Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

RUKUN DAN SYARAT TALAK

Dosen Pengampu : Drs, Muktamar, MH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

HANUF SYARONIE IBRAHIM (210202114)


MEGAWATI (210202093)
LALU ERI MAULIDAN SALADIN (210202113)

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat dan aanugerah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Rukun dan Syarat Talak”.

Tujuan penulisan makalah ini bukan hanya untuk menyelesaikan tugas yang sudah
diberikan oleh dosen pengampu, tetapi juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa/mahasiswi.

Kami selaku penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan makalah
ini, tapi kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan didalamnya. Oleh karena
itu, jika didapati kesalahan baik dari segi isi maupun penulisan, kami mohon maaf. Kritik dan
saran yang membangun dari dosen pengampu maupun pembaca sangat kami harapkan
sebagai perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Talak merupakan salah satu istilah yang berhubungan dengan perkawinan. Merujuk
KBBI, talak adalah perceraian antara suami dan istri; lepasnya ikatan perkawinan.
Masih soal definisi talak, Sudarsono dalam Hukum Perkawinan Nasional, menyebutkan
talak adalah salah satu bentuk pemutusan ikatan perkawinan dalam Islam karena sebab-
sebab tertentu yang tidak memungkinkan lagi bagi suami istri meneruskan hidup
berumah tangga.
Secara sederhana, talak dapat diartikan sebagai permohonan yang diajukan seorang
suami untuk menceraikan istrinya. Ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU 7/1989 menerangkan
bahwa seorang suami yang beragama islam yang akan menceraikan istrinya mengajukan
permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna menyaksikan ikrar
talak. Kemudian disini kita akan membahas tentang Rukun dan Syarat Thalaq.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja rukun talak?
2. Apa saja syarat-syarat jatuhnya talak?
C. TUJUAN
Sebagaimana rumusan masalah di atas maka tujuannya adalah sebagain berikut :
1. Untuk mengetahui apa saja rukun talak
2. Untuk mengetahui syarat-syarat jatuhnya talak
BAB III

PEMBAHASAN

A. RUKUN TALAK
Rukun talak ialah unsur pokok yang harus ada dalam talak dan terwujudnya
talak bergantung ada dan lengkapnya unsur-unsur yang dimaksud. Kemudian pada
masing-masing rukun itu ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi. Diantara
persyaratan itu ada yang menjadi kesepakatan ulama dan ada pula yang masih
diperdebatkan. Adapun rukun talak yang disepakati para ulama ada empat yakni
suami, istri, sighat talak, dan qashdu.1
a. Suami
Suami adalah yang memiliki hak talak dan yang berhak menjatuhkannya,
selain suami tidak berhak menjatuhkannya.2 Oleh karena itu, talak bersifat
menghilangkan ikatan perkawinan, maka talak tidak mungkin terwujud kecuali
setelah nyata adanya akad perkawinan yang sah.

