Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah
tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas mandiri yang di berikan oleh dosen pembimbing
mata kuliah Hukum Perkawinan yang berisikan tentang hal-hal mengenai Syarat dan Rukun Dalam
Pernikahan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang hal-hal
yang terkait di dalamnya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Watampone , 27 April 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN PENULISAN

BAB II PEMBAHASAN

A. RUKUN NIKAH

B. SYARAT NIKAH

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dengan melihat apa-apa yang telah terjadi di dalam kehidupan masyarakat, baik langsung
ataupun tak langsung. Tentunya masih banyak terdapat persoalan-persoalan yang menjadi
pertanyaan di dalam kehidupan bermasyarakat. Persoalan itulah yang menjadi inspirasi penulis
untuk membuat sebuah makalah yang berjudul rukun dan syarat pernikahan.
Pernikahan adalah salah satu asas pokok yang paling utama dalam pergaulan atau menjadi
masyarakat yang sempurna pernikahan itu bukan saja merupakan satu jalan yang amat mulia untuk
mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai jalan
menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lain, dan perkenalan itu akan menjadi
jalan untuk mencapai pertolongan antara satu dengan yang lainnya. Namun, untuk menuju suatu
jenjang pernikahan tentunya memiliki banyak kendala atau hal-hal yang perlu diperhatikan serta
harus dilaksanakan seperti memenuhi kriteria dalam menuju sebuah pernikahan. Salah satunya,
harus melaksanakan rukun dan syarat pernikahan yang telah ditentukan.

Adapun rukun dan syarat pernikahan itu, nanti akan dibahas oleh penyusun dalam bab
pembahasan. Selain atas sistem pembagian materi yang di terima oleh kelompok kami , hal
demikian pun merupakan alasan bagi penyusun untuk mengangkat rukun dan syarat pernikahan
sebagai pokok permasalahan dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, masalah-masalah yang


dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa itu rukun nikah?
2. Apa saja yang termasuk ke dalam rukun dalam pernikahan?
3. Apa itu syarat nikah?
4. Apa saja yang termasuk ke dalam syarat dalam pernikahan?

A. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui arti dari rukun nikah


2. Mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam rukun pernikahan
3. Mengetahui arti dari syarat nikah
4. Mengetahui apa saja yang termasuk ke dalam syarat syah pernikahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. RUKUN NIKAH
1. Pengertian Rukun Nikah
Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan
(ibadah), dan sesuatu itu bermaksud dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti adanya calon pengantin
laki-laki/perempuan dalam perkawinan.
2. Rukun Nikah
Dalam memahami tentang Rukun perkawinan ini ada beberapa buku dan pendapat yang
mengutarakan dan menguraikan dengan susunan yang berbeda tetapi tetap sama intinya.
Pernikahan yang di dalamnya terdapat akad, layaknya akad-akad lain yang memerlukan adanya
persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan akad.
 Jumhur ‘Ulama’ sepakat bahwa Rukun perkawinan terdiri atas :
a. Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
b. Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
Akad nikah akan dianggap sah apabila ada seorang wali atau wakilnya yang akan menikahkannya,
berdasarkan sabda Nabi SAW :
)‫ت بِ َغي ِْر اِ ْذ ِن َولِيِّهَا فَنِكَا ُحهَا بَا ِط ٌل (اخرجه االربعة اال للنسائ‬
%ْ ‫اَيُّ َما ا ْم َرَأ ٍة نِك ََح‬
Perempuan mana saja yang menikah tanpa seizin walinya, maka pernikahannya batal
Dalam hadis lain Nabi SAW bersabda:

)‫ج ْال َمرْ َأةُ نَ ْف َسهَا ( رواه ابن ماجه و دار قطنى‬
ِ ‫ج ْال َمرْ ا َءةَ َواَل تُزَ ِّو‬
ِ ‫الَ تُ َز ِّو‬
Janganlah seseorang perempuan menikahkan perempuan lainnya, dan janganlah seorang
perempuan menikahkan dirinya sendiri.

c. Adanya dua orang saksi.


Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang saksi yang menyaksiakan akad nikah tersebut,
berdasarkan Hadis Nabi SAW:
)‫َاح اِاِّل بِ َولِ ِّي َوشَا ِهدَى َع ْد ٍل (رواه احمد‬
َ ‫اَل نِك‬
d. Shighat akad nikah
Shighat akad nikah yaitu Ijab qabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak
wanita, dan dijawab oleh calon pengantin laki-laki.
Maksud ijab dalam akad nikah seperti ijab dalam berbagai transaksi lain, yaitu pernyataan
yang keluar dari salah satu pihak yang mengadakan akad atau transaksi, baik berupa kata-kata,
tulisan, atau isyarat yang mengungkapkan adanya keinginan terjadinya akad, baik salah satunya dari
pihak suami atau dari pihak istri. Sedangkan qabul adalah pernyataan yang datang dari pihak kedua
baik berupa kata-kata, tulisan, atau isyarat yang mengungkapkan persetujuan ridhanya.
Berdasarkan pengertian di atas, ijab tidak dapat dikhususkan alam hati sang istri atau wali dan atau
wakilnya. Demikian juga dengan qabul.
Jika seorang laki-laki berkata kepada wali perempuan: “Aku nikahi putrimu atau nikahkan
aku dengan putrimu bernama si fulanah”. Wali menjawab: “Aku nikahkan kamu dengan putriku atau
aku terima atau aku setuju”. Ucapan pertama disebut ijab dan ucapan kedua adalah qabul. Dengan
kata lain, ijab adalah bentuk ungkapan baik yang memberikan arti akad atau transaksi, dengan
catatan jatuh pada urutan pertama. Sedangkan qabul adalah bentuk ungkapan yang baik untuk
menjawab, dengan catatan jatuh pada urutan kedua dari pihak mana saja dari kedua pihak.
Akad adalah gabungan ijab salah satu dari dua pembicara serta penerimaan yang lain.
Seperti ucapan seorang laki-laki: “Aku nikahkan engkau dengan putriku” adalah ijab. Sedangkan yang
lain berkata: “ Aku terima” adalah qabul.
Tentang Jumlah rukun nikah ini, para ulama berbeda pendapat:
Imam Malik mengatakan bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
-          Wali dari pihak perempuan,
-          Mahar (maskawin)
-          Calon pengantin laki-laki
-          Calon pengantin perempuan
-          Sighat akad nikah
Imam Syafi’i berkata bahwa rukun nikah itu ada lima macam, yaitu:
-          Calon pengantin laki-laki,
-          Calon pengantin perempuan,
-          Wali,
-          Dua orang saksi,
-          Sighat akad nikah.
Menurut ulama Hanafiah, rukun nikah itu hanya ijab dan qabul saja ( yaitu akad yang dilakukan oleh
pihak wali perempuan dan calon pengantin laki-laki). Sedangkan menurut segolongan yang lain
rukun nikah itu ada empat, yaitu:
-          Sighat (ijab dan qabul)
-          Calon pengantin perempuan,
-          Calon pengantin laki-laki,
-          Wali dari pihak calon pengantin perempuan.
Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada empat, karena calon pengantin laki-laki dan
calon pengantin perempuan digabung menjadi satu rukun.

A. SYARAT NIKAH
1) Pengertian Syarat Nikah
Syarat nikah / perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-
syaratnya terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban
sebagai suami istri.
Sedangkan yang dimaksud dengan syarat perkawinan ialah syarat yang bertalian dengan
rukun-rukun perkawinan, yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi, dan ijab qabul.

