Kelompok 6
Nurul aini
Alfi zikro
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah –Nya sehingga penulis bisa menyelsaikan makalah ini tepat pada
waktunnya. Sholawat dan salam tidak lupa kita curahkan kepada baginda nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Semoga kelak kita,
orang tua kita ,keluarga kita dan guru-guru kita mendafat syafaat beliau di
yaumul akhir Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yeng telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan berupa pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoa makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan bagi pembaca Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karna keterbatasan ilmu dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh
karna itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB 1 PENDHULUAN...........................................................................................
A. Latar belakang...............................................................................................
B. Rumusan masalah..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Kesimpilan.....................................................................................................
B. Daftar fustaka.................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemenuhan syarat dan rukun nikah berpengaruh pada sah atau tidaknya
sebuahpernikahan. Salah satunya adalah akad atau kalimat ijab dan kabul. Akad
adalah prosesi yang sangat sakral dalam pernikahan sehingga para ulama
bersepakat jika pernikahan baru diakui dan dianggap sah apabila dilaksanakan
dengan akad yang mencakup ijab dan kabul antara laki-laki dan wanita, atau
antara seseorang yang mewakilinya, dan menjadi tidak sah jika hanya didasarkan
pada asas saling menyukai tanpa disertai akad. Untuk terjadiya suatu akad yang
mempunyai akibat hukum pada suami istri, maka syarat dan rukun akad harus
terpenuhi. Ulama sepakat menempatkan ijab dan kabul sebagai rukun perkawinan.
Untuk sahnya suatu akad perkawinan disyaratkan beberapa syarat. Di antara
syarat tersebut adalah yang disepakati ulama dan di antaranya dipeselisihkan oleh
ulama. Salah satunya adalah besatunya majlis. Artinya, ketika ijab kabul tidak
disisipkan diantara katakata lain, atau sesuai adat setempat jika ada jeda yang
mengganggu peaksanaan ijab kabul. Namun, tidak ada kearusan untuk langsung
menucapkan ijab kabul. Jika majelis berlangsun lama dan ada interval
diantaranya, selama tidak mengganggu ucapan ijab kabul, itu masi dianggap
sebagai satu majelis.
B.Rumusan masalah
iii
BAB II
PEMBAHASAN
ijab adalah kalimat yang diucapkan oleh wali mempelai perempuan saat
hendak menikahkan putrinya dengan seorang laki-laki (mempelai pria) yang
dicintainya. Sedangkan kabul adalah ucapan kesediaan dari mempelai pria untuk
menerima pernikahan tersebut. Kedua pernyataan antara ijab dan qabul inilah
yang dinamakan akad dalam pernikahan. Ijab merupakan pernyataan pertama
yang dikemukakan oleh salah satu pihak, yang mengandung keinginan secara
pasti untuk mengikat diri. Sedangkan qabul adalah pernyataan pihak lain yang
mengetahui dirinya menerima pernyataan ijab tersebut. Pengertian ijab dan qabul
dalam madzhab Syafi‟iyah sama dengan pengertian-pengertian yang dirumuskan
oleh madzhab-madzhab selain madzhab Syafi’iyah, yaitu ijab merupakan suatu
ucapan kerelaan untuk menyerahkan sesuatu kepada pihak lain, dalam hal ini
dilakukan oleh pihak wali calon istri. Sedangkan qabul adalah suatu ucapan yang
menunjukkan atas kerelaan dan kesiapan untuk menerima sesuatu dari pihak yang
lain, dalam hal ini dilakukan oleh pihak calon suami atau yang mewakilinya.
Akad nikah yang dinyatakan dengan pernyataan ijab dan qabul, baru dianggap
sah dan mempunyai akibat hukum pada suami istri apabila telah terpenuhi syarat-
syarat sebagai berikut:
1. Kedua belah pihak yang melakukan akad nikah, baik wali maupun calon
mempelai pria, atau yang mewakili salah satu atau keduanya, adalah orang yang
sudah dewasa dan sehat rohani (tamyiz). Apabila salah satu pihak masih kecil atau
ada yang gila, maka pernikahannya tidak sah.
