau kembali ke ikatan


pernikahan mereka yang lama. Aturan-aturan tentang talak,
iddah, dan rujuk telah diatur dengan lengkap dalam agama
Islam.
B.Tujuan.
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami tinjauan konseptual mengenai
perceraian

C.Rumusan masalah.

Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini


adalah:
1. Bagaimana hakikat talak?
2. Bagaimana hakikat iddah?
3. Bagaimana hakikat rujuk?
D.Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini bagi kami adalah, kami
dapat mengetahui tentang akibat perceraian
dan
pengertian perceraian.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Talak (perceraian)
1.Pengertian talak
Talak menurut bahasa arab artinya melepaskan ikatan.
Adapun yang dimaksud talak di sini ialah melepaskan ikatan
perkawinan (pernikahan). Apabila dalam antara pergaulan
antara suami tidak mencapai tujuan pernikahan, yakni
membentuk rumah tangga yang bahagia (misalnya suami
atau istri tidak menjalankan kewajiban atau salah satu di
antara mereka menyeleweng sehingga tidak ada kecocokan
lagi dan tidak dapat didamaikan) maka jalan keluar satusatunya ialah talak atau perceraian. Meskipun talak
merupakan jalan yang disyariatkan, namun menjatuhkan
talak tanpa sebab sangat dibenci Allah swt.
Talak merupakan jalan penyelesaian yang terakhir
sekiranya suami dan istri tidak dapat hidup bersama dan
mencari kata sepakat untuk mencari kebahagiaan berumah
tangga.
dari ibnu umar r.a. sesungguhnya Rasullah saw. Bersabda :
perbuatan halal yang sangat dibenci Allah adalah talak
(H.R.Abu Dawud dan Hakim dan disahihkan olehnya)
Berdasarkan kemaslahatan atau kemudaratannya, hukum
talak itu ada empat yaitu :
a.Wajib apabila antara suami istri terjadi perselisihan dan
hakim memandang perlu keduanya untuk bercerai atau
suami tidak mampu untuk memenuhi hak-hak istri
sebagaimana mestinya.
b.Sunah apabila suami tidak sanggup lagi membayar
kewajibannya atau istri tidak menjaga kehormatannya.
c.Haram apabila suami menjatuhkan talak si istri dalam
keadaan haid, atau dalam keadaan suci tapi telah

dicampurinya atau dengan talak ini mengakibatkan suami


jatuh dalam perbuatan haram.
d.Makruh apabila tidak dengan alasan yang dibenarkan oleh
syara dan memang asal hukum dari talak itu adalah
makruh

2.Rukun talak
Perkara
a.

syarat

a.suami

Berakal, baligh, dengan kerelaan


sendiri

b.istri

Akad nikah sah belum diceraikan


dengan talak tiga oleh suaminya

c.lafaz

Ucapan yang jelas menyatakan


penceraiannya dengan sengaja
dan bukan paksaan

3.Lafal talak
kalimat yang digunakan untuk perceraian (talak) ada dua
macam :
a.sarih (terang) adalah kalimat yang jelas untuk
memutuskan tali ikatan pernikahan, sepert kata suami
engkau tertalak atau saya ceraikan engkau, dengan niat
atau tidak.
b.Kinayah (sindiran) adalah kalimat yang masih ragu-ragu
(kata-kata yang tidak tegas) sehingga boleh diartikan untuk
penceraian atau bukan, seperti pulanglah engkau ke
rumah orang tuamu atau pergilah engkau dari sini
kalimat sindiran ini tergantung pada niatnya.
4.Bilangan talak
Apabila suami ingin mentalak istrinya maka bilangan
talaknya ialah dari talak satu sampai talak tiga. Apabila

suami mentalak istrinya satu atau dua, suami masih boleh


rujuk (kembali) kepada istrinya, sebelum habis iddahnya,
dan boleh nikah kembali dengan akad baru apabila iddahnya
sudah habis.
talak (yang dapat dirujuk) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan
cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada mereka,
kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukumhukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang
bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus dirinya.
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum
Allah mereka itulah orang-orang
yang zalim.(Q.S. Al
Baqarah [2] : )
Kemudian apabila suami telah mentalak tiga maka suami
tidak boleh rujuk atau nikah lagi dengan bekas istrinya,
kecuali apabila perempuan tersebut telah nikah dengan
orang lain,sudah dicampur dan sudah diceraikan oleh
suaminya yang kedua dengan cara yang baik dan sudah
habis masa iddahnya

