Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu dari syari’at Islam adalah tentang perkawinan, talak, cerai, dan rujuk.
Keempat hal ini sudah di atur dalam hukum Islam, baik dalam al-Qur’an maupun dalam
Hadits Rasulullah SAW. Perkawinan merupakan peristiwa yang sering kita jumpai dalam
hidup ini, bahkan setiap hari banyak umat Islam yang melakukan perkawinan.
Selanjutnya tentang masalah talak, hal ini juga tidak jarang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Kita lihat di televisi banyak para artis yang melaporkan isterinya ke
KUA lantaran hal sepele, dan dengan gampangnya mengucapkan kata talak. Padahal dalam
al-Qur’an sudah jelas bahwa perbuatan yang paling di benci Allah adalah talaq. dari sini jika
kita menengok kejadian-kejadian yang menimpa suami isteri yang bercerai maka patut kita
bertanya ada apa di balik semua itu.
Kita ketahui bahwa tindak lanjut dari talak itu sendiri akan berakibat perceraian. Dan
hal itu akan menambah penderitaan dari kaum itu sendiri jika melakukan sebuah perceraian.
Tetapi hukum Islam disamping menentukan hukum juga memberikan alternatif jalan keluar
yang bisa di tempuh oleh pasangan suami Isteri jika ingin mempertahankan hubungan
pernikahan mereka. Hal itu bisa di tempuh dengan melakukan rujuk dan menyesali perbuatan
yang telah di lakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang dimaksud pengertian talak?
2. Apa saja hukum talak?
3. Apa saja macam-macam talak?
4. Apa saja rukun talak?
5. Apa saja syarat talak?
6. Apa saja talak yang tidak sah?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan dan penyusunan makalah ini
adalah :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah AL ISLAM dan KEMUHAMMADIYAAN V
(AIK) .
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pengertian talak.
3. Untuk mengetahui apa saja hukum talak.
4. Untuk mengetahui apa saja macam-macam talak.
5. Untuk mengetahui apa saja rukun talak.
6. Untuk mengetahui apa saja syarat talak.
7. Untuk mengetahui apa saja talak yang tidak sah.

D. METODE PENCARIAN DATA


Penulis mendapat informasi dalam makalah ini melalui searching dan browsing di
internet.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI TALAK
Secara etimologis َ َ ‫ )ا‬berarti
“Talak” (ُ‫طَلق‬ memutuskan, melepaskan, dan
meninggalkan. Sedangkan menurut pengertian Syarak ialah nama bagi suatu pelepasan tali
pernikahan antara suami dan istri.

B. HUKUM TALAK
Dalam ajaran Islam Talak diperbolehkan (mubah) sebagai jalan terakhir ketika
kehidupan rumah tangga mengalami jalan buntu, talak hanya dapat dilakukan apabila
hubungan perkawinan sudah tidak dapat dipertahankan lagi. Tentang talak ini, Rasulullah
bersabda :

ُ‫ُال َحَلَ ِلُا ِٰلىُهللاُِالطَلَق‬


ْ ‫ا َ ْبغَض‬
Artinya :
“Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah adalah Talak.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu
Majah dan dianggap shohih oleh Imam Al-Hakim)

Berdasarkan Hadist tersebut menurut Jumhur Ulama hukum talak itu mubah tetapi
lebih baik dijauhi. Apabila dilihat latar belakang terjadinya talak, maka hukum talak bisa
berubah kepada :
1. Wajib
Talak menjadi wajib hukumnya apabila hakim tidak menemukan jalan lain, kecuali talak,
yang bisa ditempuh untuk meredakan pertikaian yang terjadi diantara suami dan istri.
2. Haram
Seorang laki – laki diharamkan menjatuhkan talak kepada sang istri bila tidak memiliki
tujuan yang jelas. Sebab, yang demikian itu akan berdampak buruk bagi pihak perempuan.
Talak juga diharamkan ketika istri dalam keadaan haid atau dalam keadaan suci yang sudah
digauli.
3. Mubah
Hukum talak bisa menjadi mubah jika seorang istri memiliki akhlak yang buruk, jelek
tabiatnya dalam bermuamalah, melalaikan hak suami, dan lain sebagainya. Sehingga tujuan
pernikahan yang diinginkan tidak tercapai sama sekali.
4. Sunnah
Hukum talak akan menjadi sunnah apabila keadaan rumah tangga sudah sulit dipertahankan,
dan apabila dipertahankan akan lebih banyak bahayanya, misalnya seorang istri tidak mau
atau lalai dalam menjalankan hak – hak Allah SWT, seperti sholat, puasa, dan lain
sebagainya.