2) Syarat Nikah
Dalam menjelaskan masalah syarat nikah ini, terdapat juga perbedaan dalam penyusunan
syarat akan tetapi tetap pada inti yang sama. Syari’at islam menentukan beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh calon kedua mempelai yang sesuai dan berdasarkan ijtihad para ulama.
a) Syarat-syarat calon Suami:
 Beragama Islam
 Bukan mahram dari calon istri dan jelas halal kawin dengan calon istri
 Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki
 Orangnya diketahui dan tertentu
 Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya halal baginya.
 Calon suami rela( tidak dipaksa/terpaksa) untuk melakukan perkawinan itu dan atas kemauan
sendiri.
 Tidak sedang melakukan Ihram.
 Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
 Tidak sedang mempunyai istri empat.
a) Syarat-syarat calon istri:
 Beragama Islam atau ahli kitab.
 Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak dalam sedang iddah.
 Terang bahwa ia wanita. Bukan khuntsa (banci)
 Wanita itu tentu orangnya (jelas orangnya)
 Tidak dipaksa ( merdeka, atas kemauan sendiri/ikhtiyar.
 Tidak sedang ihram haji atau umrah.
a) Syarat-syarat Ijab Qabul.
Perkawinan wajib dilakukan dengan ijab dan qabul dengan lisan. Inilah yang dinamakan akad
nikah (ikatan atau perjanjian perkawinan). Bagi orang bisu sah perkawinan nya dengan isyarat
tangan atau kepala yang bisa dipahami.
Ijab dilakukan oleh pihak wali mempelai perempuan atau walinya, sedangkan kabul
dilakukan oleh mempelai laki-laki atau wakilnya.
Menurut pendirian Hanafi, boleh juga ijab oleh pihak mempelai laki-laki atau wakilnya  dan
kabul oleh pihak perempuan (wali atau wakilnya) apabila perempuan itu telah baligh dan berakal,
dan boleh sebaliknya.
Ijab dan kabul dilakukan di dalam satu majelis, dan tidak boleh ada jarak yang lama antara
ijab dan qabul yang merusak kesatuan akad dan kelangsungan akad, dan masing-masing ijab dan
qabul dapat di dengar dengan baik oleh kedua belah pihak dan dua orang saksi.
Imam Hanafi membolehkan ada jarak antara ijab dan qabul asal masih di dalam satu majelis
dan tidak ada hal-hal yang menunjukkan salah satu pihak berpaling dari maksud akad itu.
Adapun lafadz yang digunakan untuk akad nikah adalah lafaz nikah atau tazwij, yang
terjemahannya adalah kawin dan nikah. Sebab kalimat-kalimat itu terdapat di dalam Kitabullah dan
Sunnah. Demikian menurut asy-Syafi’i dan Hambali. Sedangkan Hanafi membolehkan dengan
kalimat lain yang tidak dari Al-Qur’an, misalnya menggunakan kalimat hibah, sedekah , pemilikan
dan sebagainya, dengan alasan, kata-kata ini adalah majas yang biasa juga digunakan dalam bahasa
sastra atau biasa yang artinya perkawinan.
Contoh kalimat akad nikah adalah sebagai berikut:
ِ ‫بِ َمهَ ِر اَ ْل‬.....‫ت‬
‫ف رُوْ بِيَّ ٍة َحااًل‬ ِ ‫بِ ْن‬..... َ‫اَ ْنكَحْ تُك‬.  
Aku kawinkan engkau dengan.......binti........dengan mas kawin Rp.1.000 tunai
Jawab atau kalimat kabul yang digunakan wajiblah sesuai dengan ijab.
Akad nikah itu wajib di hadiri oleh : dua orang saksi yang memenuhi syarat sebagai saksi,
karena saksi merupakan syarat sah perkawinan.
Adapun dasar dari perkawinan itu wajib dengan akad nikah dan dengan lafadz atau kalimat
tertentu adalah berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:
Yang artinya:
Takutlah engkau sekalian kepada Allah dalam hal orang-orang perempuan, sesungguhnya
engkau membuat halal kemaluan-kemaluan mereka dengan kalimat Allah. (HR. Muslim)
b) Syarat-syarat Wali.
Perkawinan dilangsungkan oleh wali pihak mempelai perempuan atau wakilnya dengan calon suami
atau wakilnya. Adapun syarat-syaratnya ialah seorang wali hendaknya:
- Laki-laki
- muslim
- Baligh
- Waras akalnya
- Adil (tidak fasik)
- Tidak dipaksa
- Tidak sedang berihram.