Firman Allah swt :


kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang
kedua), maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga
dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami
yang lain itu menceraikannya. Maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin
kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat
menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah
diterangkan-Nya kaum yang (mau) mengetahui.(Q.S. Al
Baqarah [2]:230)
Selain talak di atas, ada lagi talak yang disebut talak tebus.
Talak tebus ialah talak atas permintaan istri kepada
suaminya agar suaminya menjatuhkan talak kepadanya,

kemudian ia memberikan bayaran kepada suaminya, sesuai


dengan permintaan suaminya.
5.Jenis talak
Talak raji
Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada
isterinya. Suami boleh merujuk kembal isterinya ketika
masih dalam idah. Jika tempoh idah telah tamat, maka
suami tidak dibenarkan
merujuk melainkan dengan akad
nikah baru.
Talak bain
Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang
ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk
kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya
berkahwin lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya,
setelah diceraikan suami barunya dan telah habis idah
dengan suami barunya.

Talak sunni
Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci
dan tidak disetubuhinya ketika dalam tempoh suci
Talak bidi
Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid
atau ketika suci yang disetubuhinya.
Talak taklik
Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya
bersyarat dengan sesuatu sebab atau syarat. Apabila syarat
atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah
penceraian atau talak.
Contohnya suami berkata kepada isteri, Jika awak keluar
rumah tanpa izin saya, maka jatuhlah talak satu. Apabila

isterinya keluar dari rumah tanpa izin suaminya, maka


jatuhlah talak satu secara automatik.
Ia juga boleh berlaku selepas akad nikah (ia dipraktikkan di
Malaysia dan wajib oleh semua pengantin lelaki untuk
melafaznya), berkata, Jika saya menyeksa isteri saya
dengan sengaja, atau saya meninggalkan isteri saya selama
empat bulan berterusan dengan sengaja tanpa kerelaannya,
dan jika ia mengadu kepada kadi atau naib kadi, apabila
disabitkan oleh kadi atau naib kadi maka jatuhlah talak satu
ke atas isteri saya.
6.Ila, lian, zihar, khulu dan fasakh
a.Ila
Ila adalah sumpah si suami bahwa dia tidak akan
mencampuri istrinya dalam masa yang lebih dari empat
bulan atau tidak menyebutkan masa. Suami tersebut
dinamakan Muli, artinya orang yang melakukan ila. Apabila
sebelum empat bulan suami kembali kepada istrinya maka
suami wajib membayar kafarat (denda) dengan merdekakan
seorang hamba, lantaran ia menyalahi sumpahnya. Akan
tetapi, setelah empat bulan ia tidak kembali kepada istrinya,
hakim berhak menyuruhnya untuk memilih diantara dua
pilihan, yakni membayar kafarat sumpah dan kembali baik
kepada istrinya. Apabila suami tidak mau kedua-duanya
maka hakim berhak menceraikan istrinya dengan paksa.
Rasulullah saw., pernah bersumpah menjauhkan diri dari
istri-istrinya dan beliau pernah mengharamkan sesuatu
lantas yang haram itu beliau jadikan halal dan beliau
membayar kafarat untuk sumpahnya.
b.Lian
Lian adalah sumpah seorang suami yang menuduh
istrinya berbuat zina. Menurut surat An Nur ayat 6-9 bahwa
apabila suami yang menuduh istrinya berbuat zina dan tidak
ada saksi maka ia diwajibkan bersumpah empat kali dengan
ucapan Demi Allah, saya benar dalam tuduhan saya
kemudian disumpah yang kelima ia wajib bersumpah Demi
Allah jika saya dusta dalam tuduhan saya, niscaya saya
ditimpa laknat dari Allah.
Untuk menghindari dari hukuman, istri juga wajib
bersumpah empat kali dengan ucapan Demi Allah suami
saya itu berdusta dan untuk sumpah yang kelima, ia wajib