Setelah beberapa kali diperintahkan agar jangan melalaikan perintah Allah SWT,
namun seorang istri tetap tidak menghiraukannya, maka suami disunnahkan untuk
menceraikannya. Sebab, hal tersebut akan merugikan kehidupan beragama mereka, yang
merupakan inti dari kebahagiaan sejati.

C. MACAM – MACAM TALAK


Dilihat dari segi kondisi istri yang ditalak, maka talak terbagi menjadi 2 macam, yaitu
:
1. Talak Sunni
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami pada istrinya dalam keadaan suci dan tidak disetubuhi
dalam masa suci itu.
2. Talak Bid’ah
Yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami kepada istrinya dalam keadaan menstruasi (haidl)
atau dalam keadaan suci tetapi telah disetubuhi saat dijatuhkan talak.
Jumhur Ulama telah sepakat mengatakan, bahwa talak sunni adalah talak yang
dianggap halal. Sedangkan talak bid’ah hukumnya haram, namun sah talaknya.
Dilihat dari boleh atau tidaknya suami merujuk atau kembali kepada istrinya, maka
talak dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1) Talak Roj’i
Yaitu talak yang dijatukhan oleh suami kepada istrinya talak ke satu atau ke dua
kali atas inisiatif suami. Talak ini memberi hak kepada suami untuk merujuk atau kembali
kepada istrinya yang telah ditalak dengan atau cukup mengatakan “ Aku telah merujukmu
kembali ” tanpa melalui akad nikah baru, jika istri dalam masa iddah, dan disunnahkan pada
saat rujuk tersebut menghadirkan dua orang saksi yang adil. Jika masa iddahnya telah
berakhir dan suami belum merujuknya, maka dengan demikian telah terjadi talak ba’in
terhadapnya.
2) Talak Ba’in
Yaitu talak yang tidak memberikan hak kepada suami untuk merujuk atau kembali
kepada istrinya kecuali melalui akad nikah baru. Talak Ba’in dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
a) Talak Ba’in Sughro
Misalnya talak pertama atau kedua yang didahului oleh tebusan (iwadl) dari pihak istri, atau
talak terhadap istri yang belum pernah dikumpuli. Suami yang menjatuhkan talak ba’in
sughro tidak boleh merujuk atau kembali kepada istrinya kecuali dengan akad nikah yang
baru.
b) Talak Ba’in Kubro
Yaitu talak yang ketiga kali. Talak ini menyebabkan suami tidak boleh merujuk istrinya,
kecuali istri yang ditalak telah menikan dengan laki – laki lain setelah keduanya berhubungan
intim kemudian bercerai dengan talak ba’in kubro dan telah habis masa iddahnya.

Ditinjau dari segi pengucapannya, talak dibagi menjadi dua, yaitu :


