SYARAT-SYARAT PERKAWINAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
RIFKY IZZULHAQ MARZA (210510059)
MUHAMMAD ZULFIQRI (210510189)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2022
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
BAB II.................................................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................3
BAB III..............................................................................................................12
PENUTUP.........................................................................................................12
KESIMPULAN..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dan manusia itu tidak akan berkembang tanpa adanya pernikahan. Sebab,
pernikahan akan menyebabkan manusia mempunyai keturunan. Pernikahan atau
perkawinan itu merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki–laki
dengan seorang perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan
bahagia. Pernikahan dilaksanakan dengan maksud agar manusia mempunyai
keluarga yang sah untuk mencapai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat, di
bawah ridha Allah SWT. Hal ini sudah banyak dijelaskan di dalam Al-Qur’an:
1
suatu ikatan yang kokoh, dituntut untuk membuat kemaslahatan bagi
masyarakat juga bangsa pada umumnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Syarat Perkawinan Menurut Hukum Islam
Syarat merupakan dasar yang harus dipenuhi untuk menentukan sah atau
tidaknya. Seperti halnya syarat dalam perkawinan juga harus dipenuhi karena
akan menimbulkan kewajiban dan hak suami istri untuk menjalin kehidupan
rumah tangga kedepannya. Syarat ini harus dipatuhi oleh kedua mempelai dan
keluarga mempelai. Apabila ada syarat yang tidak ada maka akad akan rusak.
Syarat nikah ada tiga yaitu : adanya persaksian, bukan mahrom dan adanya
akad nikah.
Akad nikah merupakan hal pokok yang mengharuskan adanya saksi yang
hukumnya sah menurut syariat. Saksi dalam pernikahan bertujuan untuk
mengingat agar tidak lupa di kemudian hari.
a. Orang yang menjadi wali adalah orang yang tidak ada atau kurang
keahlian salah satu dari pihak orang tua atau anak.
b. Wanita baligh dan berakal, menikahkan dirinya sendiri tanpa adanya wali,
adapun hak wali dalam akad ada dua syarat, yaitu suami harus sekufu atau
tidak lebih rendah kondisinya dari wanita, dan mahar akad sebesar mahar
mitsil atau kurtang dari mahar mitsil apabila wali ridho.
c. Tidak adanya penipuan dari masing-masing pihak.
d. Tidak ada cacat sehingga dari pihak suami yang memperbolehkan faskh
seperti penyakit kritis berbahaya.
4
2.3 Syarat Perkawinan Menurut Negara
Pasal 2 ayat (1) ini dengan tegas membela kepentingan rakyat yang
beragama, supaya mereka melangsungkan perkawinan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu. Selanjutnya dalam Undang-undang
Perkawinan ditentukan bahwa untuk sahnya suatu perkawinan, di samping
harus mengikuti ketentuan-ketentuan agama, para pihak yang akan
melangsungkan perkawinan itu harus memenuhi syarat-syarat yang disebutkan
dalam Undang-undang Perkawinan beserta penjelasannya.
5
a. Pihak-pihak yang akan melaksanakan perkawinan ialah calon mempelai
pria dan wanita
b. Wali dari calon mempelai wanita
c. Dua orang saksi
d. Aqad nikah
6
bahwa suatu perkawinan merupakan suatu perjanjian yang terjadi karena
adanya kesepakatan. Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut.
7
tumbuh kembang anak termasuk pendampingan orang tua serta memberikan
akses anak terhadap pendidikan setinggi mungkin.
PASAL 6
8
4. Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan
tidak mampu untuk menyatakan kehendaknya, maka izin diperoleh dari
wali, orang yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan
darah dalam garis keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan
dalam keadaan dapat menyatakan kehendaknya.
5. Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut
dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara
mereka tidak menyatakan pendapatnya, maka Pengadilan dalam daerah
hukum tempat tinggal orang yang akan melangsungkan perkawinan atas
permintaan orang tersebut dapat memberikan izin setelah lebih dahulu
mendengar orang-orang tersebut dalam ayat (2), (3) dan (4) pasal ini.
6. Ketentuan tersebut ayat (1) sampai dengan ayat (5) pasal ini berlaku
sepanjang hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari
yang bersangkutan tidak menentukan lain.
PASAL 7
9
PASAL 8
Perkawinan dilarang antara dua orang yang:
10
1. Dampak terhadap suami istri, tidak bisa dipungkiri bahwa pada pasangan
suami istrti yang telah melangsungkan perkawinan di usia muda tidak bisa
memenuhi atau tidak mengetahui hak dan kewajibannya sebagai suami istri.
Hal tersebut timbul dikarenakan belum matangnya fisik maupun mental
mereka yang cenderung keduanya memiliki sifat keegoisan yang tinggi,
2. Dampak terhadap anak-anaknya, masyarakat yang telah melangsungkan
perkawinan pada usia muda atau di bawah umur akan membawa dampak.
Selain berdampak pada pasangan yang melangsungkan perkawinan pada
usia muda, perkawinan usia muda juga berdampak pada anak-anaknya.
Karena bagi wanita yang melangsungkan perkawinan di bawah usia 20
tahun, bila hamil akan mengalami gangguan-gangguan pada kandungannya
dan banyak juga dari mereka yang melahirkan anak,
3. Dampak terhadap masing-masing keluarga, selain berdampak pada pasangan
suami-istri dan anak-anaknya perkawinan di usia muda juga akan membawa
dampak terhadap masing-masing keluarganya. Apabila perkawinan di antara
anak-anak mereka lancar, sudah barang tentu akan menguntungkan orang
tuanya masing-masing. Namun apabila sebaliknya keadaan rumah tangga
mereka tidak bahagia dan akhirnya yang terjadi adalah perceraian. Hal ini
akan mengakibatkan bertambahnya biaya hidup mereka dan yang paling
parah lagi akan memutuskan tali kekeluargaan di antara kedua belah-pihak.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari makalah yang kami buat ini adalah agar kita
semua mengetahui persyaratan - persyaratan yang harus kita lengkapi untuk kita
menikah agar kita bisa diakui secara sah baik dari agama maupun dari negara
itu sendiri,dan sebelum usia yang di tentukan untuk menikah,kita harus punya
kesiapan dari segala faktor dan apa dampak kedepan harinya dari perkawinan
dibawah usia.
Menikah itu bukan ajang balap siap cepat tapi menikah itu adalah
kesiapan diri kita dari segala faktor terutama mental dan finansial,ingat faktor
utama dari masalah rumah tangga kebanyakan dari segi ekonomi,dan menikah
bukan ajang untuk kita berlomba-lomba membuat banyak keturunan,dan ingat
istri bukan lah mesin pencetak anak,anak adalah amanah yang di titipkan
kepada kita nanti selaku orang tua.
12
DAFTAR PUSTAKA
13