bersumapah dengan ucapan Demi Allah kemurkaan Allah


akan menimpa saya jika suami saya itu benar.
Apabila seseorang menuduh orang berzina, sedangkan
saksi yang cukup (empat saksi) tidak ada maka penuduh tadi
dipikul (didera) 80 kali, teapi kalau yang menuduh itu
suaminya, ia lepas dari siksaan atau dera (pukulan 80 kali),
yaitu dengan jalan lian.
Akibat dari lian suami, timbul beberapa hukuman di
bawah ini :
1.Dia tidak disiksa (dipukuli).
2.Istri wajib disiksa dengan siksaan zina.
3.Suami istri bercerai selama-lamanya.
4.Kalau ada anak, anak itu tidak dapat diakui oleh suami
untuk menghindari siksaan zina, istri harus membalas lian
suaminya.
a. Zihar
Zihar adalah perkataan suami yang menyerupakan
istrinya dengan ibunya sehingga haram atasnya, seperti kata
suami kepada istrinya, engkau bagiku seperti punggung
ibuku. Suami yang mengucapkan demikian wajib menarik
kembali dan membayar kafarat sebelum istrinya digauli.
Kafarat zihar ada tiga tingkatan, yaitu ;
1.Merdekakan hamba sahaya
2.Apabila tidak dapat memerdekakan hamba sahaya, puasa
dua bulan berturut-turut
3.Apabila tidak kuat puasa, memberi makan kepada 60
orang anak miskin

b. Khulu
Khulu atau talak tebus adalah talak yang diucapakan
oleh suami dengan pembayaran dari pihak istri kepada
suami (mengembalikan mas kawinnya). Talak tebus ini boleh
dilakukan kapan saja, baik istri dalam keadaan suci maupun
haid sebab talak seperti ini biasanya adalah permintaan dari
pihak istri.

Firman Allah swt. :


talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan dengan
cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu dari telah kamu berikan kepada mereka, kecuali
kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya
(suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang
diberikan oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukumhukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang
siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah
orang-orang yang zalim, (Q.S. Al Baqarah [2]:229)
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa khulu
diperboleh dengan sebab-sebab sebagai berikut :
1.Apabila suami istri dikhawatirkan tidak dapat menjalankan
hukum-hukum Allah, yakni menciptakan pergaulan rumah
tangga yang baik.
2.Apabila istri sangat benci kepada suami dengan sebab
tertentu sehingga dikhawatirkan istri tdak akan mematuhi
suaminya.
c. Fasakh
Fasakh adalah rusaknya ikatan pernikahan antara suami
istri karena sebab-sebab tertentu. Sebab-sebab yang
menjadikan rusaknya ikatan pernikahan adalah sebagai
berikut :

1. Sebab-sebab yang merusak akad nikah ialah :


a.Akad nikah dilaksankan karena rukun dan syarat
pernikahan telah terpenuhi, tetapi di kemudian hari
diketahui bahwa istrinya adalah muhrim suaminya.

b.Salah satu dari suami atau istri keluar dari agama islam.
c.Semula suami istri musyrik, tetapi kemudian salah satunya
masuk islam dan yang lainnya tetap musyrik.
2. Sebab-sebab yang menghalangi tujuan pernikahan :
a.Suami dinyatakan hilang
b.Suami dipenjara lima tahun atau lebih
c.Suami menipu, misalnya suami semula mengaku orang
baik-baik ternyata penjahat
d.Suami sitri mengidap penyakit yang menggangu hubungan
rumah tangga

B.Hadanah
Hadanah artinya ialah mengasuh, memelihara, dan
mendidik anak yang masih kecil. Apabila terjadi perceraian
antara suami istri dan keduanya mempunyai anak yang
belum mumayiz (belum mengerti kemslahatan dirinya) maka
istrilah yang lebih berhak untuk mengasuh dan mendidik
anak tersebut sehingga ia mengerti akan kemaslahatan
dirinya. Anak tersebut tinggal bersama ibunya, selama
ibunya belum menikah lagi dengan orang lain, tetapi belanja
tetap wajib ditanggung oleh ayahnya.
Disebutkan dalam hadis Rasulullah saw., yang artinya
Dari Abdullai ibnu Umar, bahwasanya seorang perempuan
berkata, Ya Rasulullah! Sesunggunya anak saya ini perut
saya
yang
mengandungnya,
payudara
saya
yang
menyusinya, dan pangkuan saya tempat perlindunggannya,
tetapi bapaknya telah menceraikan saya dan hendak
mengambil dia dari saya Rasulullah saw. Bersabda, Engkau
lebih berhakkepadanya selama kamu belum nikah (HR
ahmad dan Abu Dawud).
Apabila anak tersebut sudah mengerti maka anak disuruh
memilih untuk tinggal bersama bapaknya atau ibunya.
Apabila yang mengasuh anak tersebut bukan ibunya atau
bapaknya maka supaya diserahkan kepada keluarga yang
terdekat. Apabila keluarga yang etrdekat tidak ada supaya
didahulukan kepada wanita dari pada pria.