1. Talak Sharikh
Yaitu talak yang diucapkan suami dengan menggunakan kata – kata yang jelas dan
tegas tidak mengandung arti lain kecuali talak itu sendiri. Ungkapannya cukup dengan
sengaja mengucapkan tidak butuh niat. Seperti dengan mngucapkan “ Aku cerai,” atau “
Kamu telah aku cerai”.
2. Talak Kinayah
Yaitu talak yang diucapkan dengan menggunakan kata sindiran talak, kata – kata
seperti ini membutuhkan niat dari yang mengucapkan. Karena, kata – kata yang diucapkan
tidak menunjukkan pengertian talak. Seperti mengucapkan “ Pulanglah engkau kepada orang
tuamu”.
Adapun macam – macam talak yang lain, yaitu :
1. Talak Munjaz dan Mu’allaq
Talak Munjaz yaitu talak yang diberlakukan kepada istri tanpa adanya penangguhan.
Misalnya seorang suami mengatakan kepada istrinya “ Kamu telah dicerai “. Maka istri telah
ditekan dengan apa yang diucapkan oleh suaminya. Sedangkan talak Mu’allaq adalah talak
yang digantungkan oleh suami dengan suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh istrinya
pada masa mendatang. Seperti suami mengatakan kepada istrinya “ Jika kamu berangkat
kerja, berarti kamu telah ditalak “. Maka talak tersebut berlaku sah dengan keberangkatan
istrinya untuk kerja.
2. Talak Takhyir dan Tamlik
Talak Takhyir adalah dua pilihan yang diajukan oleh suami kepada istrinya, yaitu
melanjutkan rumah tangga atau bercerai. Jika si istri memilih bercerai, maka berarti ia telah
ditalak. Sedangkan talak Tamlik adalah talak dimana seorang suami mengatakan kepada
istrinya “ Aku serahkan urusanmu kepadamu” atau “ Urusanmu berada ditanganmu sendiri”.
Jika dengan ucapan itu istrinya mengatakan “ Berarti aku telah ditalak”, maka berarti ia telah
ditalak satu Raj’i. Imam Malik dan sebagian ulama lainnya berpendapat, bahwa apabila istri
yang telah diserahi tersebut menjawab “ Aku memilih talak tiga “, maka ia telah ditalak Ba’in
oleh suaminya. Dengan talak tiga ini, maka si suami tidak boleh rujuk atau kembali kepada
istrinya, kecuali setelah mantan istrinya dinikahi oleh laki – laki lain.
3. Talak Wakalah dan Kitabah
Yaitu jika seorang suami mewakilkan kepada seseorang untuk mentalak istrinya atau dengan
menuliskan surat kepada istrinya yang memberitahukan perihal perceraiannya, lalu istrinya
menerima hal itu, maka ia telah ditalak.
4. Talak Haram
Yaitu apabila suami mentalak istrinya dalam satu kalimat atau mentalak dalam tiga kalimat,
akan tetapi dalam satu majelis. Seperti jika suami mengatakan kepada istrinya “ kamu ditalak
tiga”. Atau mengatakan “ Kamu aku talak, talak dan talak “. Menurut Ijma’ Ulama, talak
seperti ini diharamkan.

Dalil yang melandasinya adalah Hadist Rasulullah SAW mengenai seorang laki – laki
yang mentalak tiga istrinya dalam satu kalimat. Lalu beliau berdiri dan marah seraya
mengatakan “ Apakah Kitab Allah hendak dipermainkan, sedang aku masih berada di tengah
– tengah kalian?” Hingga ada seseorang berdiri seraya berkata, “ Wahai Rasulullah, izinkan
aku membunuhnya “ (HR. Nasa’i)

D. Rukun Talaq
1. Suami
Hak talak hanya dimiliki oleh laki – laki karena ia lebih bisa mengendalikan emosi, dan lebih
sanggup memikul beban – beban kehidupan. Sehingga, seorang laki – laki tidak tergesa –
gesa ketika harus menjatuhkan talak kepada istrinya. Ia lebih bisa mendahulukan akal
daripada perasaan. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

ِ ‫ط ََلقُ ِل َم ْنُٲ َ َخذَُبِااسَّا‬


ُ‫ق‬ َّ ‫ٳِنَّ َماُال‬
Artinya :
“ Talak itu hanyalah bagi yang mempunyai kekuatan (suami).” (HR. Ibnu Majah dan
Daruquthni)

2. Istri
Istri dikenai hukum talaq bila berada dalam empat keadaan.Pertama, benar – benar ada
hubungan pernikahan diantara keduanya (suami istri). Kedua, seorang istri masih berada
dalam masa iddah talak raj’i atau bainunah sughra. Ketiga, seorang istri berada dalam masa
iddah perceraian yang diakui oleh syari’at. Keempat, seorang istri berada dalam masa iddah
fasakh yang diakui oleh syari’at.

