Dosen pengampu:
Disusun oleh:
Ali Akbar(22651001)
Ucapan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Malpha Della Thalita,S.H.,M.H.
selaku dosen mata kuliah Fikih Ibadah, yang telah memberikan kesempatan
kepada kami untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Pernikahan Dalam
Islam”.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi materi maupun dari tata
bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima kritik dan saran
dari teman-teman demi perbaikan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini, dapat menjadi inspirasi bagi teman-teman
dan pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………….i
BAB I PENDAHULUAN
C.Tujuan………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .......................................................................................
B. Saran………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C.Tujuan
PEMBAHASAN
Sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas
rukun- rukun dan syarat-syarat.3
Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi’i, Hanafi, Maliki, dan
Hanbali) pada umumnya mereka mendefinisikan perkawinan pada :
2 Sudarsono, Hukum Keluarga Nasional, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hlm. 62.
3 Al-Imam Taqi al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi al- Syafi’i,
Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayat al-Ikhtishar, Semarang: Usaha Keluarga, t.th., Juz2, hlm. 36
Akad yang membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk
berhubungan badan dengan seorang perempuan) dengan (diawali dalam
akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna yang serupa dengan kedua kata
tersebut.44
syarat sah nikah di antaranya Islam, bukan mahram, wali akad nikah, sedang
tidak ihram atau berhaji, dan bukanlah paksaan.
2.Rukun Nikah
a. Wali
Berdasarkan sabda Rasulullah Sallallahu `Alaihi Wasallam:
“ Wanita mana saja yang menikah tanpa izin walinya maka nikahnya
batal… batal.. batal.” (HR Abu Daud, At-Tirmidzy dan Ibnu Majah)
b. Saksi
Rasulullah sallallahu `Alaihi Wasallam bersabda:
4Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala Madzahib al-Arba’ah, Beirut: Dar al-Fikr, 1986, Jilid IV, hlm.
212
c. “Tidak ada nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil.”(HR Al-
Baihaqi dan Ad-Daaruquthni. Asy-Syaukani dalam Nailul Athaar berkata :
“Hadist di kuatkandengan hadits-hadits lain.”)
d. Akad Nikah
Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan pernikahan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah penyerahan
dari pihak pertama, sedangkan qabul adalah penerimaan dari pihak kedua. Ijab
dari pihak wali si perempuan dengan ucapannya, misalnya: “Saya nikahkan anak
saya yang bernama si A kepadamu dengan mahar sebuah kitab Riyadhus
Shalihin.”
Qabul adalah penerimaan dari pihak suami dengan ucapannya, misalnya:
“Saya terima nikahnya anak Bapak yang bernama si A dengan mahar sebuah
kitab Riyadhus Shalihin.”
Dalam aqad nikah ada beberapa syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi:
1) Adanya suka sama suka dari kedua calon mempelai.
2) Adanya Ijab Qabul.
3) Adanya Mahar.
4) Adanya Wali.
5) Adanya Saksi-saksi.
3.Hukum-Hukum Nikah
Adapun hukum menikah, dalam pernikahan berlaku hukum taklifi yang
lima yaitu :
a. Wajib bagi orang yang sudah mampu nikah,sedangkan nafsunya telah
mendesak untuk melakukan persetubuhan yang dikhawatirkan akan
terjerumus dalam praktek perzinahan.
b. Haram bagi orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah lahir dan
batin kepada calon istrinya,sedangkan nafsunya belum mendesak.
c. Sunnah bagi orang yang nafsunya telah mendesak dan mempunyai
kemampuan untuk nikah,tetapi ia masih dapat menahan diri dari berbuat
haram.
d. Makruh bagi orang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu member
belanja calon istrinya.
e. Mubah bagi orang tidak terdesak oleh alas an-alasan yang mewajibkan
segera nikah atau karena alas an-alasan yang mengharamkan untuk nikah.
Anjuran Nikah
Islam telah menganjurkan kepada manusia untuk menikah. Dan ada banyak
hikmah di balik anjuran tersebut. Antara lain adalah :
Pertama, sunnah Para Nabi dan Rasul Dan sesungguhnya Kami telah mengutus
beberapa Rasul sebelum kamu dan Kami memberikan kepada mereka isteri-isteri dan
keturunan. Dan tidak ada hak bagi seorang Rasul mendatangkan sesuatu ayat melainkan
dengan izin Allah. Bagi tiap-tiap masa ada Kitab. (QS. Ar-Ra'd : 38).
Dari Abi Ayyub ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Empat hal yang merupakan
sunnah para rasul : [1] Hinna', [2] berparfum, [3] siwak dan [4] menikah. (HR. At-Tirmizi
1080)
Tujuan Nikah
Orang yang menikah sepantasnya tidak hanya bertujuan untuk menunaikan
syahwatnya semata, sebagaimana tujuan kebanyakan manusia pada hari ini.
Namun hendaknya ia menikah karena tujuan-tujuan berikut ini:
Pertama, Melaksanakan anjuran Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam
sabdanya:
“Wahai sekalian para pemuda! Siapa di antara kalian yang telah mampu
untuk menikah maka hendaknya ia menikah….”
a. Nikah Syighar
b. Nikah mut'ah
Ibnu Hazm mengatakan: " Nikah mut'ah adalah nikah dengan batasan waktu
tertentu dan hal ini dilarang dalam Islam".
Tidak seorang pun dibolehkan melamar wanita muslimah yang sedang menjalani
masa Iddah, baik karena perceraian maupun kematian suaminya.
d. Nikah Muhallil
Yaitu Wanita Muslimah yang sudah di Thalak tiga kali oleh suaminya dan sang
suami diharamkan untuk kembali lagi kepadanya.
e. Nikahnya orang yang sedang menjalankan ihram
Al-Imam Taqi al-Din Abi Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Damsyiqi al-
Syafi’i. tanpa tahun. Kifayah al-Akhyar fi Halli Ghayat al-Ikhtishar.
Semarang: Usaha Keluarga
Mubarok, Jaih. 2002. Metodologi Ijtihad Hukum Islam. Yogyakarta: UII Press
Redaksi Sinar Grafika. 2000. Undang-Undang Pokok Perkawinan Beserta
Shihab, Muhammad Quraish. 2010. 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda
Ketahui.