1
Tim Al-Manar, Fikih Nikah, Bandung: Syamail, 2003, h. 130.
2
Abdur Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, Cet 3, Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 201
Abu Ya’la dan Al-Hakim meriwayatkan hadits dari Jabir bahwa Rasulullah
SAW bersabda :
‫ال طالق اال بعد نكاح وال عتق اال بعد ملك‬
Tidak ada talak kecuali setelah akad perkawinan dan tidak ada pemerdekaan
kecuali setelah ada pemilikan.
Abu Daud dan Al-Tirmizi meriwayatkan hadist dari Amir Ibn Syuaib bahwa
Rasulullah SAW bersabda :
‫النذ ر البن ادم فيما ال يملك وال عتق فيماال يملك وال طالق فيما ال يملك‬
Tidak ada nazar bagi anak adam (manusia) tentang hal yang baik dimiliki,
tidak ada pemerdekaan budak dalam hal yang tidak dimiliki, dan tidak ada talak
dalam hal yang tidak dimiliki.
Untuk sahnya talak, suami yang menjatuhkan talak disyaratkan:
 Berakal. Suami yang gila tidak sah menjatuhkan talak.
Yang dimaksud dengan gila dalam hal ini ialah hilang akal atau rusak akal
karena sakit, termasuk ke dalamnya sakit pitam, hilang akal karena sakit
panas, atau sakit ingatan karena rusak syaraf otaknya.
 Baligh. Tidak dipandang jatuh talak yang dinyatakan oleh orang yang belum
dewasa. Dalam hal ini ulama Hanabilah mengatakan bahwa talak oleh anak
yang sudah mumayyiz kendati umur anak itu kurang dari satu tahun asalkan
ia telah mengenal arti talak dan mengetahui akibatnya, talaknya dipandang
jatuh
 Atas kemauan sendiri. Yang dimaksud atas kemauan sendiri di sini ialah
adanya kehendak pada diri suami untuk menjatuhkan talak itu dan dijatuhkan
atas pilihan sendiri, bukan dipaksa orang lain.
b. Istri
Masing-masing suami hanya berhak menjatuhkan talak terhadap istri sendiri.
Tidak di pandang jatuh talak yang dijatuhkan terhadap istri orang lain.
Untuk sahnya talak, bagi istri yang ditalak disyaratkan sebagai berikut:
 Istri itu masih tetap berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Istri yang
menjalin masa iddah talak raj'i dari suaminya oleh hukum Islam dipandang
masih berada dalam perlindungan kekuasaan suami. Karenanya bila dalam
masa itu suami menjatuhkan talak lagi, dipandang jatuh talaknya sehingga
menambah jumlah talak yang dijatuhkan dan mengurangi hak talak yang
dimiliki suami. Dalam hal talak ba'in, bekas suami tidak berhak menjatuhkan
talak lagi terhadap bekas istrinya meski dalam masa iddahnya, karena dengan
talak ba'in itu bekas istri tidak lagi berada dalam perlindungan kekuasaan bekas
suami.
 Kedudukan istri yang ditalak itu harus berdasarkan atas akad perkawinan yang
sah. Jika ia menjadi istri dengan akad nikah yang batil, seperti akad nikah
terhadap wanita dalam masa iddahnya, atau akad nikah dengan perempuan
saudara istrinya (memadu antara dua perempuan bersaudara), atau akad nikah
dengan anak tirinya padahal suami pernah menggauli ibu anak tirinya itu dan
anak tiri itu berada dalam pemeliharaannya, maka talak yang demikian tidak
dipandang ada.
c. Sighat Talak.
Sighat talak ialah kata-kata yang diucapkan oleh suami terhadap istrinya yang
menunjukkan talak, baik itu sharih (jelas) maupun kinayah (sindiran), baik berupa
ucapan atau lisan, tulisan, isyarat bagi suami ataupun dengan suruhan orang lain.
Adapun persyaratan yang melekat pada sighat ini sebagaiman yang disebutkan
oleh Wahbah Azzuhaili dalam kitab Al-Fiqh Al Islami Wa Adillatuhu sebagai
berikut.
 Penggunaan lafal talak memiliki makna, yakni dapat dimengerti dan dipahami
baik secara bahsa, tradisi, tulisan, atau dengan isyarat.
 Orang yang melafalkan talak harus emmahami maknanya meskipun dengan
menggunakan bahsa asing.
 Penyandara lafal talak kepada istri atau disandarkan kepadanya secara bahasa.
 Jangan sampai dia merasa ragu pada jumlah talak atau lafalnya. Sebab talak
secara terang terangan tetap terjadi meski dengan lafal yang disimpangkan.
Seperti perkataan Aku talakh atau dengan menggunakan huruf hijaiyah tha, lam
dan qaf.3
d. Qashdu (Sengaja), artinya bahwa dengan ucapan talak itu memang dimaksudkan
oleh yang mengucapkannya untuk talak, bukan untuk maksud lain. Oleh karena
itu, salah ucap yang tidak dimaksud untuk talak dipandang tidak jatuh talak, 4
seperti suami memberikan salak kepada istrinya, semestinya ia mengatakan

3
Lihat: Wahbab Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu Jilid 7, h. 366.
4
Abdur Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat..., h. 204.
kepada istrinya kata-kata “ ini sebuah salak untukmu tetapi keliru ucapannya
berbunyi : “ini sebuah talak untukmu”, maka talak dipandang jatuh.
Empat rukun dan termasuk juga persyaratannya diattas merupakan
kesepakatan jumhur ulama.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Rukun talak yang disepakati para ulama ada empat yakni suami, istri, sighat talak,
dan qashdu.

B. KRITIK DAN SARAN


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan oleh sebab itu penulis mengharapkan masukkan yang bersifat membangun dari
para pembaca demi kebaikan penulisan makalah kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Abdul Rahman Ghozali, M.A, FIQH MUNAKAHAT, Jakarta Kencana 2003
Tim Al-Manar, Fikih Nikah, Bandung: Syamail, 2003, h. 130.
Lihat: Wahbab Az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu Jilid 7, h. 366.

Anda mungkin juga menyukai