3. Sighat Talaq
Sighat talaq adalah lafal yang menyebabkan terputusnya hubungan pernikahan, baik
secara jelas (sharih) maupun sindiran (kinayah) dengan syarat harus disertai dengan adanya
niat. Namun demikian, tidak cukup hanya dengan niat saja, sebagaimana yang disabdakan
Rasulullah SAW :

.‫س َها َمالَ ْمُيَتَ َكلَّمواُٲَ ْويَ ْع َملوا ِب ِه‬


َ ‫تُ ِب ِهُٲ َ ْنف‬
ْ َ ‫ِٳ َّنُهللَُت َ َج َاوزَ ِلئا َّمتِيُ َما َحدَّث‬
Artinya :
“Sesungguhnya Allah memberikan ampunan bagi umatku apa – apa yang terdetik di dalam
hati mereka, selama mereka ucapkan atau kerjakan.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Secara umum, sighat talak terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Mutlak
Sighat mutlak adalah lafal yang telah diucapkan tanpa syarat apapun. Sighat Mutlak
dibagi menjadi dua, yatitu sharih (jelas) dan kinayah (sindiran). Mutlak sharih adalah lafal
talak yang dpat dipahami maknanya saat diucapkan, dan tanpa mengandung makna lain.
Lafadz sharih tidak membutuhkan niat. Hanya saja lebih utama jika disertai dengan kata
“istri”. Misalnya, seorang laki – laki mengatakan, “ Istriku saya talak “.
Mutlak kinayah adalah lafal talak yang mengandung banyak makna, sehingga bisa
ditakwilkan dengan makna yang berbeda – beda. Lafadz talak yang tergolong kinayah terbagi
menjadi dua, yaitu kinayah Zhahirah danMuhtamilah. Kinayah zhahirah adalah sindiran yang
jelas. Misalnya, seorang suami berkata kepada istrinya “ Beriddahlah “. Maka, kata – kata
tersebut termasuk dalam kategori kinayah zhahirah, yaitu sindiran yang hampir bisa
dipastikan maksudnya adalah talak. Sedangkan kinayah muhtamilah adalah sindiran yang
mengandung banyak makna (multi tafsir). Misalnya, seorang laki – laki mengatakan kepada
istrinya, “ Saya melepaskanmu “.
Imam Malik mengatakan bahwa kinayah muhtamilah itu tergantung kepada niat. Jika
seseorang meniatkan talak, maka keduanya harus dipisahkan. Sedangkan jika tidak meniatkan
talak maka keduanya masih sah sebagai suami istri.
Jumhur ulama mengatakan bahwa kinayah muhtamilah yang diucapkannya itu sama
sekali tidak menyebabkan talak.

2. Muqayyad
Kadang – kadang seorang laki – laki mengucapkan lafal talak kepada istrinya dengan
embel – embel kata tertentu berupa syarat atau pengecualian.
Berapa hal yang biasanya dijadikan sebagai syarat dan pengecualian dalam talak,
yaitu :
§ Kehendak
Salah satu syarat atau pengecualian yang disandingkan dengan lafal talak adalah kehendak,
baik kehendak Allah maupun kehendak Manusia. Misalnya, seorang laki – laki berkata
kepada istrinya, “ Engkau saya talak, jika Allah berkehendak “.
§ Perbuatan di Masa Depan
Biasanya, ketika seseorang mengaitkan lafal talak dengan perbuatan yang akan terjadi di
masa depan maka ia tidak bisa dilepaskan dari tiga perkara. Pertama, perbuatan yang
mungkin atau tidak mungkin terjadi. Misalnya, seorang laki – laki berkata kepada istrinya, “
Jika Umar masuk kerumah, maka engka akan ditalak “.
Syarat ini mungkin terjadi dan mungkin juga tidak akan terjadi. Kedua, perbuatan
yang pasti terjadi. Misalnya, seorang suami mengatakan kepada istrinya, “ Jika matahari
terbit maka engkau akan ditalak”. Ketiga, perbuatan yang biasanya terjadi. Misalnya, seorang
suami mengatakan kepada istrinya, “ Jika engkau haid maka engkau akan ditalak “.

E. Syarat Talak
Suami yang menceraikan istrinya disyaratkan :
- Telah dewasa.
- Berakal sehat.
- Atas kesadaran dan kehendak sendiri.
- Ucapan talak yang dikemukakannya berdasarkan kesadaran dan kesengajaan.

