Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

FIKIH MUNAKAHAT
“Pengertian Fikih Munakahat, Hukum dan Rukun Pernikahan”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
MUHAMMAD ALDI
NURFAIQAH

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM


PRODI HUKUM KELUARGA ISLAM
SEMESTER III 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Majene,29 September 2022

Tim penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................
DAFTAR ISI......................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A.Latarbelakang................................................
B.Tujuan.............................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Fikih Munahakat.......................
1. Pokok bahasan fikih munakahat……….
B. Pengertian dan hukum pernikahan..............
1. Pengertian pernikahan………………….
2. Hukum pernikahan……………………..
3. Rukun pernikahan………………………
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………..

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Fiqih Munakahat adalah aturan hukum tentang pernikahan (mulai dari aqad nikah hingga aturan
tentang berumah tangga). Fiqih munakahat penting untuk diketahui umat muslim karna
menyangkut perihal aturan dalam berumah tangga.
Urgensitas Fiqih Munakahat sangat besar, selain untuk mewujudkan keluarga sakinah,
mawaddah dah rahmah, juga untuk mewujudkan dan memperlancar pelaksanaan ibadah dan
ketaatan manusia kepada Allah. Oleh karena itu, tidak salah jika dikatakan bahwa pernikahan
termasuk ke dalam kategori ibadah yang berbentuk muamalah. Namun ironisnya, angka
perceraian saat ini sangat bombastis. Tidak lain, hal ini disebabkan oleh pemaknaan Fiqih
Munakahat yang kurang tepat atau diperlukan pemahaman/ pembacaan ulang Fiqih Munakahat
sesuai dengan konteks (fakta) saat ini, demi mengurangi/ menurunkan tingginya angka
perceraian. Di samping itu, jika terpaksa “perceraian” menjadi pilihan, maka bagaimana
perceraian ini tidak menimbulkan problem.

B. TUJUAN

- Menjelaskan Pengertian fikih munakahat, hukum, dan rukun pernikahan

- Menjelaskan pentingnya mempelajari fikih munakahat

- Memaparkan rukun pernikahan dalam islam

- Mengetahui lebih tentang fikih munakahat

- Memaparkan Hukum pernikahan dalam islam


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FIQIH MUNAHAKAT

Fiqih merupakan aturan yang berfungsi untuk mengarahkan umat Muslim dalam
menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam pelaksanaannya, fiqih terbagi
menjadi beberapa macam, salah satunya adalah fiqih munakahat.
Mengutip buku Fiqh Keluarga Terlengkap oleh Rizem Aizid (2018), munakahat
berasal dari kata “nakaha” yang berarti kawin atau perkawinan. Jadi, fiqih munakahat
adalah hukum yang mengatur tata cara perkawinan atau pernikahan dan segala hal
yang berkaitan dengannya.

Fiqih Munakahat harus diikuti dan diamalkan oleh umat Muslim sebagai landasan
dalam melakukan perkawinan demi mewujudkan pernikahan yang sakinah,
mawaddah, dan warrahmah.

Fiqih munakahat bersumber dari ajaran Al-Quran dan Hadits sebagai dalil naqlinya.
Salah satu ayat yang menerangkan munakahat adalah Surat Ar Ra'd ayat 38 yang
artinya:
“Dan, sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum Kamu dan
Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Dan, tidak ada hak bagi
seorang rasul mendatangkan sesuatu ayat (mukjizat) melainkan dengan izin Allah.
Bagi tiap-tiap masa ada kitab (yang tertentu).” (QS. Ar Ra'd: 38)

Sedangkan dalil yang berasal dari hadits di antaranya adalah sabda Rasulullah
SAW berikut:
“Hai para pemuda, barang siapa di antara kamu telah sanggup untuk kawin
maka hendaklah ia kawin. Maka, kawin itu menghalangi pandangan (kepada yang
dilarang oleh agama) dan lebih menjaga kemaluan. Dan, barang siapa tidak
sanggup, hendaklah ia berpuasa karena sesungguhnya puasa itu merupakan perisai
baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
1. Pokok Bahasan Fiqih Munahakat

Mengutip buku Fikih Munakahat oleh M. Dahlan R. (2015), ruang lingkup yang
menjadi pokok bahasan dalam fiqih munakahat adalah meminang, menikah, dan
talak serta seluruh akibat yang disebabkan oleh ketiganya.

a. Meminang
Meminang atau khitbah adalah langkah awal dalam pernikahan, yaitu tahap di
mana seorang lelaki menyampaikan kehendak, maksud, dan tujuannya untuk
menikahi jodoh yang telah didapatkan, lalu menjadikannya istri yang sah dan halal.
b. Menikah
Setelah meminang, menikah adalah langkah selanjutnya sebagai pembuktian
nyata dari khitbah yang sudah dilaksanakan. Lingkup ini membahas mengenai
pernikahan itu sendiri, meliputi rukun dan syaratnya serta hal-hal yang menghalangi
pernikahan tersebut.
Selain itu, dalam lingkup ini pula dibahas bagaimana membangun kehidupan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah, lengkap dengan hak-hak dan
kewajiban dalam perkawinan.
c. Talak
Kehidupan rumah tangga tak selamanya indah, ada kalanya terjadi suatu hal
yang tidak terhindarkan dan membuat pernikahan tidak bisa dipertahankan.
Pemutusan hubungan ikatan pernikahan itulah yang disebut dengan talak.
Untuk selanjutnya, diatur pula hal-hal yang menyangkut putusnya perkawinan dan
akibat-akibatnya, seperti hubungan anak dengan orangtua dan pembagian harta
selama pernikahan.