Dan hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:


Yang artinya : “ tidak sah perkawinan tanpa wali” (rowahu homsah)

Dan : “ perempuan mana saja yang kawin tanpa seizin walinya maka perkawinannya itu batal (3x).
Apabila suami telah melakukan hubungan seksual maka si perempuan sudah berhak mendapatkan
mas kawin lantaran apa yang telah ia buat halal pada kemaluan perempuan itu. Apabila wali-wali itu
enggan maka sultanlah (pemerintah) yang menjadi wali bagi orang yang tidak ada walinya” ( rowahul
khomsah illa an-Nasa’i)

c) Syarat-syarat Saksi.
Adapun syarat saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim, baligh,
berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (paham) akan maksud akad nikah.
Adapun kewajiban adanya saksi tidak lain, hanyalah untuk kemaslahatan  kedua belah pihak
dan masyarakat. Misalnya, salah seorang mengingkari, hal itu dapat dielakkan oleh adanya dua
orang saksi. Juga misalnya apabila terjadi kecurigaan masyarakat, maka dua orang saksi dapatlah
menjadi pembela terhadap adanya akad perkawinan dari sepasang suami istri. Disamping itu,
menyangkut pula keturunan apakah benar yang lahir adalah dari perkawinan suami istri tersebut.
Dan di sinilah saksi itu dapat memberikan kesaksiannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang ada, dapat disimpulkan bahwa:
Rukun, yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah)
Rukun Nikah
Adanya calon suami dan istri yang akan melakukan perkawinan.
Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
Adanya dua orang saksi
Shighat akad nikah, yaitu Ijab Qabul yang diucapkan oleh wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan
dijawab oleh calon pengantin laki-laki.
Syarat nikah / perkawinan merupakan dasar bagi sahnya perkawinan. Apabila syarat-syaratnya
terpenuhi, maka perkawinan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan kewajiban sebagai
suami istri.
Syarat Nikah
Syarat-syarat calon Suami:
- Beragama Islam
- Bukan mahram dari calon istri dan jelas halal kawin dengan calon istri
- Terang (jelas) bahwa calon suami itu betul laki-laki
- Orangnya diketahui dan tertentu
- Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri serta tahu betul calon istrinya halal baginya.
- Calon suami rela( tidak dipaksa/terpaksa) untuk melakukan perkawinan itu dan atas kemauan
sendiri.
- Tidak sedang melakukan Ihram.
- Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan calon istri.
- Tidak sedang mempunyai istri empat.

Syarat-syarat calon istri:


- Beragama Islam atau ahli kitab.
- Tidak ada halangan syarak, yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak dalam sedang iddah.
- Terang bahwa ia wanita. Bukan khuntsa (banci)
- Wanita itu tentu orangnya (jelas orangnya)
- Tidak dipaksa ( merdeka, atas kemauan sendiri/ikhtiyar.
- Tidak sedang ihram haji atau umrah.
Syarat ijab qabul
Ijab dan kabul dilakukan di dalam satu majlis, dan tidak boleh ada jarak yang lama antara ijab dan
qabul yang merusak kesatuan akad dan kelangsungan akad, dan masing-masing ijab dan qabul dapat
di dengar dengan baik oleh kedua belah pihak dan dua orang saksi.
Syarat-syarat Wali
- Laki-laki
- muslim
- Baligh
- Waras akalnya
- Adil (tidak fasik)
- Tidak dipaksa
- Tidak sedang berihram.
Syarat Saksi
Adapun syarat saksi yang menghadiri akad nikah haruslah dua orang laki-laki, muslim, baligh,
berakal, melihat dan mendengar serta mengerti (paham) akan maksud akad nikah.

3.2. SARAN
Dari pembahasan tersebut, kiranya penyusun dapat memberikan saran bahwa hendaknya kita
mendalami hal-hal berkaiatan pembahasan di atas, agar bertambang wawasan kita sehingga kita
dapat mengamalkannya dengan baik dan benar dalam kehidupan ini.

Anda mungkin juga menyukai