F. Talak yang Tidak Sah


1. Talak karena dipaksa
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa salah satu syarat sahnya talak adalah harus
berasal dari keinginan suami sendiri. Dalam ketentuan syara’, jika seseorang dipaksa untuk
kufur, dan ia benar – benar tidak bisa menghindari darinya, maka ia boleh melakukannya dan
tidak berdosa. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT :

ُ‫ط َمىِ ُّۢنُبِ ْاَّل ْي َم ِن‬


ْ ‫ُوقَ ْلبهُم‬
َ َ‫ٳِ ََّّل َم ْنُٲ ْك ِره‬
Artinya :
“...kecuali, orang yang dipaksa kafir, padahal hatinya tetap tenang dalam briman (ia tidak
berdosa)...” (QS. An-Nahl [16]: 106).

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum talak yang diucapkan oleh seorang suami
yang dipaksa melakukannya adalah tidak sah, dan tidak mengakibatkan terjadinya perceraian.
Madzhab Syafi’i termasuk dalam kelompok ini, hanya saja mereka membedakan antara ada
atau tidaknya niat didalamnya. Talak yang dipaksa dan dilandasi oleh niat maka hukumnya
sah. Sebaliknya, jika talak yang dipaksa tersebut tidak mengandung unsur niat maka talaknya
tidak sah.

2. Talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh orang
yang mabuk. Jumhur ulama mengatakan bahwa talak yang diucapkan oleh orang yang mabuk
hukumnya sah. Alasannya, mabuk yang dialaminya adalah perbuatan dan keinginan sendiri.
Imam asy-Syaukani Rahimakumullah mengatakan, “orang yang mabuk dan tidak
bisa menggunakan akalnya maka talaknya tidak sah, karena tidak adanya ‘illat yang
menyebabkan sahnya talak. Syariat telah menentukan hukum talak bagi orang yang mabuk.
Sehingga, akal kita tidak boleh melangkahinya dengan mengatakan bahwa hukum talak orang
tersebut adalah sah.”

3. Talak yang diucapkan oleh orang yang sedang marah


Berdasarkan penelitian yang mendalam, ada tiga jenis atau tingkatan kemarahan :
a. Pertama, orang yang sedang marah sampai akalnya tidak berfungsi, kemudian ia
menjatuhkan talak kepada istrinya, maka talaknya tidak sah dan tidak menyebabkan
perceraian diantara keduanya. Biasanya, orang yang sedang marah besar tidak menyadari apa
yang diucapkan, karena ia sudah dikuasai emosi dan nafsu.
b. Kedua, marah yang terkendali sehingga akal seseorang yang mengalaminya masih berfungsi
dengan baik. Para ulama sepakat bahwa orang yang mengucapkan talak dalam keadaan
marah seperti ini, hukumnya sah dan keduanya harus dipisahkan.
c. Ketiga, marah yang berada di antara keduanya, yaitu antara berlebih-lebihan dan terkendali.
Para ulama sepakat bahwa orang yang menjatuhkan talak dalam keadaan marah seperti ini,
hukumnya sah dan kedua pasangan harus dipisahkan.

4. Talak yang diucapkan tanpa niat (kesengajaan)


Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum talak yang diucapkan oleh seseorang
tanpa sadar atau unsur kesengajaan. Jumhur ulama berpendapat bahwa talak yang
diucapkannya adalah sah, dan keduanya harus dipisahkan. Hal tersebut sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW :
“Tiga perkara yang seriusnya adalah serius, dan candanya adalah serius, yaitu nikah, talak,
dan rujuk”. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi).
Sedangkan menurut Muhammad Baqir, Ja’far Shadiq, serta salah satu pendapat
Imam Ahmad dan Imam Malik bin Anas menegaskan bahwa talak yang diucapkan tanpa
adanya unsur kesengajaan maka hukumnya tidak sah, dan keduanya tetap berada dalam
ikatan tali pernikahan. Oleh karena itu, talak yang tidak mengandung unsur kesengajaan
hanyalah permainan yang tidak terkena sanksi hukum. Pendapat ini Didasarkan pada Firman
Allah SWT yang menjelaskan tentang pentingnya Azam (keinginan/niat). Berikut :

َ َُ‫ط ٰلقَ ُفَٳ ِ َّنُهللا‬


ُ‫س ِم ْي ٌعُ َع ِل ْي ٌم‬ َّ ‫َوٳِ ْنُ َعزَ م ْواا‬
Artinya :
“Dan, jika mereka berazam (berketetapan hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. Al-Baqarah [2]: 227)
Termasuk dalam kategori ini adalah talak yang dijatuhkan oleh seseorang yang lupa
atau lalai. Rasulullah SAW juga bersabda, “Amalan itu tergantung pada niat”.