B. PENGERTIAN DAN HUKUM PERNIKAHAN


1. Pengertian Pernikahan
Dari pengertiannya menurut KBBI, nikah adalah perjanjian perkawinan antara
laki-laki dan perempuan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Secara istilah, pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-
laki dan perempuan yang bukan mahramnya. Dari akad itu juga, muncul hak dan
kewajiban yang mesti dipenuhi masing-masing pasangan. Ketentuan mengenai
pernikahan ini tergambar dalam firman Allah SWT dalam Alquran surah Ar-Rum
ayat 21:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu hidup tentram bersamanya. Dan Dia
[juga] telah menjadikan di antaramu [suami, istri] rasa cinta dan kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir,” (Ar-Rum [30]: 21).
2. Hukum Pernikahan

Menikah bukan asal mempersatukan dua insan. Namun ada syarat agar nikah
itu menjadi sah di mata agama.

Bagi yang mau menikah, harus benar-benar memperhatikan syarat sah nikah
dan rukunnya berikut ini. Sebab kalau salah satu tidak ada, tidak sah
menikahnya di mata agama.

Hukum nikah adalah sunah karena nikah sangat dianjurkan oleh Rasulullah.
Hukum asal nikah adalah sunah bagi seseorang yang memang sudah mampu
untuk melaksanakannya sebagaimana hadits Nabi riwayat Al-Bukhari nomor
4779 berikut ini:

Artinya, "Wahai para pemuda, jika kalian telah mampu, maka menikahlah.
Sungguh menikah itu lebih menenteramkan mata dan kelamin. Bagi yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa bisa menjadi tameng baginya."

3. Rukun Pernikahan

Dalam islam, pernikahan akan diangap sah apabila terpenuhi rukun dan
syarat sah nikah, keduan unsur tersebut sangat mendasar dan tidak boleh
ditinggalkan
Rukun nikah merupakan amalan hakiki yang ada dalam ibadah, sedangkan
syarat sah nikah ialah perkara diluar amalan tersebut namun menjadi wajib
ada.
Pasangan muslim yang hendak menikah hendaknya mengetahui rukun dan
syarat sah nikah agar perkawinannya sah di mata hukum serta agama
Rukun Pernikahan dalam agama Islam antaralain:
a. Mempelai laki-laki
Syarat sah menikah adalah ada mempelai laki-laki. Pernikahan
dimulai pada saat akad nikah.

b. Mempelai Perempuan
Sahnya menikah kedua yakni ada mempelai perempuan yang halal
untuk dinikahi. Dilarang untuk memperistri perempuan yang haram untuk
dinikahi seperti pertalian darah, hubungan persusuan, atau hubungan
kemertuaan.
c. Wali Nikah Perempuan
Syarat sah menikah berikutnya adanya wali nikah. Wali merupakan
orangtua mempelai perempuan yakni ayah, kakek, saudara laki-laki
kandung (kakak atau adik), saudara laki-laki seayah, saudara kandung ayah
(pakde atau om), anak laki-laki dari saudara kandung ayah.

d. Saksi Nikah
Menikah sah bila ada saksi nikah. Tidak sah menikah seseorang bila
tidak ada saksi. Syarat menjadi saksi nikah yakni Islam, baligh, berakal,
merdeka, lelaki, dan adil. Dua orang saksi ini diwakilkan oleh pihak
keluarga, tetangga, ataupun orang yang dapat dipercaya untuk menjadi
seorang saksi.
e. Ijab dan Qabul
Terakhir, syarat sah nikah yakni ijab dan qabul. Ijab dan qabul adalah
janji suci kepada Allah SWT di hadapan penghulu, wali, dan saksi. Saat
kalimat "Saya terima nikahnya", maka dalam waktu bersamaan dua
mempelai laki-laki dan perempuan sah untuk menjadi sepasang suami istri.

Selain rukun, dalam Islam ada syarat sah nikah yang wajib dipenuhi:

a. Beragama Islam
b. Bukan laki-laki Mahrom bagi calon istri
c. Wali akad nikah
d. Tidak sedang berhaji
e. Bukan paksaan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Fiqih merupakan aturan yang berfungsi untuk mengarahkan umat Muslim dalam
menjalani hidup sesuai dengan tuntunan Islam. Dalam pelaksanaannya, fiqih terbagi
menjadi beberapa macam, salah satunya adalah fiqih munakahat. Sedangkan munahakat
adalah berasal dari kata "nahaka" yang berarti kawin atau perkawinan, yang bersumber
dari Al-Qur'an dan Hadits.
Hukum pernikahan dalam Islam, ada lima yaitu Mempelai laki-laki, Mempelai
Perempuan, Wali Nikah Perempuan, Ijab dan Qabul sedangkan rukun Pernikahan ada ada
lima juga yaitu Beragama Islam,Bukan laki-laki Mahrom bagi calon istri, Wali akad
nikah, Tidak sedang berhaji, bukan paksaan.

Anda mungkin juga menyukai