Syarat-syarat menjadi pengasuh atau pendidik ialah :


a.Berakal sehat
b.Merdeka
c.Menjalankan agama islam dan berakhlak mulia
d.Dapat dipercaya dan jujur
e.Dapat menjaga kehormatan dan nama baik si anak
f.Tetap tinggal di dalam negeri atau kampung anak yang
diasuh
C.Iddah
Iddah adalah masa menunggu bagi wanita yang telah
dicerai oleh suaminya, baik cerai biasa maupun ditinggal
mati suaminya untuk tidak menikah dengan orang lain.
Diadakan masa iddah untuk mengetahui apakah selama
iddah wanita tersebut hamil atau tidak dan apabila ia hamil
maka anak tersebut sebagai anak dari suami yang
menceraikan.
1.Masa-masa iddah
Macam-macam iddah sebagai berikut :
a.Wanita yang dicerai suaminya (ditinggal mati suaminya)
kalau ia sedang mengandung maka mas iddahnya hingga
lahir anak yang dikandungnya.
Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah
mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya.
Dan barang siapa yang beratkwa
Allah, niscaya Allah
menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (Q.S. At
Talaq [65]:4)
b.Bagi wanita yang ditinggal mati suaminya, sedangkan ia
tidak mengandung atau hamil, maka masa iddahnya ialah 4
bulan 10 hari
Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan
istri-istri
(hendaklah
para
istri
itu)
menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.
Kemudian apabila telah habis iddahnya, maka tiada dosa
bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap

diri mereka menurut ang patut. Allah mengetahui apa yang


kamu perbuat. (Q.S. Al Baqarah [2]:234)
c.Bagi wanita yang dicerai suaminya dan ia masih haid maka
iddahnya ialah tiga quru(tiga kali suci).
Wanita yang ditalak hendaklah menHn diri (menunggu) tiga
kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para
suami) menghendaki islah (perbaikan0. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
menurut cara yangmakruf. Akan tetapu, para suami
mempunyai sati tingkat kelebihan dari pada istrinya. Dan
Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.(Q.S. Al Baqarah
[2]:228)
a. Wanita yang ditalak suami dan ia sudah tidak haid lagi maka
iddahnya ialah tiga bulan.
b. Wanita yang dicerai suaminya tetapi belum dicampuri maka
wanita tersebut tidak ada iddahnya.
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi
perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu
ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka
sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang
kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka
mutah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang
sebaik-baiknya. (Q.S. Al Ahzab [33]:49)
1. Hak-hak perempuan di Masa Iddah
Hak perempuan di masa iddah ialah sebagai berikut :
a.Perempuan yang dalam masa iddah rajiyah talak satu dan
dua berhak menerima dari bekas suaminya tempat tinggal,
pakaian, dan segala belanja.
b.Perempuan yang dalam iddah bain (talak tiga) kalau ia
mengandung, ia berhak menerima tempat tinggal, nafkah,
dan pakaian.
Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah

kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)


mereka. Dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu
sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak) mu untukmu maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan
maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya.(Q.S. At Talaq [65]:6)
a. perempuan yang dalam iddah bain, tetapi ia tidak
mengandung maka ia hanya berhak menerima
tempat
tinggal saja
b. perempuan yang dalam iddah karena ditinggal mati
suaminya baik ia mengandung atau tidak, ia tidak
mempunyai hak apa-apa sebab ia dn anaknya telah
mendapat hak pusaka dri suaminya yang meninggal itu