1
2. Ijab dan qabul dilaksanakan dalam satu majelis. Artinya, ketika mengucapkan
ijab-qabul, tidak boleh diselingi dengan kata-kata atau perbuatan lain yang dapat
dikatakan memisahkan antara sighat ijab dan sighat qabul dan menghalangi
peristiwa ijab-qabul.
3. Ucapan qabul hendaknya tidak menyalahi ucapan ijab. Artinya, maksud dan
tujuannya sama, kecuali bila qabul-nya lebih baik dari ijab yang seharusnya, dan
menunjukkan pernyataan persetujuan lebih tegas. Contohnya, jika pihak wali
mengatakan: “Aku nikahkan kamu dengan puteriku fulanah dengan mahar seratus
ribu rupiah”. Lalu si mempelai pria menjawab: “Aku terima nikahnya dengan
mahar dua ratus ribu rupiah”. Maka pernikahan itu tetap sah, karena qabul yang
diucapkan lebih baik, dan telah mencukupi dari yang seharusnya.
4. Ijab dan qabul harus dilakukan dengan lisan dan didengar oleh masing-masing
pihak, baik wali, mempelai maupun saksi. Pernyataan kedua belah pihak harus
dengan kalimat yang maksudnya menyatakan terjadinya pelaksanaan akad nikah,
meskipun kata-katanya ada yang tidak dapat dipahami. Karena yang menjadi
pertimbangan di sini adalah maksud dan niat, bukan mengerti setiap kata yang
dinyatakan dalam ijab dan qabul.
Tidak ada ketentuan khusus tentang lafaz ijab kabul dalam Islam. Calon
mempelai bisa memilih salah satunya, yakni menggunakan bahasa Arab ataupun
bahasa Indoensia. Dikutip dari buku Menebarkan Kasih Sayang dalam Bimbingan
al-Quran karya Abu Utsman Kharisman, berikut bacaan ijab kabul dalam bahasa
Arab selengkapnya. Bacaan ijab yang diucapkan oleh wali nikah:
2
Artinya:"Saya nikahkan dan saya kawinkan kamu dengan (Laila), perempuan
yang menjadi kuasaku, dengan mahar seribu rupiah dibayar kontan atau tunai
Kemudian, dilanjutkan dengan pengucapan kabul dari mempelai pria:
Artinya:"Saya terima pernikahan dan perkawinan ini untuk saya, dengan mahar
yang telah disebutkan secara kontan"
Jika ingin menggunakan bahasa Indonesia, Anda bisa mengucapkan lafaz ijab
kabul sebagai berikut:
"Saya nikahkan engkau ananda (nama lengkap mempelai pria bin nama ayahnya)
dengan (nama mempelai wanita binti nama ayahnya) dengan mas kawin(sebutkan
jenis maskawin/jumlah mahar) dibayar (tunai/utang)"
"Saya terima nikahnya (nama mempelai wanita binti nama ayahnya) dengan mas
kawin (sebutkan jenis maskawin/jumlah mahar) dibayar (tunai/utang)"
Nikah menurut Madzhab Syafi‟i adalah ibadah, seluruh yang terkait dengan
ibadah didalamnya diperoleh dari perintah syara‟ sedangkan dalam permasalahan
nikah yang terkait didalamnya seperti ijab qabul, syara‟ hanya menyebutkan dua
lafadz yakni lafadz nakaha dan zawwaja. Maka dari itu Ulama Syafi‟iyah
mencukupkan penggunaan lafadz ijab qabul dengan lafadz dari akar kata nakaha
dan zawwaja karena mempunyai nilai ibadah dan berhati-hati. seperti contoh
seorang wali menikahkan putrinya:
“saya nikahkan dan saya kawinkan saudara fulan dengan putri saya yang bernama
fulanah dengan mahar satu juta rupiah dibayar tunai” kemudian mempelai laki-
laki menjawab: “saya terima nikahnya fulanah binti fulan dengan mahar tersebut
dibayar tunai”.