5. Talak yang diucapkan oleh orang yang terkejut


Dalam kehidupan sehari – hari kita sering menjumpai orang yang latah. Sehingga, ia
mudah mengatakan ucapan sesuatu tanpa sadar, dan terjadi secara spontan. Dalam keadaan
seperti ini, talak yang diucapkannya adalah tidak sah, dan keduanya tetap berada dalam
ikatan pernikahan.
6. Talak yang diucapkan oleh anak kecil
Imam Malik berpendapat talak yang diucapkan oleh anak kecil tidak berlaku sampai
ia mencapai usia baligh. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa talak yang diucapkan
anak kecil tidak berlaku sampai umurnya mencapai dua belas tahun.
BAB III
PENUTUP

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini
Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca yang budiman memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan sekilas lalu tentang permasalahan
talaq( p e r c e r a i a n ) , a d a b e b e r a p a k e t e r a n g a n b a i k a y a t A l Q u r a n
d a n H a d i t s n a b i Muhammad SAW, sudah membuka tabir pikiran dan
w a w a s a n ya n g s e l a m a i n i masih ada hijab yang menutupinya karena kurang meresapi
dan menghayati ajaran tentang permasalahan perceraian, diantara beberapa
keterangan singkat tersebut diatas penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Talaq ialah melepaskan atau membatalkan ikatan perkawinan.
2. Talaq merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci oleh Allah dan hukumnyamakruh
atau telarang, hukum talaq dapat berubah menjadi sunnah, wajib dan haram
tergantung kondisi dan penyebabnya.

B. Saran
1. Menyarankan agar dapat memahami dan mengerti betapa baiknya
mempelajari tentang permasalahan talaq (perceraian) dalam hidup ini, sebab
barangkali disuatu saat kita berada dalam permasalahan tersebut.
2. Menyarankan agar saling membina dan membimbing antar
k e l u a r g a a g a r t e r j a l i n h u b u n g a n ya n g h a r m o n i s u n t u k m e n g h i n d a r i
d i r i d a n k e l u a r g a d a r i perceraian.
DAFTAR PUSTAKA

http://sandraagustiya.blogspot.co.id/2015/02/makalah-fiqih-talak.html
(diakses hari kamis, 17 September 2015)

http://zanhaola.blogspot.co.id/2013/06/talak-syarat-rukun-dan-akibatnya.html
(diakses hari kamis, 17 September 2015)

http://nurulkhaifa.blogspot.co.id/2015/02/makalah-talak.html
(diakses hari kamis, 17 September 2015)
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama
Islam tentang “Talak” ini.
Harapan kami, makalah ini dapat memenuhi tugas, serta bermanfaat bagi kami dalam
mengisi dan menambah sedikit pengetahuan tentang Talak.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah tentang Talak ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami berterima kasih kepada
guru pembimbing mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan kami. Untuk itu kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah
tentang Talak.
Demikian kata pengatar ini kami buat, semoga bermanfaat khususnya bagi kami dan
bagi pembaca pada umumnya.

Wasalamualaikum Wr.Wb

Makassar, 21 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan Makalah
D. Metode Pengumpulan Data
BAB II.PEMBAHASAN
A. Pengertian Talak
B. Hukum Talak
C. Macam-macam Talak
D. Rukun Talak
E. Syarat Talak
F. Talak yang tidak Sah
BAB III.PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH
Al islam dan kemuhammadiyaan
“talak”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2

AGUSTINA. R (105731112917 )
KASFIANTI (105731111617 )
BILLY JULIAN (105731122817 )
NUR HIKMAH (105731115417 )
HARDIANTI (105731116917)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

Anda mungkin juga menyukai