D.Rujuk
a.Pengertian rujuk
Rujuk menurut bahasa artinya kembali (mengembalikan).
Adapun yang dimaksud rujuk di sini adalah mengembalikan
status hukum perkawinan secara penuh setelah terjadi
talak raji yang dilakukan oleh mantan suami terhadap
mantan istrinya dalam masa iddahnya dengan ucapan
tertentu.
Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka
menyembunyikan apa ang diciptakan Allah dalam
rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujuki dalam masa
menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki islah.
Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para
suami, mempunyai satu tingkatatan kelebihan daripada
istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(Q.S.
Al Baqarah [2]:228)

b.Hukum rujuk
Adapun hukum rujuk itu ada lima, yaitu :
1.Wajib, khusus bagi laki-laki yang mempunyai istri lebih dari
satu jika salah seorang ditalak sebelum gilirannya
disempurnakannya.
2.Haram apabila rujuk itu, istri akan lebih menderita.
3.Makruh kalau diteruskan, bercerai akan lebih baik bagi
suami istri
4.Jaiz, hukum asal rujuk.
5.Sunah, jika rujuk akan membuat lebih baik dan manfaat
bagi suami istri.

c.Rukun rujuk
Rukun rujuk ada empat yaitu :
a. Istri, syaratnanya pernah dicampuri, talak raji, dan
masih dalam masa iddah
b. Suami, syaratnya atas kehendak sendiri tidak dipaksa
c. Saksi yaitu dua orang laki-laki yang adil
d. Sighat (lafal) rujuk ada dua, yaitu:
1. Terang-terangan, misalnya saya rujuk kepadamu
2. Perkataan sindiran, misalnya saya pegang engkau.

BAB III

3.1.Kesimpulan

PENUTUP

1.
Thalak adalah melepaskan ikatan nikah dari suami
dengan mengucapkan lafaz tertentu, misalnya suami
mengatakan kepada isterinya; saya thalak engkau, dengan
ucapan tersebut lepaslah ikatan pernikahan dan terjadilah
perceraian. Thalak menurut hukum asalnya adalah makruh,
karena talak merupakan perbuatan yang halal tetapi paling
tidak disukai oleh Allah SWT
2.
Iddah berarti sejumlah waktu ( hari ) untuk menunggu
bagi perempuan dan tidak boleh untuk menikah setelah
wafat suaminya atau berpisah denganya. Dikalangan para
ulama fiqh terdapat banyak pendapat dalam memberikan
pengertian iddah. Menurut ulama Hanafiah, iddah berarti
saat-saat tertentu menurut syara untuk menyelesaikan halhal yang terkait dengan perkawinan. dengan kata lain saat
menunggu bagi wanita ketika berpalingnya perkawinan atau
yang serupa. Sedangkan menurut ulama jumhur, Iddah
berarti saat menunggu bagi perempuan (istri) untuk
mengetahui kekosongan rahimnya, atau untuk beribadah,
atau keadaan bersedih-berduka cita terhadap perkawinanya,
yang berakhir.

3.
Rujuk dan segi bahasa kembali atau pulang. Dari segi
istilah hukum syarak rujuk bermaksud mengembalikan
perempuan kepada nikah selepas perceraian kurang
daripada tiga kali dalam masa idah dengan syarat-syarat
tertentu.
3.2. Saran
Bagi pasangan suami-isteri hendaknya saling memahami,
saling terbuka dalam rumah tangga untuk memecahkan
masalah yang dihadapi, sehingga tidak terjadi disharmonis
dalam keluarga. Langkah yang ditempuh adalah dengan cara
mengemukakan
permasalahan
yang
ada,
kemudian
permasalahan tersebut dibicarakan bersama dan dicari jalan
keluarnya bersama-sama, salah satunya adalah harus ada
yang mengalah dan saling menyadari satu sama lain,
sehingga perselisihan cepat terselesaikan dengan damai.
Bagi masyarakat hendaknya dilakukan penyuluhan yang
menyangakut hokum perceraian dengan segala aspeknya,
guna
merangsang
kokohnya
ikatan
perkawinandan
mengurangi angka perceraian.

DAFTAR PUSTAKA
Soleh,Arif. B. (2006 ).Pendidikan Agama Islam.Penerbit Arya Duta.Anggota IKAPI
http://www.islam-yes.com/harta_benda.htm
BEITA - gaya-hidup.infogue.com
The home management house: the home management house conference
http://student-research.umm.ac.id/index.php/department_of_syariah/article/view/6617
http://nasional.kompas.com/read/2011/05/11/22341091/Ekonomi.Penyebab.Perceraian.

3.

Anda mungkin juga menyukai