3
Mayoritas ulama sepakat bahwa akad nikah dengan menggunakan lafadz selain
lafadz berbahasa Arab adalah diperbolehkan dan sah apabila salah satu atau kedua
pihak yang melakukan akad nikah tidak memahami bahasa Arab. Sementara itu,
apabila kedua pihak memahami bahasa Arab dan dapat menggunakannya di dalam
melakukan akad, ada perbedaan pendapat atas hal itu. Ibnu Qudamah dalam kitab
al-Mughni mengatakan “barang siapa yang dapat melafadzkan akad dalam bahasa
Arab, maka akad yang dilakukannya tidak sah” pernyataan tersebut juga termasuk
salah satu pendapat dari Imam Syafi‟i. Abu Hanifah berpendapat dengan pendapat
yang berbeda. bahwa akad yang dilakukan dengan cara seperti itu adalah sah
karena tetap menggambarkan kerelaan kedua belah pihak untuk menikah
Kebanyakan para ahli fiqih bersepakat bahwa apabila seseorang tidak mampu
mengucapkan bahasa Arab, sah melakukan akad nikah dengan menggunakan
bahasanya sendiri yang ia pahami dan dipakai setiap harinya. Karena yang
dipandang dalam akad adalah maknanya. Sebab ia tidak mampu berbahasa Arab
maka gugurlah kewajiban untuk mengucapkan bahasa Arab, sebagaimana
layaknya orang bisu.
Dalam Islam, prosesi ijab kabul ini memiliki makna yang begitu sakral. Saat
wali mempelai perempuan mengucapkan ijab, itu artinya ia telah menyerahkan
putrinya untuk bersanding dengan seorang laki-laki yang ia cintai. Ketika
mempelai pria mengucapkan kabul, itu berarti ia telah siap memikul tanggung
jawab untuk menikahi perempuan tersebut. Ia menerima nikah dan kawinnya
beserta segala kebaikan dan keburukan yang ada dalam diri calon istrinya itu.
Dengan ijab kabul, pernikahan dua insan menjadi sah di mata Allah SWT. Melalui
permulaan yang baik, diharapkan biduk rumah tangga bisa berjalan dengan lancar
dan senantiasa diberkahi oleh-Nya.
4
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
ijab adalah kalimat yang diucapkan oleh wali mempelai perempuan saat
hendak menikahkan putrinya dengan seorang laki-laki (mempelai pria) yang
dicintainya. Sedangkan kabul adalah ucapan kesediaan dari mempelai pria
untuk menerima pernikahan tersebut. Kedua pernyataan antara ijab dan qabul
inilah yang dinamakan akad dalam pernikahan.
Kedua belah pihak yang melakukan akad nikah, baik wali maupun calon
mempelai pria, atau yang mewakili salah satu atau keduanya, adalah orang
yang sudah dewasa dan sehat rohani (tamyiz). Apabila salah satu pihak masih
kecil atau ada yang gila, maka pernikahannya tidak sah.
c. Ijab dan qabul harus dilakukan dengan lisan dan didengar oleh masing-
masing pihak, baik wali, mempelai maupun saksi. Pernyataan kedua belah
pihak harus dengan kalimat yang maksudnya menyatakan terjadinya
5
pelaksanaan akad nikah, meskipun kata-katanya ada yang tidak dapat
dipahami.
Dalam Islam, prosesi ijab kabul ini memiliki makna yang begitu sakral. Saat
wali mempelai perempuan mengucapkan ijab, itu artinya ia telah menyerahkan
putrinya untuk bersanding dengan seorang laki-laki yang ia cintai. Ketika
mempelai pria mengucapkan kabul, itu berarti ia telah siap memikul tanggung
jawab untuk menikahi perempuan tersebut. Ia menerima nikah dan kawinnya
beserta segala kebaikan dan keburukan yang ada dalam diri calon istrinya itu.
Dengan ijab kabul, pernikahan dua insan menjadi sah di mata Allah SWT. Melalui
permulaan yang baik, diharapkan biduk rumah tangga bisa berjalan dengan lancar
dan senantiasa diberkahi oleh-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
6
Langsa, P. U. K. (2021). Sige Tareik Nafah: Pengucapan Ijab-Qabuldalam
Pernikahan. Al-Qadhafi: Jurnal Hukum Islam dan Perundang-
Undangan, 8(1), 127-143.
Ahmadi, Moh. "Studi Komparasi Antara Madzhab Hanafi dan Mazhab Syafi’i
Tentang Penggunaan Lafadz Ijab Qabul dalam Perkawinan." Indonesian
Journal of Islamic Law 2.1 (2019).